Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/309159927

Membuat Sendiri Aplikasi Memanfaatkan Barcode

Book · April 2010

CITATIONS READS

3 3,950

1 author:

Teguh Wahyono
Universitas Kristen Satya Wacana
20 PUBLICATIONS   16 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pengembangan Sistem Informasi Berbasis Internet Mobile sebagai Alternatif Pemecahan Asimetri Informasi Antar Produsen dan Konsumen Komoditas Pangan View
project

Software Engineering for Better Software View project

All content following this page was uploaded by Teguh Wahyono on 13 November 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Cuplikan Buku “Membuat Sendiri Aplikasi dengan Memanfaatkan Barcode”,
Penerbit Elekmedia, Penulis : Teguh Wahyono

BAB 1
LEBIH DEKAT DENGAN
BARCODE

Dalam kehidupan sehari-hari, tentu Anda sering melihat kode-kode


bergaris yang terdapat pada banyak barang atau produk. Kode baris
tersebut seringkali dijumpai pada bungkus produk-produk makanan,
cover belakang buku, dan sebagainya. Kode itulah yang dikenal dengan
nama barcode.

Barcode
ISBN.

Gambar 1.1. Kode Barcode di Cover belakang buku

Seperti pada gambar di atas, terdapat kode barcode yang menggambarkan


kode ISBN (International Standard Book Number) yang merupakan kode
pengindentikasi buku-buku standar internasional. Kode tersebut tentunya

1
Cuplikan Buku “Membuat Sendiri Aplikasi dengan Memanfaatkan Barcode”,
Penerbit Elekmedia, Penulis : Teguh Wahyono

bersifat unik untuk kemudahan identifikasi. Pada implementasinya, kode


tersebut akan dapat dibaca oleh mesin yang disebut sebagai barcode reader
untuk mengenali data-data buku tersebut. Penggunaannya bahkan dapat
digunakan untuk mengenali informasi lengkap buku tersebut seperti judul
buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, diskripsi buku, bahkan sampai
mengenal jumlah stok buku tersebut, tentunya jika diintegrasikan dengan
database sesuai dengan kebutuhan pemakaian kode tersebut.

1.1 Apa itu Barcode?


Mengutip wikipedia, Barcode atau dalam bahasa Indonesia seringkali
disebut kode batang adalah an optical machine-readable representation of
data. Kode berbentuk garis dan berwarna hitam putih tersebut
mengandung satu kumpulan kombinasi yang berlainan ukuran dan disusun
sedemikian rupa menurut aturan tertentu sehingga dapat diterjemahkan
oleh mesin pembacanya.

Gambar 1.2. Berbagai jenis Barcode

2
Cuplikan Buku “Membuat Sendiri Aplikasi dengan Memanfaatkan Barcode”,
Penerbit Elekmedia, Penulis : Teguh Wahyono

Jika Anda search di Google dengan kata kunci “barcode”, maka Anda akan
menjumpai berbagai jenis barcode yang berkembang. Kode di dalam
barcode tersebut mengumpulkan data dalam simbologi linear 1Dimensi
atau ada juga yang memiliki bentuk persegi, titik, heksagon dan bentuk
geometri lainnya di dalam simbologi dua dimensi. Selanjutnya karena
barcode biasanya menempel pada produk tertentu, maka sudah barang
tentu merepresentasikan data yang terkait dengan produk dimana barcode
tersebut berada.

1.2 Sejarah Barcode


Sejarah Barcode diawali pada tahun 1948, ketika Bernard Silver (1924-
1963), salah seorang mahasiswa Drexel Institute of Technology di
Philadelphia (Amerika Serikat) melakukan penelitian tentang sistem
pembacaan informasi pada produk makanan lokal di kota tersebut. Ia
melakukan peleitian bersama dengan sahabatnya yang bernama Norman
Joseph Woodland. Pada perkembanganya, Silver dan Woodland akhirnya
mengusulkan untuk menggunakan sebuah kode dengan tinta yang sensitif
terhadap sinar ultraviolet. Prototype tersebut ditolak karena tidak stabil
dan mahal. Selanjutnya tanggal akhir tahun 1949 Woodland dan Silver
berhasil membuat prototipe kode batang yang lebih baik dan tepatnya
pada tanggal 7 Oktober 1952, mereka mendapat hak paten dari hasil
penelitian mereka.

