Anda di halaman 1dari 39

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah Telaah Kurikulum

Disusun oleh :
1. Siti Ainun Hamidah (4301417015)
2. Elyana Wahdatun Nisa’ (4301417048)
3. Tamalia Wahyu Utami (4301417052)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR...............................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................... 2
2.1 Permendikbud No 20 Tahun 2016......................................................2
2.2 Permendikbud No 21 Tahun 2016......................................................2
2.3 Permendikbud No 22 Tahun 2016......................................................4
2.4 Permendikbud No 23 Tahun 2016......................................................7
2.5 Permendikbud No 24 Tahun 2016....................................................11
2.6 Permendikbud No 35 Tahun 2018....................................................13
2.7 Permendikbud No 36 Tahun 2018....................................................14
2.8 Permendikbud No 43 Tahun 2019....................................................18
2.9 Permendikbud No 44 Tahun 2019......................................................23

BAB 3 PENUTUP................................................................................................. 35
3.1 Simpulan..............................................................................................35
3.2 Saran....................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................36

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan penerangan
jalan bagi setiap kaum muslimin berupa Alquran dan Sunah Rasulullah SAW.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah mengajarkan suri tauladan yang baik, bagaimana
hidup beriringan dengan cahaya kebenaran. Semoga keselamatan tercurahkan pula
kepada keluarganya, para sahabatnya dan kepada seluruh kaum muslimin hingga
akhir zaman.
Atas berkat rahmat dan karunia Allah SWT, makalah tentang Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2016 dapat terselesaikan dengan baik dan
selesai pada waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Telaah Kurikulum. Semoga makalah ini dapat memberikan
informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.

Semarang, 17 Maret 2020


\Penyusun

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan
masa kini. Bahkan, di era globalisasi ini tingkat pendidikan memengaruhi
daya saing baik perorangan maupun daya saing bangsa di kancah
internasional. Belajar merupakan bagian pokok dari pendidikan. Proses belajar
mengajar dengan menjadikan guru dan peserta didik sebagai komponen
utamanya tidak terikat waktu dan tempat. Salah satu instrumen penting dalam
menunjang proses pembelajaran ialah dengan menerapkan kurikulum yang
relevan oleh karena itu pendidikan perlu diselenggarakan secara optimal
supaya menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki daya saing untuk
menghadapi tantangan di masa yang akan datang.
Kurikulum 2013 dikembangkan untuk menghadapi tantangan eksternal.
Tantangan eksternal tersebut antara lain terkait dengan arus globalisasi,
masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan
industri kreatif dan budaya, perkembangan pendidikan di tingkat internasional,
pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta
mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Kurikulum 2013
berusaha untuk lebih menekankan nilai-nilai yang tercermin pada sikap dapat
berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh peserta didik melalui
pengetahuan di bangku sekolah. Standar Penilaian dalam kurikulum
merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk mengukur kadar
ketercapaian kurikulum di jenjang sekolah. Standar Penilaian serta
pelaksanaan Pendidikan Dasar dan Menengah diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan atau disingkat Permendikbud.

1.2 Rumusan Masalah


Apa saja Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang mendasari
pelaksanaan pendidikan di Indonesia saat ini?

1.3 Tujuan
Mengetahui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang mendasari
pelaksanaan pendidikan di Indonesia saat ini?

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PERMENDIKBUD NOMOR 20 TAHUN 2016

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun


2016 berisi tentang “Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah“. Permendikbud ini ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 Juni
2016 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yaitu Anies Baswedan.
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 Juni 2016 oleh Direktur Jenderal
Peraturan Perundang-Undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia yaitu Widodo Ekatjahjana. Dimasukkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 953. Permendikbud ini
terdiri dari 3 pasal.
Pasal 1
(1) Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan
sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar
penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.
(2) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A;
b. Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B; dan
c. Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/ Paket C.
(3) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

2.2 PERMENDIKBUD NO. 21 TAHUN 2016

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun


2016 berisi tentang “Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah“.Permendikbud ini ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 Juni 2016
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yaitu Anies Baswedan.
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 Juni 2016 oleh Direktur Jenderal

2
Peraturan Perundang-Undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia yaitu Widodo Ekatjahjana. Dimasukkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 954. Permendikbud ini
terdiri dari 4 pasal.
Pasal 1
(1) Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut
Standar Isi terdiri dari Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai
dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
(2) Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan
keterampilan.
(3) Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan
berdasarkan Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
(4) Standar Isi untuk muatan peminatan kejuruan pada SMK/MAK setiap program
keahlian diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah.
(5) Pencapaian Kompetensi Inti dan penguasaan ruang lingkup materi pada setiap
mata pelajaran untuk setiap kelas pada tingkat kompetensi sesuai dengan
jenjang dan jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan
Perbukuan.
(6) Perumusan Kompetensi Dasar pada setiap Kompetensi Inti untuk setiap mata
pelajaran sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh
Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
(7) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Spiritual
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (6) pada mata pelajaran Pendidikan
Agama dan Budipekerti disusun secara jelas.
(8) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan disusun secara jelas.
(9) Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Satuan Pendidikan
Dasar dan Satuan Pendidikan Menengah wajib menyesuaikan dengan
Peraturan ini paling lambat 3 (tiga) tahun untuk semua tingkat kelas.
Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

