DASAR TEORI
2. TINJAUAN BAHAN AKTIF
a. Pengertian Antalgin
Antalgin merupakan obat yang termasuk dalam obat golongan NSAID
(Non Steroid Anti Inflammatory Agent), yang mana merupakan derivat
metansulfonat dari Amidopirina yang bekerja secara sentral terhadap susunan
saraf pusat yaitu mengurangi sensitivitas reseptor rasa nyeri yang mempengaruhi
hipotalamus dalam menurunkan sensitifitas rasa sakit dan termostat yang
mengatur suhu pada tubuh. Nama lain dari Antalgin yaitu Metampiron,
Metamizol, Novalgin, Dipiron,dll. Tiga efek utama dari obat Antalgin adalah
sebagai analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi. Kelebihan dari obat Antalgin
adalah dari sifatnya yang mudah larut dalam air yang membuat Antalgin mudah
diabsorbsi oleh tubuh dan menghasilkan efek kerja (onset) yang cepat.
Nama : Antalgin
Nama Kimia : Natrium2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-
4-metilaminometanasulfonat
Sinonim : Methampiron
Rumus Molekul : C13H16N3NaO4S.H2O
Berat Molekul : 351,37
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai kuning
Kelarutan : Kelarutannya 1:1,5 dalam air, 1:30 dalam alkohol sedikit
larut dalam kloroform dan tidak larut dalam eter
Melting point : 198-199°C
Stabilitas : Tidak stabil terhadap udara lembab dan harus terlindungi
dari cahaya matahari.
Susut Pengeringan : Tidak lebih dari 5,5% , lakukan pengeringan pada suhu
105°C hingga bobot tetap menggunakan 500 mg zat.
Syarat Kadar : Methampiron mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 101,0% C13H16N3NaO4S.H2O dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
c. Efek Farmakologis
Obat ini hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai
sedang, misalnya sakit kepala dan juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan
dengan inflamasi. Efek analgetiknya jauh lebih lemah dari efek analgetik opiat,
obat ini tidak menimbulkan ketagihan (adiksi) dan efek samping sentral yang
merugikan. Analgetik bekerja secara sentral untuk meningkatkan kemampuan
menahan nyeri. Sebagai antipiretik, obat ini akan menurunkan suhu badan hanya
pada keadaan demam, walaupun kebanyakan obat ini memperlihatkan efek
antipiretik invitro, tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat
toksik bila digunakan terlalu lama. Kerja analgetik antalgin lebih besar
dibandingkan dengan kerja antipiretik yang dimilikinya (Ganiswara, 1981).
d. Data Klinis
Data Klinis
e. Toksisitas
Efek ototoksik meningkat bila diberikan bersama aminoglikosida, tidak
boleh diberikan bersama etakrinat, toksisitas salisilat meningkat bial diberikan
secara bersamaan, mengantagonis tubokurarin dan meningkatkan efek
suksinolkolin dan obat antihipertensi(Farmakope Indonesia V).
b. Perencanaan Dosis
Usia Takaran per mg
Anak-anak Dosis tiap 6-8 jam.
Anak1-6 tahun: Jika sakit 1/4 – 1/2
tablet, selanjutnya 3 x 1/4 – 1/2 tablet
sehari. Maksimal 1 hari 2 tablet (1 g/
hari)
Anak 6-12 tahun: Jika sakit 1/2 – 1
tablet, selanjutnya 3 x 1/2 – 1 tablet
sehari. Maksimal 1 hari 4 tablet (2 g/hari)
Dewasa Jika sakit 1 tablet, selanjutnya 3-4 x 1 tablet
sehari atau 1 tablet setiap 6-8 jam. Maksimal
1 hari 4 tablet (2 g/hari)
1 x 500 mg = 500 mg
3 x 500 mg = 1500 mg
4 x 500 mg = 2000 mg
5. SPESIFIKASI PRODUK
a. Persyaratan Umum Sediaan
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (2014), tablet harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a) Keseragaman sediaan:
Tablet harus memenuhi uji keseragaman sediaan untuk menjamin
keseragaman sediaan tiap tablet yang dibuat. Tablet yang bobotnya seragam
diharapkan memiliki kandungan bahan obat yang sama, sehingga mempunyai efek
terapi yang sama.
