Anda di halaman 1dari 26

PANDUAN SKRINING PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM KASIH IBU KEDONGANAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan Rahmad serta Hidayah
Nya sehingga Pedoman Skrining Pasien Rumah Sakit Universitas Airlangga ini telah selesai.

Buku Pedoman Prosedur Skrining Pasien ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi
Rumah Sakit Univrsitas Airlangga khususnya tenaga medis guna mendukung tercapainya
pelayanan yang profesional terhadap pasien di Rumah Sakit Universitas Airlangga.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terciptanya
buku ini. Kritik dan saran yang membangun serta bermanfaat selalu kita terima guna tercapai
perbaikan dimasa yang akan datang.

Kedonganan, juni 2019

Tim Penyusun
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT UMUM KASIH IBU
KEDONGANAN
NOMOR :

TENTANG
PEDOMAN SKRINING PASIEN
DI RUMAH SAKIT UMUM KASIH IBU KEDONGANAN
TAHUN 2019

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM KASIH IBU KEDONGANAN

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kepada


masyarakat, memberikan kepastian dan perlindungan hukum
kepada para petugas dalam melaksanakan tugas, perlu dibuat
dokumen di Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Kedonganan yang
memenuhi kaidah hukum yang berlaku di Indonesia dan atau
lingkup internasional;
2. Bahwa untuk mewujudkan skrining pasien di lingkungan Rumah
Sakit Umum Kasih Ibu Kedonganan, dipandang perlu membuat
suatu Pedoman;
3. Bahwa acuan sebagaimana dimaksud dalam huruf b di atas,
disusun dalam bentuk Pedoman skrining pasien di Rumah Sakit
Umum Kasih Ibu Kedonganan yang ditetapkan Direktur Rumah
Sakit Umum Kasih Ibu Kedonganan.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor: 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009, Nomor: 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor: 5063);
2. Undang-Undang RI Nomor: 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009, Nomor: 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor: 5072);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009, Pasal
40 ayat 1, tentang dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di
Rumah sakit wajib dilakukan Akreditasi secara berkala minimal 3
(tiga) tahun sekali;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 417/Menkes /Per/11/2011
Februari 2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
755/Menkes/Per/IX/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik
Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1538 Tahun 2011 tentang
pedoman Tata Naskah Dinas Di Lingkungan Kementerian
Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Skrining Pasien Rumah
Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1179
A/Menkes/SK/X/1999 tanggal 11 Oktober 1999, tentang Kebijakan
Nasional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/ Menkes/SK/V/2009
tentang Sistem Kesehatan Nasional;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

Kesatu: Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Kedonganan tentang
Pedoman Skrining Pasien di Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Kedonganan

Kedua: Pedoman Skrining Pasien Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Kedonganan
tercantum dalam lampiran peraturan ini

Ketiga: Pedoman Skrining Pasien sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua


dipergunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan di Rumah Sakit Umum
Kasih Ibu Kedonganan dalam meningkatkan mutu dan skrining pasien.

Ketiga: Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Kedonganan
Pada tanggal : 03 Juni 2019
Direktur Rumah Sakit Umum Kasih Ibu
Kedonganan

(dr. Kadek Dwicahyawan)


BAB I

PENDAHULUAN

Skrining merupakan metode untuk mengetahui kebutuhan pelayanan pasien secara


cermat dan tepat. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien selain meningkatkan
kepuasan pasien dan keluarga, juga akan meningkatkan mutu pelayanan serta mengoptimalkan
efisiensi biaya pelayanan. Untuk itu, dibutuhkan pengumpulan informasi yang memadai di saat
pasien pertama kali mengakses pelayanan baik pre-hospital maupun intra-hospital. Informasi
yang dikumpulkan saat proses skrining pasien membantu dalam pengambilan keputusan yang
sesuai tentang kriteria pasien, yaitu mana yang dapat dilayani dan mana yang tidak mampu
dilayani, dengan mempertimbangkan fasilitas yang dimiliki di rumah sakit Rumah Sakit Umum
Kasih Ibu Kedonganan.