3
2.3 PERMENDIKBUD NOMOR 22 TAHUN 2016

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun


2016 berisi tentang “Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah“.Permendikbud ini ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 Juni 2016
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yaitu Anies Baswedan.
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 Juni 2016 oleh Direktur Jenderal
Peraturan Perundang-Undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia yaitu Widodo Ekatjahjana. Dimasukkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 955. Permendikbud ini
terdiri dari 3 pasal.
Pasal 1
(1) Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar
Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai
kompetensi lulusan.
(2) Standar Proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

2.4 PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun
2016 berisi tentang “Standar Penilaian Pendidikan“. Permendikbud ini
ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 Juni 2016 oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI yaitu Anies Baswedan. Diundangkan di Jakarta pada tanggal
17 Juni 2016 oleh Direktur Jenderal Peraturan Perundang-Undangan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yaitu
Widodo Ekatjahjana. Dimasukkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 897. Permendikbud ini terdiri dari 16 pasal.

Ketentuan umum
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

4
(1) Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan,
manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar
peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
(2) Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
(3) Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
(4) Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
Kompetensi Peserta Didik secara berkelanjutan dalam proses Pembelajaran
untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar Peserta Didik.
(5) Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar
dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.
(6) Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria
ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu
pada standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik
peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.

Lingkup penilaian
Pasal 2
Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri
atas:
a. penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Pasal 3
(1) Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah meliputi aspek:
a. sikap;
b. pengetahuan; dan
c. keterampilan.
(2) Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi
deskriptif mengenai perilaku peserta didik.
(3) Penilaian pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan
pengetahuan peserta didik.
(4) Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta
didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.

5
(5) Penilaian pengetahuan dan keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (4) dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan/atau
Pemerintah.

Tujuan penelitian
Pasal 4
(1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan
mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta
didik secara berkesinambungan.
(2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai
pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.
(3) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian
kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu.

Prinsip penilaian
Pasal 5
Prinsip penilaian hasil belajar:
a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur;
b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta
didik; sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku;
g. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku;
h. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan; dan
i. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.

Bentuk penilaian
Pasal 6

6
(1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan,
pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan.
(2) Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan,
pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan.
a. mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi Peserta Didik;
b. memperbaiki proses pembelajaran; dan
c. menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian, tengah semester, akhir
semester, akhir tahun. dan/atau kenaikan kelas.
(3) Pemanfaatan hasil penilaian oleh pendidik sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Direktorat Jenderal terkait.
Pasal 7
(1) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk ujian
sekolah/madrasah.
(2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) digunakan untuk penentuan kelulusan dari satuan pendidikan.
(3) Satuan pendidikan menggunakan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dan
hasil penilaian oleh pendidik sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(2) untuk melakukan perbaikan dan/atau penjaminan mutu pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan.
(4) Dalam rangka perbaikan dan/atau penjaminan mutu pendidikan sebagai mana
yang dimaksud pada ayat (3), satuan pendidikan menetapkan kriteria
ketuntasan minimal serta kriteria dan/atau kenaikan kelas peserta didik.
Pasal 8
(1) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian
Nasional dan atau bentuk lain yang perlukan
(2) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dalam bentuk Ujian Nasional
digunakan sebagai dasar untuk:
a. pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
b. pertimbangan seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya; dan
c. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Mekanisme penilaian
Pasal 9
(1) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik;
a. perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus;
b. penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik
penilaian lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab
wali kelas atau guru kelas;
c. penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan
penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai;

7
d. penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek,
portofolio, dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
e. peserta didik yang belum mencapai KKM satuan pendidikan harus
mengikuti pembelajaran remedi; dan
f. hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan peserta didik
disampaikan dalam bentuk angka dan/atau deskripsi.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme penilaian oleh pendidik diatur
dalam pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi
dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian.
Pasal 10
(1) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
a. penetapan KKM yang harus dicapai oleh peserta didik melalui rapat dewan
pendidik;
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan pada semua mata pelajaran
mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
c. penilaian pada akhir jenjang pendidikan dilakukan melalui ujian
sekolah/madrasah;
d. laporan hasil penilaian pendidikan pada akhir semester dan akhir tahun
ditetapkan dalam rapat dewan pendidik berdasar hasil penilaian oleh
Satuan Pendidikan dan hasil penilaian oleh Pendidik; dan
e. kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan
ditetapkan melalui rapat dewan pendidik.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme penilaian oleh satuan pendidikan
diatur dalam pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal terkait
berkoordinasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian.
Pasal 11
Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pemerintah:
a. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian
Nasional (UN) dan/atau bentuk lain dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan;
b. penyelenggaraan UN oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
bekerjasama dengan instansi terkait untuk mengukur pencapaian
kompetensi lulusan.
c. hasil UN disampaikan kepada peserta didik dalam bentuk sertifikat hasil
UN;
d. hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan masukan
dalam perbaikan proses pembelajaran;
e. hasil UN disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai
dasar untuk: pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; serta
pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan;

8
f. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dapat dilakukan dalam
bentuk survei dan/atau sensus; dan
g. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah diatur dengan Peraturan
Menteri.

Prosedur penilaian
Pasal 12
(1) Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan
a. mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran;
b. mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar
observasi/pengamatan;
c. menindaklanjuti hasil pengamatan; dan
d. mendeskripsikan perilaku peserta didik.
(2) penilain aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan:
a. menyusun perencanaan penilaian;
b. mengembangkan instrumen penilaian;
c. melaksanakan penilaian;
d. memanfaatkan hasil penilaian;
e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan
deskripsi.
(3) penilain aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan:
a. menyusun perencanaan penilaian;
b. mengembangkan instrumen penilaian;
c. melaksanakan penilaian;
d. memanfaatkan hasil penilaian;
e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan
deskripsi.
Pasal 13
(1) Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan
dengan urutan:
a. menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah
disusun;
b. menyusun kisi-kisi penilaian;
c. membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian;
d. melakukan analisis kualitas instrumen;
e. melakukan penilaian;
f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian:
g. melaporkan hasil penilaian; dan
h. memanfaatkan hasil laporan penilaian.
(2) Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dengan
mengkoordinasikan kegiatan dengan urutan:
a. menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran;

9
b. menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
c. melakukan analisis kualitas instrumen;
d. melakukan penilaian;
e. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian:
f. melaporkan hasil penilaian; dan
g. memanfaatkan hasil laporan penilaian.
(3) Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dengan
mengkoordinasikan kegiatan dengan urutan:
a. menetapkan KKM;
b. menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran;
c. menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
d. melakukan analisis kualitas instrumen;
e. melakukan penilaian;
f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian:
g. melaporkan hasil penilaian; dan
h. memanfaatkan hasil laporan penilaian.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang prosedur Penilaian oleh Pendidik sebagai mana
dimaksud pada ayat (1) serta Penilaian oleh Satuan Pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam pedoman yang disusun oleh Direktorat
Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian.

Instrumen penilaian
Pasal 14
(1) Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian
berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk
lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan
peserta didik.
(2) Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk
penilaian akhir dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan
substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.
(3) Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN
memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti
validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan
antarsekolah, antardaerah, dan antartahun.

Ketentuan Penutup
Pasal 15
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada

10
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 16
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

2.5 PERMENDIKBUD NOMOR 24 TAHUN 2016


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun
2016 berisi tentang “Kompetensi Dasar dan Kompetensi
Inti“.Permendikbud ini ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 Juni 2016 oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yaitu Anies Baswedan. Diundangkan
di Jakarta pada tanggal 29 Juni 2016 oleh Direktur Jenderal Peraturan
Perundang-Undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia yaitu Widodo Ekatjahjana. Dimasukkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 971. Permendikbud ini terdiri dari 5
pasal.
Umum
Pasal 1
(1) Kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah mencakup
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
(2) Kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. kerangka dasar kurikulum; dan
b. struktur kurikulum.
(3) Pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)
dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik-terpadu, kecuali untuk
mata pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
(PJOK) sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri untuk kelas IV, V, dan
VI.
(4) Pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK) dilakukan dengan pendekatan pembelajaran sebagai mata
pelajaran yang berdiri sendiri.

Kompetensi inti dan kompetensi dasar


Pasal 2

11
(1) Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta
didik pada setiap tingkat kelas.
(2) Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal
yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-
masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.
(3) Kompetensi inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. kompetensi inti sikap spiritual;
b. kompetensi inti sikap sosial;
c. kompetensi inti pengetahuan; dan
d. kompetensi inti keterampilan.
(4) Kompetensi dasar pada kurikulum 2013 berisi kemampuan dan materi
pembelajaran untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan
pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.
(5) Kompetensi inti dan kompetensi dasar digunakan sebagai dasar untuk
perubahan buku teks pelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.

Ketentuan lain
Pasal 3
Dokumen yang memuat kompetensi inti dan kompetensi dasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Ketentuan penutup
Pasal 4
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka ketentuan yang
mengatur tentang Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran
dalam Struktur Kurikulum, Silabus, Pedoman Mata Pelajaran, dan
Pembelajaran Tematik Terpadu sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah, dan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 5

12
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

2.6 PERMENDIKBUD NOMOR 35 TAHUN 2018


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 35 Tahun
2018 berisi tentang perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 58 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah .

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 954) diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan ayat (7) huruf c Pasal 5 diubah, sehingga Pasal 5 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 5
(1) Mata pelajaran Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dikelompokkan atas:
a. mata pelajaran umum Kelompok A; dan
b. mata pelajaran umum Kelompok B.
(2) Mata pelajaran umum Kelompok A sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan
kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan
peserta didik sebagai dasar dan penguatan kemampuan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(3) Mata pelajaran umum Kelompok B sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan
kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan
peserta didik terkait lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni.
(4) Muatan dan acuan pembelajaran mata pelajaran umum Kelompok A
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat nasional dan dikembangkan
oleh Pemerintah.
(5) Muatan dan acuan pembelajaran mata pelajaran umum Kelompok B
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat nasional dan dikembangkan
oleh Pemerintah dan dapat diperkaya dengan muatan lokal oleh pemerintah
daerah dan/atau satuan pendidikan.
(6) Mata pelajaran umum Kelompok A sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti;
b. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan;

13
c. Bahasa Indonesia;
d. Matematika;
e. Ilmu Pengetahuan Alam;
f. Ilmu Pengetahuan Sosial; dan
g. Bahasa Inggris.
(7) Mata pelajaran umum Kelompok B sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas:
a. Seni Budaya;
b. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan; dan
c. Prakarya dan/atau Informatika.
(8) Mata pelajaran umum Kelompok B sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
dapat ditambah dengan mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri.

