Sebagai hamba Allah yang beriman marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan iman lahir dan batin, serta kekuatan kesehatan kepada kita semua, sehingga kita
dapat berkumpul di tempat ini dalam rangka menghambakan diri kepada Allah SWT.
Shalawat serta salam tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan kita nabi Allah Muhammad SAW yang
telah mengantarkan umat manusia dari peradaaban hidup yang jahiliyah menuju pada peradaban hidup
yang modern, yang penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita rasakan
pada saat ini. Semoga kita semua termasuk hambanya yang taat, yang berhak mendapatkan syafaatnya
di hari akhir kelak
Bagaimana kabar kalian ? Saya yakin kalian semua dalam keadaan sehat walafiat. Sebelumnya apakah
kalian sudah mengenal saya ? Ada pepatah yang mengatakan kalau tak kenal maka tak sayang. Oleh
karena itu, saya akan pernkenalkan diri saya terlebih dahulu. Nama saya adalah Muhammad Lutfi Aji
Arya Putra, saya biasa di panggil Arya. Saya lahir pada tanggal 28 Februari 2997 di Balikpapan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan tentang Islam, termasuk di dalamnya masalah
adab. Seorang penuntut ilmu harus menghiasi dirinya dengan adab dan akhlak mulia. Dia harus
mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak yang mulia, baik terhadap dirinya maupun kepada
orang lain.
Berikut diantara adab-adab yang selayaknya diperhatikan ketika seseorang menuntut ilmu syar’i,
Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah Ta’ala dan seseorang tidak akan mendapat ilmu yang
bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah hanya
kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan memurnikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus.” (QS. Al-Bayyinah:5)
Orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap wajah Allah termasuk orang yang pertama kali
dipanaskan api neraka untuknya. Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Barangsiapa yang
menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia
tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat
harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)
Kedua, Rajin berdoa kepada Allah Ta’ala, memohon ilmu yang bermanfaat
Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’aladan
memohon pertolongan kepadaNya dalam mencari ilmu serta selalu merasa butuh kepadaNya.
Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk selalu memohon ilmu yang bermanfaat
kepada Allah Ta’aladan berlindung kepadaNya dari ilmu yang tidak bermanfaat, karena banyak kaum
Muslimin yang justru mempelajari ilmu yang tidak bermanfaat, seperti mempelajari ilmu filsafat, ilmu
kalam ilmu hukum sekuler, dan lainnya.
Dalam menuntut ilmu syar’i diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu bermalas-malasan
dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan izin Allah apabila kita
bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang:
yaitu (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan (2) orang yang rakus
terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)
Keempat, Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala
Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak melakukan dosa dan maksiat.
Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan
hati, merusak kehidupan dan mendatangkan siksa Allah Ta’ala.
Kelima, Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu
Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih
ada dalam dirinya.
“Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong” (HR. Bukhari secara
muallaq)
Keenam, Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru
Allah Ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu)
mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal
sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)
Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa ada
keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i yang disampaikan, tidak boleh ngobrol.
Allah Ta’ala berfirman, “dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu
mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raaf: 204)
Kiat memahami pelajaran yang disampaikan: mencari tempat duduk yang tepat di hadaapan guru,
memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang berpengalama. Bersungguh-sungguh untuk
mengikat (mencatat) faedah-faedah pelajaran, tidak banyak bertanya saat pelajaran disampaikan, tidak
membaca satu kitab kepada banyak guru pada waktu yang sama, mengulang pelajaran setelah kajian
selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.
“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia
memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada
orang yang lebih faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi).
Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Ta’ala agar Dia memberikan
cahaya pada wajah orang-orang yang mendengar, memahami, menghafal, dan mengamalkan sabda
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kita pun diperintahkan untuk menghafal pelajaran-pelajaran
yang bersumber dari Al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran, poin-poin penting, fawaa-id(faedah dan
manfaat) dari ayat, hadits dan perkataan para sahabat serta ulama, atau berbagai dalil bagi suatu
permasalahan yang dibawa kan oleh syaikh atau gurunya. Agar ilmu yang disampaikannya tidak hilang
dan terus tertancap dalam ingatannya setiap kali ia mengulangi pelajarannya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Ikatlah ilmu dengan tulisan” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr)
Menuntut ilmu syar’i bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada tujuan yang agung, yaitu
adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-Nya, dan mengamalkan
tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan demikian, barang siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk
diamalkan, niscaya ia diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaan, dan ganjaran pahalanya yang besar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan
kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu
(lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri.” (HR Ath-Thabrani)
Objek dakwah yang paling utama adalah keluarga dan kerabat kita, Allah Ta’alaberfirman, “Wahai orang-
orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah
terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6).
Hal yang harus diperhatikan oleh penuntut ilmu, apabila dakwah mengajak manusia ke jalan Allah
merupakan kedudukan yang mulia dan utama bagi seorang hamba, maka hal itu tidak akan terlaksana
kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu, seorang dapat berdakwah dan kepada ilmu ia berdakwah. Bahkan
demi sempurnannya dakwah, ilmu itu harus dicapai sampai batas usaha yang maksimal. Syarat dakwah:
Aqidah yang benar, seorang yang berdakwah harus meyakini kebenaran ‘aqidah Salaf tentang Tauhid
Rububiyyah, Uluhiyyah, Asma’ dan Shifat, serta semua yang berkaitan dengan masalah ‘aqidah dan
iman.Manhajnya benar, memahami Al-quran dan As-sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush
Shalih.Beramal dengan benar, semata-mata ikhlas karena Allah dan ittiba’ (mengikuti) contoh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak mengadakan bid’ah, baik dalam i’tiqad (keyakinan),
perbuatan, atau perkataan.
***
Referensi:
Adab & Akhlak Penuntut Ilmu karya Yazid bin Abdul Qadir Jawas
——————————————————————————–
Artikel muslimah.or.id
Sahabat muslimah, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira
TOPICS: ADAB MENUNTUT ILMU SYAR'I, ILMU, ILMU AGAMA, ILMU SYAR'I, PENUNTUT ILMU
ABOUT AUTHOR
ARTIKEL TERKAIT
July 8, 2019
Penyanyi Wanita
July 5, 2019
13 COMMENTS
REPLY
ana ingin meminta izin untuk copy and paste untuk presentation ana…ana harap dihalalkan
REPLY
Sa'id Abu Ukkasyah August 2, 2015
REPLY
Assalamu’alaikum..
Mohon izin, saya mau tanya kenapa mempelajari ilmu filsafat dikatakan tdk brmanfaat?
REPLY
Wa’alaikumussalam,
Simak: https://almanhaj.or.id/3453-ilmu-filsafat-perusak-akidah-islam.html
REPLY
LEAVE A REPLY
7 ARTIKEL TERBARU
Seruan Dari Allah Untuk Semua ManusiaHarta Adalah Tanggung Jawab (Bag. 1)Waspada Terhadap
NerakaFatwa Tentang Kafarah GhibahNasehatilah Pemimpinmu Secara Diam-DiamPesona Kebahagiaan
Seorang MukminTidak Boleh Menceritakan Percumbuan Dengan Pasangan
ARSIP ARTIKEL
Select Category Adab dan Doa Akhlak dan Nasehat Al Qur’an Aqidah Bahasan
Utama Buletin Zuhairoh Dari Redaksi Fikih Hadits Info Dauroh dan Kajian Keluarga dan
Wanita Kesehatan dan Pengetahuan Umum Kisah Manhaj Nasehat Ulama Pendidikan
Anak Pojok Hikmah Ramadhan dan Ied Tahukah Engkau Saudariku? Tazkiyatun Nafs
Select Category Adab dan Doa Akhlak dan Nasehat Al Qur’an Aqidah Bahasan
Utama Buletin Zuhairoh Dari Redaksi Fikih Hadits Info Dauroh dan Kajian Keluarga dan
Wanita Kesehatan dan Pengetahuan Umum Kisah Manhaj Nasehat Ulama Pendidikan
Anak Pojok Hikmah Ramadhan dan Ied Tahukah Engkau Saudariku? Tazkiyatun Nafs
MUSLIMAH.OR.ID
Tentang Kami
Kontributor
Donasi Dakwah
Pasang Iklan
YPIA.OR.ID
Tentang YPIA
Program YPIA
Donasi Dakwah
Kontak Kami
ALAMAT KAMI
Pogung Rejo No. 412, RT 14/RW 51, kelurahan Sinduadi, kecamatan Mlati, kabupaten Sleman, kode pos:
55284