Skrining dibagi dalam dua cara, yaitu pra-hospital dan intra-hospital. Keputusan untuk
menerima pasien yang melewati skrining pra-hospital ini harus disertai kepastian bahwa pasien
akan mendapatkan pelayanan di rumah sakit yang dituju, dengan identifikasi pelayanan yang
ada di rumah sakit tujuan, sehingga akan dapat meminimalisir rujukan berulang ke rumah sakit
lainnya kembali, menurunkan keterlambatan pelayanan, mengurangi mortalitas dan
morbiditas, mengurangi biaya yang dibebankan kepada pasien, serta meningkatkan
kenyamanan pasien.

Skrining intra-hospital bisa dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit. Baik
pada pasien rawat jalan maupun gawat darurat. Dalam melakukan proses skrining bagi pasien
yang membutuhkan pelayanan gawat darurat dilaksanakan dengan metode triage yang
didalamnya terdapat pemeriksaan fisik, psikologik dan diagnostik penunjang. Dokter
melakukan pelayanan medis, identifikasi kebutuhan pelayanan khusus, menerima konsultasi
dan penilaian keputusan pasien apakah di rawat inap-kan, dipulangkan atau dirujuk.
BAB II

DEFINISI

Skrining diambil dari kata dalam bahasa inggris yaitu screening yang mempunyai
makna pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat dari orang yang
memiliki keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai resiko tinggi (Kamus
Dorland ed. 25:974). Menurut Rochjati P. (2008), skrining merupakan pengenalan diri secara
pro aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya masalah atau faktor resiko. Sehingga
skrining dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien
melalui serangkaian tes berupa pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan
secara tepat sehingga didapatkan keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien saat kontak
pertama, apakah benar-benar membutuhkan pelayanan sesuai diagnosa dan kondisi pasien.
Keterangan hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan untuk menerima pasien
rawat inap atau pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan
menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit.

Skrining dibagi dalam dua area, yaitu pra-hospital dan intra-hospital. Skrining pra-
hospital bisa dilakukan saat pasien belum mencapai rumah sakit, sebelum dirujuk dari fasilitas
kesehatan lain, atau saat akan dilakukan transportasi dengan ambulan dari luar rumah sakit.

Skrining pada kasus emergensi atau instalasi gawat darurat dilaksanakan melalui
metode triage, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium
klinik atau diagnostik imaging sebelumnya. Pengkajian riwayat pasien dalam proses skrining
dilakukan melalui autoanamnesa dan heteroanamnesa.

Skrining intra-hospital bisa dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit. Baik
pada pasien rawat jalan maupun gawat darurat. Pada area rawat jalan, baik tenaga medis
maupun paramedis wajib untuk segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi pasien yang
membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di poliklinik maupun menunggu di ruang tunggu.
BAB III

LANGKAH – LANGKAH SKRINING

1. Skrining Pra-Hospital
Untuk skrining pra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (UGD) maupun
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi per telepon. Interaksi telepon bisa datang dari
pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan melakukan panggilan ke nomor
rumah sakit, atau dari fasilitas kesehatan luar rumah sakit yang berencana merujuk pasien ke
rumah sakit Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Kedonganan, akan diterima oleh operator yakni
petugas admisi, case manager (CM), atau tenaga medis dan paramedis yang ada di ruangan
terkait (UGD/IRJ) setelah disambungkan oleh operator.

