Anda di halaman 1dari 18

BAHAN AJAR

QUANTUM LEARNING DAN TEACHING

Disusun :

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGANTAR

Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat
mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang
menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan
kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan
teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan
bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme).
Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria.
Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah
bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan
sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di
dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-
poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran
sugestif bermunculan. Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning,
pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang
mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana belajar yang efektif
diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi
yang sehat.
“Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu
suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara
bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para
pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk
meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling
efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang (Bobby
De Porter dan Hernacki, 1992) Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai
“interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengamsalkan kekuatan energi
sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc 2, mereka
alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”. “Sebagai
pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar
menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik
pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep-konsep
kunci dari teori dan strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan
modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar
berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric learning), simulasi/permainan.
Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai berikut. Para siswa
dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai
potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik
dan ilmiah yang memerikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning,
dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons
menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang
menyenangkan dan bebas stres”. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan
telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan,
dalam belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping
dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan
“kegembiraan dan tepukan.”
Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia
bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan linguistik,
2
matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi.
Bagaimana mengembangkan fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem
emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi
(melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat). Bagaimana memanfaatkan cara
berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”. Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear
dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang bersifat
ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta
simbolisme. Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan
dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi),
kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial,
pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.
Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya “emosi positif,
kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.” Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait.
Dari kehormatan diri, misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan
menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diriI. Dari proses inilah,
quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif.
Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap
situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda, mengupayakan agar segalanya
terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang
terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari
suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.” Dalam kaitan itu
pula, antara lain, quantum learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.”
Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap
positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam lingkungan
belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar demikian
rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.
Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro.
Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum
learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi
peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan
orisinalitas quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan
di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur
seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan
suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat
berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang
menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi siswa.
Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang
belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi,
berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan
lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda
mempelajari informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan mendapat
rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman membangun gudang
penyimpanan pengertahuan pribadi. Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat juga berarti mengambil
peluang-peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif
di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada akhirnya,
interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan.
Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro.
Mereka diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman
mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari siswa.
Teori belajar quantum teaching dan quantum learning itu lebih mengacu pada teori belajar humanistik.
Psikologi humanistik adalah suatu aliran psikologi yang lebih dekat kepada psikologi kognitif daripada

3
behavioristik. Gerakan munculnya psikologi humanistik disebabkan oleh semacam kesadaran bersama
yang beranggapan bahwa pada dasarnya tidak ada teori psikologi yang berkemampuan menjelaskan
manusia, sebagai suatu totalitas dan yang sewajarnya mengfungsikan manusia.
Psikologi humanistik ini dipelopori oleh Abraham H. Maslow (1954), Carl R. Roger (1974), dan
Arthur W Combs (1974). Para pendukung aliran ini berpendapat bahwa motivasi dasar manusia adalah
ingin mencapai aktualisasi diri. Proses belajar harus terjadi dalam suasana bebas, diprakarsai sendiri dan
percaya pada diri sendiri. Belajar akan berarti apabila berpusat pada kepentingan siswa, dan apabila
dilakukan lewat pengalaman sendiri (menghadapi, mengatasi langsung masalah) belajar akan tahan lama
bila melibatkan seluruh aspek pribadi. (Muhaimin,1996:41)
Berbagai ahli psikologi humanistik telah meneliti implikasi pendidikan yang dapat diperoleh dari
sudut pandang mereka. Bahwa “kita berbuat sebagaimana kita lakukan”. Maslow menyatakan bahwa
psikologi humanistik menyediakan filsafat pendidikan yang merupakan filsafat baru yang mampu
melakukan perubahan mendasar dalam konsepsi pendidikan. Ia berpendapat bahwa latiahn-latihan yang
dilaksanakan di kelas yang berasal dari psikologi belajar dianggap tidak memadai dan tidak tepat untuk
keperluan belajar. Ia beranggapan bahwa belajar yang sesungguhnya adalah belajar yang mampu
melibatkan dan meliputi keseluruhan pribadi manusia bukan sekedar mempersiapkan mereka dengan
fakta-fakta untuk diingat. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesungguhnya harus menambah
kesanggupan para pelajar, baik dalam menemukan kualitas dirinya maupun pengalaman, dan berfikir yang
membuat mereka menjadi manusia yang mempunyai keutuhan pribadi. (Sudjana, 1991: 172)
Para pendidik mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menolong para siswa menjadi
manusia yang berkembang secara lebih utuh. Belajar yang berguna harus meliputi pribadi siswa dan
relevan dengan corak individu, kebutuhan dan perkembagannya. Psikologi humanistik menganggap
bahwa pendidik sebagai fasilitator seharusnya mendorong, bukan menahan sensitivitas siswa terhadap
suatu perasaan. Mereka mengakui pentingnya fakta dan pengetahuan yang mutakhir, namun jauh lebih
penting lagi bagaimana siswa memperoleh pengetahuan.
Menurut Muhaimin dkk, (1996:42) mengungkapkan bahwa ciri-ciri psikologi humanistik adalah
sebagai berikut:
a. Mementingkan manusia sebagai pribadi.
b. Mementingkan kebulatan pribadi.
c. Mementingkan peranan kognitif dan afektif.
d. Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self-concept.
e. Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri.
Dengan demikian maka jelaslah bahwa quantum teaching dan quantum learning itu lebih
mengacuh kepada teori belajar psikologi humanistik, karena dalam quantum teaching dan quantum
learning itu lebih mengedepankan interaksi antara guru dengan siswa.

B. PENGERTIAN QUANTUM LEARNING


Quantum learning merupakan belajar dengan menyadari manfaat sehingga termotivasi
mendayagunakan potensi diri untuk keberhasilan belajar. Dalam quantum learning, disamping
mengembangkan nilai-nilai dan keyakinan, juga ada prasyarat yang harus terpenuhi yakni lingkungan
yang menggembirakan dan suasana yang nyaman. Di dalam quantum learning dijelaskan bagaimana cara
belajar efektif sehingga mendapatkan hasil yang sama dengan kecepatan cahaya. Dengan quantum
learning seseorang dapat meng-quantumkan kemampuannya. Kemajuan hasil belajar tidak kontiyu
merambat perlahan tetapi melompat ke tingkat yang tinggi yang tidak terbayangkan sebelumnya.

4
C. METODE QUANTUM LEARNING
Di dalam quantum learning dipakai beberapa metode diantaranya adalah mencontoh, permainan,
simulasi, dan juga symbol. Metode quantum learning menekankan pada kekuatan sugesti dan kepercayaan
diri. Prinsipnya adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun
memberikan sugesti positif dan negative. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti
positif adalah mendudukkan siswa secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan
partisipasi individu, mengunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi
dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugesti. (DePorter,Hernacki,
2002:14-15)
Metode memberikan contoh kepada siswa berfungsi untuk memudahkan pemahaman siswa, memberikan
bukti, mengkongkritkan pengertian-pengertian yang abstrak.
Sedangkan metode permainan, disamping untuk menambah ketangkasan juga dapat digunakan
untuk menambah pengetahuan secara luas atau mendalam. Seperti permainan teka-teki, dan catur atau
juga dengan permainan lainnya yang mendidik.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Tohari Susilo dalam symposium guru di Jakarta, mengatakan bahwa
dengan metode permainan siswa akan lebih tertarik dan termotivasi dalam belajar, orang bisa bilang para
siswa hanya menyukai permainannya. Namun dalam penelitian yang dilakukan Tohari siswa yang semula
mendapat nilai rata-rata 6,8 naik menjadi 8,2. dalam hal ini berarti, pelajaran yang disampaikan melalui
metode permainan ini banyak diminati siswa. (Jawa Pos, 05 - 01- 2005)
Berbeda dengan metode simulasi, metode ini merupakan sebuah metode permainan bernomor yang
disertai kartu-kartu atau pertayaan tertentu dari setiap nomor. Seperti monopoli, ular tangga, metode ini
juga membutuhkan alat bantu lain seperti dadu, identitas peserta dan lain-lain.

D. MANFAAT QUANTUM LEARNING

a. Sikap positif
Sugesti sangat mempengaruhi terhadap tingkah laku siswa. Quantum learning lebih
menekankan pada sugesti positif dan menghindari sugesti negative. Dengan tujuan untuk menanamkan
sikap positif pada siswa. Karena sugesti positif akan mengarahkan fikiran anak terhadap perasaan dan
tingkah laku dari suatu keadaan yang dikehendaki (Schaefer, 1987: 56)
b. Motivasi
Motivasi menentukan intensitas usaha anak dalam belajar. Dengan kata lain bahwa dengan adanya
usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seorang anak yang belajar itu akan dapat
melahirkan prestasi yang baik. Makin tepat motivasi diberikan makin berhasil pelajaran itu. Anak yang
gagal dalam belajarnya, tidak dapat disalahkan begitu saja. Mungkin gurunya yang tidak berhasil dalam
memberikan motivasi kepada siswanya (Sardiman, 1994: 85)
c. Keterempilan belajar seumur hidup
Dengan mempelajari quantum learning, seseorang akan mendapatkan teknik atau keterampilan
belajar. Dalam quantum learning terdapat beberapa keterampilan belajar yang dapat meningkatkan belajar
seseorang. Keterampilan itu sebagai modal seseorang untuk hidup, karena orang hidup yang dinamis dan
tidak ketinggalan zaman adalah orang yang terus belajar. Sedangkan belajar membutuhkan keterampilan-
keterampilan seperti yang ditawarkan oleh quantum learning. Keterampilan-keterampilan itu sangat
bermanfaat sekali untuk dapat belajar lebih efektif.
d. Kepercayaan diri
Dengan mengetahui dan melaksanakan beberapa keterampilan yang ada dalam quantum learning,
seseorang akan merasa percaya diri dengan potensi yang dimilikinya, Karena quantum learning
membimbing seseorang menuju kearah keberhasilan. Ketika seseorang berhasil, maka ia akan bangga
dengan apa yang telah dilakukan.

5
e. Sukses
Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada dalam quantum learning, seseorang akan merasakan
hasil yang memuaskan. Meraih kesuksesan dengan penuh semangat dan keriangan. Quantum learning
tidak mengajak seseorang pada kehancuran, tetapi membimbing kearah kesuksesan.