b) Kekerasan:
Tablet harus memiliki kekuatan atau kekerasan agar dapat bertahan terhadap
berbagai guncangan pada saat pengepakan dan pengangkutan. Uji ini dilakukan
dengan menggunakan alat yang disebut Hardness Tester. Pengujian dilakukan
dengan meletakkan tablet diantara alat penekan punch dan dijepit dengan
memutar sekrup pengatur sampai tanda lampu menyala, lalu ditekan tombol
sehingga tablet pecah. Tekanan ditunjukkan pada skala yang tertera. Umumnya
kekuatan tablet berkisar 4 – 8 kg.
c) Kerenyahan:
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kerenyahan tablet. Tablet yang rapuh
akan mengurangi kandungan zat berkhasiatnya sehingga mempengaruhi efek
terapi. Kerenyahan ditandai dengan massa partikel yang berjatuhan dari tablet. Uji
ini dilakukan menggunakan alat yang disebut Roche Fribilator yang terdiri dari
sebuah tabung yang berputar kearah radial disambungkan sebuah bilah lengkung.
Tablet dimasukkan ke dalam wadah tersebut, saat wadah berputar tablet akan
bergulir jatuh sampai pada putaran berikutnya dipegang kembali oleh bilah.
Pemutaran dilakukan 100 kali dengan persyaratan tablet tidak boleh kehilangan
berat lebih dari 0,8%.
d) Waktu hancur:
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian batas waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa
tablet dirancang untuk pelepasan obat terkendali dan diperlambat. Uji waktu
hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna.
Interval waktu hancur yaitu 5 – 30 menit. Sediaan dinyatakan hancur sempurna
bila tidak ada sisa sediaan yang tidak larut tertinggal pada kasa.
e) Penetapan kadar zat berkhasiat:
Penetapan kadar ini dilakukan untuk mengetahui apakah tablet memenuhi
persyaratan kadar sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut tidak memenuhi
persyaratan, berarti obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dan tidak
layak dikonsumsi. Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan cara-cara
yang sesuai tertera pada monografi antara lain di Farmakope Indonesia.
f) Disolusi:
Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat ke dalam
larutan suatu medium. Uji disolusi digunakan untuk mengetahui persyaratan
disolusi yang tertera dalam monografi pada sediaan tablet, kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah atau tidak memerlukan uji disolusi. Uji
ini juga bertujuan untuk mengetahui jumlah zat aktif yang terlarut dan memberi
efek terapi di dalam tubuh. Pengujian dilakukan untuk menjamin keseragaman
satu batch, menjamin bahwa obat akan memberikan efekterapi yang diinginkan,
dan diperlukan dalam rangka pengembangan suatu obat baru.
Obat yang telah memenuhi persyaratan keseragaman sediaan, kekerasan,
kerenyahan, waktu hancur dan penetapan kadar zat berkhasiat belum dapat
menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek terapi, karena itu uji disolusi harus
dilakukan pada setiap produksi tablet (Dirjen POM, 1995).
6. RANCANGAN FORMULA
a. Skema / Bagan Alur Fikir
b. Komponen Penyusun Formula
Antalgin = 500 𝑚𝑔
2
CMC 1-6% pengikat = 100 𝑥 250 𝑚𝑔 = 5 𝑚𝑔
1
Mg stearate 0,5-1lubrikan = 100 𝑥 250 𝑚𝑔 = 2,5 𝑚𝑔
3
Talk 1-5 glidan = 100 𝑥 250 𝑚𝑔 = 7,5 𝑚𝑔
Pewarna
Perasa
8. CARA EVALUASI
a. Macam Evaluasi
1) Evaluasi Granul
a) Kandungan Air
Mengukur kandungan air dilakukan dengan menggunakan
alat infrared moisture balance.
Kandungan air = W1-W2/W1 x 100 %
Dimana W1 = Berat granul awal (gram)
W2 = Berat granul yang sudah kering (gram)
b) Kecepatan Alir
c)
2) Evaluasi Tablet
Untuk menjaga mutu tablet, maka dilakukan uji-uji sebagai berikut:
a) Uji Keseragaman Bobot
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman
bobot ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet
yang dibuat. Tablettablet yang bobotnya seragam diharapkan akan
memiliki kandungan bahan obat yang sama, sehingga akan
mempunyai efek terapi yang sama. Keseragaman bobot dapat
ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet, lalu dihitung bobot
rata-rata tiap tablet. Kemudian timbang tablet satu persatu, tidak boleh
lebih dari 2 tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih
besar dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh satu tablet
pun bobotnya menyimpang dari bobot ratarata lebih besar dari yang
ditetapkan pada kolom B. Jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan
tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot
rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B (Dirjen
POM, 1995)
Penyimpangan bobot rata-rata (%)
Bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15 % 30%
26 mg s/d 150 mg 10 % 20 %
151 s/d 300 mg 7,5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5% 10 %
b) Uji Kekerasan
Ketahanan tablet terhadap goncangan pada waktu pembuatan,
pengepakan dan distribusi bergantung pada kekerasan tablet.
Kekerasan dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang diperlukan
untuk memecahkan tablet. Alat yang digunakan untuk uji ini adalah
hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang
diperlukan untuk memecahkan tablet. Persyaratan kekerasan tablet
umumnya berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas
minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan (Soekemi, A.
R., 1987).
c) Uji Keregasan
Kekerasan tablet bukanlah indikator yang mutlak dari
kekuatan tablet. Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah
dengan mengukur keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan
penyebab tablet menjadi hancur. Untuk menguji keregasan tablet
digunakan alat roche friabilator. Sebelum tablet dimasukkan kedalam
alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudiann tablet
dimasukkan kedalam alat, lalu alat dioperasikan selama 4 menit atau
100 kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan
berat mula-mula. Selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet.
Persyaratan keregasan harus lebih kecil dari 0,8% (Ansel, H.C., 1989).
b. Nama Alat
b. Kelembaban
Cara kerja uji kelembaban :
- Ditimbang granul sebanyak 5 atau 10 g.
- Dimasukkan ke dalam alat Moisture Balance, kemudian alat di tara.
- Dipanaskan granul pada suhu 60-70℃ sampai skala pada alat tidak
berubah (stabil).
- Dibaca kadar air yang tertera pada skala % dan dihitung kadar
kelembabannya.
c. Bobot jenis
Cara kerja uji bobot jenis sejati :
- Ditimbang piknometer kosong
- Dimasukkan granul ke dalam piknometer dan ditambahkan paraffin
cair.
- Ditimbang piknometer (granul + paraffin cair)
- Dihitung bobot jenis sejatinya.
2. Evaluasi Tablet
a. Uji keseragaman ukuran, sediaan, dan bobot
Cara kerja uji keseragaman :
- Diletakkan tablet horizontal dan vertikal tepat di tengah diantara pegas
penekan kemudian alat dihidukan.
- Jarum penunjuk tekanan akan bergerak sesuai dengan tekanan yang
diberikan kepada tablet.
- Saat tablet pecah/retak jarum akan berhenti pada suatu angka sebagai
penunjuk kekerasan tablet yang dinyatakan dalam Kg/cm².
c. Uji friabilitas
Cara kerja uji friabilitas :
- Dibersihkan 20 tablet dari debu. Bila bobot <650mg digunakan
sejumlah tablet yang sebanding dengan 6,5 g. Bila bobot tablet
>650mg digunakan sebanyak 10 tablet.
- Ditimbang tablet secara akurat (Wo).
- Dimasukkan tablet ke dalam alat dan rotasikan alat 100 kali putaran
dengan kecepatan 25 ± 1 rpm (4 menit).
- Setelah 4 menit alat dihentikan. Tablet dikeluarkan lalu di bersihkan
dari debu.
- Ditimbang bobot tablet (Wf).
- Dihitung indeks friabilitas.