Larutan merupakan salah satu sediaan tertua yang digunakan dalam dunia pengobatan dan mampu dengan cepat diserap tubuh.Untuk sebagian orang yang tidak bisa menggunakan bentuk sediaan padat, seperti pasien anak-anak, pasien psikiatri, dan lain-lain, sediaan larutan merupakan alternative terbaik.(Marriott, 2010). Salah satu contoh sediaan larutan yang paling banyak dijumpai adalah sirup. Menurut Farmakope Indonesia edisi III, sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989). Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirop adalah 64%-66% , kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007). 1.2 Jenis Sirup Menurut Ansel (1989) terdapat tiga macam sirup yaitu: 1. Sirup simpleks, mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v. 2. Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan dan digunakan untuk pengobatan, contoh : Sirup expectorant : sirup thymi Sirup antitusiv : sirup codein Sirup antihelmitik : sirup piperazin Sirup antibiotik : sirup kloramfenikol Sirup antihistamin : Chlor-trimeton Allergy syrups Sirup antipsychotic -Celexa (forest), Risperdal (janssen). 3. Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa tidak enak dan bau obat yang tidak enak, contoh : sirup akasia sirup jeruk sirup strawberry 1.3 Komponen Sirup Komponen-komponen sirup terdiri dari (Van Duin, 1991) : a. Pemanis Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sdangkan yang berkalori rendah seperti laktosa. b. Pengawet antimikroba Pengawet antimikroba digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur. c. Perasa dan Pengaroma Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus. d. Pewarna Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisen dengan rasa. Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator. 1.4 Keuntungan Sediaan Sirup 1. Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia lanjut, parkinson, anak - anak). 2. Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada anak - anak karena rasanya lebih enak dan warna lebih menarik. 3. Sesuai untuk yang bersifat sangat higroskopis dan deliquescent. 1.5 Kerugian Sediaan Sirup 1. Tidak semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirup. 2. Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada umumnya campuran/kombinasi beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak dibutuhkan oleh pasien. Sehingga dokter anak lebih menyukai membuat resep puyer racikan individu untuk pasien. 3. Tidak sesuai untuk bahan obat yang rasanya tidak enak misalnya sangat pahit (sebaiknya dibuat kapsul), rasanya asin (biasanya dibentuk tablet effervescent). 4. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat suspense atau eliksir). Eliksir kurang disukai oleh dokter anak karena mengandung alcohol, suspense stabilitasnya lebih rendah tergaantung ormulasi dan suspending egent yang digunakan. 5. Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk minyak (oily, biasanya dibentuk emulsi yang mana stabilitas emulsi lebih rendah dan tergantung formulasi serta emulsifying agent yang digunakan). 6. Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil setelah dilarutkan (biasanya dibuat sirup kering yang memerlukan formulasi khusus, berbentuk granul, stabilitas setelah dilarutkan haInya beberapa hari). 7. Harga relatif mahal karena memerlukan formula khusus dan kemasan yang khusus pula. BAB IV
PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN DOSIS
A. PER TAKARAN KECIL
B. PER KEMASAN KECIL
BAB V SPESIFIKASI PRODUK
A. PERSYARATAN UMUM SEDIAAN
- Harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pemucatan, kintaminasi, dan lain lain. - Harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi dan pengepakan. - Stabil secara fisika, kimia. - Mampu melepas zat berkhasiat sesuai dengan yang diharapkan. - Bioavailibilitas. - Memenuhi keseragaman ukuran dan memenuhi keseragaman bobot - Memenuhi waktu hancur dan memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat - Memenuhi waktu larut (dissolution test). - Tablet mengandung bahan obat sesuai dengan pernyataan dosis pada label dan dalam batas yang dizinkan (spesifikasi). - Tablet harus cukup kuat untuk menghadapi tekanan selama proses manufaktur, transfortasi, dan penanganan hingga sampai kepada pasien yang akan menggunakan. - Tablet harus menghantarkan dosi obat pada lokasi dan kecepatan yang dipersyaratkan. - Ukuran, rasa, dan tampilan tidak menurunkan penerimaan pasien.
B. RENCANA SPESIFIKASI SEDIAAN
Nama obat = Parasetamol Warna tablet = Putih Bentuk tablet = Bulat Rasa tablet = Pahit Bau tablet = Tidk berbau spesifik Massa tablet = 700 mg Kekuatan = 500 mg Kemasan = 500 mg x 60 Indikasi = Analgesik dan Antipiretik