Langkah-langkah skrining pra-hospital antara lain:

SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN


Operator/penerima 1. Menghubungkan pasien/keluarga ke unit admisi.
telepon 2. Menghubungkan fasilitas kesehatan perujuk ke dokter jaga
UGD untuk dikaji lebih lanjut.
3. Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat diakses
dan informasi waktu pelayanan.
Admisi/counter 1. Menghubungkan penelpon baik fasilitas kesehatan perujuk
pendaftaran/customer ataupun pasien/keluarga ke dokter jaga UGD (24 jam) atau
care/security IRJ (selama jam buka pelayanan poli) untuk
mengidentifikasi pelayanan yang dibutuhkan pasien.
2. Menginformasikan ketersediaan ruang pelayanan.
Case Manager 1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan
berdasarkan prioritas kegawatan.
2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian
khusus semisal sakit berat, usia lanjut,
handicap/berkebutuhan khusus.
3. Mengkoordinasikan pembagian ruangan berdasarkan
identifikasi ketersediaan kamar bagi pasien yang
membutuhkan rawat inap.
4. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di
Rumah Sakit Univ.Airlangga disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan pasien.
IRJA 1. Pada jam buka pelayanan IRJ, admisi rawat jalan
menginformasikan jenis pelayanan yang ada di IRJ beserta
jam pelayanan dan bagaimana cara mengakses pelayanan
tersebut/pendaftaran.
2. Tenaga medis dan paramedis setelah menerima telepon
segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi calon
pasien (yang belum terdaftar sebagai pasien) maupun
pasien lama, untuk merencanakan tindak lanjut.
UGD 1. Petugas medis/paramedis yang menerima panggilan
telepon melakukan skrining per-telepon dengan mencatat
semua informasi yang diperlukan mulai dari kondisi
pasien sampai dengan riwayat penyakit saat ini
dan/terdahulu serta rencana tindakan lanjutan yang
direncanakan.
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka
dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan, yaitu
pertimbangan fasilitas yang dimiliki oleh rumah sakit
untuk identifikasi kebutuhan pelayanan yang sesuai serta
konsultasi dokter jaga UGD kepada DPJP kasus terkait.
Tenaga ambulan 1. Proses skrining dimulai saat mendapatkan permintaan
penjemputan pasien, untuk menentukan tingkat emergensi
dalam persiapan SDM tim ambulan yang akan melakukan
penjemputan, maupun menentukan peralatan yang
dibutuhkan dalam penjemputan.
2. Skrining dilakukan setelah tiba di lokasi penjemputan
dengan berpatokan pada penilaian pre transport pasien,
dengan menggunakan form transfer pasien.
3. Skrining lanjutan yaitu triage, dilakukan setelah tiba di
UGD dengan berpatokan pada pengkajian kondisi pasien.
2. Skrining Intra-Hospital
Skrining intra-hospital dapat dilakukan di Unit Gawat Darurat (UGD) maupun area
Unit Rawat Jalan (URJ). Langkah-langkah skrining intra-hospital antara lain:

SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN


Case Manager 1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan
berdasarkan prioritas kegawatan.
2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian
khusus semisal sakit berat, usia lanjut,
handicap/berkebutuhan khusus.
3. Mengkoordinasikan pembagian ruangan berdasarkan
identifikasi ketersediaan kamar bagi pasien yang
membutuhkan rawat inap.
4. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di Rumah
Sakit Univ.Airlangga disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan pasien.
IRJA 1. Setiap tenaga medis dan paramedis wajib untuk segera
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi pasien yang
membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di poliklinik
maupun menunggu di ruang tunggu.
2. Dalam melakukan proses skrining bagin pasien yang
membutuhkan pelayanan emergensi, rawat inap dan
rujukan keluar. Pedoman skrining dikembangkanoleh
kelompok staf medik (KSM) terkait.
UGD 1. Proses skrining dilakukan segera setelah pasien datang ke
UGD
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka
dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan
3. Dokter jaga/paramedis melakukan triage untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan pelayanan awal, untuk
selanjutnya dikonsulkan ke DPJP
4. DPJP melakukan pelayanan medis, identifikasi kebutuhan
pelayanan khusus, menerima konsultasi dan penilaian
pasien untuk di rawat inap, dipulangkan atau dirujuk.
Tenaga ambulan 1. Penjemputan pasien dilakukan atas permintaan.
2. Pengumpula data per-telepon dibutuhkan untuk
menentukan tingkat emergensi dalam persiapan SDM tim
ambulan yang akan melakukan penjemputan, maupun
menentukan peralatan emergensi dan peralatan tambahan
yang dibutuhkan dalam penjemputan.
3. Skrining dilakukan setelah tiba di lokasi penjemputan
dengan berpatokan pada penilaian pre transport pasien,
dengan menggunakan form transfer pasien.
4. Pada keadaan khusus, pada kasus emergensi, dokter dalam
tim ambulan wajib mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
medis yang diperlukan, memberikan advis,
mempersiapkan sarana dan obat-obatan selama proses
transfer sampai dengan tiba di Rumah Sakit
Univ.Airlangga
5. Pada pasien tidak stabil, pasien kecelakaan atau pasien
tidak dikenal cukup ditanyakan jenis kelamin, usia, kondisi
pasien, pelayanan yang dibutuhkan dan lokasi
penjemputan
6. Untuk pasien-pasien kegawatan dilakukan bantuan hidup
dasar dan stabilisasi sesuai panduan dan SPO, sebelum
ditransfer ke rumah sakit.
3. Skrining di Instalasi Rawat Jalan
Skrining rawat jalan dilakukan oleh dokter dan perawat di rawat jalan. Skrining rawat
jalan meliputi :

a. Kondisi umum pasien

Dinilai dari kesadaran, jalan nafas, pernfasan, dan sirkulasi

- Kesadaran dinilai apakah pasien dalam kondisi sadar penuh (composmentis), atau
apakah pasien mengalami penurunan kesadaran (mulai gelisah, sangat mengantuk,
sampai penurunan kesadaran lebih lanjut)

- Jalan nafas dinilai apakah bebas dari sumbatan, adakah gangguan ataukah ada kondisi
potensial yang akan mengacam patensi jalan nafas.
Contoh kondisi yang mengancam jalan nafas :

1. Pasien dating dalam kondisi sadar dengan posisi jatuh lehernya terbentur pipa,
tampak memar dan berbicara serak.

2. Pasien bayi/ balita dating dengan batuk pilek, batuk berulang sangat mengganggu
diikuti suara mengorok.

Pernafasan dinilai apakah pernafasan pasien normal atau ada masalah, bahkan ada
resiko distress nafas. Pasien dengan pernafasan yang layak mendapatkan pelayan di
UGD adalah:

1. Penggunaan otot bantu nafas contoh : penggunaan otot sternocleidomastoidea saat


bernafas posisi tripod.

2. Jika dihitung laju pernafasan pasien > 30x/menit

- Sirkulasi diilai apakah normal atau ada maslah. Pasien dengan sirkulasi drop yang layak
mendapatkan pelayanan di UGD adalah :

1. Pasien yang sangat pucat

2. Pasien yang dating dengan keringat dingin, nadi teraba lemah.

3. Akral dingin

4. Pasien dengan nyeri dada kiri, curiga iskemik jantung

5. Pasien dengan nyeri ulu hati, disertai keringat dingin, nadi lemah

6. Pasien dengan perdarahan sedang – hebat di dalamnya perdarah pervaginal

b. Penilaian nyeri

Penilaian nyeri menggunakan wong baker face pain sating scale.

Pasien dengan nilai nyeri ≥ 8 layak mendapakan pelayanan UGD

c. Skrining batuk
Pasien di wawancara sederhana apakah sedang batuk, berapa lama pasien batuk,
apakah sedang dalam pengobatan TBC atau tidak. Pasien yang batuk semua diberikan
masker wajah, sedangkan pasien yang batuk ≥ dua minggu diarahkan ke jalur fast track
untuk mengurangi resiko penularan infeksi air bone. Pasien yang dengan TBC diarahkan
ke jalur fast track ke poli TBC

d. Skrining pasien jatuh

Skrining resiko jatuh dilakukan menggunakan alat bantu Get Up and Go Test:

1. Pengkajian

No Penilaian Pengkajian YA TIDAK


.

1. Cara berjalan pasien (salah satu/lebih)

1. Tidak seimbang/ sempoyongan/limbung

2. Jalan mengguanakan alat bantu ( tripod/kruk /kursi roda/ orang lain

2. Menompang saat akan duduk: tampak memegang pinggiran kursi/ meja/


benda lain

2. Hasil

No Pengkajian Hasil Tindakan

1 Jika 1 dan 2 Tidak Resiko rendah Tidak ada tindakan

2 Jika 1 atau 2 YA Resiko sedang Edukasi

3 Jika 1 dan 2 YA Resiko tinggi Edukasi dan pasang gelang resiko jatuh

e. Skrining hambatan pasien


pasien dinilai apakah mengalami hambatan dalam mengakses pelayanan jika pasien
mengalami hambatan gerak seperti pengguanan kursi roda dan brankar. Jika pasien
mempunyai hambatan bahasa dan budaya. Budaya, hubungan pasien ada pelayanan
penerjemah bahasa Rumh sakit.

4. Skrining di Instalasi Rawat Inap


- Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitative
dan paliatif dan isolasi diprioritaskan

- Skrining pasien indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter umum melalui
UGD/Poliklinik umum dan oleh dokter spesialis

- pasien akan masuk pada criteria kuratif, preventif, rehabilitative, pasien indikasi rawat
inap, memerlukan kamar isolasi atau dapat berobat jalan.

Kuratif:

Upaya merupakan serangkaian kegiatan pengobatan yang ditunjukan untuk


penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit. Pasien kuratif
indikasi rawat inap:

Diagnosa Kriteria / indikasi rawat inap

Katarak Senilis 1. Pre op dengan penyulit

2. DM

3. Hipertensi

4. Anatomi mata kecil

Trauma mata 1. Laserasi kornea

2. laserasi bulbus oculi

3. Mengancam visual

Glaucoma akut 1. Penurunan penglihatan

2. edema kornea
3. TIO > 21

4. gangguan airway

Pentonsilar abses 1. Gangguan airway

2. Resiko sepsis

3. Disfagia

4. Nyeri berat

Epistaksis 1. Perdarahan massif

2. Hipertensi tak terkontrol

3. observasi perdarahan lanjut

Hipertrofi tonsil 1. Pre operatic treatment

Prolonged pregnancy 1. Hamil ≥ 41 minggu

Myoma uteri 1. Ukuran myoma uteri ≥ 8 cm

2. Telah terjadi perdarahan berulang

3. Hb ≤ 8,0 mg/dl

Preeclampsia 1. Tekanan darah ≥ 160/110

2. Proteinuria ≥ + 2

3. Terdapat tanda awal kejang

4. IUGR

5. Peningkatan SGPT/SGOT

6. Penurunan AT

Abortus 1. Perdarahan ≥ 150 cc

2. Keluar jaringan
3. Syok hemoragis

Hemiparesis gravidarum 1. Keton urin +

2. Keadaan umum lemah

3. Intake makan tidak adekuat

Abnormal urterine bleeding 1. Hb ≤ 8 mg/dl

DHF 1. Trombosit < 100.000

2. Tekanan darah < 100/70 mmHg (presyok)

3. Perdarahan spontan

4. Muntah

Dyspepsia 1. Muntah

2. Nyeri dada karena gastro esophageal reflux


desease

3. Dehidrasi

Diare 1. Dehidrasi sedang – berat

2. Muntah sampai tidak ada obat yang bias masuk

3. Pre-syok TD <100/60

Asma 1. Keluhan tidak membaik dengan 2x nebulizer

2. Respirasi rate >40

Periapical abscess without sinus (K04- 1. Suhu tinggi


7)
2. Susah menelan

3. Nadi cepat

4. Nadi cepat
Periapical abscess with sinus (K04-7) 1. Suhu tinggi

2. Susah menelan

3. Nadi cepat

4. Nafas terganggu

 Pasien yang memerlukan tindakan kuratif tapi tidak masuk indikasi rawat inap,
dokter wajib memberikan pendidikan kesehatan dan didokumentasikan dalam form
instruksi pasien pulang

 Selanjutkan form tersebut akan dibawa pulang dan menjadi pedoman perawatan
pasien dan keluarga dirumah

Preventif:

 Preventif adalah upaya mencegah suatu penyakit / deteksi dini factor resiko:

- Pemeriksaan kesehatan dilakukan berkala (pemeriksaan kehamilan, balita)

- Deteksi dini kasus, factor resiko maternal dan balita

- Imunisasi/vaksin pada bayi, anak, ini hamil dan dewasa

 Dokter atau perawat wajib memberikan informasi penjadwalan control/imunisasi


lanjutan.

Paliatif:

 Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat mengurangi


penderitaan pasien, memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup. Pasien
paliatif yang masuk indikasi rawat inap:

Diagnosa Kriteria/Indikasi masuk rumah sakit

Congesif heart failure 1. Edema perifer

2. Dyspneu
3. Pembesaran hati

4. Emboli paru

5. kardiomiopati

6. Disritmia

Chronic kidney disease/CKD 1. Mual, muntah berlebihan

2. Perubahan status mental

3. Sesak nafas

4. Asidosis

 Skrining pasien dilakukan oleh dokter umu atau spesialis

 Jika ada indikasi rawat inap, perawat wajib melakuakn konfirmasi ke dokter apakah
pasien memerlukan ruang khusus ICU, HD, Isolasi

 Perawat menghubungi bagian pendaftar rawat inap, melakukan konfirmasi


ketersediaan ruang yang dibutuhkan pasien.

 Jika ruang perawatan positif tersedia, perawat mengarahkan keluarga pasien untuk
mendaftar rawat inap.

Isolasi / indikasi masuk rumah sakit:

 Ruang isolasi adalah ruangan khusus di rumah sakit yang merawat pasien dengan
kondisi medis tertentu, terpisah dari pasien lain untuk men cegah penyebaran
penyakit dan mengurangi resiko terhadap pemberian pelayanan kesehatan serta
mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan
penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan. Pasien indikasi rawat inap
dengan isolasi

Diagnosa Kriterian

TBC  Batuk berdarah

 Keadaan umum buruk


 Pneumothoraks

 Empiema

 Efusi pleural massif

 Sesak nafas berat TB paru milier

 Meningitis TB

 Citomegalovirus  Demam

 Pneumonia/sesak nafas berat

 Takipnea dan dispnea

 Kerusakan otak

 Tetans  Semua grade tetanus indikasi dirawat inapkan

 Kondisi pasien  Demam


immunocompromise ( ex:
 Ada infeksi tumpangan
pansitopenia, keganasan
post kemoterapi)

 Perawat wajib melakukan konfirmasi bagian pendaftaran rawat inap ketersediaan


ruang isolasi

 Jiaka ruang khusus isolasi tidak tersedia, maka pasien indikasi rawat inap dengan
isolasi harus ditempatkan di ruang yang setidaknya hanya 1 pasien dalam satu
kamar.

 Ruang isolasi yang setelah digunakan oleh pasien dengan resiko penularan infeksi
tinggi, tidak bias digunakan pada pasien immucompromise sebelum ruang
dinyatakan steril.

Rehabilitatif
 Adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi /
mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh dari
penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan (tertiary
prevention)

 Contoh tindakan rehabilitative adalah fisioterapi

 Tindakan fisioterapi bias dilakukan dengan rawat jalan (tidak memerlukan rawat
inap), kecuali pada terdapat kasus penyerta sebagai contoh pengerjaan fisioterapi
untuk pemulihan pasca operasi

 Pemilihan criteria pasien yang harus difisoterapi dilakukan oleh dokter spesialis,
sedangkan untuk jenis fisioterapi yang dilakukan akan di skrining oleh dokter
rehabilitasi medis

 Setelah dokter spesialis rehabilitasi medis memberikan diagnosa engan advis jenis
fioterapi, makan fisioterapis melakukan fisoterapi sesuai dengan advis

Skrining pasien pro Hemodialisa

Skrining awal dilakukan oleh dokter perlu atau tidak dilakukan hemodialisa. Indikasi
dilakukan hemodialisa:

1. Perikarditis atau efusi pericardium

2. Hiperkalemi

3. Hipertensi maligna

4. Oliguri atau anturia

Indikasi dini

1. Gejala uremia : Mual ,muntah, perubahan mental

2. Laboratrium abnormal

 Asidosis aztema

 Azotema (kretinin 8-12mg %)


 BUN 100-120 mg%

Jika dokter memutuskan pasien memerlukan hemodialisa indikasi segera :

 Perawat wajib memastikan ketersedian fasilitas hemodialisa

 Perawat umum segera menghubungi perawat hemodialisa bahwa ada pasien


indikasi cyto heodialisa

 Perawat mengantarkan pasien ke ruang hemodialisa

 Perawat mengantarkan pasien ke ruang hemodialisa

 Perawat melkuakan serah terima dengan perawat hemodialisa

Jika dokter memutuskan pasien memerlukan hemodialisa indikasi elektif:

 Perawat mengarahkan pasien ke pendaftarkan untuk mendaftar ke pelayanan


hemodialisa

Skrining sebelum dirujuk

 Dokter dan perawat melakukan penilaian visual, anamnesa, dan melakukan vital
sign

 Perawat dan dokter memastikan apakah fasilitas RS dapat mendukung upaya


pertolongan pasien

 Dokter melakukan pemeriksaan penunjang minimal sebelum diputuskan rawat inap


atau rujuk

 Jika pasien memenuhi criteria untuk dirujuk, maka dokter atau perawat wajib
memastikan apakah pasien dalam keadaan stabil untuk dirujuk

 Perawat memsatikan adanya ruang/tempat di RS rujukan

 Dokter dan perawat melengkapi rekam medis pasien yang kemudian harus dibawa
saat merujuk pasien

 Perawat memastikan kesiapan ambulan berserta peralatan medis yang diperlukan


untuk merujuk pasien
 Petugas yang mengantar pasien ketempat rujukan adalah petugas yang terampil
dalam batuan hidup dasar, transport pasien dan skrining pasien

 Semua kegiatan harus terdokumentasi dengan baik

Skrining pasien pro tindakan radiologi (kontras)

 Dokter melakukan assessment perlu atau tidaknya pasien melakukan pemeriksaan


radiologi dengan atau tanpa kontras

 Perawat mengarahkan pasien ke ruang CT scan

 Dokter atau raddiografer wajib memastikan pasien sedang tidak dalam kondisi
hamil

 Perawat melakukan skin test untuk mengetahui ada atau tidaknya alergi dengan
cairan kontras

 Jika dalam waktu minimal 15 menit tidak terlihat reaksi di daerah skin test, maka
CT scan dengan kontras bias dilaksanakan

 Sebaliknya jika terlihat reaksi alergi, maka CT scan dengan kontras tidak dapat
dilakukan.

Daftar skrining pemeriksaan penunjang sebelum pasien diputuskan rawat inap atau
dirujuk atau dilaksanakan tindakan :

Diagnosa Pemeriksaan penunjang

Dengue hemorrhagic fever 1. Hemoglobin

2. Hitung leukosit

3. Hematokrit

4. Trombosit

Spontaneous vertex delivery 1. Darah rutin

2. CT/BT
3. HbsAg

Delivery by emergency caesaren suction 1. Darah rutin

2. CT/BT

3. HbsAg

Delivery by elective caesarean section 1. Darah rutin

2. CT/BT

3. HbsAg

Postmenopausal bleeding 1. Darah rutin

2. CT/BT

3. HbsAg

Preterm delivery 1. Urinalisis

2. Darah rutin

2. CT/BT

3. HbsAg

False labour before 37 completed weeks of 1. Darah rutin


gestation
2. Urinalisis

Mild hyperemesis gravidarum 1. Urinalisis

Other and unspecified ovarian cysts 1. USG

2. Ca-125 (poli)

3. Darah rutin

4. CT/BT

5. HbsAg
Leiomyoma of uterus, unspecified 1. USG

2. Darah rutin

2. CT/BT

3. HbsAg

Blighted ovum and nonhydatidiform mole 1. USG

2. Darah rutin

2. CT/BT

3. HbsAg

Diabetes militus 1. Gula darah puasa

2. Gula darah 2 jam PP

3. Urin rutin

4. Ureum

5. Kreatinin

Gastroesophageal reflux sisease 1. EKG (untuk menyingkirkan diagnose


chest pain cardial)

Asma 1. Rontgen Thorax

2. Darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit,


Hematokrit)

Bronkitis 1. Rontgen thorax

2. Darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit,


Hematokrit)

Thyrotoxicosis 1. Free T4

2.TSH
3. EKG

Fever, unspecifed 1. Darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit,


Hematokrit)

2. Urine rutin

3. Tubex TF (bila demam ≥ 7 hari

Arthritis 1. Rontgen sendi

Congestive heart failure 1. EKG

2. Rontgen thorax

Cholelithiasis 1. USG abdomen

Chronic ischemic heart desease 1. EKG

2. Rontgen thorax

Necrosis of pulp (K04.1) 1. Laboratorium : Gula darah

2. Radiologi : Periapical / OPG

Pulpitis (K04.0) 1. Laboratorium : -

2. Radiologi : Periapical / OPG

Embedded and impacted teeth (K01) 1. Laboratrium : gula darah

2. Radiologi : OPG

Periapical abscess without sinus (K04.7) 1. Laboratrium : gula darah

2. Radiologi : OPG

Retained dental root (K08.3) 1. Laboratrium : gula darah

2. Radiologi : Peripical/OPG

Anomalies of tooth position (K07.3) 1. Laboratrium : -


2. Radiologi : OPG dan Cephalometri

Anomalies of dental arch relationship 1. Laboratrium : -

2. Radiologi : OPG dan Cephalometri

Malocclusion, unspecified (K07.4) 1. Laboratrium : -

2. Radiologi : OPG dan Cephalometri

Fracture of tooth (S02.5) 1. Laboratrium : Gula darah

2. Radiologi : OPG dan Peripical

Kedonganan, 03 Juni 2019


Direktur Rumah Sakit Umum Kasih Ibu
Kedonganan

(dr. Kadek Dwicahyawan

Anda mungkin juga menyukai

  • Kredit Jul-Des 2017
    Kredit Jul-Des 2017
    Dokumen19 halaman
    Kredit Jul-Des 2017
    Surya sanjaya Funistera
    Belum ada peringkat
  • Cover Filsafat Ilmu
    Cover Filsafat Ilmu
    Dokumen3 halaman
    Cover Filsafat Ilmu
    Surya sanjaya Funistera
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Tumor
    Jurnal Tumor
    Dokumen38 halaman
    Jurnal Tumor
    Surya sanjaya Funistera
    Belum ada peringkat
  • Cover Filsafat Ilmu
    Cover Filsafat Ilmu
    Dokumen3 halaman
    Cover Filsafat Ilmu
    Surya sanjaya Funistera
    Belum ada peringkat
  • SK Dots
    SK Dots
    Dokumen12 halaman
    SK Dots
    Surya sanjaya Funistera
    Belum ada peringkat
  • SK Dots
    SK Dots
    Dokumen12 halaman
    SK Dots
    Surya sanjaya Funistera
    Belum ada peringkat
  • Contoh Spo Kep 2016
    Contoh Spo Kep 2016
    Dokumen2 halaman
    Contoh Spo Kep 2016
    Surya sanjaya Funistera
    Belum ada peringkat
  • Filsafat
    Filsafat
    Dokumen15 halaman
    Filsafat
    Surya sanjaya Funistera
    Belum ada peringkat