Anda di halaman 1dari 2

Abu Sekam Padi sebagai bahan Subtitusi Semen pada pembuatan Batako, di Kelurahan

Anggoeya, Kecamaan Poasia, Kota Kendari.

Pelatihan dan sosialisasi pembuatan batako sebagai salah satu bahan untuk pekerjaan bangunan dan
pemanfaatannya bagi struktur di bidang Teknik Sipil. Penerapan penggunaan bahan pengganti semen
(abusekam padi) adalah hasil penelitian yang telah dilakukan di kampus UHO. Dari hasil menunjukkan bahwa
abu sekam padi juga dapat berfungsi sebagai perekat (semen), merupakan salah satu cara mengurangi
semen dengan menggantikan abu sekam berguna menciptakan keseimbangan antara Penerapan Teknologi
dengan lingkungannnya, yakni salah satunya adalah dengan menciptakan atau menyusun salah satu Formula
pengganti semen dengan menggunakan abu sekam padi yang bertujuan agar lebih yang ramah terhadap
lingkungan dan bernilai ekonomis karena abusekam padi bahan limbah yang tidak terpakai setelah
pembakaran.

Badan Ristek Dikti Bersama Universitas Halu Oleo dalam Program Kemitraan Masyarakat Internal UHO
(PKMI-UHO) Menggelar Sebuah Pelatihan ke Masyarakat yakni Penerapan Hasil Riset Tersebut di
sosialisasikan Oleh Ibu DR. Hj. Nini Hasriyani Aswad, ST.,MT yang ini merupakan Hasil Riset Beliau Kurang
lebih selama lima (5) tahun dan Sebagai salah satu Tenaga Ahli Madya dan Pengajar/Dosen di Fakultas
Teknik Sipil UHO Kendari.

Pelatihan ini berlangsung mulai Selasa, tanggal 25 hingga rabu, 26 September 2019, diikuti oleh para pelaku
usaha pembuatan batako di wilayah Kelurahan Anggoeya, Kecamatan Poasia, Kota Kendari. Awalnya mereka
(peserta/red) mendapatkan pembelajaran teori terlebih dahulu dilanjutkan dengan praktek pembuatan batako
dengan menggunakan abu sekam padi sebagai substitusi semen.

Dari hasil sebagian besar peserta sangat senang, dikarenakan salah satu bahan utama pembuatan batako
yakni semen dapat di gantikan sebagian dengan abu sekam yang pada prinsipnya lebih ekonomis, dan ramah
lingkungan. Salah satu peserta Isnaen (40thn) mengatakan “ kalau pakai campuran begini (tambahan abu
sekam padi) bisa lebih murah ongkos produksinya, kerena setengah sak semen saja, bisa menghasilkan
sama bila menggunakan satu sak semen kalau membuat batako biasa, ini bagus… katanya”

Menurut Ibu DR. Hj. Nini Hasriyani Aswad, ST.,MT menjelaskan “ Dengan adanya formula ini kiranya sangat
membantu peningkatan nilai ekonomis batako itu sendiri, dimana bahan abu sekam padi (subtitusi semen)
mudah diperoleh materialnya merupakan bahan yang ramah lingkungan, “ beliau juga melanjutkan “ Hal ini
tentunya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam hal ini pelaku usaha batako di wilayah
Kelurahan Anggoeya, dan Kami mengharapakan Jika Allah Berkehendak, ke depan wilayah ini bersama-
sama pelaku usaha batako bisa membuat suatu kawasan “kampung batako yang ramah lingkungan” ,
tuturnya.

Dengan adanya sosialisasi dan pelatihan ini, diharapkan masyarakat mengetahui dan menerapkan sehingga
dapat sejalan dengan program pmerintah untuk membangun rumah dengan konsep green building.
Program kemitraan masyarakat internal UHO, dirasakan manfaaatnya oleh masyarakat, Peran Ini sangat
diharapkan Keberlangsungannya, hingga mendorong perkembangan Kesejahteraan Masyarakat khususnya
penerapan Riset dan Teknologi bagi peneliti, maupun Bagi pelaku usaha yakni peningkatan pendapatan,
sehingga terciptanya Teknologi yang Ramah Lingkungan, Ekonomis, sejalan pula dengan peningkatan nilai
bisnisnya.

Anda mungkin juga menyukai