Gambar 1.3. Contoh Simbologi UPC-A

Pada tahun 1970, untuk pertama kalinya kode batang temuan keduanya
dipakai secara komersial yaitu pada saat Logicon Inc. membuat Universal

3
Cuplikan Buku “Membuat Sendiri Aplikasi dengan Memanfaatkan Barcode”,
Penerbit Elekmedia, Penulis : Teguh Wahyono

Grocery Products Identification Standard (UGPIC). Sedangkan perusahaan


pertama yang memproduksi perlengkapan kode batang untuk
perdagangan retail adalah Monach Marking.
Selanjutnya semenjak tahun 1973, Uniform Code Council, sebuah
organisasi industri membuat Uniform Product Code (UPC) yang
menyediakan suatu standard bar code yang dapat digunakan oleh toko-
toko ritel. Selanjutnya beberapa barcode standar telah dikembangkan
selama beberapa tahun, yang biasa disebut dengan Simbologi. Simbologi
yang digunakan tentunya berbeda untuk aplikasi yang berbeda. Hal itu
misalnya ketika Anda menggunakan huruf miring ataupun tebal yang
dimaksudkan untuk memperjelas makna tertentu pada teks yang akan
dibuat sebagai barcode. Simbologi yang berbeda digunakan untuk aplikasi
yang berbeda pula. Jadi ketika Anda mencetak barcode, maka Anda akan
bisa membaca makna sandinya selama menggunakan sandi yang sama dan
dalam spesifikasi yang diatur dalam standar barcode.

1.4 Berbagai Tipe Barcode


Seperti namanya, barcode atau kode baris digambarkan dalam bentuk baris
hitam tebal dan tipis yang disusun berderet sejajar horisontal. Satu unit
barcode sebenarnya terdiri dari salah satu warna hitam atau putih. Sebuah
unit yang berwarna hitam ditunjukkan dengan sebuah bar, sedangkan yang
berwarna putih ditunjukkan dengan sebuah space (spasi). Cara lain
penulisan barcode adalah dengan bilang “1” untuk menyatakan black bar
dan bilangan “0” untuk menyatakan white space. Tetapi seiring dengan
perkembangannya, Barcode memiliki banyak sekali standard dan tidak
terpaku pada satu model tertentu. Hal itu tentu tergantung siapa yang
menggunakan barcode tersebut. Tetapi meski demikian, secara umum
Barcode terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu Barcode satu dimensi
dan barcode dua dimensi.

1.4.1 Barcode 1 Dimensi


Barcode ini dinamakan satu dimensi atau ada yang menyebut linear bar
codes karena kodenya hanya terdiri dari baris-baris. Beberapa jenis
barcode 1 dimensi terdapat pada tabel 1.1 di bawah.

4
Cuplikan Buku “Membuat Sendiri Aplikasi dengan Memanfaatkan Barcode”,
Penerbit Elekmedia, Penulis : Teguh Wahyono

Tabel 1.1. Berbagai jenis Barcode 1 dimensi

Simbologi Pengguna
U.P.C. Worldwide retail, GS1 approved
Codabar Old format used in libraries, blood banks, airbills
Code 25 – Non-interleaved 2 of 5 Industrial (NO)
Code 25 – Interleaved 2 of 5 Wholesale, Libraries (NO)
Code 39 Various
Code 93 Various
Code 128 Various
Code 11 Telephones
CPC Binary Post office
DUN 14 Various
EAN 2 Addon code (Magazines), GS1 approved
EAN 5 Addon code (Books), GS1 approved
EAN 8, EAN 13 Worldwide retail, GS1 approved
ITF-14 Non-retail packaging levels, GS1 approved
Latent image barcode Color print film
Pharmacode Pharmaceutical Packaging
Plessey Catalogs, store shelves, inventory
PLANET United States Postal Service
POSTNET United States Postal Service
Intelligent Mail Barcode United States Postal Service
MSI Used for warehouse shelves and inventory
PostBar Canadian Post office
RM4SCC / KIX Royal Mail / Royal TPG Post

Dari berbagai jenis Barcode tersebut beberapa tipe yang akan dibahas lebih
lanjut pada bagian ini. Beberapa tipe yang cukup sering digunakan tersebut
antara lain adalah sebagai berikut.
1. Tipe Code 39 (code 3 of 9)
Merupakan barcode alphanumerik (full ASCII) yang dapat
mewakili abjad (A-Z) dan angka (0-9) serta beberapa karakter lain
seperti misalnya: $, /, +, %, titik dan spasi. Jumlah digit maksimal
16. Kode seperti ini biasanya cocok digunakan untuk barcode
buku maupun untuk kode barcode angota perpustakaan. Aplikasi
lain misalnya untuk inventory, asset tracking dan digunakan pada

5
Cuplikan Buku “Membuat Sendiri Aplikasi dengan Memanfaatkan Barcode”,
Penerbit Elekmedia, Penulis : Teguh Wahyono

tanda pengenal identitas. Barcode tersebut memiliki panjang baris


yang bervariasi.

Gambar 1.4. Contoh Barcode jenis Code 39

2. Tipe Code 128


Seperti halnya Code 39, Code 128 ini juga merupakan suatu
barcode alphanumerik (full ASCII), tetapi memiliki kerapatan
yang lebih tinggi dan panjang baris yang bervariasi. Barcode code
128 ini biasanya digunakan untuk aplikasi seperti pengaturan
maskapai pelayaran dan pengelolaan gudang.

Gambar 1.5. Contoh Barcode tipe 128

Setiap karakter pada code 128 dikodekan oleh 3 bar dan 3 spasi
(atau 6 elemen) dengan ketebalan masing-masing elemen 1
sampai 4 kali ketebalan minimum (module). Jumlah total module
untuk bar selalu genap sedangkan untuk spasi selalu ganjil. Selain
itu code 128 memiliki 3 start character yang berbeda sehingga
code 128 memiliki 3 sub set karakter yang bersesuaian dengan
start characternya.

6
Cuplikan Buku “Membuat Sendiri Aplikasi dengan Memanfaatkan Barcode”,
Penerbit Elekmedia, Penulis : Teguh Wahyono

3. Code 25 (Interleaved)
Merupakan kode barcode yang hanya untuk angka (0-9),
maksimum 32 digit. Jadi barcode ini berbentuk numerik dan
memiliki panjang baris yang bervariasi. Barcode yang juga disebut
sebagai interleaved 2 of 5 tersebut biasa dipergunakan untuk
aplikasi dalam dunia industri dan laboratorium.

Gambar 1.6. Barcode jenis Interleaved 2 of 5

4. EAN 13
Simbologi Barcode model ini dikeluarkan EAN untuk identitas
suatu produk. Standardisasi EAN menggunakan 3 digit pertama
adalah untuk kode negara asal produk, 4 digit berikutnya adalah
Manufacture Number, 5 digit berikutnya adalah Product Number (
kode produk atau nomor urut produk ) dan 1 digit terakhir adalah
Check Digit atau angka untuk melakukan test validasi barcode.

Gambar 1.7. Contoh Barcode jenis EAN 13

Kode EAN ini juga sering digunakan di Indonesai untuk identifikasi


produk nasional. Indonesia sendiri mempunyai kode 899 untuk 3
digit pertama.

7
Cuplikan Buku “Membuat Sendiri Aplikasi dengan Memanfaatkan Barcode”,
Penerbit Elekmedia, Penulis : Teguh Wahyono

5. UPC (Universal Product Code)


Bacode UPC ini hanya terdiri dari angka (0-9) namun barcode
harus mempunyai panjang tepat 11 atau 12 digit. Kurang atau
lebih dari angka itu, tidak bisa digunakan. Jadi barcode ini
berbentuk numerik dan memiliki panjang baris yang tetap. UPC
biasanya digunakan untuk pelabelan pada produk-produk kecil
atau eceran

Gambar 1.8. Barcode jenis UPC

Simbol UPC tersebut dibuat untuk kemudahan pemeriksaan


keaslian suatu produk dan bilangan-bilangan UPC harus
diregistrasikan atau terdaftar di Uniform Code Council.

1.4.2 Barcode 2 Dimensi


Barcode jenis ini disebut sebagai barcode dua dimensi ini karena tidak
hanya terbuat dari garis-garis saja tetapi lebih mendekati pada bentuk
gambar tertentu. Dengan menggunakan dua dimensi, maka informasi atau
data yang besar dapat disimpan di dalam suatu ruang yang lebih kecil.
Barcode model ini dikembangkan lebih dari sepuluh tahun lalu.
Tabel di bawah ini menunjukkan berbagai jenis simbologi barcode 2
dimensi lengkap dengan data pengembang atau penemunya. Berikut
adalah data lengkapnya.

8
Cuplikan Buku “Membuat Sendiri Aplikasi dengan Memanfaatkan Barcode”,
Penerbit Elekmedia, Penulis : Teguh Wahyono

Tabel 1.2. Berbagai jenis barcode 2 dimensi

1.4 Sistem Barcode


Jika Anda ingin mengembangkan Barcode sebagai sebuah sistem, maka
terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan, karena Barcode
membutuhkan mesin pembaca serta software yang melakukan pengolahan
data. Berikut adalah komponen-komponen yang diperlukan di dalam
sistem yang berbasis Barcode tersebut.
1. Mesin Barcode Printer
Mesin Barcode Scanner digunakan untuk mencetak barcode yang
diinginkan ke dalam suatu label denagn bentuk dan ukuran sesuai
kebutuhan. Mesin tersebut tentunya menggunakan tinta khusus
agar barcode yang dicetak dapat dibaca oleh mesin scanner-nya.

9
Cuplikan Buku “Membuat Sendiri Aplikasi dengan Memanfaatkan Barcode”,
Penerbit Elekmedia, Penulis : Teguh Wahyono

Gambar 1.14. Contoh Printer Barcode

2. Software Designer Barcode


Software ini digunakan untuk merancang model Barcode yang
akan dicetak. Menentukan ukuran label, warna label, desain label
sampai tipe barcode yang akan dicetak. Beberapa aplikasi umum
sbeenarnya sudah menyertakan desain Barcode dalam toolsnya
seperti misalnya aplikasi CorelDraw dan sebagainya. Tetapi Anda
juga dapat menggunakan software khusus untuk barcode seperti
misalnya Proton Barcode Designer, Visual Barcode Designer,
Barcode Generator Software dan lain sebagainya.

Gambar 1.15. Contoh Label Barcode

3. Label Barcode
Bahwa untuk dapat ditempelkan pada produk yang diinginkan,
maka Barcode harus dicetak di dalam sebuah label barcode. Label
tersebut bisa terbuat dari kertas khusus atau kertas biasa dengan
bentuk dan ukuran yang dirancang sesuai dengan kebutuhan.

10
Cuplikan Buku “Membuat Sendiri Aplikasi dengan Memanfaatkan Barcode”,
Penerbit Elekmedia, Penulis : Teguh Wahyono

4. Mesin Barcode Scanner


Barcode Scanner digunakan untuk membaca dan menerjemahkan
kode-kode Barcode ke dalam teks yang sesungguhnya. Jadi kode
barcode yang telah dicetak di dalam label akan dibaca oleg
Barcode Scanne ini untuk diambil datanya dan digunakan untuk
keperluan pengoalahan data tersebut.

Gambar 1.16. Contoh Barcode Scanner

5. Software Pengolah Data


Setelah data dibaca oleh barcode scanner, data tersebut tentunya
akan ditangkap oleh suatu aplikasi yang mempu memasukkan
data tersebut ke dalam database dan mengolahnya sesuai dengan
kebutuhan.
Keempat komponen tersebut harus ada dalam sebuah sistem barcode
sebagai satu kesatuan. Barcode Printer digunakan untuk mencetak kode
barcode ke dalam label barcode. Sementara barcode yang terdapat di
dalam Label Barcode akan dibaca oleh Barcode Scanner untuk diambil
datanya. Data yang diambil oleh Barcode Scanner akan diproses oleh
Software Pengolah Data untuk menghasilkan informasi sesuai kebutuhan.
Penjelasan yang lebih lengkap dari masing-masing komponen tersebut
akan dapat ditemui pada bab selanjutnya dari buku ini.

11

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai