Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN

PENELITIAN PRODUK TERAPAN


TAHUN ANGGARAN 2017

PENINGKATAN KINERJA BETON POWDER DAN BETON MUTU SANGAT


TINGGI YANG MENGGUNAKAN LIMBAH SLAG DENGAN PENERAPAN
VACUUM MIXER DAN HEAT TREATMENT

Fatma Balany, ST., M.Eng., M.Sc


(NIDN: 0005057505)
Tryantini Sundi Putri, ST., M.Eng
(NIDN: 0016038206)
Kode/Rumpun :
421/TEKNIK SIPIL

Dibiayai oleh :
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Kontrak Penelitian
Nomor: 641/UN29.20/PPM/2017

LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
SEPTEMBER, 2017
1. Pendahuluan
Sesuai dengan proposal penelitian ini pada Tahun Pertama akan fokus pada beton
powder reaktif (Reactive Powder Concrete/RPC) dimana semen di ganti sebagian dengan
limbah copper slag dan penerapan vacuum mixing serta heat treatment, maka kemajuan dari
penelitian ini di paparkan berikut ini.

2. Metode pengujian material.

2.1. Penghalusan copper slag.

Karena bentuk copper slag yang di peroleh dari industri tambang masih sangat kasar,
sehingga material tersebut harus di haluskan mendekati kehalusan semen sebagai syarat untuk
material pozzolans (reaktif) seperti tercantum di ASTM C1709. Metode penghalusan slag
tersebut adalah wet method dengan mencampur aditif seperplaticizer dengan kadar 0.4 ml per
160 gram copper slag. Mesin penghalus (Planetary Ball Mill) di set dengan durasi 5 menit
sebanyak 6 kali (total 30 menit) pada kecepatan 390 rpm. Jumlah bola yang di gunakan adalah
sebanyak 7 buah.

Gambar 1. Planetary Ball Mill

2.2. Pengukuran kehalusan copper slag


Pengukuran kehalusan untuk copper slag dan material lain menggunakan Laser
Diffractometer dan Blaine Permeability Test. Kedua alat tersebut menggunakan prinsip yang
berbeda. Laser diffraction menggunakan prinsip Mie Theory setelah meninggalkan prinsip
Fraunhoffer Theory. Sedangkan Blaine permeability menggunakan prinsip dengan mengukur
waktu yang di tempuh udara untuk mengalir setelah melewati partikel material yang di
padatkan. Hasil perhitungan kehalusan masih sementara di hitung dengan Excel dan sebagian
hasil hitungan tersebut dapat di lihat di tabel di bawah ini. Analisa distribusi ukuran partikel
material dapat di lihat di gambar di bawah ini.
Gambar 2. Laser Diffractometer (kiri) dan Blaine Permeability Test (kanan)

Tabel 1. Density dan spesific surface area material dengan laser diffraction dan Blaine

Materials Copper Semen Silica Powder


slag fume kuarsa
Density (g/cm3) 3.706 3.152 2.017 2.65
SSA (cm2/g) :
Blaine permeability 2277 4955 - 6500
Laser diffraction 2150 5390 56200 5444

8
Powder kuarsa
7 Silica fume
Semen
6
Copper slag
5
Volume [%]

0
0,1 1 10 100 1000
Particle size [µm]

Gambar 3. Hasil anasis partikel size dari material dengan pengujian laser diffractometer

2.3. Mix design

Mix design untuk beton powder reaktif dapat di lihat di tabel berikut ini. Mix design ini
mengadopsi mix design dari Kassel Unuversity, Germany. Seperti terlihat di tabel 2 bahwa
referensi adalah mix design tanpa slag. Jumlah copper slag menggantikan sebagian semen
dengan proporsi seperti di perlihatkan di tabel 2 di bawah. Semen di ganti slag berdasarkan
berat.

Tabel 2. Proporsi campuran untuk beton powder reaktif dalam kg/m3.

Material Referensi 5% CS 10% CS 15% CS 20% CS


Sement 733.0 697.4 661.7 625.8 589.9
Copper slag 0.0 36.7 73.5 110.4 147.5
Silica fume (940U) 230.0 230.3 230.7 231.0 231.4
Pasir kuarsa 1008.0 1009.5 1011.0 1012.5 1014.0
Powder kuarsa 183.0 183.3 183.5 183.8 184.1
Superplasticizer 28.6 28.6 28.7 28.7 28.8
Air total 178.1 178.4 178.6 178.9 179.2
Air + Superplasticizer 18.6 18.6 18.6 18.7 18.7
Air yang di kompensasikan 159.6 159.7 160.0 160.2 160.5

