Anda di halaman 1dari 70

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UNSAFE ACTION

(TINDAKAN TIDAK AMAN) PADA PEKERJA DI UNIT


KEBERSIHAN UPT PENGELOLAAN LINGKUNGAN
UNIVERSITAS TADULAKO

PROPOSAL

LAELA QADRIANI
N 201 14 071

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2017
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL ...................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v

DAFTAR ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN ............................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ................................... 7

2.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja ................................................... 8

2.3 Dampak Kecelakaan Kerja ....................................................... 9

2.4 Penyebab Kecelakaan Kerja ..................................................... 9

2.5 Unsafe Action (Tindakan Tidak Aman) ................................... 14

2.6 Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Tindakan Tidak Aman

(Unsafe Action) ......................................................................... 16

2.7 Kerangka Teori ......................................................................... 26

2.8 Tabel Sintesa ............................................................................ 27


BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar pemikiran Variabel yang diteliti ..................................... 32

3.2 Kerangka Konsep ...................................................................... 34

3.3 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................... 34

3.4 Hipotesis Penelitian ................................................................... 40

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian .......................................................................... 41

4.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ................................................. 41

4.3 Populasi dan Sampel.................................................................. 41

4.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 42

4.5 Analisis dan Penyajian Data ...................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Tabel Sintesa ....................................................................... 28

Tabel 4.1 Tabel Kontingensi 2x2 ........................................................ 44


DAFTAR GAMBAR

Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori .................................................................... 28

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................... 35


DAFTAR ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN

Simbol/Singkatan Arti Simbol/Singkatan

> Lebih dari


< Kurang dari
≥ Lebih dari atau sama dengan
≤ Kurang dari atau sama dengan
% Satuan Persen
APD Alat Pelindung Diri
KK Kecelakaan Kerja
BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Unsafe Act Unsafe Action
ILO International Labour Organization
(Organisasi Buruh Internasional)
K3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
PT Perseroan Terbatas
UBP Unit Bisnis Pembangkitan
UPT Unit Pelaksanaan Teknis
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Persetujuan Pengambilan Gambar Responden

Lampiran 5 : Kuesioner
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan kerja mempunyai tingkat kategori keparahan yang berbeda-

beda yaitu “ringan”, “sedang” dan “parah”. Namun kecelakaan dari kategori

apapun harus dianggap penting oleh manajemen termasuk dalam kategori

ringan atau minor injury (Whardani dalam Kurniawan et al., 2017). Setiap

kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan dan pasti terdapat penyebab dari

kecelakaan tersebut. Oleh karenanya, sebab-sebab kecelakaan harus diteliti

dan ditemukan agar kejadian serupa tidak terulang dikemudian hari

(Esmiralda et al., 2014).

Menurut International Labour Organization (2017), setiap hari tenaga

kerja meninggal dunia akibat kecelakaan kerja atau penyakit terkait pekerjaan

lebih dari 2,78 juta kematian per tahun. Selain itu, ada sekitar 374 juta cedera

dan penyakit akibat kecelakaan kerja non fatal setiap tahun. Untuk Indonesia

sendiri berdasarkan laporan Dirjen Binawasker dan K3 pada tahun 2017,

jumlah kecelakaan kerja yaitu 11.028 kasus dan penyakit akibat kerja

sebanyak 118 kasus (Dirjen Binaswaker dan K3, 2017). Untuk Provinsi

Sulawesi Tengah, kasus kecelakaan kerja (KK) meningkat tajam yakni dari

70 kasus pada 2014 menjadi 454 kasus selama 2015 (Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Kota Palu, 2016)

Secara umum kecelakaan disebabkan oleh tindakan perbuatan manusia

yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human action) seperti tidak


memakai alat pelindung diri (APD), bekerja tidak sesuai prosedur, bekerja

sambil bergurau, menaruh barang atau alat kerja tidak benar, sikap kerja yang

tidak selamat, bekerja di dekat alat yang bergerak atau berputar, kelelahan,

kebosanan dan lain-lain (Suma’mur, 2013).

Terjadinyaa kecelakaan kerja 80% disebabkan oleh unsafe action

(tindakan tidak aman). Pekerja sebagai pelaku K3 harus meningkatkan

pengelolaan K3 yang dapat dicapai dengan lebih memfokuskan pada unsafe

action sehingga potensi akan terjadinya kecelakaan kerja dapat dikurangi

(Pratiwi, 2012). Heinrich memperkirakan bahwa 85% kecelakaan kerja terjadi

karena kontribusi dari perilaku kerja yang tidak aman. Berdasarkan hal

tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku manusia yaitu tindakan tidak aman

merupakan unsur yang memegang peranan penting dalam mengakibatkan

kecelakaan (Suma’mur, 2013).

Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa ada beberapa faktor

yang berhubugan dengan unsafe act (tindakan tidak aman). Berdasarkan

penelitian (Maulidhasari et al., 2011) menunjukkan terdapat hubungan antara

pengetahuan K3 dengan unsafe action pada pekerja di bagian unit Intake PT.

Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Semarang. Dalam

penelitian ini didapatkan hasil bahwa semakin rendah pengetahuan tentang

K3 pada pekerja di Unit Intake semakin besar potensi pekerja untuk

melakukan perilaku berbahayanya.

Adapun berdasarkan penelitian Asriani et al., (2011) terdapat hubungan

antara sikap dengan perilaku tidak aman pada pekerja di bagian pabrik urea
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang. Pada penelitian ini diketahui lebih banyak

pekerja yang memiliki sikap terhadap bahaya tidak baik melakukan perilaku

tidak aman kategori tinggi.

Adapun menurut penelitian Nastiti et al., (2015) faktor-faktor yang

mempengaruhi kebiasaan mengemudi tidak aman supir angkot salah satunya

karena kurangnya pengawasan dan perhatian dari pemilik angkot, teman kerja

dan organisasi pada sopir angkot daerah Tembalang Kota Semarang.

Menurut penelitian Hajrah et al., (2017) terdapat pengaruh motivasi

kerja aman terhadap perilaku aman pada pekerja di PT. Maruki Internasional

Indonesia. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa semakin rendah

motivasi responden maka akan semakin tinggi untuk berperilaku tidak aman.

Unit Pelaksanaan Teknis Pengelola Lingkungan merupakan salah satu

dari delapan unit pelaksana teknis yang berada di lingkungan Universitas

Tadulako, yang memiliki peran dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan

kampus agar terwujud kampus Universitas Tadulako yang bersih dan hijau

dalam rangka mendukung Tri Darma Perguruan Tinggi. UPT Pengelola

Lingkungan ini bekerja dalam sektor penataan lingkungan dan taman di area

kampus, penataan kelistrikan kampus, pengelola jaringan air, security, tenaga

parkir dan cleaning service. Tentunya dalam setiap sektor yang ada di UPT

Pengelolaan Lingkungan kampus ini memiliki potensi bahaya untuk terjadinya

kecelakaan kerja. Menurut hasil penelitian Nadia and Yuantari, (2017) risiko

yang dihadapi oleh petugas kebersihan saat bekerja antara lain terpapar debu,

kuman, bakteri dan virus, tertusuk atau tergores benda tajam, alergi dengan
bahan kimia, gangguan muskuloskeletal, terjatuh dari tangga, tersengat listrik

dan terpapar bahan kimia dalam bentuk pupuk.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di UPT Pengelolaan

Lingkungan Universitas Tadulako pekerja pernah mengalami Kecelakaan

Kerja, yaitu terjatuh pada saat berusaha memadamkan api ketika terjadi

kebakaran dikampus sehingga mengalami cidera ringan dengan jumlah 1

kasus, pada unit kebersihan terjadi 1 kasus tangan tergores kawat, 3 kasus

pekerja terkena benda tajam berupa alat kerja mereka sendiri seperti parang

ketika melakukan kegiatan memotong pohon, 3 kasus pekerja pengangkut

sampah mengalami kecelakaan lalu lintas pada saat bekerja. Serta pekerja

terinjak benda tajam pada saat melakukan pembersihan sebanyak 35 kasus.

Lalu pada unit jaringan air, salah seorang pekerja pernah mengalami

kecelakaan kerja jatuh dari mobil dan tertimpa pipa sepanjang 12 meter

sehingga harus dirawat di rumah sakit selama 1 bulan. Selain itu ada pula

pekerja yang terluka jari tangannya karena terkena alat kerjanya sendiri ketika

bekerja membuka jalan air. Berdasarkan data diatas unit kerja dengan kasus

kecelakaan yang cukup tinggi adalah unit kebersihan. Adapun yang

menyebabkan kejadian kecelakaan ini sebagian besar disebabkan oleh unsafe

action (tindakan tidak aman) seperti human error, kelalaian pekerja, kesalahan

instruktur, beban kerja yang berlebihan (over load) serta kegagalan

menggunakan APD.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian

tentang faktor yang berhubungan dengan unsafe action (tindakan tidak aman)
pada pekerja di unit kebersihan UPT Pengelolaan Lingkungan Universitas

Tadulako

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah pada

penelitian ini yaitu “faktor apa saja yang berhubungan dengan unsafe action

(tindakan tidak aman) pada pekerja di Unit Kebersihan UPT Pengelolaan

Lingkungan Universitas Tadulako?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan unsafe action

(tindakan tidak aman) pada pekerja di unit kebersihan UPT

Pengelolaan Lingkungan Universitas Tadulako.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara Pengetahuan dengan Unsafe

Action (tindakan tidak aman) pada pekerja di unit kebersihan

UPT Pengelolaan Lingkungan Universitas Tadulako.

