Secara umum, sistem struktur baja dapat dibagi atas tiga kategori, yaitu: struktur rangka,
struktur cangkang/selaput dan struktur tipe suspensi/gantung.
Struktur rangka: merupakan sistem struktur berbentuk rangka, banyak digunakan dalam
sistem struktur bangunan gedung, biasanya terdiri rangka batang, balok dan kolom.
Struktur cangkang/selaput: merupakan sistem struktur berbentuk kombinasi rangka dan
selaput, banyak digunakan dalam industri tangki, kapal, misalnya: struktur tangki air dan badan
kapal. Pada sistem struktur ini biasanya cangkang tersebut berfungsi sebagai pendukung
beban, dengan elemen tarik dominan.
Struktur tipe suspensi/gantung: merupakan sistem struktur berbentuk rangka dan tergantung
pada kabel tarik sebagai komponen pendukung utama untuk memikul beban, misalnya
jembatan gantung. Pada sistem struktur ini biasanya elemen tarik dominan.
Adapun yang akan dibahas secara umum adalah berkaitan dengan kategori pertama yakni
struktur rangka bangunan gedung, meliputi: rangka batang atap, balok dan kolom,
keseluruhannya menggunakan profil baja standar. Didalam modul ini terdapat dua sub topik
yang akan dibahas secara berturut-turut dalam setiap kegiatan belajar, yaitu: 1. Profil Baja
Standar dan 2. Metode Desain
Profil baja merupakan bentuk penampang yang paling banyak digunakan di dalam sistem
struktur bangunan gedung dengan menggunakan material baja. Sebagaimana telah dijelaskan
di atas, sistem struktur bangunan gedung menggunakan profil baja pada bagian atap yang
disebut rangka atap baja dan pada bagian lantai yang disebut balok dan kolom profil baja.
Rangka atap baja, meliputi batang yang berfungsi sebagai gording dan elemen-elemen batang
pembentuk rangkap batang, yakni, batang-batang bawah dan atas, batang vertikal dan
diagonal.
Secara umum jenis-jenis profil baja yang lazim digunakan untuk struktur rangka adalah profil
baja standar. Dalam kegiatan belajar pertama ini akan dipelajari lebih dalam lagi mengenai
profil baja standar, khususnya: ♦ Profil baja standar Jerman dan ♦ Profil baja standar
Amerika
Secara umum profil baja standar dikenal dalam empat golongan yaitu:
•♦ Profil baja produk Eropah-Barat: Belgia, Luksemburg, Jerman, Perancis, dan Nederland.
•♦ Profil baja produk Eropah-Tengah: Austria, Hongaria, dan Ceko-Slowakia.
•♦ Profil baja produk Inggris.
•♦ Profil baja produk Amerika: Amerika Serikat dan Kanada.
Karena profil-profil baja tersebut diproduksi diberbagai negara, maka akan terjadi perbedaan
dalam sistem dimensi/ukuran. Untuk negara Indonesia: biasanya digunakan profil-profil Jerman
dan profil-profil Amerika, karena itu pula modul ini hanya menjelaskan profil baja standar
Jerman dan Amerika.
h h
d d
b b
Gambar 1. Profil balok I dengan flens sempit Gambar 2. Profil balok I dengan flens lebar
t
- Tinggi profil (h) = 100 mm
- Lebar flens (b) = 50 mm
h
d - Tebal badan (d) = 4,5 mm
- Tebal flens (t) = 6,8 mm
- Lereng pinggir dalam dari flens
b
biasanya 1 : 7
Gambar 1. Profil balok I dengan flens sempit
h
d
b
Gambar 2. Profil I dengan flens lebar
Supaya lebih cepat mengerti tentang perbedaaan profil I DIE, I DIN, dan I DIR, anda dapat
mengikuti contoh berikut. Misalkan I DIE 10, I DIN 10, I DIR 10, dan I DIL 10.
Dari tabel profil baja dapat dilihat ukurannya sebagai berikut:
I DIE 10 (mm) I DIN 10 (mm) I DIR 10 (mm) I DIL 10 (mm)
Uraian
Profil baja kanal dinyatakan dengan tanda [ ditambahkan dengan huruf NP dan diikuti dengan
sebuah bilangan yang menunjukkan tinggi profil dalam cm.
Contoh: [ NP 12 artinya tinggi profil adalah 12 cm.
Baja kanal ini dijual dalam panjang normal dari 4-12 meter.
Baja kanal ini sering dipakai untuk gording pada struktur rangka. Tetapi banyak juga dipakai
untuk kolom yang terdiri atas dua buah profil yang dijadikan satu dengan pelat-pelat kopel.
Profil ini dinyatakan dengan tanda L dengan tiga buah bilangan yang menunjukkan tinggi, lebar,
dan tebal profil dalam mm. Baja siku ini dijual dalam panjang normal dari 3 – 6 meter.
Baja siku sama kaki menunjukkan tinggi profil sama dengan lebar profil. Sedangkan baja siku
tidak sama kaki tentu tinggi profil tidak sama dengan lebar profil.
Gambar 4. Baja Siku Sama Kaki Gambar 5. Baja Siku Tidak Sama Kaki
Dalam struktur rangka, baja siku ini dipakai untuk menghubungkan elemen-elemnen struktur
yang dikeling, dan juga dipakai untuk batang-batang rangka kuda-kuda, yakni untuk batang
vertikal, batang diagonal, dan batang horisontal.
Profil ini dinyatakan dengan tanda T dengan sebuah bilangan yang menunjukkan tinggi profil
dan lebar profil dalam cm.
Contoh: T 20 artinya tinggi profil 20 cm dan lebar profil 20 cm, sedangkan ukuran tebalnya
dapat dilihat di tabel profil baja. Dan profil ini dinamakan baja T sama sisi.
Sedangkan baja T tidak sama sisi adalah b = 2h, ini artinya lebar profil sama dengan 2 kali
tinggi profil (rusuk). Ukuran panjang normal profil ini dari 3-12 meter.
Profil baja T tidak banyak dipakai dalam sistem struktur baja, umumnya dapat dipakai sebagai
batang-batang pekerjaan rangka batang kuda-kuda dalam struktur-struktur menggunakan
sambungan las. Untuk lebih jelasnya profil baja T dapat anda lihat pada Gambar 6. dan Gambar
7. berikut:
Karena kemajuan teknologi, maka profil WF lebih efisien dan semakin banyak digunakan bila
dibandingkan dengan profil DIR, DIN, DIE, dan DIL.
♦ Structural Tees
Structural Tees adalah baja T yang bentuknya mirip dengan baja T standar Jerman.
Profil T struktural dibuat dengan membelah dua profil sayap lebar atau balok I WF.
Profil T struktural dinyatakan dengan tanda ½ WF
Contoh: ½ WF 200 x 200 x 8 x 12 artinya tinggi profil T struktural 100 mm, lebar flens 200
mm, tinggi badan 8 mm, dan tebal flens 12 mm.
(Coba bandingkan dengan Wide Flange Shapes WF 200 x 200 x 8 x 12 yang di atas, tinggi
profil T persis dengan profil ½ WF , bukan ?).
Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 9 berikut dan mengenai ukurannya perhatikan tabel
konstruksi baja yang menunjukkan profil ini.
Kalau baja T standar Jerman tidak banyak digunakan dalam sistem struktur baja di Indonesia,
tetapi profil T struktur baja di Indonesia sebagai batang pada struktur rangka.
Metode perhitungan yang berdasarkan keilmuan harus menjadi pedoman dalam proses
pengambilan keputusan, namun tidak untuk diikuti secara membabi buta. Kemampuan intuisi
yang dirasionalkan oleh hasil-hasil perhitungan dapat menjadi dasar poses pengambilan
keputusan yang baik.
a. biaya minimum,
b. bobot minimum,
Kerangka perencanaan struktur adalah proses penentuan jenis struktur dan pendimensian
komponen struktur demikian sehingga beban kerja dapat dipikul secara aman, dan
perpindahan yang terjadi dapat ditolerir oleh syarat-syarat yang berlaku.
Pembebanan
Beban kerja pada struktur atau komponen struktur dapat ditetapkan berdasarkan peraturan
pembebanan yang berlaku. Pada struktur baja terdapat tiga jenis beban yaitu: beban mati
(tetap), beban hidup (sementara) dan beban tambahan.
Beban mati (tetap) adalah beban-beban yang bersifat tetap selama masa layan, antara lain
berat sendiri profil baja struktur dan seluruh bahan-bahan bangunan yang lain yang secara
tetap akan didukung profil tersebut, misalnya pipa-pipa, saluran-saluran listrik, AC/heater,
lampu-lampu, penutup lantai/atap, dan plafon.
Beban hidup (sementara) adalah beban-beban yang berubah besar dan lokasinya selama
masa layan, antara lain berat manusia, perabotan, peralatan yang dapat dipindah-pindah,
beban-beban lalu lintas kendaraan, dan barang-barang lainnya, termasuk beban dinamis mesin.
Beban tambahan: terdiri dari beban-beban dengan waktu pembebanan yang singkat seperti
beban angin, gaya akibat pengereman kendaraan, gaya akibat goncangan dari gempa bumi
(beban gempa).
Setiap beban yang didukung suatu profil baja akan mengakibatkan tegangan yang berbeda-
beda pada profil tersebut, karena tergantung dari luas penampang profil tersebut.
Dalam kegiatan belajar ini dapat dipelajari lebih dalam tentang metode desain yang berkaitan
dengan tegangan yang terjadi pada profil penampang baja.
Kekuatan berkaitan dengan kemampuan umum dan keselamatan struktur pada kondisi
pembebanan yang ekstrem. Struktur diharapkan mampu bertahan meskipun terkadang
mendapat beban yang berlebihan tanpa mengalami kerusakan dan kondisi yang
membahayakan selama waktu pemakaian struktur tersebut.
Kemampuan layan mengacu pada fungsi struktur yang sesuai, berhubungan dengan
tampilan, stabilitas dan daya tahan, mengatasi pembebanan, defleksi, vibrasi, deformasi
permanen, retakan dan korosi, dan persyaratan-persyaratan desain lainnya.
Secara umum ada dua filosofi perencanaan yang dipakai dewasa ini, yaitu:
Filosofi perencanaan tegangan kerja-elastis (working stress design), elemen struktur harus
direncanakan sedemikian rupa hingga tegangan yang terjadi/dihitung akibat beban kerja, atau
servis, tidak melampaui tegangan izin yang telah ditetapkan.
Tegangan izin ini ditentukan oleh peraturan bangunan atau spesifikasi untuk mendapatkan
faktor keamanan terhadap tercapainya tegangan batas, seperti tegangan leleh minimum atau
tegangan tekuk (buckling).
Setiap beban yang didukung suatu profil baja akan mengakibatkan tegangan yang berbeda-
beda pada profil tersebut, karena tergantung dari luas penampang profil tersebut. Masih
Tegangan dihitung harus berada dalam batas elastis, yaitu tegangan sebanding dengan
regangan.
Filosofi ini adalah metode yang umumnya disebut “perencanaan kekuatan batas”, “perencanaan
kekuatan”, “perencanaan plastis”, “perencanaan faktor beban”, “perencanaan batas” dan istilah
yang terbaru adalah: LRFD Load and Resistance Factor Design. atau “Perencanaan faktor
tahanan dan beban”.
Keadaan batas adalah istilah umum yang berarti “suatu keadaan pada struktur bangunan di
mana bangunan tersebut tidak dapat memenuhi fungsi yang telah direncanakan”.