2.4. Pembuatan Benda Uji.

Benda uji beton powder reaktif di buat sebanyak 3 sampel per variasi campuran dengan ukuran
kubus 100 x 100 x 100 mm. Jumlah total keseluruhan benda uji untuk kuat tekan adalah 45
sampel. Dalam penelitian ini, semen di ganti dengan copper slag dengan campuran 0%, 5%,
10%, 15%, dan 20% untuk umur beton 7 hari, 28 hari dan 56 hari. Treatment yang di lakukan
adalah vacuum mixing, tanpa vacuum mixing, vacuum mixing + heat treatment, dan tanpa
vacuum mixing + heat treatment. Benda uji yang sdh di buat dapat di lihat pada gambar 5 kanan
yang memperlihatkan beton kubus yang di label dan di tempatkan di box dengan isolasi dan
pengatur temperature panas.

2.5. Vacuum mixing dan heat treatment

Sebelum di mulai proses pencampuran menggunakan mixer, material di timbang dan di


masukkan ke dalam mixer. Untuk kondisi dengan vacuum, setelah pencampuran material
kering dan basah, vacuum di jalankan dan tidak boleh ada udara yang masuk ke dalam mixing
pan. Tekanan atmosfir di dalam mixing pan berkurang dari 1000 mbar ke 100 mbar.
Penggunaan vacuum ini untuk mengeluarkan air bubbles dari beton pasta sehingga beton
menjadi lebih padat serta tanpa porositas. Tanpa vacuum mixing adalah mixer di jalankan tapi
sistem vacuum tidak di aktifkan. Penerapan heat curing di lakukan setelah beton mengeras
untuk umur satu hari dan di tempatkan di box dengan pengatur suhu selama 48 jam. Ini untuk
mempercepat reaksi hidrasi antara semen, silica fume, copper slag dan air.
Gambar 4. Vacuum mixing: A = Scraper; B = vacuum pump ; C = pan mixing

Gambar 5. Box heat treatment (kiri) dan sampel yg di letakkan di box untuk treatment heat
curing (kanan)

2.6. Pengujian kuat tekan


Pengujian kuat tekan beton di lakukan dengan mesin compressive strength test kapasitas
6000 kN dengan kecepatan pembebanan 2500 N/s. Sebagian hasil perhitungan kuat tekan beton
dapat di lihat di grafik di bawah ini.
180

160
Compressive strength (MPa)

140

120

100 Control
5% CS
80
10% CS
60 15% CS
40 20% CS

20

0
0 7 14 21 28 35 42 49 56
Age (days)

Gambar 6. Perkembangan kuat tekan beton vacuum mixing tanpa heat treatment untuk umur
7, 28 dan 56 hari

Vacuum + HT
220
200 Non-Vacuum + HT

180
7 days comp. strength (MPa)

160
140
120
100
80
60
40
20
0
0% 5% 10% 15% 20%
Copper slag substitution as cementituous (%)

Gambar 7. Perbandingan kuat tekan pada 2 tipe treatment yang berbeda umur beton 56 hari

2.7. Pengujian porositas dengan BSE-SEM


Setelah selesai pengujian kuat tekan, sampel yang hancur di kumpulkan dan di rendam dengan
isopropanol selama 4 hari untuk menghentikan proses hidrasi. Setelah itu benda uji di keringkan
dengan cara di vacuum dalam desicator yang terhubung dengan vacuum pump. Setelah 2
minggu di vacuum, sampel di impregnasi dengan epoxy-resin. Setelah itu, sampel di poles
dengan kertas kasar no. 80 sampai yang terhalus no. ukuran 0.25 nm. Sampel yamg sudah halus
di coating dengan carbon ketebalan tertentu. Tahap akhir, sampel yang sudah di coating di
masukkan dalam alat SEM untuk pengambilan gambar. Setiap sampel di lakukan 30 kali
pengambilan gambar untuk menghidari standar deviasi yang tinggi. Gambar di bawah
memperlihatkan hasil dari BSE-SEM. Contoh sampel setelah proses penghalusan dan coating
di perlihatkan di gambar di bawah.

Gambar 8. Contoh sampel setelah proses poles dan coating dengan carbon

Gambar 9. Visualisasi mikrostruktur beton powder reaktif dengan alat Back Scatterred
Electron Scanning Electron Microscope (BSE-SEM)
2.8. Pengujian porositas dengan mercury intrusion porosimetry (MIP)

Pengujian MIP adalah untuk mengetahui porositas beton dengan cara di pressure menggunakan
mercury pada maksimum tegangan 200 MPa. Data hasil pengujian masih sementara di oleh
dengan excel.

Gambar 10. Alat MIP

Anda mungkin juga menyukai