b. Untuk mengetahui hubungan antara Sikap dengan Unsafe Action

(tindakan tidak aman) pada pekerja di unit kebersihan UPT

Pengelolaan Lingkungan Universitas Tadulako.

c. Untuk mengetahui hubungan Pengawasan dengan Unsafe Action

(tindakan tidak aman) pada pekerja di unit kebersihan UPT

Pengelolaan Lingkungan Universitas Tadulako.


d. Untuk mengetahui hubungan Motivasi dengan Unsafe Action

(tindakan tidak aman) pada pekerja di unit kebersihan UPT

Pengelolaan Lingkungan Universitas Tadulako.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian literatur

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja,

serta dapat meningkatkan kesadaran bagi para pembaca agar tetap

menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja dalam melakukan

aktivitas pekerjaannya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai masukan bagi

instansi terkait khususnya UPT Pengelolaan Lingkungan Kampus

Universitas Tadulako agar dapat menerapkan Budaya K3 Di tempat

kerja agar para pekerjanya dapat terhindar dari segala bentuk

kecelakaan kerja dan dapat menghasilkan produktivitas kerja yang

tinggi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 menurut keilmuan adalah ilmu

dan penerapannya secara teknis dan teknologi untuk melakukan pencegahan

terhadap munculnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dari setiap

pekerjaan yang dilakukan (Tarwaka, 2014). Sedangkan menurut (Widayana

and Wiratmaja, 2014) K3 dapat difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun

rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya

dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya perlindungan yang ditujukan agar

tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau perusahaan selalu dalam

keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap produksi digunakan secara aman

dan efisien (Afrianto, 2014 dalam (Kalalo et al., 2016).

Hakikat dari kesehatan dan keselamatan kerja meliputi dua hal, yaitu

yang pertama sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja

seoptimal mungkin pada pekerja/buruh, petani, nelayan, pegawai negeri,

pengusaha, manajer atau pekerja bebas di semua sektor kegiatan formal dan

informal, sehingga tercapai kesejahteraan tenaga kerja, dan yang kedua

sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas yang berlandaskan kepada

perbaikan daya kerja dan produktivitas faktor manusia dalam produksi

(Alamsyah and Muliawati, 2013).


2.2 Kecelakaan Kerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 03 Tahun 1998.,

kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan

tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta

benda. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak

dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas

(Suma’mur, 2013). Adapun menurut (Martiwi et al., 2017) Kecelakaan kerja

(accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa tidak diinginkan yang

menimbulkan kerugian terhadap manusia, kerugian terhadap proses, maupun

merusak harta benda yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri. Jadi

dapat disimpulkan kecelakaan kerja merupakan suatu peristiwa yang tidak

terduga yang dapat menimbulkan kerugian besar.

Kecelakaan kerja mempunyai tingkat kategori keparahan yang

berbeda-beda yaitu “ringan”, “sedang” dan “parah”. Namun kecelakaan dari

kategori apapun harus dianggap penting oleh manajemen termasuk dalam

kategori ringan atau minor injury (Wardhani dalam (Kurniawan et al., 2017)

2.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut ILO dalam (Buntarto, 2015), kecelakaan akibat kerja

diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan yaitu:

a. Menurut jenis kecelakaan, seperti terjatuh, tertimpa benda, tertumbuk atau

terkena benda-benda, terjepit oleh benda, gerakn-gerakan melebihi

kemampuan, pengaruh suhu tinggi, terkena arus listrik dan sebagainya.


b. Menurut penyebab, seperti akibat dari mesin, bahan-bahan/zat berbahaya

dan lingkungan kerja.

c. Menurut sifat luka atau kelainan, seperti patah tulang, dislokasi (keseleo),

regang otot (urat), memar dan luka dalam yang lain, amputasi, luka di

permukaan, luka bakar dan sebagainya.

d. Menurut letak kelainan atau luka di tubuh, misalnya kepala, leher, perut

dan sebagainya.

2.4 Dampak Kecelakaan Kerja

Menurut (Buntarto, 2015), dampak kecelakaan kerja antara lain:

a. Meninggal dunia, merupakan akibat kecelakaan yang paling fatal yang

menyebabkan penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan

pertolongan dan perawatan sebelumnya.

b. Cacat permanen total, yaitu cacat yang mengakibatkan penderita secara

permanen tidak mampu lagi melakukan pekerjaan produktif karena

kehilangan atau tidak berfungsinya lagi salah satu bagian tubuh.

c. Cacat permanen sebagian, yaitu cacat yang mengakibatkan satu bagian

tubuh hilang atau terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.

d. Tidak mampu bekerja sementara ketika dalam masa pengobatan maupun

karena harus beristirahat menunggu kesembuhan.

2.5 Penyebab Kecelakaan Kerja

2.5.1 Teori Domino

Heinrich (1950) dalam (Tarwaka, 2012) mengemukakan suatu

teori sebab akibat terjadinya kecelakaan yang selanjutnya dikenal


dengan “Teori Domino”. Dari teori tersebut digambarkan bahwa

timbulnya suatu kecelakaan atau cedera disebabkan oleh lima faktor

penyebab yang secara berurutan dan berdiri sejajar antara faktor satu

dengan yang lainnya. Kelima faktor tersebut adalah:

a. Lingkungan sosial dan kebiasaan perilaku (ancesry and social

environment).

Orang yang memiliki sifat tidak baik (misalnya keras kepala)

yang diperoleh karena faktor keturunan, pengaruh lingkungan

dan pendidikan, mengakibatkan seorang pekerja kurang hati-hati,

dan banyak membuat kesalahan.

b. Kesalahan/kecerobohan (fault of person)

Merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan

tersebut di atas yang menjurus pada tindakan yang salah dalam

melakukan pekerjaan.

c. Tindakan dan kondisi tidak aman (Unsafe action or condition)

Tindakan yang berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain,

memudahkan terjadinya rangkaian berikutnya.

d. Kecelakaan (accident)

Peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja. Pada umumnya

disertai dengan kerugian.

e. Cidera (Injury).

Merupakan hasil dari kecelakaan yang mengakibatkan

cedera/luka atau berat, kecacatan dan bahkan kematian.


Heinrich menjelaskan, bahwa untuk mencegah terjadinya

kecelakaan adalah cukup dengan membuang salah satu kartu domino

atau memutuskan rangkaian mata rantai domino tersebut (domino

kesalahan manusia) yang meliputi; lingkungan, kecerobohan manusia,

dan potensi bahaya karena tindakan manusia dan kondisi yang tidak

selamat (Tarwaka, 2012).

2.5.2 Teori Loss Causation Model

Frank Bird Jr. dan Germain (1986) dalam (Tarwaka, 2012)

memodifikasi teori domino dengan merefleksikan ke dalam hubungan

manajemen secara langsung dengan sebab akibat kerugian kecelakaan.

Model Penyebab kerugian melibatkan lima faktor penyebab secara

berantai. Kelima faktor yang dimaksud adalah:

a. Lemahnya Kontrol (Lack of control). Faktor ini meliputi ketidak

sesuaian program, standar dan ketidak patuhan terhadap standar.

b. Penyebab Dasar (Basic cause). Faktor penyebab dasar ini

meliputi faktor individu (kemampuan fisik, stres, kurang

pengetahuan, sikap, motivasi rendah) dan faktor kerja

(pengawasan, fasilitas, pelatihan, peraturan).

c. Penyebab langsung (Immediate causes), suatu kejadian yang secara

cepat memicu terjadinya kecelakaan bila kontak dengan bahaya.

Immediate causes meliputi faktor sub-standard dan faktor kondisi.

Faktor substandard diantaranya tindakan tidak aman seperti

mengoperasikan unit tanpa ijin dan faktor kondisi seperti


kebisingan, ventilasi iklim kerja dan lain-lain. Tindakan tidak

aman (unsafe act) merupakan penyebab atau domino yang paling

berpengaruh terhadap basic cause (penyebab dasar).

d. Kecelakaan (Accident), terjadi karena adanya kontak dengan energi

atau bahan-bahan berbahaya.

e. Kerugian, akibat rentetan faktor sebelumnya akan mengakibatkan

kerugian pada manusia itu sendiri, harta benda atau properti dan

proses produksi

2.5.3 Teori Swiss-Cheese

Teori swiss-cheese ini diperkenalkan oleh James Reason. Teori

ini menekankan bahwa penyebab kecelakaan kerja adalah akibat

kelalaian atau kesalahan manusia (Buntarto, 2015). Penyebab

kelalaian atau kesalahan manusia dibagi menjadi empat oleh James

Reason, yaitu :

a. Pengaruh organisasi (organizational influences).

b. Pengawasan yang tidak aman (unsafe supervision), yaitu tidak ada

tindakan lebih lanjut dari pihak pengawasan terhadap kondisi dan

tindakan tidak aman.

c. Prakondisi yang dapat menyebabkan tindakan tidak aman

(preconditions for unsafe act), yaitu situasi atau kondisi yang

berpotensi untuk memulai, memperburuk, dan memfasilitasi suatu

peristiwa yang tidak diinginkan.


d. Tindakan tidak aman (unsafe act) yaitu tindakan yang menyimpang

atau tidak sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditentukan.

2.5.4 Human Error Model

Russel Ferrel dalam (Colling, 1990) menyatakan bahwa

kecelakaan merupakan hasil dari penyebab berantai, satu atau lebih

dari penyebab-penyebab merupakan kesalahan manusia. Kesalahan

manusia ini disebabkan oleh salah satu dari 3 (tiga) situasi ini:

a. Overload (beban yang berlebihan) yang merupakan

ketidaksesuaian dari kapasitas manusia dan beban yang ditujukan

padanya.

b. Tanggapan yang salah oleh seseorang di dalam situasi yang

dikarenakan ketidakcocokan yang mendasar terhadap apa yang ia

tujukan.

c. Aktivitas yang tidak semestinya yang ia lakukan baik karena ia

tidak tahu apa yang lebih baik maupun karena ia dengan sengaja

mengambil risiko.

2.5.5 Teori Kecelakaan Model Petersen

Model ini menyatakan bahwa di belakang kesalahan manusia

ada 3 (tiga) kategori besar: beban yang berlebih, rangkap, dan

keputusan yang keliru. Beban yang berlebih kurang lebih seperti

Ferrell Model. Perbedaan yang utama adalah pada kategori ketiga

yaitu keputusan yang keliru. Kategori ini mengajukan bahwa para

pekerja sering melakukan kesalahan melalui keputusan-keputusan


secara sadar atau tidak sadar. Berkali-kali pekerja akan memilih untuk

mengerjakan tugas dengan tidak aman dikarenakan tekanan dari

teman, prioritas sistem dimana mereka berada, tekanan produksi, dan

lain-lain (Pratiwi, 2012).

2.6 Unsafe Action (Tindakan Tidak Aman)

2.6.1 Pengertian Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Unsafe action adalah tindakan berbahayadari tenaga kerja yang

mungkin dilatar belakangi oleh berbagai sebab (Tarwaka, 2012).

Unsafe action atau tindakan tidak aman adalah perilaku yang

dilakukan oleh pekerja yang menyimpang dari prinsip-prinsip

keselamatan atau tidak sesuai dengan prosedur kerja yang beresiko

untuk timbulnya masalah (Grace, 2011)

2.6.2 Jenis Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action

Jenis-jenis tindakan tidak aman (unsafe action) yang dapat

menyebabkan kerugian / kecelakaan, antara lain:

a. Gagal memperingatkan, kecepatan tidak layak atau berbahaya,

Memakai alat tidak layak pakai, tidak menggunakan APD dengan

semestinya, gagal mengikuti prosedur, mengoperasikan mesin

yang tidak sesuai dengan keahliannya (Pratiwi, 2012)

b. Operasi tanpa otorisasi, membuat alat pengaman tidak berfungsi,

menghilangkan alat pengaman, servis alat yang sedang beroperasi,

beban kerja yang berlebihan (Anizar, 2009) .


c. Penempatan tidak tepat, pengangkatan yang tidak sesuai prosedur,

posisi tidak aman, bercanda, main-main, bersenda guru berlebihan,

mabok alkohol dan obat obatan terlarang, mengangkut beban yang

berlebihan (Pratiwi, 2012).

2.6.3 Penyebab Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Klasifikasi kesalahan manusia, antara lain :

a. Kesalahan dikarenakan lupa.

Kesalahan yang dilakukan dikarenakan lupa, akan tetapi

sebenarnya orang tersebut mengetahui, mampu, dan berniat

mengerjakan suatu hal secara benar dan aman dan telah biasa

melakukannya. Misalnya menekan tombol yang salah (Helliyanti,

2009).

b. Kesalahan dikarenakan tidak tahu. Kesalahan yang terjadi

dikarenakan tidak mengetahui cara mengerjakan pekerjaan secara

benar dan aman atau terjadi perhitungan yang salah. Kesalahan ini

biasanya dikarenakan kurangnya pelatihan, kesalahan instruksi,

informasi yang berubah tidak diberitahukan (Azwar, 2010)

c. Kesalahan dikarenakan tidak mampu.

Kesalahan yang terjadi dikarenakan orang tersebut tidak mampu

melakukan pekerjaannya. Misalnya, pekerjaan terlalu sulit, beban

fisik dan mental yang terlalu berat akan pekerjaan tersebut, tugas

yang terlalu banyak (Azwar, 2010).


d. Kesalahan yang dikarenakan kurang motivasi.

Kesalahan dikarenakan kurangnya motivasi dapat terjadi

dikarenakan, antara lain; terburu-buru karena ingin cepat selesai,

melalui jalan pintas, ingin merasa nyaman, malas untuk memakai

APD, menarik perhatian dengan mengambil resiko yang berlebihan

(Helliyanti, 2009).

e. Kesalahan dikarenakan aturan. Kesalahan yang dikarenakan

pekerja tidak melakukan pekerjaan yang seharusnya

dilakukan/melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan standar

dan prosedur yang telah diterapkan, misalnya pekerja yang tidak

melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi kerja yang telah

dibuat (Azwar, 2010).

2.7 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Tidak Aman

(Unsafe Action).

2.7.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo,

2014)

Menurut Skinner dalam (Notoatmodjo, 2014) bila seseorang

dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu bidang


tertentu dengan lancar, baik secara lisan maupun tertulis maka dapat

dikatakan mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban verbal

yang diberikan orang tersebut dinamakan pengetahuan.

Notoatmodjo (2014) menyebutkan bahwa pengetahuan yang

tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

a. Tahu, artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya mengingat

kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi secara benar.

c. Aplikasi, artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi nyata yaitu menggunakan hukum-

hukum, rumusrumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan

situasi yang lain.

d. Analisis, artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain.

e. Sintesis, artinya kemampuan untuk menghubungkan bagian-

bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang sudah ada.


f. Evaluasi, artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

tersebut berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang sudah ada.

Pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran

pengetahuan secara umum menurut Widayatun (1999) dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

a. Pertanyaan subyektif misalnya jenis pertanyaan esai. Pertanyaan

esai disebut pertanyaan subyektif karena penilaian untuk

pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai sehingga

hasilnya akan berbeda untuk masing-masing penilai dari suatu

waktu ke waktu lainnya.

b. Pertanyaan pilihan ganda.

Pertayaan pilihan ganda, betul salah, menjodohkan, disebut

pertanyaan obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai

secara pasti oleh penilai tanpa melibatkan faktor-faktor subyektif

dari penilai. Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan

obyektif khususnya pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan

sebagai alat pengukuran karena lebih mudah sesuai dengan

pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat dinilai.

2.7.2 Sikap

Morgan (1961) dalam Widayatun (1999) merumuskan sikap

adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif


terhadap orang, objek, atau situasi. Notoatmodjo (2014) mengartikan

sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulan atau objek. Mar’at (1982) dalam

(Notoatmodjo, 2014) mengartikan sikap adalah merupakan produk

dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan

rangsangan yang diterimanya.

Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui

proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu

dengan individu-individu lain di sekitarnya. Dalam hal ini Mar’at

(1982) dalam (Notoatmodjo, 2014) memberikan penjelasan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah:

a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang

yang bersangkutan, seperti selektifitas rangsangan dari luar yang

dapat ditangkap melalui persepsi. Ada proses-proses memilih

rangsangan mana yang akan didekati dan rangsangan mana yang

harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan

kecenderungan yang berasal dari diri seseorang. Bila mempunyai

kecenderungan memilih maka akan terbentuk sikap positif atau

terbentuk sikap negatif bila kecenderungan itu menolak.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang menentukan seseorang

untuk bersikap, terdiri dari: Sifat objek yang dijadikan sasaran,

kewajiban orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat-sifat orang

atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, dan media


komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan situasi pada

saat sikap itu terbentuk.

Pembentukan sikap menurut (Azwar, 2010) memiliki tahapan-

tahapan yaitu:

a. Subjek mau menerima dan memperhatikan stimulus yang diterima.

Merespon, memberikan jawaban apabila ditanya dan menyelesaikan

tugas yang diberikan.

b. Menghargai, mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah.

c. Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan

segala risiko.

Teknik pengukuran sikap yang dikenal saat ini adalah skala

Thurstone Equal-Appeal Interval Scala dengan menempatkan suatu

benda kedalam dua dimensi evaluasi ”kesukaan” dan ”ketidaksukaan”

dengan rentang dari satu sampai sebelas(Za’im, 2002).

Skala Likert yaitu Likert Method of Summateds Ratings lebih

sederhana lagi dengan menempatkan pilihan terhadap objek sikap

dengan rentang satu sampai lima yaitu ”sangat setuju, setuju, ragu-ragu,

tidak setuju, dan sangat tidak setuju” atau disederhanakan menjadi

rentang satu sampai empat yaitu ”sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan

sangat tidak setuju” (Azwar, 2010).

Skala sikap berisikan pernyataan-pernyataan sikap tentang objek

yang diukur. Pernyataan sikap berisikan hal-hal positif (favorable) atau


hal-hal yang negatif (non-favorable) mengenai objek sikap. Dalam

pernyataan skala sikap memuat komponen-komponen perilaku terdiri

dari aspek kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak (Azwar,

2010).

2.7.3 Pengawasan

Pengawasan merupakan suatu pekerjaan yang berarti

mengarahkan yaitu memberikan tugas, menyediakan instruksi,

pelatihan dan nasihat kepada individu juga termasuk mendengarkan dan

memecahkan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan serta

menanggapi keluhan bawahan (Utommi, 2007).

Hal yang diidentifikasi saat melakukan pengawasan menurut

(Idelfianda, 2012) yaitu:

a. Masalah keselamatan kerja (bahaya kebakaran, desain yang tidak

aman, penataan lokasi kerja yang tidak baik).

b. Letak peralatan pengaman.

c. Kegiatan pekerja yang tidak aman (cara kerja yang salah,

penggunaan alat yang tidak aman, kesalahan dalam menggunakan

APD).

d. Memastikan kemungkinan masih adanya kondisi bahaya.

e. Memastikan lorong dan jalan yang dilalui aman.

f. Penataan material ecara baik dan benar.

g. Memastikan apakah pekerja mengikuti peraturan yang ada.


Tehnik pengawasan dibagi menjadi 2 tehnik, antara lain

pengawasan langsung yang dilakukan oleh pimpinan terhadap kegiatan

yang sedang berjalan dan pengawasan tidak langsung yaitu

pengawasan memalui laporan yang disampaikan oleh bawahan.

Melakukan pengamatan secara langsung dan berkala yang kemudian

apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan

yang bersifat langsung guna mengatasinya (Utommi, 2007)

Pengukuran pengawasan dapat dilakukan dengan wawancara

atau kuesioner menanyakan tentang isi pertanyaan yang diukur dari

responden, dilakukan penilaian/scoring pada masing-masing

pertanyaan. Penilaian tingkat pengawasan dibagi dalam 2 kategori,

yaitu rendah jika skor ≤ mean dan tinggi : jika skor > mean

(Suma’mur, 2013)

2.7.4 Motivasi

Motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan

mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias

mencapai hasil yang optimal (Hasibuan, 2009). Adapun menurut Reza

(2010), motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan,

menyalurkan, memelihara dan mendorong perilaku manusia.

Adapun menurut (Bryan, 2014) menyatakan bahwa motivasi

kerja adalah dorongan atau semangat yang timbul dalam diri seseorang

atau karyawan untuk melakukan sesuatu atau bekerja, karena adanya

rangsangan dari luar baik itu dari atasan serta adanya dasar untuk
memenuhi kebutuhan dan rasa puas, serta memenuhi tanggung jawab

atas tugas-tugas yang diberikan dan dilakukan dalam organisasi.

sementara menurut As’ad (2008), motivasi kerja adalah sesuatu yang

menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Kuat dan lemahnya

motivasi kerja seorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya

prestasinya.

Setiap manusia mempunyai needs (kebutuhan, dorongan,

intrinsic dan extinsic faktor), yang pemunculannya sangat tergantung

dari kepentingan individu. Dengan kenyataan ini, kemudian A.

Maslow (1954) membuat “need hierarchy theory” untuk menjawab

tentang tingkatan kebutuhan manusia (As’ad, 2008). Kebutuhan-

kebutuhan manusia itu dapat digolongkan dalam lima tingkatan (five

hierarchy of needs) sebagai berikut:

a. Physiological Needs (kebutuhan yang bersifat biologis).

Misalnya: sandang, pangan dan tempat berlindung, sex dan

kesejahteraan individu. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang

amat primer, karena kebutuhan ini telah ada dan tersa sejak manusia

dilahirkan ke bumi ini.

b. Safety needs (kebutuhan rasa aman)

Jika ini dikaitkan dengan kerja maka kebutuhan akan keamanan

jiwanya sewaktu kerja. Selain itu juga perasaan aman akan harta

yang ditinggal sewaktu bekerja. Perasaan aman juga menyangkut

terhadap masa depan karyawan.


c. Social needs (kebutuhan-kebutuhan sosial)

Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial, sehingga mereka

mempunyai kebutuhan-kebutuhan sosial seperti; kebutuhan akan

perasaan diterima oleh orang lain, dimana ia hidup dan bekerja,

kebutuhan akan perasaan dihormati karena setiap manusia merasa

dirinya penting, kebutuhan untuk bisa berprestasi, dan kebutuhan

untuk ikut serta.

d. Esteem needs (kebutuhan akan harga diri)

Dalam hal ini semakin tinggi kedudukan seseorang maka semakin

banyak hal yang digunakan sebagai simbol statusnya itu.

e. Self actualization (ingin berbuat yang lebih baik)

Ini diartikan bahwa setiap manusia ingin mengembangkan kapasitas

mental dan kapasitas kerjanya melalui pengembangan pribadinya.

Oleh sebab itu pada tingkatan ini orang cenderung untuk selalu

mengembangkan diri dan berbuat yang paling baik.

Adapun teori motivasi sosial model Mc Clelland Menurut Mc

Clelland (1974) dalam (As’ad, 2008) menyatakan timbulnya tingkah

laku karena dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri

manusia. Adapun kebutuhan yang dimaksudkan adalah:

a. Need for achievement

Merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur

berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan


ini, berhubungan erat dengan pekerjaan dan mengarahkan tingkah

laku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu.

b. Need for affiliation

merupakan kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam

hubungannya dengan orang lain. kebutuhan ini mengarahkan

tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan

orang lain.

c. Need of power

Kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi terhadap orang

lain. kebutuhan ini, menyebabkan orang yang bersangkutan tidak

atau kurang memperdulikan perasaan orang lain.

Teori motivasi dari Mc Clelland bila dihubungkan dengan teori

motivasi Maslow maka arah motivasi model Mc Clelland lebih menitik

beratkan pada pemuasan kebutuhan yang bersifat sosial ((As’ad, 2008)


2.8 Kerangka Teori

Lack of Control

Basic Causes
(Penyebab Dasar)

a. Faktor Individu

Pengetahuan
Immediate Causes
(Penyebab Langsung)
Sikap
Unsafe Act (Tindakan
Kemampuan Fisik Tidak Aman)

Stres
Unsafe Condition
(Kondisi Tidak Aman)

b. Faktor Kerja

Motivasi
Incident
Pelatihan K3 (Kecelakaan)

Pengawasan
Losses
(Kerugian)
Fasilitas

Peraturan

(Gambar 2.1 Teori Heinrich, Bird and German 1986)

Keterangan: Variabel yang diteliti


Variabel yang tidak diteliti
2.9 Tabel Sintesisa

No. Peneliti (Tahun) Judul Karakteristik Temuan


Subjek Instrumen Metode/desain
1. Hafizhatun Nadia dan Analisis Risiko Petugas Wawancara, Penelitian Risiko yang dihadapi oleh petugas
MG Catur Yuantari Keselamatan dan kebersihan dan lembar deskriptif analitik kebersihan di RSUD Tugurejo saat
(2017) Kesehatan Kerja yang bekerja di JSA (Job dengan desain bekerja antara lain terpapar debu,
pada Petugas RSUD Safety studi kuman, bakteri dan virus, tertusuk
Kebersihan Di Semarang dan Analysis) menggunakan atau tergores benda tajam, alergi
Rumah Sakit memiliki jam AS/NZS 4360 : dengan bahan kimia, ganggguan
Umum Daerah atau shift kerja 1999, metode muskuloskeletal, terpapar obat
Tugurejo pagi. penilaian risiko kemoterapi, terjatuh dari tangga,
Semarang Tahun dengan teknik tersengat listrik dan terpapar bahan
2017 kualitatif, serta kimia dalam bentuk pupuk.
identifikasi risiko Hasil analisis tingkat risiko
menggunakan menyatakan 18,3% risiko berada pada
JSA . tingkatan low risk yaitu risiko
terpapar kuman, bakteri ataupun virus
dan terpapar obat kemoterapi, 45,1%
risiko pada tingkat moderate risk
yaitu risiko tertusuk jarum suntik,
tergores benda tajam, terpeleset atau
terjatuh dan gangguan
muskuloskeletal, 36,6% risiko pada
tingkatan high risk yaitu risiko alergi
atau iritasi terhadap penggunaan
bahan kimia seperti pembersih lantai
dan lainnya.

No. Peneliti (Tahun) Judul Karakteristik Temuan


Subjek Instrumen Metode/desain
2. Dwi Ayu Septiana Faktor Yang 41 pekerja yang Kuisioner Penelitian Terdapat hubungan antara
dan Mulyono (2014) Mempengaruhi berada di penelitian observasional pengetahuan dengan unsafe action
Unsafe Action bagian analitik Pada Pekerja Di Bagian
Pada Pekerja Di pengantongan menggunakan Pengantongan Urea
Bagian urea rancangan
Pengantongan penelitian cross
Urea sectional study

3 Ningsih Dewi Faktor-faktor yang Mahasiswa Kuesioner Penelitian dengan Terdapat hubungan antara
Sumaningrum Berhubungan analisis desain analitik pengetahuan dengan perilaku tidak
Dengan Perilaku kesehatan di dengan aman Mahasiswa Pada Saat Praktik di
Tidak Aman Perguruan pendekatan cross Laboratorium Perguruan Tinggi X di
Mahasiswa Pada Tinggi X di sectional Jawa Timur
Saat Praktik di Jawa Timur
Laboratorium
Perguruan Tinggi
X di Jawa Timur

No. Peneliti (Tahun) Judul Karakteristik Temuan


Subjek Instrumen Metode/desain
4. Mitsalia Asriani, Faktor-faktor yang Pekerja bagian Kuisioner Penelitian bersifat Ada hubungan antara pengetahuan
Hamzah Hasyim dan Berhubungan pabrik urea PT . penelitian analitik dengan terhadap bahaya, sikap terhadap
Imelda Purba (2011) dengan Perilaku Pupuk pendekatan cross bahaya dan pelatihan K3 dengan
Tidak Aman Sriwidjaja sectional. Perilaku tidak aman (Unsafe Act) di
(Unsafe Act) di Palembang Bagian Pabrik Urea PT. Pupuk
Bagian Pabrik Sriwidjaja Palembang
Urea PT. Pupuk
Sriwidjaja
Palembang
5. Dian Putri Nastiti, Analisis faktor- Informan utama Wawancara Deskriptif Penyebab dasar yang mempengaruhi
Baju Widjasena dan faktor yang dalam penelitan mendalam kualitatif kebiasaan mengemudi tidak aman
Ekawati (2015). mempengaruhi ini adalah 5 (indepth pada sopir angkot daerah tembalang
kebiasaan sopir angkot. interview) kota semarang yaitu sikap dan
mengemudi tidak Informan profesionalitas sopir angkot tidak
aman pada sopir triangulasi sejalan dengan pengetahuan yang
angkot daerah adalah kepala dimiliki sopir angkot, motivasi dari
tembalang kota bagian lalu pemilik angkot kurang, kondisi
semarang. lintas, 2 kendaraan, kurangnya pengawasan
penumpang, 2 dan perhatian dari pemilik angkot,
pengendara lain teman kerja yang cuek dengan
dan pemilik sesama sopir angkot, organisasi
angkot masih kurang berfungsi dalam hal
safety driving.

Peneliti (Tahun) Judul Karakteristik Temuan


No. Subjek Instrumen Metode/desain
6. Yunita Hubungan Pekerja pada Kuesioner, Penelitian Ada hubungan antara sikap,
Sertiasih,Yuliani karakteristik departemen wawancara, kuantitatif dengan pengawasan, pelatihan, dan
Setyaningsih dan Baju pekerja, promosi mechanical observasi, desain penelitian ketersediaan APD dengan perilaku
Widjasena (2017) K3 dan maintenance dokumentasi adalah pendekatan tidak aman pada pekerja mechanical
Ketersediaan APD sebanyak 57 dan studi cross sectional maintenance
dengan perilaku orang pustaka
tidak aman pada
pekerja
mechanical
maintenance
7. Dwi Noor Faktor-faktor yang 30 pekerja unit Wawancara Penelitian analitik Ada hubungan antara variabel
Maulidhasari, MG berhubungan intake PT. dan observasi dengan bebas: pengetahuan tentang K3,
Catur Yuantari dan dengan perilaku Indonesia pendekatan cross sikap terhadap APD, norma
Nurjanah berbahaya (unsafe Power Unit sectional kelompok kerja dengan variabel
action) pada Bisnis terikat perilaku berbahaya (unsafe
bagian unit intake Semarang action).
PT. Indonesia
Power Unit Bisnis
(UPB) Semarang
2011.
8. Aditya Kurnia Hubungan Satu kelompok Kuesioner Bersifat deskriptif Responden dengan golongan umur 
Pratama (2015) karakteristik tenaga kerja pendekatan 30 tahun, memiliki tingkat
pekerja dengan bongkar muat Observasional pendidikan dasar, masa kerja  5
unsafe action pada (TKBM) yang tahun, lama jam kerja > 8 jam/hari,
tenaga kerja melakukan tingkat pengetahuan, dan mengalami
bongkar muat di proses loading kelelahan memiliki risiko lebih
PT. Terminal dan unloading tinggi untuk terjadinya kecelakaan
petikemas di PT. Terminal kerja.
Surabaya. petikemas
Surabaya
No. Peneliti (Tahun) Judul Karakteristik Temuan
Subjek Instrumen Metode/desain
9. Hajrah M, Furqan Pengaruh motivasi Karyawan pada Kuesioner Penelitian analitik Terdapat pengaruh motivasi kerja
Naiem dan Nurhaedar kerja aman perusahaan PT. dengan desain aman terhadap terhadap perilaku
Jafar (2017) terhadap kejadian Maruki cross sectional aman
kecelakaan kerja Internsional
di PT. Maruki Indonesia
Internsional
Indonesia

10. Yahya Khosravi, Factors 56 hasil dan Weft QDA Analisis Prosedur Penyebab perilaku tidak aman dan
Hassan Asilian Influencing temuan Software kualitatif kecelakaan pada situs konstruksi
Mahabadi, Ebrahim Unsafe Behaviors penelitian tampaknya multifaktoral dan
Hajizadeh, and Accident on sebelumnya umumnya terkait dengan
Hassanzadeh Rangi, Construction yang masyarakat, organisasi, manajemen
Hamid Bastani dan Sites: A Review berhubungan proyek, pengawasan, kontraktor,
Amir H. Behzadan dengan faktor kondisi situs, kelompok kerja, dan
yang karakteristik individu.
mempengaruhi
tindakan tidak
aman dan
kecelakaan
Tabel 4.1 Tabel Sintesa
BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Unsafe action atau tindakan tidak aman merupakan tindakan berbahaya

dari para tenaga kerja yang mungkin dilatar belakangi oleh berbagai sebab

antara lain; kekurangan pengetahuan dan keterampilan, sikap dan tingkah laku

yang tidak aman, sikap masa bodoh dari tenaga kerja, kurang motivasi kerja

dari tenaga kerja, kurang adanya kepuasan kerja dan lain sebagainya

(Tarwaka, 2012).

Berdasarkan konsep perilaku dari Notoadmodjo (2005) dapat dijelaskan

bahwa faktor yang mempengaruhi Unsafe action adalah faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan

yang bersifat given atau bawaan, misalnya pengetahuan. Pengetahuan adalah

hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

indera yang dimilikinya melalui mata, hidung, telinga dan sebagainya. Pekerja

mampu mengidentifikasi adanya bahaya melalui penginderaan tersebut. Oleh

karena itu, pekerja dengan pengetahuan yang baik dapat mencegah terjadinya

kecelakaan kerja baik pada dirinya maupun orang lain.

Faktor internal lainnya yang mempengaruhi unsafe action adalah sikap.

Sikap merupakan kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau

negatif terhadap orang, objek atau situasi. Sikap tidak dibawa sejak lahir

melainkan didapat dari pengetahuan dan pengalaman yang dirasakan

langsung oleh seseorang secara personal. Sehingga kurangnya pengetahuan


dan pengalaman dapat diperkirakan sebagai salah satu sebab terbentuknya

sikap yang tidak baik yang menyebabkan terbentuknya perilaku tidak aman

begitupun sebaliknya.

Adapun faktor lain yang mempengaruhi unsafe action adalah

pengawasan. Pengawasan merupakan kegiatan untuk meyakinkan dan

menjamin bahwa tugas/pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan. Pengawasan yang baik berpeluang untuk menciptakan

unsafe action sedangkan pengawasan yang kurang baik atau tidak sama sekali

dilakukan dapat menimbulkan Unsafe action.

Selain pengawasan adapula faktor yang mempengaruhi unsafe action

yaitu motivasi. Motivasi merupakan dorongan atau semangat yang timbul

dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu atau bekerja. Perilaku

keselamatan karyawan sangat dipengaruhi oleh mereka yang termotivasi

untuk bekerja dengan aman. Semakin rendah motivasi seseorang maka akan

semakin tinggi untuk berperilaku tidak aman, dan semakin tinggi motivasi

responden maka akan semakin rendah untuk berperilaku tidak aman.


3.2 Kerangka Konsep

Variabel Bebas

Faktor Individu Variabel Terikat


1. Pengetahuan
2. Sikap
Unsafe Action
(Perilaku Tidak
Aman)
Faktor Pekerja
1. Pengawasan
2. Motivasi

Gambar 3.1 Alur Kerangka Konsep Penelitian

3.3 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

3.3.1 Pengetahuan

a. Definisi Operasional

Kemampuan responden untuk berpikir dan mengetahui

beberapa hal tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

b. Kriteria objektif

Pengetahuan dapat diukur berdasarkan 10 pertanyaan dari

kuesioner dengan jawaban tertinggi diberi skor 1 dan jawaban

terendah diberi skor 0, dihitung dengan menggunakan skala

guttman, yaitu :

Skor tertinggi = jumlah pertanyaan × bobot tertinggi

= 10 × 1

= 10 (100%)

Skor terendah = jumlah pertanyaan × bobot terendah

= 10 × 0
= 0 (0%)

Interval = Skor tertinggi - Skor terendah

Kategori

= 100% - 0%

= 50 %

Skor standar = 100% - 50%

= 50%

Berdasarkan perhitungan di atas maka kriteria objektif

pengetahuan adalah :

Kurang Baik : Jika total skor jawaban responden < 50%

Baik : Jika total skor jawaban responden ≥ 50%

3.3.2 Sikap

a. Definisi Operasional

Tanggapan reaksi pekerja terhadap pentingnya kesehatan dan

keselamatan saat bekerja

b. Kriteria Objektif

Sikap dapat diukur berdasarkan 10 pertanyaan dari kuesioner

dengan jawaban tertinggi diberi skor 4 dan jawaban terendah diberi

skor 1 dihitung dengan menggunakan skala likert yaitu :

Skor tertinggi = jumlah pertanyaan × bobot tertinggi

= 10 × 4

= 40 (100%)
Skor terendah = jumlah pertanyaan × bobot terendah

= 10 × 1

= 10 (25%)

Interval = Skor tertinggi - Skor terendah

` Kategori

= 100% - 25%

= 75%

= 37,5 %

Skor standar = 100% - 37,5%

= 62,5%

Berdasarkan perhitungan di atas maka kriteria objektif sikap

adalah :

Kurang Baik : Jika total skor jawaban responden < 62,5%

Baik : Jika total skor jawaban responden ≥ 62,5%

3.3.3 Pengawasan

a. Definisi Operasional

Peran serta atasan maupun sesama pekerja terhadap kesehatan

dan keselamatan saat bekerja.

b. Kriteria Objektif

Pengawasan dapat diukur berdasarkan 10 pertanyaan dari

kuesioner dengan jawaban tertinggi diberi skor 4 dan jawaban


terendah diberi skor 1 dihitung dengan menggunakan skala likert,

yaitu :

Skor tertinggi = jumlah pertanyaan × bobot tertinggi

= 10 × 4

= 40 (100%)

Skor terendah = jumlah pertanyaan × bobot terendah

= 10 × 1

= 10 (25%)

Interval = Skor tertinggi - Skor terendah

` Kategori

= 100% - 25%

= 75%

= 37,5 %

Skor standar = 100% - 37,5%

= 62,5%

Berdasarkan perhitungan di atas maka kriteria objektif sikap

adalah :

Kurang Baik : Jika total skor jawaban responden < 62,5%

Baik : Jika total skor jawaban responden ≥ 62,5%


3.3.4 Motivasi

a. Definisi Operasional

Sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan seseorang

untuk bertindak.

b. Kriteria Objektif

Motivasi dapat diukur berdasarkan 10 pertanyaan dari kuesioner

dengan jawaban tertinggi diberi skor 4 dan jawaban terendah diberi

skor 1 dihitung dengan menggunakan skala likert, yaitu :

Skor tertinggi = jumlah pertanyaan × bobot tertinggi

= 10 × 4

= 40 (100%)

Skor terendah = jumlah pertanyaan × bobot terendah

= 10 × 1

= 10 (25%)

Interval = Skor tertinggi - Skor terendah

` Kategori

= 100% - 25%

= 75%

= 37,5 %

Skor standar = 100% - 37,5%

= 62,5%
Berdasarkan perhitungan di atas maka kriteria objektif sikap

adalah :

Kurang Baik : Jika total skor jawaban responden < 62,5%

Baik : Jika total skor jawaban responden ≥ 62,5%

3.3.5 Tindakan tidak aman (unsafe act)

a. Definisi Operasional

Pekerja melakukan tindakan yang berpotensi menimbulkan

bahaya.

b. Kriteria Objektif

Tindakan tidak aman dapat diukur berdasarkan 10 pertanyaan

dari lembar observasi dengan jawaban tertinggi diberi skor 1 dan

jawaban terendah diberi skor 0 dihitung dengan menggunakan skala

guttman, yaitu :

Skor tertinggi = jumlah pertanyaan × bobot tertinggi

= 12 × 1

= 12 (100%)

Skor terendah = jumlah pertanyaan × bobot terendah

= 12 × 0

= 0 (0%)

Interval = Skor tertinggi - Skor terendah

Kategori

= 100% - 0%

2
= 50 %

Skor standar = 100% - 50%

= 50%

Berdasarkan perhitungan di atas maka kriteria objektif sikap

adalah :

Kurang Baik : Jika total skor jawaban responden < 50%

Baik : Jika total skor jawaban responden ≥ 50%

3.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan tidak aman (unsafe

act) pada pekerja di unit kebersihan UPT Pengelolaan Lingkungan

Universitas Tadulako.

2. Ada hubungan antara sikap dengan tindakan tidak aman (unsafe act) pada

pekerja di unit kebersihan UPT Pengelolaan Lingkungan Universitas

Tadulako.

3. Ada hubungan antara pengawasan dengan tindakan tidak aman (unsafe

act) pada pekerja di unit kebersihan UPT Pengelolaan Lingkungan

Universitas Tadulako.

4. Ada hubungan antara motivasi dengan tindakan tidak aman (unsafe act)

pada pekerja di unit kebersihan UPT Pengelolaan Lingkungan Universitas

Tadulako
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain

cross sectional. Desain cross sectional merupakan penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan atau pengaruh variabel bebas yaitu pengetahuan,

sikap, pengawasan dan motivasi terhadap variabel terikat yaitu unsafe action

(tindakan tidak aman), dimana data yang menyangkut kedua variabel akan

dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan..

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kantor UPT Pengelolaan Lingkungan

Universitas Tadulako pada Bulan April 2018 sampai Mei 2018.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di Unit

Kebersihan UPT Pengelolaan Lingkungan Universitas Tadulako yang

berjumlah 71 pekerja.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja pekerja di Unit

Kebersihan UPT Pengelolaan Lingkungan Universitas Tadulako yang

berjumlah 71 pekerja.
4.3.3 Metode Pengambilan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu total sampling

dengan jumlah responden sebanyak 71 pekerja.

4.4 Metode Pengumpulan Data

4.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari responden melalui

wawancara menggunakan alat bantu berupa kuesioner dan lembar

observasi yang telah divalidasi dan sesuai untuk melihat faktor yang

berhubungan dengan tindakan tidak aman.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data-data pendukung data primer yang

diperoleh dari hasi wawancara dengan pihak UPT Pengelolaan

Lingkungan Universitas Tadulako terkait yang berhubungan dengan

variabel yang akan diteliti. Juga data sekunder diperoleh dari buku,

laporan, jurnal dan referensi lain yang berkaitan dengan tema

penelitian dan karakteristik responden

4.5 Analisis Dan Penyajian Data

4.5.1 Analisis data

Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi dan frekuensi

dari masing-masing variabel yang diteliti baik variabel independent

maupun variabel dependent


Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

dependent menggunakan uji Chi-square (x2) seperti pada tabel

kontingensi 2 x 2sebagai berikut.

Tabel 4.1 Tabel Kontingensi 2x2


Variabel Ya Tidak Jumlah
Ya A B a+b
Tidak B D c+d
Jumlah a+c b+d N

x2=2 (TexRunad-bcTextRun-1/2n)2
(a+b) (a+c) (b+d) (c+d)
Dimana :

x2 : Uji Chi Square


n : Jumlah Sampel
a : Subjek dengan pajanan yang mengalami efek (+)
b : Subjek dengan pajanan yang tidak mengalami efek (-)
c : Subjek tanpa pajanan yang mengalami efek (+)
d : Subjek tanpa yang tidak mengalami efek (-)

Interpretasi :

Jika p-value > 0,05 menunjukkan dua variabel tersebut tidak ada

hubungan. Jika p-value ≤ 0,05 menujukkan dua variabel tersebut ada

hubungan (Sunyoto, 2013).

4.5.2 Penyajian Data

Setelah dilakukan penginputan dan pengolahan data, selanjutnya

dilakukan analisis data kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik

dan narasi.
DAFTAR PUSTAKA

Affidah, A.N., Sari, V.D.P., 2016. Pengaruh Motivasi dan Tindakan Tidak Aman
Terhadap Kecelakaan Kerja Pada Karyawan Bagian Produksi Dalam
Masa Giling Shift 3 PG X Kediri. J. WIYATA 3, 106–112.

Alamsyah, Muliawati, 2013. Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Nuha


Medika, Yogyakarta.

Anizar, 2009. Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Industri. Graha Ilmu,
Yogyakarta.

As’ad, M., 2008. Psikologi Industri, 10th ed. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.

Asriani, M., Hasyim, H., Purba, I., 2011. Faktor- Faktor Yang Berhubungan
Dengan Perilaku Tidak Aman (Unsafe Action) Di Bagian Pabrik Urea PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang. J. Ilmu Kesehat. Masy. 2, 103–109.

Azwar, S., 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Indonesia, 2017.


Jumlah Kasus Kecelakaan Per Tahun Di Indonesia.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Kota Palu, 2016.


Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja Di Kota Palu.

Bryan, J.T., 2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Terhadap


Kinerja Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Negara
Indonesia, Tbk (Regional Sales Manado). J. Actadiurnal 3.

Buntarto, 2015. Panduan Praktis Keselamatan & Kesehatan Kerja Untuk


Industri., 1. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

Colling, D.A., 1990. Industrial Safety Management And Technology. Pentice Hall
Inc, North Carolina.

Direktorat Bina Kesehatan Kerja Dan Olahraga, 2014. Jumlah Kasus Kecelakaan
Akibat Kerja (KAK) Tahun 2011-2014.

Esmiralda, Ihsan, T., Putra, 2014. Investigasi Penyebab Kecelakaan Kerja


Dengan Menggunakan Metoda Systemic Cause Analysis Technique
(SCAT) Di Lingkungan Kerja PT. X.

Grace, S., 2011. Analisis Perilaku Berbahaya Pada Tenaga Kerja Pengelasan Di
Jalan Mahakam Medan Tahun 2011.
Hajrah, Naiem, M.F., Jafar, N., 2017. Pengaruh Motivasi Kerja Aman Terhadap
Kejadian Kecelakaan Kerja Di PT. Maruki Internasional Indonesia. JST
Kesehat. 7.

Handayani, W., Lestari, Y., Puri, 2011. Kecelakaan Kerja Pada Perajin Rotan Di
Pitameh Dan Tanah Sirah Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang. J.
Kesehat. Masy. 5.

Hasibuan, M., 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.

Helliyanti, 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman


Di Dept. Utility And Operation, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi
Bogasari Flour Mills. Universitas Indonesia, Depok.

Idelfianda, 2012. Survey Faktor Tindakan Tidak Aman Pekerja Konstruksi PT.
Waskita Karya Proyek World Class University Di UI Depok. Universitas
Indonesia, Depok.

ILO, 2017. Snapshots On Occupational Safety And Health (OSH), The Ilo At The
World Congres On Safety And Health At Work.

Kalalo, S.Y., Kaunang, W.P.., Kawatu, P., 2016. Hubungan Antara Pengetahuan
Dan Sikap Tentang K3 Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada
Kelompok Nelayan Di Desa Belang Kecamatan Belang Kabupaten
Minahasa Tenggara. PHARMACON J. Ilm. Farm. 5.

Khosravi, Y., Asilian-Mahabadi, H., Hajizadeh, E., Hassanzadeh-Rangi, N.,


Bastani, H., Behzadan, A.H., 2014. Factors Influencing Unsafe Behaviors
and Accidents on Construction Sites: A Review. Int. J. Occup. Saf. Ergon.
20, 111–125. https://doi.org/10.1080/10803548.2014.11077023

Kurniawan, W., Setyaningsih, Wahyuni, 2017. Hubungan Faktor Karakteristik


Pekerja, Safety Morning Talk (SMT) Dan Housekeeping Dengan Kejadian
Minor Injury Pada Pekerja Di Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT.
X Jakarta. J. Kesehat. Masy. 5.

Martiwi, R., Koesyanto, H., Pawenang, E.T., 2017. Faktor Penyebab Kecelakaan
Kerja Pada Pembangunan Gedung. HIGEIA J. PUBLIC Health Res. Dev.
1.

Maulidhasari, D.N., Yuantari, C.M., Nurjanah, 2011. Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Perilaku Berbahaya (Unsafe Action) Pada Bagian
Unit Intake PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP)
Semarang 2011. J. VISIKES 10.
Nastiti, D.P., Widjasena, B., Ekawati, 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kebiasaan Mengemudi Tidak Aman Pada Sopir Angkot
Daerah Tembalang Kota Semarang. J. Kesehat. Masy. 3.

Notoatmodjo, S., 2014. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka


Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 03 Tahun 1998., 1998. Tata Cara


Pelaporan Dan Pemeriksaan Kecelakaan.

Pratama, A.K., 2015. Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan Unsafe Action


Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di PT. Terminal Petikemas Surabaya.
Indones. J. Occup. Saf. Health 4, 64–73.

Pratiwi, A., 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Tidak


Aman (Unsafe Act) Pada Pekerja Di PT. X Tahun 2011. Universitas
Indonesia, Jakarta.

Reza, R.A., 2010. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerjadan Disiplin


Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pt Sinar Santosa Perkasa
Banjarnegara. Universitas Semarang, Semarang.

Septiana, D.A., Mulyono, 2014. Faktor Yang Mempengaruhi Unsafe Action Pada
Pekerja Di Bagian Pengantongan Urea. Indones. J. Occup. Saf. Health 3.

Sertiasih, Y., Setyaningsih, Y., Widjasena, B., 2017. Hubungan Karakter Pekerja,
Promosi K3, Dan Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan
Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja Mechanical Maintenance. J. Kesehat.
Masy. 5.

Suma’mur, 2013. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Sagung


Seto, Jakarta.

Sumaningrum, N.D., 2017. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak


Aman Mahasiswa Pada Saat Praktik Di Laboratorium Perguruan Tinggi
X Di Jawa Timur. J. WIYATA 4.

Swaputri, E., 2010. Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja. Jurnal Kesehatan


Masyarakat. J. Kesehat. Masy. 5.

Tarwaka, 2014. Manajemen Dan Implementasi K3 Di Tempat Kerja, 2nd ed.


Harapan Press, Surakarta.
Tarwaka, 2012. Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Serta Pencegahan Kecelakaan
Kerja Di Tempat Kerja, 1st ed. Harapan Press, Surakarta.

Utommi, 2007. Gambaran Tingkat Kepatuhan Pekerja Dalam Mengikuti


Prosedur Operasi Pada Pekerja Operator Dump Truck Di PT Kaltim
Primacoal. Universitas Indonesia, Depok.

Widayana, I.G., Wiratmaja, 2014. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Graha


Ilmu, Yogyakarta.

Widayatun, R.T., 1999. Ilmu Perilaku M.A 104 “Buku Pegangan Mahasiswa
Akper,” 1st ed. CV Sagug Seto, Jakarta.

Widiatmoko, M.N., 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Pengangkut Kayu Di Penggergajian
Kayu Jepara.

Za’im, 2002. Gambaran Pengetahuan, Persepsi, Sikap Dan Perilaku Karyawan


Tentang K3 Di Rumah Sakit Jakarta. Universitas Indonesia, Depok.
L
A
M
P
I
R
A
N
JADWAL PENELITIAN

Judul : Faktor yang Berhubungan dengan Unsafe Action (Tindakan Tidak Aman) Pada Pekerja Di Unit Kebersihan UPT

Pengelolaan Lingkungan Universitas Tadulako

Nama : Laela Qadriani

Stambuk : N 201 14 071

Januari Februari Maret April Mei


No Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Penyusunan Proposal
2 Penyusunan Instrumen
3 Ujian Proposal
4 Perbaikan Proposal
5 Pelaksanaan Penelitian
PENJELASAN PENELITIAN
(Informed)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Laela Qadriani


NIM : N 201 14 071

Konsentrasi : Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Prog. Studi : Kesehatan Masyarakat

Fakultas : Kesehatan Masyarakat


Alamat : Jl. Tombolotutu No. 173

Bermaksud melakukan penelitian tentang “Faktor yang Berhubungan

Dengan Unsafe Action (Tindakan Tidak Aman) Pada Pekerja Di Unit Kebersihan

UPT Pengelolaan Lingkungan Universitas Tadulako”. Penelitian ini akan

menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional studi/Studi potong

lintang. Oleh karena itu, saya akan menjelaskan beberapa hal terkait dengan

penelitian yang akan saya lakukan sebagai berikut :

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan

dengan unsafe action (tindakan tidak aman) pada pekerja di unit kebersihan

UPT Pengelolaan Lingkungan Universitas Tadulako.

2. Manfaat penelitian ini secara garis besar adalah dijadikan sebagai masukan

bagi instansi terkait khususnya UPT Pengelolaan Lingkungan Kampus

Universitas Tadulako agar dapat menerapkan Budaya K3 Di tempat usahanya

agar para pekerjanya dapat terhindar dari segala bentuk kecelakaan kerja dan

dapat menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.


3. Sampel penelitian ini adalah Pekerja Di Unit Kebersihan UPT Pengelolaan

Lingkungan Universitas Tadulako

4. Waktu penelitiandilakukan sesuai keinginan responden dan tempat

wawancara dilakukan di UPT Pengelolaan Lingkungan Universitas Tadulako

5. Selama penelitian dilakukan, peneliti akan menggunakan alat bantu penelitian

berupa kuesioner dan kamera foto untuk membantu kelancaran pengumpulan

data.

6. Proses penelitian akan dihentikan jika responden mengalami kelelahan,

kesedihan atau ketidaknyamanan dan akan dilanjutkan lagi jika responden

sudah merasa tenang untuk mengisi kuesioner, baik pada hari yang sama

maupun hari yang berbeda.

7. Penelitian ini tidak berdampak negatif bagi responden dan keluarganya.

8. Semua catatan dan data yang berhubungan dengan penelitian ini akan

disimpan dan dijaga kerahasiaannya.

9. Pelaporan hasil penelitian ini akan menggunakan kode, bukan nama

sebenarnya dari responden

10. Responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden berhak untuk

mengajukan keberatan kepada peneliti jika terdapat hal-hal yang tidak

berkenan dan selanjutnya akan dicari penyelesaian masalahnya berdasarkan

kesepakatan antara peneliti dan responden.


Palu,…………………..2018
Peneliti

TTD

( Laela Qadriani )
PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN PENELITIAN
(Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan

penelitian dan memahami informasi yang diberikan oleh peneliti serta mengetahui

tujuan dan manfaat dari penelitian, maka dengan ini saya secara sukarela bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya serta penuh

kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Palu,……………………..2018
Yang Menyatakan

(………………………………...)
PERSETUJUAN PENGAMBILAN GAMBAR INFORMAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan dengan ini saya bersedia foto/gambar saya dipublikasikan

untuk kepentingan ilmiah dalam rangka penyusunan Skripsi bagi peneliti dan

tidak akan merugikan saya.

Demikian persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya serta penuh

kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Palu,……………………..2018
Yang Menyatakan

(….…………………………….)
KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNSAFE ACT (TINDAKAN TIDAK


AMAN) PADA PEKERJA DI UPT PENGELOLAAN LINGKUNGAN UNIVERSITAS TADULAKO

No. (diisi oleh peneliti)

Dengan Hormat,

Kuesioner ini adalah alat yang digunakan untuk penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3)
Universitas Tadulako (UNTAD), Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik
individu saudara, tingkat pengetahuan, sikap dan pengawasan ditempat kerja. Semua data dan
informasi yang diperoleh dari Saudara merupakan data yang bersifat RAHASIA dan jawaban
Saudara tidak akan mempengaruhi prestasi dan kinerja di tempat kerja saudara. Peneliti
berharap Saudara dapat memberikan informasi dengan jujur dan apa adanya. Atas perhatian
dan kerja sama serta kepedulian Saudara dalam kesediaan mengisi kuesioner ini kami ucapkan
terima kasih.

1. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : .....................................................................
Alamat : .....................................................................
Umur : .....................................................................
Masa Kerja : .....................................................................
Pendidikan Terakhir :
1. Tidak tamat SD
2. Tamat SD
3. Tamat SMP/MTs
4. Tamat SMA/MA/SMK
5. S1
KUESIONER PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG K3
Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan saudara mengenai kesehatan dan keselamatan
kerja.

