Anda di halaman 1dari 12

PROSEDUR TINDAKAN BENCANA UNTUK EVAKUASI DAN

TRANSPORTASI KORBAN

“ Memasang Bidai”

Oleh kelompok 3:

Tk 3B

Annisa 173110196
Felia yolanda 173110205
Maya rosita 173110213
Oktiarani ginanti 173110220
Septy Oktaviany 173110228

Dosen Pembimbing :

Ns.Hj.Sila Dewi Anggreini, S.Kep.M.Kep.Sp.KMB

PRODI DII KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2018/2019
PEMBIDAIAN

A. Pengertian

Memasang bidai adalah memasang alat untuk immobilisasi atau mempertahankan kedudukan
tulang yang patah (Krisanty, 2009).

Pembidaian adalah Suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistim
muskuloskeletal untuk mengistirahatkan ( immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami
cedera dengan menggunakan suatu alat.Sedangkan Bidai atau spalk adalah alat dari kayu,
anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau
menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi).

B. Tujuan
Tujuan dilakukannya pembidaian antara lain :

1) Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah


2) Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah
3) Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
4) Mengurangi rasa nyeri
5) Mempercepat penyembuhan

C. Indikasi
Indikasi dari pemasangan Bidai antara lain:
1. Adanya fraktur terbuka dan tertutup
2. Adanya kecurigaan terjadinya fraktur. Tanda adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada
salah satu bagian tubuh ditemukan:
a. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat,
b. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
c. Bengkak
d. Perubahan bentuk / deformitas
e. Nyeri sumbu
f. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
g. Kram otot di sekitar lokasi
3. Dislokasi persendian

D. Tipe-tipe bidai

1. Bidai rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, aluminium atau bahan lainnya
yang keras. Sebelum di pakai, bidai harus dilapisi terlebih dahulu

2. Bidai soft adalh bidai dari bantal, selimut, handuk, atau pembalut atau bahn yang lunak
lainnya

3. Bidai traksi adalah bidai yang digunakan untuk immobilisasi ujung tulang yang patah
dari fraktur femur.
E. Alat dan bahan pembidaian / pembalutan
1) Spalk / Bidai dengan ukuran sesuai kebutuhan
2) Elastic verban
3) Peniti
4) Pelindung diri (masker/sarung tangan)

F. Langkah – Langkah Dan Prinsip Pembidaian

1. Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah fraktur). Sendi yang
masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawah dan di atas patah tulang. Sebagai contoh,
jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengimobilisasi
pergelangan kaki maupun lutut.
2. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun
dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika
terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya.
Pada trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang di bagian proksimal dan
distal.
3. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi atau
tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat,
krepitasi, atau pasien merasakan peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk
melakukan traksi. Jika anda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan
sebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua
ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan
beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh darah.
4. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada
daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll), yang sekaligus untuk mengisi sela
antara ekstremitas dengan bidai.
5. Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian yang
luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada beberapa titik
yang berada pada posisi :

a. superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur


b. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama
c. inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur
d. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)

6. Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga mengganggu
sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu
mencegah pergerakan atau peregangan pada bagian yang cedera.
7. Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat
8. Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan
pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk membidai,
cedera pada tungkai bawah seringkali dapat dilindungi dengan merekatkan tungkai yang
cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada fraktur jari,
dengan merekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara.
9. Kantong es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahuludibungkus dengan perban
elastis. Harus diberikan perhatian khusus untuk melepaskan kantong es secara berkala
untuk mencegah “cold injury” pada jaringan lunak. Secara umum, es tidak boleh
ditempelkan secara terus menerus lebih dari 10 menit. Ekstremitas yang mengalami
cedera sebaiknya sedikit ditinggikan posisinya untuk meminimalisasi pembengkakan.

G. Tehnik Pembidaian dalam berbagai lokasi cedera

1. Fraktur cranium dan tulang wajah

Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan penekanan pada
tempat yang dicurigai mengalami fraktur. Pada fraktur ini harus dicurigai adanya fraktur
tulang belakang, sehingga seharusnya dilakukan imobilisasi tulang belakang. Ada
beberapa bidai khusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah (bersifat bidai
definitif), namun tidak dibahas pada sesi ini karena biasanya dilakukan oleh para ahli.

2. Pembidaian leher

Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan.


Pembalutan dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala.
Pembalutan dianggap efektif jika mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher.Jika
tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan cervical Collar

3. Tulang klavikula

Terapi definitif untuk fraktur klavikula biasanya dilakukan secara konservatif


yaitu dengan “ransel bandage”. Pembebatan yang efektif akan berfungsi untuk traksi dan
fiksasi, sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi yang
seanatomis mungkin, sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan hasil yang
cukup baik.

4.Lengan atas
Pasanglah sling untuk gendongan lengan bawah, sedemikian sehingga sendi siku
membentuk sudut 90%, dengan cara :

a. Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak
dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah
sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut 10°).
ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan di
sisi siku.
b. Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian sisi
lateral dinding thoraks.
c. Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas yang
mengalami fraktur.
d. Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi lateral) dan dinding thorax (pada sisi
medial).
e. Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan menggunakan
kain yang lebar.
5.Lengan bawah

1) Imobilisasi lengan yang mengalami cedera


2) Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara siku
sampai ujung telapak tangan
3) Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera
4) Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat sudut 90°
terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan dan hati-hati.
5) Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar berada
dalam posisi fungsional
6) Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel antara siku
sampai ujung jari
7) Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa pergelangan
tangan sudah terimobilisasi
8) Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai
9) Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi pembidaian,
untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat
10) Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara :
11) Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak
dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah
sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut 10°).
ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan di
sisi siku.
f. Tulang iga

Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk mencegah
bagian patahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan sebagai
pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam perjalanan ke rumah sakit
adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada dinding dada, memasang sling untuk
merekatkan lengan pada sisi dada yang mengalami cedera sedemikian sehingga menempel
secara nyaman pada dada.

7. Fraktur Tangan dan Pergelangan Tangan

Ekstremitas ini seharusnya dibidai dalam “posisi dari fungsi mekanik”, yakni
posisi yang senatural mungkin. Posisi natural tangan adalah pada posisi seperti sedang
menggenggam sebuah bola softball. Gulungan pakaian atau bahan bantalan yang lain
dapat diletakkan pada telapak tangan sebelum tangan dibalut.

8. Tulang punggung

Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus dibidai


menggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.
9. Fraktur Panggul

Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseorang yang berusia tua
terjatuh dan mengeluhkan nyeri daerah panggul, maka sebaiknya dianggap mengalami
fraktur. Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau ditemukan pemendekan
dan atau rotasi pada tungkai (biasanya kearah lateral).

Pemindahan pasien yang dicurigai menderita fraktur panggul harus menggunakan


tandu. Tungkai yang mengalami cedera diamankan dengan merapatkan pada tungkai yang
tidak cedera sebagai bidai. Anda bisa melakukan penarikan/traksi untuk mengurangi rasa
nyeri, jika perjalanan menuju rumah sakit cukup jauh, dan terdapat orang yang bisa
menggantikan anda saat anda sudah kelelahan.

10. Tungkai atas

Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggung bawah sampai dengan di
bawah lutut pada tungkai yang cedera. Traksi pada cedera tungkai lebih sulit, dan resiko
untuk terjadinya cedera tambahan akibat kegagalan traksi seringkali lebih besar. Sebaiknya
jangan mencoba untuk melakukan traksi pada cedera tungkai kecuali jika orang yang
membantu pembidaian telah siap untuk memasang bidai.

11. Fraktur/dislokasi sendi lutut


Cedera lutut membutuhkan bidai yang memanjang antara pinggul sampai dengan
pergelangan kaki. Bidai ini dipasang pada sisi belakang tungkai dan pantat.

12. Tungkai bawah

1. Imobilisasikan tungkai yang mengalami cedera untuk mengurangi nyeri dan


mencegah timbulnya kerusakan yang lebih berat
2. Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara
telapak tangan sampai dengan diatas lutut.
3. Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali untuk mengikat bidai
4. Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus
5. Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai, sehingga bidai dalam posisi
memanjang antara sisi bawah lutut sampai dengan dibawah telapak kaki
6. Pasanglah bidai pasangan di sisi atas tungkai bawah sejajar dengan bidai
yang dipasang di sisi bawah tungkai
7. Ikatlah bidai pada posisi diatas dan di bawah lokasi fraktur. Pastikan bahwa
lutut dan pergelangan kaki sudah terimobilisasi dengan baik
8. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang
dibidai.Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari
lokasi pembidaian, untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu
ketat
12. Tulang jari
Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu kecil atau difiksasi dengan merekatkan pada
jari di sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy splinting)

13. Fraktur/dislokasi pergelangan kaki

a. Cedera pergelangan kaki terkadang bisa diimobilisasi cukup dengan menggunakan


pembalutan. Gunakan pola “figure of eight”: Dimulai dari sisi bawah kaki, melalui sisi
atas kaki, mengelilingi pergelangan kaki, ke belakang melalui sisi atas kaki, kesisi
bawah kaki, dan demikian seterusnya.
b. Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakang dan sisi lateral pergelangan
kaki untuk mencegah pergerakan yang berlebihan. Saat melalukan tindakan
imobilisasi pergelangan kaki, posisi kaki harus selalu dijaga pada sudut yang benar.

14. Telapak kaki


Fraktur/dislokasi jari kaki : Sebagai tindakan pertama, cedera pada jari kaki sebaiknya
dibantu dengan merekatkan jari yang cedera pada jari di sebelahnya
DAFTAR PUSTAKA

Hardisman. 2014. Gawat darurat medis praktis. Yogyakarta : gosyen publishing

Krisanty, p. 2009. Asuhan keperawatan gawat darurat. Jakarta : TIM

Ramsi. 2013. Pertolongan pertama. Jakarta : erlangga

Tim bantuan medis panaca. 2013. Basic life support. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai