menjadikan mereka sebagai orang yang bermanfaat dan berguna bagi diri
mereka sendiri maupun orang lain. Berdasarkan uraian di atas, masalah yang
dijadikan fokus dalam perbandingan antara sekolah berbasis madrasah dan
sekolah berbasis nonmadrasah adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana perbedaan perilaku antara siswa dari sekolah yang berbasis
madrasah dan sekolah yang berbasis nonmadrasah?
b. Apa perbedaan pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah yang
berbasis nonmadrasah dengan sekolah yang berbasis madrasah?
c. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap sekolah yang berbasis
madrasah dan sekolah yang berbasis nonmadrasah?
2
antara sekolah yang berbasis madrasah ataupun sekolah yang berbasis
nonmadrasah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada fenomena zaman sekarang, mayoritas umat Islam lebih memilih untuk
tidak mempelajari agama Islam dan mengedepankan pelajaran umum untuk
mengejar apa yang dicita-citakannya. Dalam artian khusus, terkadang umat Islam
lupa untuk mengejar akhirat, sehingga mereka enggan untuk belajar pelajaran
agama. Seperti kata pepatah, “Kejarlah akhirat, maka dunia akan mengikutimu.”
Jadi, sangat penting bagi kita belajar pendidikan Islam, yang bukan hanya untuk
formalitas tetapi juga untuk investasi amal kebaikan di akhirat nanti.
Adhim (2004: ix) menyatakan, pendidikan Islam, termasuk di dalamnya
pesantren dan madrasah penting membangun kesadaran sistem belajar yang
mampu menumbuhkan daya kritis dan kreatf, melainkan pribadi yang cerdas
yang mampu menentang kejauhan kesadarannya ke tingkat wilayah sosial dan
kemanusiaan. Oleh karena itu, fokus pendidikan Islam bukanlah semata
kemampuan ritual dan keyakinan tauhid, melainkan juga etika sosial dan
kemanusiaan. Pembelajaran dibebaskan dari sekadar mempelajari doktrin baik-
buruk dan benar-salah yang mekanismatik, tetapi penumbuhan pengalaman
kebertuhanan dalam realitas kehidupan yang multikultural dalam timbangan
hidup yang dinamis. Watak integratif seperti itulah yang hendak dicari dan
diandaikan dari pengintegrasian sistem pendidikan di dalam pondok pesantren
dan madrasah.
Amin Abdullah (2004: 1) menyatakan perbedaan asumsi dasar dan filosofi
cara memperoleh keselamatan antara kedua model tersebut besar sekali pengaruh
dan impikasinya dalam penyusunan muatan materi, silabus, dan kurikulum
pendidikan Islam di pesantren. Bahkan, celakanya, paradigma atau model
pemahaman demikian sudah melembaga dalam visi dan misi pendidikan Islam
yang secara kurang sadar terwariskan sejak era klasik-skolastik itu, inilah yang
kemudian menjadi penting bagaimana pendidikan Islam jangan melupakan arti
visi dan misi yang membangunkan watak paradigma “psikologi sosial” tidak
sekadar mewarisi paradigma “psikologi individual” .
Berkaitan dengan hal ini, Fajar (2004: 10) menyatakan meyakini pendidikan
sebagai upaya yang paling mendasar dan strategis sebagai wahana penyiapan
sumber daya manusia dalam misi kehidupan, utamanya umat Islam yang
4
menempati posisi mayoritas, seyogyanya terpanggil untuk tampil sebagai
pelopor. Ada 3 alasan mengapa hal itu penting sebagai dasar pembenaran: yaitu,
pertama dari segi ajaran agama, Islam telah menempatkan penguasaan ilmu
pengetahuan sebagai instrumen untuk meraih keunggulan hidup (the supremacy
life). Kedua, dalam perkembangan sejarahnya, Islam telah cukup memberikan
acuan dan dorongan bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Ketiga, umat Islam di
Indonesia cukup kaya dengan lembaga pendidikannya. Lembaga yang dimilki ini
adalah termasuk “bank” sumber daya manusia yang tidak ternilai harganya.
Menurut Muhaimin (2008: 5) kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan
Islam setidaknya mempunyai beberapa latar belakang, di antaranya adalah:
pertama, sebagai manifestasi dan realisasi pembaharauan pendidikan Islam;
kedua, usaha penyempurnaan sistem pesantren ke arah sistem pendidikan yang
lebih memungkinkan lulusannya memperoleh kesempatan yang sama dengan
sekolah umum, misalnya masalah kesempatan kerja dan perolehan ijazah; ketiga,
adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam, khususnya santri
yang terpukau pada Barat sebagai sistem pendidikan mereka; keempat, sebagai
upaya untuk menjembatani antara sistem pendidikan tradisional yang dilakukan
oleh pesantren dan sistem pendidikan modern dari hasil akulturasi.
Pendidikan berbasis madrasah tidak hanya fokus pada pendidikan akademik
agama, namun juga mengarah pada pembelajaran-pembelajaran nilai sosial.
Inilah yang menjadi pedoman dasar tujuan pendidikan madrasah yang dirancang
untuk menjadikan bekal bagi siwa-siswi dalam bersosialisasi dan berinteraksi.
Tentunya hal ini dilandaskan berdasarkan perencanaan dalam menyusun materi
belajar islami yang kondusif tanpa merubah visi misi sekolah yang berlabel
madrasah.
Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang sangat penting bagi
kemajuan masyarakat indonesia. Karena mayoritas masyarakat Indonesia sendiri
adalah umat Islam. Sehingga ada baiknya pendidikan yang diterapkan dibuat
secara islami dan menerapkan unsur-unsur kerohanian yang menunjang agar
akhlak serta pendidikan siswa-siswi semakin berkualitas dengan didasarkan atas
Alquran dan hadits. Jika ditinjau lagi madrasah juga memiliki kelebihan dalam
pendalaman ilmu agamanya, serta dapat membantu untuk mengembangkan
minat bakat siswa-siswa untuk mempersiapkan diri membangun kehidupan
masyarakat. Di samping itu, madrasah juga telah meluluskan banyak orang yang
5
cukup berepengaruh terhadap negara ini. Bahkan salah satu madrasah terbaik di
Indonesia pencetusnya adalah salah satu dari mantan presiden kita dan sekaligus
sebagai ilmuwan terkemuka yang dikenal baik secara nasional maupun
internasional.
6
BAB III
DATA DAN ANALISIS
3.1. Data-data
a. Data Primer
No. Data Sumber
7
filosofi cara memperoleh 1)
keselamatan antara kedua model
tersebut besar sekali pengaruh dan
impikasinya dalam penyusunan
muatan materi, silabus, dan
kurikulum pendidikan Islam di
pesantren. Bahkan, celakanya,
paradigma atau model pemahaman
demikian sudah melembaga dalam
visi dan misi pendidikan Islam
yang secara kurang sadar
terwariskan sejak era klasik-
skolastik itu, inilah yang kemudian
menjadi penting bagaimana
pendidikan Islam jangan
melupakan arti visi dan misi yang
membangunkan watak paradigma
“psikologi sosial” tidak sekadar
mewarisi paradigma “psikologi
individual” .
8
penguasaan ilmu pengetahuan
sebagai instrumen untuk meraih
keunggulan hidup (the supremacy
life). Kedua, dalam perkembangan
sejarahnya, Islam telah cukup
memberikan acuan dan dorongan
bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Ketiga, umat Islam di Indonesia
cukup kaya dengan lembaga
lembaga pendidikannya. Lembaga
yang dimilki ini adalah termasuk
“bank” sumber daya manusia yang
tidak ternilai harganya.
4. Kehadiran madrasah sebagai Muhaimin (2008: 5)
lembaga pendidikan Islam
setidaknya mempunyai beberapa
latar belakang, di antaranya adalah:
pertama, sebagai manifestasi dan
realisasi pembaharauan pendidikan
Islam; kedua, usaha
penyempurnaan sistem pesantren
ke arah sistem pendidikan yang
lebih memungkinkan lulusannya
memperoleh kesempatan yang
sama dengan sekolah umum,
misalnya masalah kesempatan
kerja dan perolehan ijazah; ketiga,
adanya sikap mental pada
sementara golongan umat Islam,
khususnya santri yang terpukau
pada Barat sebagai sistem
pendidikan mereka; keempat,
sebagai upaya untuk menjembatani
9
antara sistem pendidikan
tradisional yang dilakukan oleh
pesantren dan sistem pendidikan
modern dari hasil akulturasi.
b. Data Sekunder
No. Data Sumber
10
bawah SMA, kelulusannya,”
11
melakukan tindakan yang ceroboh terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan sekitar. Sekolah yang memiliki basis berbeda pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal itu tergantung bagaimana
kita menyikapinya dan dari sudut mana kita memandang sekolah tersebut,
namun lebih baik jika kita selalu berprasangka baik terhadap segala hal,
sehingga dapat menimbulkan dampak yang positif pula terhadap diri kita
sendiri.
Sekolah yang memiliki basis yang berbeda pasti juga memiliki banyak
perbedaan, berikut beberapa perbedaan dari analisis sekolah madrasah dan
sekolah nonmadrasah :
No Kriteria Madrasah Nonmadrasah
Perbedaan
1. Tujuan Madrasah didirikan atas Sekolah umum didirikan
dasar hasrat, motivasi, dan diselenggarakan atas
niat, dan semangat dasar tercapainya tujuan
untuk memanifestasikan nasional terkait
nilai dan aturan Islam pendidikan.
yang diwujudkan dalam
visi, misi, tujuan, serta
program pendidikannya.
2. Tenaga Madrasah harus Untuk sekolah umum
pendidik beragama Islam. tidak mensyaratkan
tenaga pendidik harus
agama Islam, Kristen,
maupun agama lainnya.
12
tradisi muslim di daerah berlaku sebagai acuan
tersebut. pembuatan seragam.
3. Pelaksanaan Madrasah menerapkan Dalam pelaksanaan
pendidikan pendidikan agama Islam pendidikan agama islam
agama Islam tidak hanya secara sekolah umum hanya
keilmuan belaka (kajian didekati secara keilmuan
kritis rasional, obyektif (kajian kritis rasional,
empirik, dan universal obyektif empirik, dan
terhadap masalah universal terhadap
keagamaan Islam), masalah keagamaan
tetapi juga didekati Islam).
dengan penerapannya
juga yang diamalkan
dalam kehidupan
sehari-hari.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan adanya sistem dan metode pembelajaran dari dua sekolah yang
memiliki perbedaan target untuk mengeluarkan atau meluluskan dengan hasil
yang berbeda, baik dari segi pendidikan,perilaku atau akhlak. Oleh karena itu kita
dapat mempertimbangkan dan memilah mana yang lebih cocok dan pantas untuk
dipilih dengan memperhatikan visi misi serta manfaat dan juga tujuan dari dua
sekolah yang memiliki basis berbeda tersebut. Bukan hanya dari sekolah yang
menentukan masa depan kita, tetapi diri kita sendiri. Bisa jadi bersekolah di
madrasah tetapi kita tidak dapat mengimbangi dengan akhlak perbuatan, maka
kita juga akan mendapatkan hasil yang berbeda. Sekolah tidak menjamin
siswanya akan menjadi apa keesokan harinya. Sekolah dengan basis madrasah
telah mampu menorehkan banyak prestasi di kancah nasional maupun sampai
internasional, begitupun dengan sekolah nonmadrasah juga dapat meraih prestasi-
prestasi akademik maupun nonakademik yang dapat mengaharumkan nama
bangsa Indonesia hingga ke mancanegara
14
DAFTAR PUSTAKA
15