D. KEKUATAN FIKIRAN YANG TAK TERBATAS


Otak manusia mempuyai tiga bagian dasar yang seluruhnya dikenal sebagai otak Triune (three in
one). Tiga bagian dasar itu adalah batang otak atau reptile. Bagian ini adalah komponen kecerdasan
terendah dari spesies manusia. Bagian ini bertanggung jawab atas fungsi motor sensor (pengetahuan
tentang realitas fisik yang berasal dari panca indera). Juga berkaitan dengan insting mempertahankan
hidup, perhatiannya adalah pada makanan, tempat tinggal, reproduksi dan perlindungan wilayah. Ketika
merasa tidak aman, otak ini secara pontan bangkit dan bersiaga atau melarikan diri. Inilah yang disebut
dengan reaksi hadapi atau lari.(DePorter,Hernacki, 2002: 26-27)
Yang kedua adalah bagian system limbic atau otak mamalia. Fungsinya adalah bersifat emosional
dan kognitif yaitu menyimpan perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori dan kemampuan
dalam belajar. Selain itu system ini juga mengendalikan bioritme manusia, yaitu pola tidur, haus, lapar,
gairah seksual, metabolisme dan system kekebalan. System ini sebagai panel control utama yang
menggunakan informasi dari indra penglihatan, pendengaran, dan sensasi tubuh.(DePorter, Hernacki,
2002: 28)
Bagian ketiga adalah neokorteks yang merupakan tempat kecerdasan yang mengatur pesan-pesan
yang diterima melalui panca indra. Fungsinya untuk berfikir secara intelektual, penalaran, pembuatan
keputusan, prilaku waras, bahasa, kendali motorik sadar dan ideasi non verbal.(DePorter, Hernacki, 2002:
28) Ketiga bagian otak tadi juga dibagi menjadi belahan kanan dan kiri, atau dikenal dengan otak kanan
dan otak kiri. Proses berfikir otak kiri bersifat logis, skuensial, lininer dan rasional, juga mampu
melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berfikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi
verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fenotik serta simbolik
(DePorter, Hernacki, 2002:36) Sedangkan cara berfikirnya otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif
dan holistic. Cara berfikirnya sesuai dengan cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal, seperti
perasaan dan emosi, kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna,
kreatifitas dan visualisasi (DePorter,Hernacki, 2002:36)
Penggunaan kedua bagian ini haruslah seimbang. Karena kalau tidak, dapat mengakibatkan stress
dan juga kesehatan mental dan fisik yang buruk. Untuk menyeimbangkan masyarakat yang
kecenderungannya pada otak kiri, perlu dimasukkan musik dan estetika dalam pengalaman belajarnya dan
memberikan umpan balik positif. Semua itu menimbulkan emosi positif yang membuat otak lebih efektif.
Emosi positif mendorong kearah kekuatan otak, mengarah pada keberhasilan, dan pada kehormatan diri
yang lebih tinggi.

E. MENEMUKAN GAYA BELAJAR


Gaya belajar adalah kunci utama mengembangkan kinerja dalam pekerjaan di sekolah dan dalam
situasi antar pribadi. Setiap orang mempunyai gaya belajar tersendiri. Ada yang suka secara kelompok,
ada yang sendirian, ada yang suka diiringi dengan musik, dan ada juga yang suka dalam keadaan sepi.
Ada dua kategori utama tentang bagaimana cara belajar. Pertama, bagaimana seseorang menyerap
informasi dengan mudah (modalitas). Kedua, bagaimana cara mengatur dan mengolah informasi tersebut.
Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta
mengolah informasi (DePorter,Hernacki,2002: 110)
Salah satu langkah mengenali gaya belajar adalah mengetahui modalitas sebagai modalitas visual,
auditorial, dan kinestetik. Orang visual belajarnya melalui apa yang mereka lihat. Pelajar auditorial
melakukannya melalui apa yang mereka dengar dan pelajar kinestetik belajarnya lewat gerak dan sentuhan.
Pelajar bertipe visual mempunyai kecenderungan menggambar sebuah peta, berpakaian rapi dan teratur,
pembaca cepat dan tekun, lebih suka membaca daripada dibacakan. Sedangkan pelajar auditorial lebih
suka membaca buku dan bertanya untuk mendapatkan informasi. Berbeda dengan pelajar kinestetik yang

6
selalu ingin bergerak yang lebih banyak menggunakan indera perabanya untuk mendapatkan informasi
(DePorter,Hernacki, 2002:116-120)

F. TENIK MENCATAT TINGKAT TINGGI


Mencatat yang efektif adalah yang sesuai dengan teknik mencatat yang menimbulkan kemampuan
untuk melihat secara keseluruhan, membantu meninjau kembali secara efektif dan memungkinkan untuk
mengingat secara lebih akurat. Mencatat dapat meningkatkan daya ingat, membantu mengingat apa yang
tersimpan dalam memori manusia. Pencatatan yang efektif dapat menghemat waktu dan membantu
menyimpan informasi secara mudah dan mengingat kembali jika dipelukan (DePorter, Hernacki,
2002:146-148) Tujuan mencatat adalah mendapatkan poin-poin kunci dari buku-buku, laporan, kuliah dan
sebagainya. Ada dua tehnik pencatatan yang sangat efektif. Kedua cara ini membantu seseorang untuk
mampu melihat seluruh gambaran secara selintas dan menciptakan hubungan mental yang berguna untuk
memahami dan mengingat teknik itu adalah:
a. Peta pikiran : Peta pikiran merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan
citra visual dan prasarana grafis untuk membentuk kesan yang lebih mendalam (DePorter, Hernacki,
2002:152). Peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-
ide yang berkaitan. Peta pikiran sangat baik untuk merencanakan dan mengatur berbagai hal, seperti peta
jalan yan digunakan untuk belajar. Ada beberapa cara untuk membuat catatan peta pikiran, diantaranya:
(a) dengan menggunakan huruf-huruf capital. (b) tuliskan hal penting dengan huruf yang lebih besar. (c)
buatlah lingkaran dari gagasan utama.
- Tambahkan sebuah cabang dari pusatnya untuk tiap-tiap poin kunci dengan mengunakan pulpen warna-
warni simbol dan ilustrasi
- Gunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan poin-poin atau gagasan-gagasan. pikiran secara
horizontal.
b. Catatan:TS (tulis dan susun)
Catatan ini berguna untuk mencatat pemikiran dan kesimpulan dengan bagian-bagian kunci
pembicaraan atau materi bacaan. Ada sedikit perbedaan antara penulisan catatan dan penyusunan catatan.
Penulisan catatan adalah mendengarkan apa yang dibicarakan oleh pembicara atau guru seraya menuliskan
poin-poin utmanya. Sedangkan penyusunan catatan berarti menuliskan pemikiran dan kesan sambil
mendengarkan materi yang sedang disampaikan. Dengan TS ini kedua cara tersebut dapat dilakukan
secara sekaligus, yaitu mencatat informasi dan tetap mengikuti jalannya pemikiran yang dilakukan oleh
otak. (DePorter, Hernacki, 2002: 160)
Catatan:TS adalah cara menerapkan pikiran sadar ataupun bawah sadar terhadap materi. Ketika
pikian sadar kita berpusat pada material dan proses menuangkannya di atas kertas. Ketika itu pula pikiran
bawah sadar bereaksi membentuk kesan, membuat hubungan-hubungan dan melakukan pekerjaan secara
otomatis. Ada beberapa kiat yang dapat membantu untuk membuat catatan yang lebih efektif yaitu tuliskan
secara aktif, memperhatikan secara aktif yang auditorial menjadi visual Menjadikan pengulangan itu
mudah dalam mencoba.
Disamping kiat-kiat terdapat juga berbagai manfaat dari keduannya (peta pikiran dan catatan:TS) adapun
manfaatnya adalah:
a. Manfaat peta pikiran
b Memusatkan perhatian Meningkatkan pemahaman
c. Manfaat catatan:TS Lebih mudah mengingat suatu subjek Memusatkan perasaan- Merupakan impian
yang konstruktif Merekam penilaian-penilain.

G. MAJU DENGAN KEKUATAN MEMBACA


Membaca merupakan pekerjaaan yang berat dan membosankan. Kegiatan membaca terdiri dari
pengamatan atas kata-kata yang dicetak secara mencolok, pemahaman, pemilihan dan penyimpanan
informasi. Banyak orang yang melakukan kegiatan membaca tetapi tidak sampai pada bagian akhir mereka
sudah bosan dan berhenti membaca. Hal ini terjadi karena dalam aktifitas membaca tersebut tidak
menggunakan strategi maupun teknik khusus yang diperlukan dalam membaca.

7
Keterampilan membaca untuk mengejar kemampuan mental dengan cara menyingkirkan mitos-mitos
yang dipercayai tentang membaca. Menggantikan mitos-mitos kuno dengan gagasan-gagasan baru
merupakan langkah pertama dalam menciptakan keterampilan baru dalam membaca. Gagasan-gagasan
baru itu adalah bahwa membaca itu mudah, tidak ada salahnya membaca dengan menggunkan jari sebagai
penunjuk, membaca banyak kata secara sekaligus, membaca dengan cepat dan tetap memahami isi bacaan.
(DePorter, Hernacki, 2002: 251-253)
Disamping itu ada beberapa kiat-kiat dalam membaca diantaranya adalah dengan mempersiapkna diri,
meminimalkan gangguan, duduk dengan sikap tegak, meluangkan waktu beberapa saat untuk
menenangkan fikiran, menggunakan jari atau benda lain sebagai petunjuk, dan melihat sekilas bacaan
sebelum memulai membaca. Setelah kiat-kiat itu dilakukan, perlu diperhatikan pula beberapa kiat untuk
memahami bacaan. Kiat-kiat itu antara lain: jadilah pembaca yang aktif, baca gagasannya bukan kata-
katanya, libatkan seluruh indra, ciptakan minat, dan buat peta pikiran bahan bacaan tersebut.

I. BERPIKIR LOGIS DAN KREATIF


Orang yang kreatif selalu ingin mempuyai rasa ingin tahu, ingin mencoba, berpetualang dan suka
bermain intuitif. Orang kreatif menggunakan semua pengetahuannya dan membuat lompatan yang
memungkinkan mereka memandang segala sesuatu dengan cara-cara yang baru.
Proses kreatif itu sendiri mengalir melalui lima tahap. Pertama, Persiapan Dimulai dengan mendefinisikan
masalah, tujuan, atau tantangan. Kedua, Inkubasi. Dengan mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam
fikiran. Ketiga, Iluminasi. Dalam arti memunculkan gagasan-gagasan ke permukaan. Keempat, Verivikasi.
Menguji kembali hasil yang sudah ada, hal ini untuk memastikan apakah solusi itu benar-benar
memecahkan masalah. Kelima, Aplikasi. Mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi
tersebut (DePorter, Hernacki, 2002: 301)
Kombinasi dari pemikiran logis dan kreatif adalah dalam hal pemecahan masalah. Mencari solusi
yang benar-benar dapat mengatasi suatu masalah. Ada beberapa cara dalam proses pemecahan masalah.
Diantaranya adalah:
a. Berfikir vertica, yaitu suatu proses bergerak selangkah demi selangkah menuju tujuan, seolah-olah
sedang menaiki tangga.
b. Berfikir lateral, yitu melihat permasalahan dari beberapa sudut baru, seolah-olah melompat dari satu
tangga ke tangga lainnya.
c. Berfikir kritis, yaitu berlatih atau memasukkan penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai
kelayakan suatu gagasan atau produk.
d. Berfikir analitis, yaitu suatu proses pemecahan masalah atau gagasan menjadi beberapa bagian-bagian.
Dan menguji setiap bagian untuk melihat bagaimana bagian tersebut saling cocok, dan
mengeksplorasi bagaimana bagian-bagian ini dapat dikombinasikan kembali dengan cara-cara baru.
e. Berfikir strategis, yaitu berfikir dengan mengembangkan strategi khusus untuk perencanaan dengan
melihat dari semua sudut yang mungkin.
f. Berfikir tentang hasil, yaitu meninjau tugas dari prespektif solusi yang dikehendaki
g. Berfikir kreatif, yaitu menyusun kembali fakta-fakta yang ada dan muncul dengan pandangan baru
tentang masalah itu.
Ada beberapa kiat-kiat jitu untuk berfikir kreatif, diantaranya adalah: ngatlah kesuksesan di masa lalu,
baik yang biasa atau luar biasa. Yakinlah bahwa hari ini bisa menjadi terobosan baru. Melatih kreatifitas
dengan permainan-permainan mental. Ingatlah bahwa kegagalan membawa pada kesuksesan.
Raihlah impian dan fantasi,Biarkan kesenangan memasuki kehidupan. Kumpulkan pengetahuan dari
tempat lain. Lihatlah situasi dari semua sisi.

8
J. EVALUASI QUANTUM LEARNING
Bahwasannya dalam setiap akhir dari proses belajar mengajar itu dilakukan evaluasi, karena hanya
dengan evaluasi keberhasilan belajar itu dapat diketahui. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Chabib
Thoha (1992:2) bahwa pada akhir pembelajaran itu memerlukan pengukuran/evaluasi.
Dalam hal ini evaluasi yang dilakukan quantum learning meliputi:
a. Belajar berdasarkan pengalaman, belajar akan lebih berhasil bila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan minat anak. Belajar akan terjadi dengan kegiatan anak itu sendiri. Maslow menyatakan
bahwa pengalaman-pengalaman belajar yang sesungguhnya harus menambah kesanggupan para
pelajar, baik dalam menemukan kualitas dirinya maupun pengalaman dan berfikir yang membuat
mereka menjadi manusia yang mempunyai keutuhan pribadi (Sudjana, 1991: 172)
b. Teknik mencatat tingkat tinggi, mencatat yang efektif adalah yang sesuai dengan teknik mencatat yang
menimbulkan kemampuan untuk melihat secara keseluruhan, membantu meninjau kembali secara
lebih efektif dan memungkinkan untuk mengingat secara lebih akurat, karena dengan mencatat dapat
meningkatkan daya ingat, membantu mengingat apa yang tersimpan dalam memori manusia.
c. Kekuatan membaca, membaca itu dapat meningkatkan pemahaman dan daya ingat, menambah
pembendaharaan kata, menghabiskan sedikit waktu.
d. Berfikir logis dan kreatif, siswa yang kreatif selalu mempuyai rasa ingin tahu, ingin mencoba,
berpetualang, suka bermain serta intuitif. Apa yang dilakukan oleh siswa dengan pengetahuannya
memungkinkan mereka memandang segala sesuatu dengan cara yang baru.
Dengan demikian, evaluasi dapat dijadikan tolak ukur bagi siswa bagaimana ia belajar tentang
sesuatu berdasarkan pengalamannya, bagaimana cara-cara mencatat tingkat tinggi serta melaju dengan
kekuatan membaca dan berfikir secara logis dan kreatif. Manakalah semua aspek-aspek tersebut di atas
dijalankan dengan benar maka dimungkinkan seorang siswa tersebut dalam proses belajarnya akan terasa
menyenangkan dan bermanfaat. Tidak ada lagi kebosanan yang dirasa siswa dalam belajar karena siswa
telah menemukan cara tersendiri yang bisa membuat suasana belajar menjadi nyaman dan menyenangkan.
Siswa pun dapat mencapai keberhasilan yang diinginkannya.

9
BAB II

QUANTUM TEACHING

A. SEJARAH PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

Tokoh utama di balik pembelajaran adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga yang
kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya
menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran.
Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran di Super Camp,
sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika
Serikat. Super Camp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang
memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembanga potensi diri manusia. Dengan
dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan
Sarah Singer Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan
pembelajaran kepada para remaja di Super Camp pada awal 1980an. Di SuperCamp inilai prinsip-prinsip
dan metode-metode Quantum Learning menemukan bentuknya.(Bobbi DePoter & Mike Hernacki, 2003)

Dia belajar dari Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang
bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsipnya
adalah bahwa Sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun
dapat ,memberikan sugesti positif ataupun negatif. Istilah lain dari suggestology adalah accelerated
learning ( pemercepatan belajar).(Bobbi DePoter & Mike Hernacki, 2003) Kemudian metode
pembelajaran merambah ke berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan
di rumah (parenting), lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas
(sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran merupakan falsafah dan metodologi
pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.

Quantum Teaching dan Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi
DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Teaching
diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan
pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Learning merupakan
konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan
cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan
siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu tentunya perlu mendalami keduanya
agar bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi.

Dalam Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai gaya
belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke
dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam
Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena titik
sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai
dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami
sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan. Learning merupakan strategi belajar yang bisa
digunakan oleh siapa saja selain sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja
dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya
belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami
sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara Learning.
Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang
menyenangkan.

10
B. PENGERTIAN QUANTUM TEACHING
Kata quantum berasal dari bahasa Latin, berarti “Seberapa banyak?”, menggambarkan satuan
terkecil yang bisa berarti menyerupai partikel.Deepak Chopra, Quantum Healing, 2002) Selanjutnya Kata
Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching
menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan
lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Persamaan Quantum Teaching ini
diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum yaitu:E = mc2
E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)
M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)
c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)
Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan
berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada peserta didik.
Dengan demikian Quantum Teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang berusaha
mengakomodir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa. Metode ini sarat dengan
penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa. Quantum Teaching menjadikan ruang-
ruang kelas ibarat sebuah konser musik yang memadukan berbagai instrumen sehingga tercipta komposisi
yang menggerakkan dari keberagaman tersebut. Sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan murid,
anda seolah-olah memimpin konser saat berada di ruang kelas.
Menurut De Porter dalam Ary Nilandari (2000:6) Quantum teaching bersandar pada konsep
“Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Ini adalah Asas
Utama sebagai alasan dasar di balik strategi, model, dan keyakinan Quantum Teaching. Maksudnya untuk
mendapatkan hak mengajar, seorang guru harus membuat jembatan autentik memasuki kehidupan murid
sebagai langkah pertama. Setelah kaitan itu terbentuk bawalah mereka ke dunia kita sehingga siswa dapat
membawa apa yang dipelajari ke dalam dunianya dan menerapkannya pada situasi baru.

C. PARADIGMA BELAJAR MODEL QUANTUM LEARNING


Dalam belajar model Quantum Learning agar dapat berjalan dengan benar ini paradigma yang
harus dianut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut :
a. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator.
b. Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan,
lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja,
penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relak.
c. Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda yang merupakan
pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan
positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
d. Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak
kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.

E. PRINSIP PRINSIP QUANTUM TEACHING

Secara umum, Quantum Teaching (pembelajaran kuantum) mempunyai karakteristik sebagai


berikut: (Ramayulis, 2010)

1. Berpangkal pada psikologi kognitif. Bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep
kuantum dipakai.

2. Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian. Potensi diri, kemampuan pikiran,
daya motivasi dan sebagainya dari pembelajar dapat berkembang secara optimal dengan meniadakan
hukuman dan hadiah karena semua usaha yang dilakukan pembelajar dihargai. Kesalahan sebagai
manusiawi.

11
3. Bersifat konstruktivistis, artinya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri
manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Oleh
karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan
sama dan memperoleh stimulant yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.

4. Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Dalam proses pembelajaran dipandang
sebagai penciptaan intekasi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan
pikiran yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya
yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar.

5. Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Dalam prosesnya
menyingkirkan hambatan dan halangan sehingga menimbulkan hal-hal yang seperti: suasana yang
menyengkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan lain-lain.

6. Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. Dengan kealamiahan dan kewajaran
menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, dan menyenangkan serta tidak membosankan.

7. Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan proses pembelajaran. Dengan kebermaknaan dan
kebermutuan akan menghadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar,
terutama pengalaman perlu diakomodasi secara memadai.

8. Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana
yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis.
Sedangkan isi pembelajaran meliputi: penyajian yang prima, pemfasilitasan yang fleksibel, keterampilan
belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.

9. Menyeimbangkan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material. Menanamkan nilai
dan keyakinan yang positif dalam diri pembelajar. Ini mengandung arti bahwa suatu kesalahan tidak
dianggapnya suatu kegagalan atau akhir dari segalanya. Dalam proses pembelajarannya dikembangkan
nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan
dihargai.

10. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi. Dalam prosesnya adanya pengakuan
keragaman gaya belajar siswa dan pembelajar.

11. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran, sehinga pembelajaran bisa
berlangsung nyaman dan hasilnya lebih optimal.

Namun setidaknya ada tiga macam prinsip utama yang membangun sosok pembelajaran . Ketiga prinsip
utama yang dimaksud sebagai berikut.(Ramayulis, 2010)

a. Prinsip utama pembelajaran berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar),
dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar). Setiap bentuk interaksi dengan
pembelajar, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun di atas prinsip
utama tersebut. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk memasuki dunia pembelajar sebagai langkah
pertama pembelajaran selain juga mengharuskan pengajar untuk membangun jembatan otentik memasuki
kehidupan pembelajar. Untuk itu, pengajar dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki
pembelajar sebagai titik tolaknya. Dengan jalan ini pengajar akan mudah membelajarkan pembelajar baik
dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan pembelajar menuju kesadaran dan ilmu yang
lebih luas. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, maka baik pembelajar maupun pembelajar akan
memperoleh pemahaman baru. Di samping berarti dunia pembelajar diperluas, hal ini juga berarti dunia
pengajar diperluas. Di sinilah Dunia Kita menjadi dunia bersama pengajar dan pembelajar. Inilah
dinamika pembelajaran manusia selaku pembelajar.
12
b. Dalam pembelajaran juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orkestra
simfoni. Selain memiliki lagu atau partitur. pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar chord. Struktur
dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran . Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam
berikut ini.

1) Ketahuilah bahwa Segalanya Berbicara Dalam pembelajaran quantum, segala sesuatu mulai lingkungan
pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai sikap guru, mulai kertas yang
dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang
pembelajaran.

2) Ketahuilah bahwa Segalanya Betujuan. Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energi menjadi
cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak bertujuan. Baik pembelajar maupun pengajar
harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan.

3) Sadarilah bahwa Pengalaman Mendahului Penamaan. Proses pembelajaan paling baik terjadi ketika
pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
Dikatakan demikian karena otak manusia berkembang pesat dengan adanya stimulan yang kompleks, yang
selanjutnya akan menggerakkan rasa ingin tahu.

4) Akuilah Setiap Usaha yang Dilakukan dalam Pembelajaran Pembelajaran atau belajar selalu mengandung
risiko besar. Dikatakan demikian karena pembelajaran berarti melangkah keluar dari kenyamanan dan
kemapanan di samping berarti membongkar pengetahuan sebelumnya. Pada waktu pembelajar melakukan
langkah keluar ini, mereka patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
Bahkan sekalipun mereka berbuat kesalahan, perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan.

5) Sadarilah bahwa Sesuatu yang Layak Dipelajari Layak Pula Dirayakan Segala sesuatu yang layak dipelajari
oleh pembelajar sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. Perayaaan atas apa yang telah
dipelajari dapat memberikan balikan mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan
pembelajaran.

c. Dalam pembelajaran juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya
keunggulan. Dengan kata lain, pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh
karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi pembelajaran .

F. KERANGKA RANCANGAN B ELAJAR QUANTUM TEACHING TANDUR

1) TUMBUHKAN. Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat Bagiku ” (AMBAK), dan
manfaatkan kehidupan pelajar. Stategi untuk melaksanakan Tumbuhkan tidak harus dengan tanya jawab,
menuliskan tujuan pembelajaran dipapan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/media
yang menarik atau lucu, isu muthakir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang.

2) ALAMI. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Konsep Alami
mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat
terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah.

13
3) NAMAI. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah “masukan”.

Dalam memahami konsep Namai yaitu perbedaan apa yang perlu dibuat dalam belajar? Apa yang harus
guru tambahkan pada pengertian siswa? Strategi, kiat jitu, alat berpikir apa yang digunakan untuk siswa
ketahui atau siswa gunakan? Strategi implementasi konsep Namai dapat menggunaka gambar susunan
gambar, warna, alat Bantu, kertas tulis dan poster di dinding atau yang lainnya.

4) DEMONSTRASIKAN. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk ‘menunjukkan bahwa mereka tahu”. Hal
ini sekaligus memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang
dipelajari.

5) ULANGI. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan , “Aku tahu dan memang tahu
ini”.

6) RAYAKAN. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu
pengetahuan. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan
kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa
yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lehi lanjut.

G. Strategi Pembelajaran Quantum Learning

Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov yang bereksperimen dengan apa yang disebut
sugestologi. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan
setiap detail apapun memberikan sugesti positif maupun negative. Selain itu quantum learning mecakup
aspek-aspek penting dalam program neurolonguistik (NLP) yaitu penelitian tentang bagaimana otak
mengatus informasi.

Dengan Quantum teaching kita dapat mengajar dengan memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak
kanan pada fungsinya masing-masing. Penelitian di Universitas California mengungkapkan bahwa
masing-masing otak tersebut mengendalikan aktivitas intelektual yang berbeda.

Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang memerlukan pemikiran rasional,
beralasan dengan pertimbangan yang deduktif dan analitis. Bagian otak ini yang digunakan berpikir
mengenai hal-hal yang bersifat matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan rumus,
dengan mengabaikan kepelikan tentang warna dan irama.

Otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme,
musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinalitas, daya cipta dan bakat artistik.
Pemikiran otak kanan lebih santai, kurang terikat oleh parameter ilmiah dan matematis. Kita dapat
melibatkan diri dengan segala rupa dan bentuk, warna-warni dan kelembutan, dan mengabaikan segala
ukuran dan dimensi yang mengikat.

Adalah otak kanan anda, yang cenderung terganggu selama rapat, kuliah atau semacamnya, yang
merupakan penyebab mengapa anda kadang-kadang melamun, mengangtuk atau melihat pemandangan
diluar ketika anda berniat untuk konsentrasi. Memasang musik adalah cara efektif untuk menyibukkan
otak kanan anda ketika sedang beronsentrasi pada aktivitas-aktivitas otak kiri.(Bobbi DePoter & Mike
Hernacki, 2003). Jadi alas an ini yang menjadikan mengapa musik sangat diperlukan dlam proses
pembelajaran. Sehingga pada model quantum teaching ini, musik merupakan unsure yang sangat penting
dalam upaya pencapaian tujuan belajar.

Berdasarkan karakteristik dan prinsip quantum learning, maka proses pembelajaran dilaksanakan dengan
langka-langkah sebagai berikut

14
1. Ciptakan suasana yang menggairahkan.

Untuk menciptakan suasana yang menggairahkan, disamping menyediakan lingkungan fisik yang indah

dan nyaman, perlu pula disiapkan ligkungan psikis yang baik. Lingkungan psikis adalah suasana yang

berkaitan dengan jalinan rasa, emosional, antar komunitas belajar yang ada di dalam kelas. Dalam hal ini

perlu dipertimbangkan :

a. Perhatikan emosi peserta didik.

Danil Gaeman menilai bahwa terdapat hubungan antara keterlibatan emosi, memori jangka panjang dan
belajar. Ini menunjukan bahwa emosi sangat meentukan, apakah materi pembelajaran melekat pada
peserta didik atau tidak. Untuk itu pendidik harus menciptakan kesenangan dalam belajar menjalin
hubungan dan menyingkirkan hal-hal yang dianggap mengganggu suasana.

b. Ciptakan jembatan rasa

Membangun jembatan rasa bukan perkara mudah, karena memerlukan mat, kasih sayang dan resiko dari
pihak pendidik terlebih dahulu. Dalam hal ini pertemuan-pertemuan awal pendidik dapat membangun
jembatan rasa tersebut.

c. Rayakan setiaP keberhasilan

Disadari atau tidak kegembiraan menjadkan belajar lebih menyenangkan. Ketika diparldang sebagai suatu
yang menyenangkan, maka hasil belajar melejit lebih tinggi dari biasanya, Kesenangan belajar dapat
muncul ketika adanya pengakuan darji konrunitas belajar. Artinya beiajar dipandang sebagai sesuatu yang
mengalir,dinamis dan kegembiraan. Dengan demikian salah dan benar jawaban yang diberikan peserta
didik mengerti atau belum mengerti materi-materi yang disampaikan kepadanya, namun ia harus diberi
pengakuan secara seimbang antara positif dan negatif. Di sisi lain kegembiraan akan muncul ketika setiap
usaha selalu dirayakan. Dalam quantum perayaan akan membangun keinginan untuk sukses, jadi rayakan
sesering mungkin. Bisa dengan tepuk tangan, berteriak sukses, dengan jentikan jari dan sebagainya.

2. Tentukan landasan yang kukuh serta tujuan yang ingin di capai.

Langkah ini berdasarkan konsep AMBAK (apa manfaatnya bagiku). Termasuk dalam hal ini aturan main
selama pembelajaran berlangsung. Pada konteks ini pendidik dan peserta didik harus menetapkan
peraturan dan kesepakatan yang akan dijalani bersama.

3. Ciptakan lingkungan yang kondusif

Lingkungan belajar merupakan salah satu komponen/pembelajaran. Hal ini berdasarkan prinsip bahwa,
“segalanya berbicara". Dalam kaitannya dengan pembelajaran maka lingkungan merupakan sesuatu yang
fleksibel dan dapat diubah sesuai dengan selera pemakarnya.

Penciptaan lingkungan yang kondisional terkait dengan tiga hal :

15
a. Perhatikan lingkungan sekeliling.

b. Pergunakan media pembelajaran

c. Perhatikan pengaturan bangku di dalam kelas.

d. Perhatikan unsur organic lain

e. Berikan ruangan dengan wewangan

f. Pergunakan musik.

4. Komunikasi materi pembelajaran seara komunikatif.

a. Memunculkan kesan. Maksudnya kesan terhadap apa yang dipelajari.

b. Fokus. Misalnya seorang pendidik ingin mendapatkan perhatian peseta didik. Misalnya pendidik ingin
mendapatkan perhatian peserta didik . Ia berkata : “anak-anak, coba lihat kesini !”.

c. Inklusif

Dalam quantum learning.belalar dapat berlangsung ketika suasana seperti suasana kerja sama, kerja tim
dan keterlibatan Untuk itu komunikasi harus mampu membangun suasana tersebut. Misalnya, pendidik
berkata: "sekarang mari kita baca kisah ini dengan baik". Atau mungkin dengan melakukan diskusi melalui
pendekatan using multidimensional tasks untuk menyelesakan tugas atau masalah-masalah bersama
mereka. Eli Zabeth Cohen mengatakan pendekatan ini menekankan kepada siswa untuk dapat
menyelesaikan tugas-tugas atau masalah-masalah menarik bersama-sama atau memberikan kontribusi
sesuai dengan latar belakang, minat dan kemampuannya.(Richard I Arends, 2008).

d. Spesifik.

Dalam hal ini seorang pendidik diarahkan untuk menghemat mengatakan sesuatu sejelas-jelasnya dan
dengan kata-kata sedikit mungkin. Sesuatu yang general akan melahirkan pemahanlan interpersonal.
Pendidik berkata: " Kita akan menterjemahkan ayat 20 surat al-Nisa".

e. Komunikasi non verbal

Selain komunikasi verbal dalam pembelajaran quantum juga dipergunakan komunikasi non verbal, seperti
keteladanan, pembiasaan, kontak mata, ekspresi wajah, performance, nada suara, dan sebaqainya

Quantum teaching bersandar pada konsep ini: “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan
Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Mengajar adalah hak yang harus diraih, dan diberikan oleh siswa, bukan
oleh Depertemen Pendidikan. Belajar dari segala definisinya adalah kegiatan full-contact. Dengan kata
lain belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia-pikiran, perasaan dan bahasa tubuh disamping
pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian, karena
belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk memudahkan balajar tersebut harus
diberikan oleh pelajar dan diraih oleh guru.

16
Seperti penerapan dalam materi-materi PAI dengan mengikuti prinsip-prinsip quantum Teaching adalah :

1. Segalanya berbicara, biasanya dalam waktu 15 menit saat membuka sesi pertemuan, setelah mengucapkan
salam, doa pembuka, baca ayat Al-Qur’an atau lainnya, seorang guru biasanya menanyakan kepada siswa
tentang kondisi dan situasi mereka hari itu, atau berdialog ringan tentang hal-hal lain, yang intinya
memecahkan kekakuan (nervous) mereka dalam memulai pelajaran.

2. Segalahnya bertujuan, sebagaimana lazimnya, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari
materi yang diajarkan. Atau seorang guru memberikan contoh atau pertanyaan yang arahnya
memberi tahu kepada siswa tujuan yang akan dicapai dengan mempelajari pelajaran tersebut.
Karena yang harus ditekankan bahwa belajar agama bukan sekedar meraih buku Raport dengan
angka “wah”, tetapi juga meraih akhlak dan etika yang baik agar disenangi orang tua, guru dan
para sahabat.
3. Akui setiap usaha, dari beberapa tugas yang berikan, dengan sedemikian rupa bentuk pekerjaan
siswa terhadap tugas itu, seorang guru harus bisa mengakui bahwa pekerjaannya baik. Dan kalupun
belu bisa dikatakan baik, dia harus diberikan tugas lain atau hukuman yang mendidik, dengan
tujuan menambah kedekatan kita dengan siswa.
4. Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberikan pujian pada siswa yang terlibat
aktif pada pelajaran kita.

Quantum teaching akan membantu siswa dalam menumbuhkan minat siswa untuk terus belajar dengan
semangat. Quantum teaching juga sangat menekankan pada pentingnya bahasa tubuh. Seperti tersenyum,
bahu tegak, kepala ke atas, mengadakan kontak mata dengan siswa dan lin-lain. Humor yang bertujuan
agar KBM tidak membosankan sesekali diselipkan ketika harus berada di kelas dengan cuaca siang yang
cukup panas. Teori belajar Quantum Teaching, secara umum tidak bertentangan dengan Islam. Islam juga
mengakui bahwa dalam belajar, peserta didik dituntut harus aktif dan menginginkan suasana belajar yang
menyenangkan, yang tidak ada unsur pemaksaan, prilaku kasar, dan sifat kejam dari pihak guru. Oleh
karena itu, proses belajar Quantum Teaching memiliki banyak persamaan dengan proses belajar dalam
pendidikan Islam. Selain itu juga terdapat perbedaan yang mendasar antara konsepsi belajar Quantum
Teaching dengan proses belajar pendidikan Islam tentang belajar, terutama berkaitan dengan sumber
nilai/ideologi dan orientasi filosofisnya. Quantum Teaching lebih menekankan struktur teorinya pada
kekuatan manusia, sementara proses belajar dalam Islam senantiasa melandasi setiap kegiatan manusia
dan pemikirannya dengan nilai-nilai tauhid, yang bersumber pada al-Qur’ān dan Hadīts.

E. Kesimpulan

Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar
yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui
interaksi yang terjadi di dalam kelas.

Secara umum, Quantum Teaching (pembelajaran kuantum) mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Berpangkal pada psikologi kognitif.

2. Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian.

3. Bersifat konstruktivistis, artinya memadukan, menyinergikan, dan mengolabo-rasikan faktor potensi diri
manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.

4. Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna.

5. Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

17
6. Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran.

7. Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan proses pembelajaran.

8. Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.

9. Menyeimbangkan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material.

10. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi.

11. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran, sehinga pembelajaran bisa
berlangsung nyaman dan hasilnya lebih optimal.

Langkah-langkah quantum teaching :

a. Ciptakan suasana yang menggairahkan.

b. Tentukan landasan yang kukuh serta tujuan yang ingin di capai

c. Ciptakan lingkungan yang kondusif

d. Komunikasi materi pembelajaran seara komunikatif

Teori belajar Quantum Teaching, secara umum tidak bertentangan dengan Islam. Islam juga mengakui
bahwa dalam belajar, peserta didik dituntut harus aktif dan menginginkan suasana belajar yang
menyenangkan, yang tidak ada unsur pemaksaan, prilaku kasar, dan sifat kejam dari pihak guru

18

Anda mungkin juga menyukai