2. Di antara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1 (satu) Pasal yaitu Pasal 10A
sebagai berikut:
Pasal 10A
(1) Pelaksanaan pembelajaran Informatika sebagai mata pelajaran pilihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (7) huruf c dilaksanakan mulai
tahun ajaran 2019/2020 sesuai dengan kesiapan sekolah.
(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan Mata Pelajaran Informatika
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

3. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah


sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah diubah dengan menambahkan
mata pelajaran Informatika dalam mata pelajaran umum Kelompok B pada
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah sehingga menjadi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini.
Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

2.8 PERMENDIKBUD NOMOR 36 TAHUN 2018


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36 Tahun
2018 berisi tentang perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Pasal 1
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah

14
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 955) diubah sebagai berikut:
1. Di antara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1 (satu) Pasal yaitu Pasal 10A
sebagai berikut:
Pasal 10A
(1) Pelaksanaan pembelajaran Informatika sebagai mata pelajaran pilihan
dilaksanakan mulai tahun ajaran 2019/2020 sesuai dengan kesiapan
sekolah.
(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan Mata Pelajaran Informatika sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
2. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah sebagaimana
tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59
Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah diubah dengan menambahkan mata pelajaran Informatika pada
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah sehingga menjadi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dengan Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

2.8 PERMENDIKBUD NOMOR 43 TAHUN 2019


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 43 Tahun
2019 berisi tentang penyelenggaraan ujian yang diselenggarakan satuan
pendidikan dan ujian nasional.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Satuan Pendidikan adalah satuan pendidikan dasar dan menengah yang
meliputi Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Dasar
Teologi Kristen (SDTK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah
Pertama Teologi Kristen (SMPTK), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMPLB), Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Agama Kristen (SMAK), Sekolah Menengah Agama Katolik
(SMAK), Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK), Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa (SMALB), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
lembaga pendidikan yang menyelenggarakan Program Paket A/Ula, Paket
B/Wustha, dan Program Paket C/Ulya.

15
2. Jenjang Pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai,
dan kemampuan yang dikembangkan.
3. Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disingkat BSNP
adalah badan mandiri dan profesional yang bertugas mengembangkan,
memantau, dan mengendalikan Standar Nasional Pendidikan.
4. Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau
penyelesaian dari suatu Satuan Pendidikan.
5. Ujian Nasional yang selanjutnya disingkat UN adalah kegiatan pengukuran
capaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu secara nasional
dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan.
6. Kementerian adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
7. Menteri adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
8. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
9. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
BAB II
PENYELENGGARAAN UJIAN YANG DISELENGGARAKAN
OLEH SATUAN PENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
(1) Ujian yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan merupakan penilaian
hasil belajar oleh Satuan Pendidikan yang bertujuan untuk menilai
pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.
(2) Ujian yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Bagian Kedua
Peserta Ujian
Pasal 3
Ujian yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 diikuti oleh peserta didik pada akhir jenjang.
Pasal 4
Peserta didik pada akhir jenjang yang mengikuti Ujian yang diselenggarakan
oleh Satuan Pendidikan harus memenuhi persyaratan:
a. telah berada pada tahun terakhir di masing-masing jenjang atau program
paket kesetaraan; dan

16
b. memiliki laporan lengkap penilaian hasil belajar seluruh program
pembelajaran yang telah ditempuh pada jenjang pendidikan tersebut.
Bagian Ketiga
Bentuk Ujian
Pasal 5
(1) Bentuk Ujian yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 berupa:
a. portofolio;
b. penugasan;
c. tes tertulis; dan/atau
d. bentuk kegiatan lain yang ditetapkan Satuan Pendidikan sesuai dengan
kompetensi yang diukur berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.
(2) Bentuk Ujian yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada semester ganjil dan/atau semester
genap pada akhir jenjang dengan mempertimbangkan capaian standar
kompetensi lulusan.
Bagian Keempat
Kelulusan Peserta Didik
Pasal 6
(1) Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan/program pendidikan setelah:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik; dan
c. mengikuti Ujian yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan.
(2) Kelulusan peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh satuan/program pendidikan yang bersangkutan. Pasal 7 (1) Penyelesaian
seluruh program pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf a, untuk peserta didik:
a. sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar teologi kristen dan
sekolah dasar luar biasa apabila telah menyelesaikan pembelajaran dari kelas
I sampai kelas VI;
b. sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah/ sekolah menengah
pertama teologi kristen dan sekolah menengah pertama luar biasa apabila
telah menyelesaikan pembelajaran dari kelas VII sampai dengan kelas IX;
c. sekolah menengah atas/madrasah aliyah/sekolah menengah teologi
kristen/sekolah menengah agama kristen/sekolah menengah agama katolik,
sekolah menengah atas luar biasa, dan sekolah menengah
kejuruan/madrasah aliyah kejuruan program 3 (tiga) tahun apabila telah
menyelesaikan pembelajaran dari kelas X sampai dengan kelas XII;
d. sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan program 4 (empat)
tahun apabila telah menyelesaikan pembelajaran dari kelas X sampai
dengan kelas XIII;

17
e. sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah/ sekolah menengah
pertama teologi kristen dan sekolah menengah atas/madrasah aliyah/sekolah
menengah teologi kristen/sekolah menengah agama kristen/sekolah
menengah agama katolik yang menerapkan sistem kredit semester apabila
telah menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang dipersyaratkan; atau
f. program paket A/ula, program paket B/wustha, dan program paket C,
apabila telah menyelesaikan keseluruhan kompetensi masing-masing
program.
(2) Satuan Pendidikan yang menerapkan sistem kredit semester sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e harus memiliki izin dari Dinas Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi/Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya.
Pasal 8
(1) Peserta didik yang dinyatakan lulus dari satuan/program pendidikan
diberikan ijazah.
(2) Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada akhir semester
genap pada setiap akhir jenjang.
(3) Ketentuan mengenai ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
Satuan Pendidikan wajib menyampaikan nilai Ujian yang diselenggarakan
oleh Satuan Pendidikan dan nilai rapor kepada Kementerian melalui data
pokok pendidikan untuk kepentingan peningkatan dan pemerataan mutu
pendidikan.
BAB III
PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 10
(1) UN merupakan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah Pusat yang
bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada
mata pelajaran tertentu.
(2) UN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
(3) UN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk peserta didik pada
sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan termasuk ujian
kompetensi keahlian.
Bagian Kedua
Peserta dan Penyelenggara UN
Pasal 11

18
(1) UN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) wajib diikuti oleh
peserta didik pada akhir jenjang:
a. sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah/sekolah menengah
pertama teologi kristen, program paket B/wustha;
b. sekolah menengah atas/madrasah aliyah/sekolah menengah agama
kristen/sekolah menengah agama katolik/sekolah menengah teologi kristen,
program paket C/ulya; dan
c. sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan, program paket C
kejuruan.
(2) Peserta didik pada akhir jenjang sekolah menengah pertama luar biasa dan
sekolah menengah atas luar biasa tidak wajib mengikuti UN.
Pasal 12
(1) Peserta didik yang berhalangan karena alasan tertentu dapat mengikuti
UN susulan.
(2) Alasan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan bukti
yang sah.
(3) Untuk memenuhi kriteria pencapaian standar kompetensi lulusan, peserta
didik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berhak mengulang UN.
Pasal 13
(1) UN diselenggarakan oleh satuan/program pendidikan yang terakreditasi.
(2) Penyelenggaraan UN bagi peserta didik pada satuan/program pendidikan
yang belum terakreditasi diatur dalam Prosedur Operasional Standar (POS)
UN.
Pasal 14
(1) Pelaksanaan UN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1)
diutamakan melalui ujian nasional berbasis komputer (UNBK).
(2) Dalam hal UNBK tidak dapat dilaksanakan, maka UN dilaksanakan
berbasis kertas.
Bagian Ketiga
Bahan UN
Pasal 15
(1) Kisi-kisi UN merupakan acuan dalam pengembangan dan perakitan
naskah soal Ujian yang disusun berdasarkan kriteria pencapaian standar
kompetensi lulusan, standar isi, dan kurikulum yang berlaku.
(2) Kisi-kisi UN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh BSNP.
Pasal 16
(1) Penggandaan dan distribusi bahan UN berbasis kertas dilakukan oleh
Pemerintah Pusat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggandaan dan pendistribusian bahan
UN berbasis kertas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh badan
yang melaksanakan tugas di bidang penelitian dan pengembangan.
Bagian Keempat

19
Biaya Penyelenggaraan
Pasal 17
(1) Biaya penyelenggaraan dan pelaksanaan UN menjadi tanggung jawab
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Satuan Pendidikan.
(2) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau Satuan Pendidikan tidak
diperkenankan memungut biaya pelaksanaan UN dari peserta didik, orang
tua/wali, dan/atau pihak yang membiayai peserta didik.
Bagian Kelima
Sertifikat
Pasal 18
(1) Setiap peserta didik yang telah mengikuti UN akan mendapatkan sertifikat
hasil UN.
(2) Sertifikat hasil UN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
berisi:
a. biodata siswa; dan
b. nilai UN untuk setiap mata pelajaran yang diujikan.
BAB IV
SANKSI
Pasal 19
(1) Setiap orang, kelompok, dan/atau lembaga yang terlibat dalam
pelaksanaan UN wajib menjaga kerahasiaan dan keamanan.
(2) Setiap orang, kelompok, dan/atau lembaga yang terbukti melakukan
pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 20
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Satuan Pendidikan wajib
melakukan sosialisasi UN.
Pasal 21
Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelenggaraan UN diatur lebih lanjut
dalam POS UN yang ditetapkan oleh BSNP.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2018 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Satuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 228) dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 23
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

20
2.9 PERMENDIKBUD NOMOR 44 TAHUN 2019
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun
2019 berisi tentang penerimaan peserta didik baru pada Taman Kanak-kanak,
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan
Sekolah Menengah Kejuruan.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Sekolah adalah sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah
menengah atas, dan sekolah menengah kejuruan.
2. Taman Kanak-kanak, yang selanjutnya disingkat TK, adalah salah satu
bentuk Sekolah anak usia dini pada jalur pendidikan formal.
3. Sekolah Dasar, yang selanjutnya disingkat SD, adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada
jenjang pendidikan dasar.
4. Sekolah Menengah Pertama, yang selanjutnya disingkat SMP, adalah salah
satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan
umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau
bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama
atau setara SD atau MI.
5. Sekolah Menengah Atas, yang selanjutnya disingkat SMA, adalah salah
satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan
umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP,
MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang
diakui sama/setara SMP atau MTs.
6. Sekolah Menengah Kejuruan, yang selanjutnya disingkat SMK, adalah
salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan
dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil
belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.
7. Penerimaan Peserta Didik Baru, yang selanjutnya disingkat PPDB, adalah
penerimaan peserta didik baru pada TK dan Sekolah.
8. Rombongan Belajar adalah kelompok peserta didik yang terdaftar pada
satuan kelas dalam satu Sekolah.
9. Ujian Nasional yang selanjutnya disingkat UN adalah kegiatan pengukuran
capaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu secara nasional
dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan.
10. Data Pokok Pendidikan, yang selanjutnya disingkat Dapodik adalah suatu
sistem pendataan yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang memuat data satuan pendidikan, peserta didik, pendidik

21
dan tenaga kependidikan, dan substansi pendidikan yang datanya
bersumber dari satuan pendidikan yang terus menerus diperbaharui secara
online.
11. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh
Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
12. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
13. Kementerian adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
14. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan.
Pasal 2
(1) PPDB dilakukan berdasarkan:
a. nondiskriminatif;
b. objektif;
c. transparan;
d. akuntabel; dan
e. berkeadilan.
(2) Nondiskriminatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi
Sekolah yang secara khusus melayani peserta didik dari kelompok gender
atau agama tertentu.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk:
a. mendorong peningkatan akses layanan pendidikan;
b. digunakan sebagai pedoman bagi:
1. kepala daerah untuk membuat kebijakan teknis pelaksanaan PPDB;
dan
2. kepala Sekolah dalam melaksanakan PPDB.

BAB II
TATA CARA PPDB
Bagian Kesatu
Persyaratan
Pasal 4
Persyaratan calon peserta didik baru pada TK adalah:
a. berusia 5 (lima) tahun atau paling rendah 4 (empat) tahun untuk
kelompok A; dan
b. berusia 6 (enam) tahun atau paling rendah 5 (lima) tahun untuk
kelompok B.
Pasal 5

22
(1) Persyaratan calon peserta didik baru kelas 1 (satu) SD berusia:
a. 7 (tujuh) tahun sampai dengan 12 (dua belas) tahun; atau
b. paling rendah 6 (enam) tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan.
(2) Sekolah wajib menerima peserta didik yang berusia 7 (tujuh) tahun sampai
dengan 12 (dua belas) tahun.
(3) Pengecualian syarat usia paling rendah 6 (enam) tahun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu paling rendah 5 (lima) tahun 6 (enam)
bulan pada tanggal 1 Juli tahun berjalan yang diperuntukkan bagi calon
peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
dan kesiapan psikis yang dibuktikan dengan rekomendasi tertulis dari
psikolog profesional.
(4) Dalam hal psikolog profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
tersedia, rekomendasi dapat dilakukan oleh dewan guru Sekolah.
Pasal 6
Persyaratan calon peserta didik baru kelas 7 (tujuh) SMP:
a. berusia paling tinggi 15 (lima belas) tahun pada tanggal 1 Juli tahun
berjalan; dan
b. memiliki ijazah SD/sederajat atau dokumen lain yang menjelaskan telah
menyelesaikan kelas 6 (enam) SD.
Pasal 7
(1) Persyaratan calon peserta didik baru kelas 10 (sepuluh) SMA atau SMK:
a. berusia paling tinggi 21 (dua puluh satu) tahun pada tanggal 1 Juli tahun
berjalan; dan
b. memiliki ijazah SMP/sederajat atau dokumen lain yang menjelaskan telah
menyelesaikan kelas 9 (sembilan) SMP.
(2) SMK dengan bidang keahlian, program keahlian, atau kompetensi
keahlian tertentu dapat menetapkan tambahan persyaratan khusus dalam
penerimaan peserta didik baru kelas 10 (sepuluh).
Pasal 8
(1) Syarat usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 7
dibuktikan dengan akta kelahiran atau surat keterangan lahir yang
dikeluarkan oleh pihak yang berwenang dan dilegalisir oleh lurah/kepala desa
atau pejabat setempat lain yang berwenang sesuai dengan domisili calon
peserta didik.
(2) Sekolah yang:
a. menyelenggarakan pendidikan khusus;
b. menyelenggarakan pendidikan layanan khusus; dan
c. berada di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar, dapat melebihi
persyaratan usia dalam pelaksanaan
PPDB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 ayat
(1) huruf a, Pasal 6 huruf a, dan Pasal 7 ayat (1) huruf a.
Pasal 9

23
(1) Persyaratan calon peserta didik baru baik warga negara Indonesia atau
warga negara asing untuk kelas 7 (tujuh) SMP atau kelas 10 (sepuluh)
SMA/SMK yang berasal dari Sekolah di luar negeri selain memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7, wajib
mendapatkan surat keterangan dari direktur jenderal yang menangani bidang
pendidikan dasar dan menengah.
(2) Selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), peserta
didik warga negara asing wajib mengikuti matrikulasi pendidikan Bahasa
Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan yang diselenggarakan oleh Sekolah
yang bersangkutan.
Pasal 10
Calon peserta didik penyandang disabilitas di Sekolah dikecualikan dari:
a. syarat usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 7;
dan
b. ijazah atau dokumen lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 sampai
dengan Pasal 7.

Bagian Kedua
Jalur Pendaftaran PPDB
Paragraf 1
Umum
Pasal 11
(1) Pendaftaran PPDB dilaksanakan melalui jalur sebagai berikut:
a. zonasi;
b. afirmasi;
c. perpindahan tugas orang tua/wali; dan/atau
d. prestasi.
(2) Jalur zonasi sebagaimana dimaksud dengan ayat (1) huruf a paling sedikit
50% (lima puluh persen) dari daya tampung Sekolah.
(3) Jalur afirmasi sebagaimana dimaksud dengan ayat (1) huruf b paling
sedikit 15% (lima belas persen) dari daya tampung Sekolah.
(4) Jalur perpindahan tugas orang tua/wali sebagaimana dimaksud dengan
ayat (1) huruf c paling banyak 5% (lima persen) dari daya tampung Sekolah.
(5) Dalam hal masih terdapat sisa kuota dari pelaksanaan ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4), Pemerintah Daerah dapat membuka jalur prestasi sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf d.
Pasal 12
Jalur prestasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (5) tidak berlaku
untuk jalur pendaftaran calon peserta didik baru pada TK dan kelas 1 (satu)
SD.
Pasal 13

24
(1) Ketentuan mengenai jalur pendaftaran PPDB sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 dikecualikan untuk:
a. Sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat;
b. SMK yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah;
c. Sekolah Kerja Sama;
d. Sekolah Indonesia di luar negeri;
e. Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan khusus;
f. Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan layanan khusus;
g. Sekolah berasrama;
h. Sekolah di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar; dan
i. Sekolah di daerah yang jumlah penduduk usia Sekolah tidak dapat
memenuhi ketentuan jumlah peserta didik dalam 1 (satu) Rombongan
Belajar.
(2) Pengecualian ketentuan jalur pendaftaran PPDB bagi Sekolah di daerah
yang jumlah penduduk usia Sekolah tidak dapat memenuhi ketentuan jumlah
peserta didik dalam 1 (satu) Rombongan Belajar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf i ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya dan dilaporkan kepada direktur jenderal yang menangani
bidang pendidikan anak usia dini, dasar dan menengah.

Paragraf 2
Jalur Zonasi
Pasal 14
(1) Jalur zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a
diperuntukkan bagi peserta didik yang berdomisili di dalam wilayah
zonasi yang ditetapkan Pemerintah Daerah.
(2) Jalur zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk kuota bagi
anak penyandang disabilitas.
(3) Domisili calon peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan alamat pada kartu keluarga yang diterbitkan paling singkat 1
(satu) tahun sejak tanggal pendaftaran PPDB.
(4) Kartu keluarga dapat diganti dengan surat keterangan domisili dari rukun
tetangga atau rukun warga yang dilegalisir oleh lurah/kepala desa atau
pejabat setempat lain yang berwenang menerangkan bahwa peserta didik
yang bersangkutan telah berdomisili paling singkat 1 (satu) tahun sejak
diterbitkannya surat keterangan domisili.
(5) Sekolah memprioritaskan peserta didik yang memiliki kartu keluarga atau
surat keterangan domisili dalam satu wilayah kabupaten/kota yang sama
dengan Sekolah asal.
Pasal 15
(1) Calon peserta didik hanya dapat memilih 1 (satu) jalur pendaftaran PPDB
dalam 1 (satu) wilayah zonasi.

25
(2) Selain melakukan pendaftaran PPDB melalui jalur zonasi sesuai dengan
domisili dalam wilayah zonasi yang telah ditetapkan, calon peserta didik
dapat melakukan pendaftaran PPDB melalui jalur afirmasi atau jalur
prestasi di luar wilayah zonasi domisili peserta didik sepanjang
memenuhi persyaratan.
Pasal 16
(1) Penetapan wilayah zonasi dilakukan pada setiap jenjang oleh Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya, dengan prinsip mendekatkan
domisili peserta didik dengan Sekolah.
(2) Penetapan wilayah zonasi oleh Pemerintah Daerah pada setiap jenjang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperhatikan jumlah
ketersediaan daya tampung satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat termasuk satuan
pendidikan keagamaan, yang disesuaikan dengan ketersediaan jumlah
anak usia Sekolah pada setiap jenjang di daerah tersebut.
(3) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib memastikan
semua wilayah administrasi masuk dalam penetapan wilayah zonasi
sesuai dengan jenjang pendidikan.
(4) Dinas pendidikan wajib memastikan bahwa semua Sekolah yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dalam proses PPDB telah
menerima peserta didik dalam wilayah zonasi yang telah ditetapkan.
(5) Penetapan wilayah zonasi pada setiap jenjang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib diumumkan paling lama 1 (satu) bulan sebelum
pengumuman secara terbuka pendaftaran PPDB.
(6) Dalam menetapkan wilayah zonasi pada setiap jenjang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah melibatkan musyawarah
atau kelompok kerja kepala Sekolah.
(7) Bagi Sekolah yang berada di daerah perbatasan provinsi atau
kabupaten/kota, penetapan wilayah zonasi pada setiap jenjang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan berdasarkan
kesepakatan secara tertulis antar Pemerintah Daerah.
(8) Penetapan wilayah zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilaporkan kepada Menteri melalui lembaga penjaminan mutu
pendidikan setempat.
Paragraf 3
Jalur Afirmasi
Pasal 17
(1) Jalur afirmasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b
diperuntukkan bagi peserta didik yang berasal dari keluarga ekonomi tidak
mampu.
(2) Peserta didik baru yang berasal dari keluarga ekonomi tidak mampu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan bukti keikutsertaan