Petunjuk Pengisian : Silahkan memberikan tanda (X) pada salah satu jawaban yang menurut saudara
paling sesuai dengan kondisi anda. Dengan pilihan sebagai berikut:
1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah :
a. Kebersihan, ketertiban dan keindahan tempat kerja
b. Upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
c. Ketertiban administrasi di tempat kerja
d. Tidak tahu
2. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan di tempat kerja bertujuan untuk:
a. Menjaga keindahan, kebersihan dan ketertiban tempat kerja
b. Menjaga keadaan lingkungan tempat kerja
c. Melindungi pekerja agar tetap sehat, selamat dan aman dalam bekerja
d. Tidak tahu
3. Yang dimaksud dengan bahaya di tempat kerja adalah:
a. Semua yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
b. Bahan yang dapat menimbulkan kecelakaan
c. Bahan berbahaya yang mengganggu pekerjaan
d. Tidak tahu
4. Kecelakaan kerja adalah:
a. Kecelakaan yang terjadi pada pekerja
b. Kecelakaan pekerja di jalan raya
c. Kejadian yang tidak diharapkan dan mengganggu proses kerja yang menimpa pekerja ditempat kerja
akibat pekerjaannya
d. Tidak tahu
5. Penyebab langsung kecelakaan kerja adalah:
a. Terjepit benda atau tertimpa benda
b. Perilaku yang tidak aman dan kondisi lingkungan kerja yang tidak aman
c. Kerusakan mesin/peralatan
d. Tidak tahu
6. Menurut saudara, manfaat apa saja yang saudara peroleh dengan memakai alat pelindung diri (APD) ?
a. Menghindari diri dari gangguan kesehatan seperti kecelakaan dan penyakit akibat kerja
b. Mematuhi peraturan sehingga tidak mendapat teguran dari atasan
c. Mendapat pujian dari atasan
d. Tidak tahu
7. Semua kegiatan Kesehatan dan Keselamatan harus:
a. Cukup diingat karyawan yang melakukannya
b. Dilaporkan secara lisan
c. Dibuat catatan dan laporan tertulis kepada pimpinan
d. Tidak tahu
8. Yang dimaksud dengan kecelakaan kerja di tempat kerja adalah:
a. Kecelakaan yang terjadi dijalan saat pergi bekerja
b. Terjepit saat hendak berangkat kerja
c. Kecelakaan pada saat melakukan pekerjaan di tempat kerja
d. Tidak tahu
9. Yang termasuk kondisi tidak aman yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja di tempat kerja saudara
adalah:
a. Pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
b. Bercanda atau tidak hati-hati dalam bekerja
c. Dalam keadaan mabuk dan mengantuk berat saat bekerja
d. Tidak tahu
10. Menurut anda kapan Alat Pelindung Diri (APD) seharusnya dipakai?
a. Pada saat hendak memulai pekerjaan
b. Bila terjadi kecelakaan
c. Ketika atasan melihat anda bekerja
d. Tidak tahu
Keterangan:
Jawaban: Benar dapat nilai (1)
Tidak benar dapat nilai (0)
KUESIONER SIKAP PEKERJA TENTANG K3
Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui sikap saudara tentang pelaksanaan dan penerapan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di tempat kerja saudara.

Petunjuk Pengisian: Silahkan memberikan tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang menurut
saudara penting, sesuai dengan kondisi anda. Dengan pilihan sebagai berikut:

No. Pertanyaan STS TS S SS


1. Saya akan bertanggung jawab terhadap kesehatan
dan keselamatan tempat kerja saya
2. Saya akan melaporkan kecelakaan yang terjadi di
tempat saya bekerja
3. Saya akan bekerja sesuai tahap pekerjaan yang
sudah ditetapkan di tempat kerja
4. Sebagai pekerja saya wajib menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD)
5. Saya akan mengikuti semua aturan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja jika ada diterapkan di tempat
kerja saya
6. Saya tidak akan menegur rekan kerja saya ketika
tidak menerapkan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di tempat kerja
7. Kesehatan dan keselamatan pekerja hanya tanggung
jawab masing-masing pekerja
8. Saya akan mengikuti pelatihan/sosialisasi yang
diadakan untuk meningkatkan kemampuan kerja
saya

9. saya tidak harus melaporkan kecelakaan yang saya


alami jika itu masih bisa saya tangani sendiri.
10. Saya tidak peduli terhadap program kesehatan dan
keselamatan kerja di tempat kerja saya
Keterangan :
Jawaban positif:
STS : Sangat Tidak Setuju (1) TS : Tidak Setuju (2)
S : Setuju (3) SS : Sangat Setuju (4)

Jawaban negatif:
STS : Sangat Tidak Setuju (4) TS : Tidak Setuju (3)
S : Setuju (2) SS : Sangat Setuju (1)
KUESIONER TENTANG PENGAWASAN DI TEMPAT KERJA
Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengawasaan di tempat saudara bekerja.

Petunjuk Pengisian : Silahkan memberikan tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang menurut
saudara paling sesuai dengan kondisi anda. Dengan pilihan sebagai berikut:
No. Pertanyaan STS TS S SS
1. Atasan selalu mengawasi saya pada saat
bekerja
2. Atasan tidak mengingatkan pentingnya
kesehatan dan keselamatan kerja
3. Atasan selalu mengingatkan untuk taat
terhadap terhadap proses kerja yang sudah
ditetapkan
4. Pengawasan mengganggu konsentrasi saya
saat bekerja
5. Pengawasan mempengaruhi perilaku saya
dalam bekerja
6. Pengawasan membuat saya melakukan
tindakan aman
7. Pengawasan merupakan hal penting
8. Pengawasan tidak harus dilakukan secara
ketat di tempat kerja saya
9. Pengawasan membuat saya selalu berhati-hati
pada saat bekerja
10. Pengawasan tidak harus disertai sanksi
apabila didapatkan perbuatan yang melanggar
dalam saya bekerja
Keterangan :
Jawaban positif:
STS : Sangat Tidak Setuju (1) TS : Tidak Setuju (2)
S : Setuju (3) SS : Sangat Setuju (4)
Jawaban negatif:
STS : Sangat Tidak Setuju (4) TS : Tidak Setuju (3)
S : Setuju (2) SS : Sangat Setuju (1)
KUESIONER TENTANG MOTIVASI DI TEMPAT KERJA
Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi di tempat saudara bekerja.

Petunjuk Pengisian : silahkan memberikan tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang menurut
saudara paling sesuai dengan kondisi anda. Dengan pilihan sebagai berikut:

No. Pertanyaan STS TS S SS


1. Saya merasa puas dengan gaji yang diterima saat ini
2. Jam istirahat yang diberikan oleh tempat kerja belum
cukup
3. saya merasa aman dalam melakukan pekerjaan ini
karena tempat kerja memberikan perlindungan
terhadap saya
4. Situasi lingkungan kerja kurang baik, kurang aman
dan kurang menyenangkan
5. Saya merasa mempunyai banyak sahabat di tempat
kerja
6. Sering terjadi perselisihan/ pertengkaran dengan
rekan kerja saya
7. Tempat kerja selalu memberikan hadiah bagi pekerja
yang berprestasi
8. Pendapat saya selalu dihargai oleh atasan
9. Saya tidak memiliki peluang dan kesempatan untuk
mengembangkan keterampilan dan kemampuan saya
10. Motivasi yang diberikan oleh pimpinan membuat
saya lebih disiplin dalam bekerja
Keterangan :
Jawaban positif:
STS : Sangat Tidak Setuju (1) TS : Tidak Setuju (2)
S : Setuju (3) SS : Sangat Setuju (4)

Jawaban negatif:
STS : Sangat Tidak Setuju (4) TS : Tidak Setuju (3)
S : Setuju (2) SS : Sangat Setuju (1)
KUESIONER TENTANG UNSAFE ACTION DI TEMPAT KERJA
Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengawasaan di tempat saudara bekerja.
Petunjuk Pengisian : Silahkan memberikan tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang menurut
saudara paling sesuai dengan kondisi anda. Dengan pilihan sebagai berikut:
No. Pertanyaan Tidak Kadang- Sering Sangat
pernah kadang sering
1. Menjalankan peralatan atau mesin
kerja sesuai perintah atau wewenang
2. Menggunakan peralatan kerja yang
rusak
3. Menggunakan peralatan kerja yang
tidak sesuai pekerjaannya.
4. Tidak menggunakan alat pelindung
diri pada saat bekerja
5. Penempatan yang tidak benar seperti
menempatkan peralatan kerja, baik
pada saat bekerja maupun setelah
bekerja
6. Mengangkat beban dengan posisi
tubuh yang janggal misalnya dengan
posisi tubuh yang bungkuk
7. Bersenda gurau berlebihan
(mengagetkan rekan kerja, berteriak
iseng atau jahil terhadap rekan kerja,
dan lain-lain).
8. Tidak Mengkonsumsi alkohol
dan/atau obat-obatan terlarang
sebelum, saat dan setelah bekerja
9. Posisi tubuh yang salah saat bekerja
10. Menggunakan alat kerja secara benar
11. Tidak melakukan pengamanan,
seperti tidak mematikan peralatan
atau mesin kerja yang tidak
digunakan
Keterangan :
Jawaban positif:
Tidak pernah: (4) Kadang-kadang : (3)
Sering: (2) Sangat Sering : (1)
Jawaban negatif:
Tidak pernah: (1) Kadang-kadang : (2)
Sering: (3) Sangat Sering : (4)

Anda mungkin juga menyukai