Keadaan batas dapat dibagi atas dua kategori: kekuatan dan kemampuan layan
Keadaan batas kekuatan (atau keamanan) adalah kekuatan daktilitas maksimum (biasa disebut
kekuatan plastis), tekuk, lelah (fatigue), pecah (fracture), guling, dan geser.
Dalam perencanaan keadaan batas, keadaan batas kekuatan atau batas yang berhubungan
dengan keamanan dicegah dengan mengalikan suatu faktor pada pembebanan.
Berbeda dengan perencanaan tegangan kerja yang meninjau keadaan pada beban kerja,
peninjauan pada perencanaan keadaan batas ditujukan pada ragam keruntuhan (failure
mode) atau keadaan batas dengan membandingkan keamanan pada kondisi keadaan batas.
Untuk memastikan bahwa tegangan yang terjadi tidak melebihi tegangan leleh ( ) maka
Besaran faktor keamanan yang diberikan umumnya sama dengan 1,5, sehingga boleh
dipastikan bahwa tegangan maksimum yang diizinkan terjadi adalah 2/3 yang berarti juga
σ
Daerah
Elastis
Titik Leleh
Tegangan izin
Batas Proporsional
Untuk elemen baja yang mengalami kombinasi tegangan normal dan tegangan geser, maka
tegangan idiil yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan dasar .
Harga Tegangan dasar baja tergantung dari jenis baja, misalnya: Bj 34 (Fe310), Bj 37 (Fe 360),
Bj 44 (Fe 430), dan Baja 52 (Fe 510). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 1
mengenai harga tegangan dasar saja.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas, silahkan anda ikuti contoh berikut ini.
Contoh 1: Diketahui suatu elemen baja yang terbuat dari jenis baja Bj 37.
Ditanya: berapakah tegangan normal izin ( ) untuk beban tetap?
Lihat tabel 1 untuk Bj 37 tegangan dasarnya = 1600 kg/cm2, maka =1600 kg/cm2.
Contoh 2: Diketahui suatu elemen baja yang terbuat dari jenis Baja Bj 37.
Ditanya: berapakah tegangan normal izin ( ) untuk beban sementara?
Contoh 3: Diketahui suatu elemen baja yang terbuat dari jenis baja Bj 37 yang tebalnya 50 mm.
Ditanya: berapakah harga tegangan dasar?
Jawab: Untuk elemen baja yang tebalnya lebih dari 40 mm dan kurang dari 100 mm, maka
tegangan dasarnya dikurangi 10%.
Dari tabel 1 diketahui untuk Bj 37 tegangan dasar = 1600 kg/cm2.
Untuk Bj tegangan dasar = 1600 kg/cm2
Maka Bj 37 (t=50 mm) = 1600 kg/cm2 – 10% (1600) = 1600 kg/cm2 – 160 kg/cm2= 1440 kg/cm2
bahan tersebut.
Kekuatan Batas
Keruntuhan
Apabila tegangan yang tejadi sudah sangat besar maka akan terjadi strain hardening yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan tegangan sampai ke tegangan runtuh/tegangan ultimate
( ). Pada saat tegangan ultimate dilampaui maka akan terjadi keruntuhan bahan.
tegangan ultimate ( ), ada juga perhitungan yang menggunakan tegangan leleh ( ), terutama
pada saat menghitung deformasi struktur yang mengakibatkan ketidakstabilan struktur tersebut.
Metode LRFD menggunakan beban terfaktor sebagai beban maksimum pada saat terjadi
keruntuhan. Beban servis akan dikalikan dengan faktor amplikasi yang tentunya lebih besar dari
1 dan selanjutnya akan menjadi beban terfaktor.
Selain itu kekuatan nominal (kekuatan yang dapat ditahan bahan) akan diberikan faktor
resistensi juga sebagai faktor reduksi akibat dari ketidak sempurnanya pelaksanaan di
lapangan/pabrik.
Dapat dilihat bahwa untuk penampang yang sama hasil kekuatan nominal yang akan didapat
dari metode LRFD akan lebih tinggi dari metode ASD.
========================================================================