26
peserta didik dalam program penanganan keluarga tidak mampu dari
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
(3) Peserta didik yang masuk melalui jalur afirmasi merupakan peserta didik
yang berdomisili di dalam dan di luar wilayah zonasi Sekolah yang
bersangkutan.
Pasal 18
(1) Bukti keikutsertaan dalam program penanganan keluarga tidak mampu
dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (2) wajib dilengkapi dengan surat pernyataan dari orang
tua/wali peserta didik yang menyatakan bersedia diproses secara hukum
apabila terbukti memalsukan bukti keikutsertaan dalam program penanganan
keluarga tidak mampu dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
(2) Dalam hal terdapat dugaan pemalsuan bukti keikutsertaan dalam program
penanganan keluarga tidak mampu dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekolah bersama Pemerintah
Daerah wajib melakukan verifikasi data dan lapangan serta menindaklanjuti
hasil verifikasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Paragraf 4
Jalur Perpindahan Tugas Orang Tua/Wali
Pasal 19
(1) Perpindahan tugas orang tua/wali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) huruf c dibuktikan dengan surat penugasan dari instansi, lembaga,
kantor, atau perusahaan yang mempekerjakan.
(2) Kuota jalur perpindahan tugas orang tua/wali dapat digunakan untuk anak
guru.
Paragraf 5
Jalur Prestasi
Pasal 20
(1) Jalur prestasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf d
ditentukan berdasarkan:
a. nilai ujian Sekolah atau UN; dan/atau
b. hasil perlombaan dan/atau penghargaan di bidang akademik maupun non-
akademik pada tingkat internasional, tingkat nasional, tingkat provinsi,
dan/atau tingkat kabupaten/kota.
(2) Bukti atas prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
diterbitkan paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 3 (tiga) tahun sejak
tanggal pendaftaran PPDB.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan PPDB
Paragraf 1
Tahap Pelaksanaan PPDB

27
Pasal 21
(1) Pelaksanaan PPDB dimulai dari tahap:
a. pengumuman pendaftaran penerimaan calon peserta didik baru dilakukan
secara terbuka;
b. pendaftaran;
c. seleksi sesuai dengan jalur pendaftaran;
d. pengumuman penetapan peserta didik baru; dan
e. daftar ulang.
(2) Pelaksanaan PPDB pada Sekolah yang menerima bantuan operasional
Sekolah tidak boleh memungut biaya.
(3) Sekolah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah tidak boleh:
a. melakukan pungutan dan/atau sumbangan yang terkait dengan pelaksanaan
PPDB maupun perpindahan peserta didik; dan
b. melakukan pungutan untuk membeli seragam atau buku tertentu yang
dikaitkan dengan PPDB.

Paragraf 2
Pengumuman Pendaftaran
Pasal 22
(1) Pengumuman pendaftaran penerimaan calon peserta didik baru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a dilakukan oleh
Pemerintah Daerah bagi:
a. satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah; dan
b. satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang menerima
dana BOS.
(2) Pengumuman pendaftaran penerimaan calon peserta didik baru
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lambat minggu
pertama bulan Mei.
(3) Pengumuman pendaftaran penerimaan calon peserta didik baru
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat informasi sebagai
berikut:
a. persyaratan calon peserta didik sesuai dengan jenjangnya;
b. tanggal pendaftaran;
c. jalur pendaftaran yang terdiri dari jalur zonasi, jalur afirmasi, jalur
perpindahan tugas orang tua/wali, dan/atau jalur prestasi;
d. jumlah daya tampung yang tersedia pada kelas 1 SD, kelas 7 SMP, dan
kelas 10 SMA atau SMK sesuai dengan data Rombongan Belajar dalam
Dapodik; dan
e. tanggal penetapan pengumuman hasil proses seleksi PPDB.
(4) Pengumuman pendaftaran penerimaan calon peserta didik baru
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui papan pengumuman Sekolah
maupun media lainnya.

28
Paragraf 3
Pendaftaran
Pasal 23
(1) Pendaftaran PPDB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf
b dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme dalam jaringan (daring)
dengan mengunggah dokumen yang dibutuhkan sesuai dengan persyaratan ke
laman pendaftaran PPDB yang telah ditentukan.
(2) Pelaksanaan mekanisme dalam jaringan (daring) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.
(3) Dalam hal tidak tersedia fasilitas jaringan, maka PPDB dilaksanakan
melalui mekanisme luar jaringan (luring) dengan melampirkan fotokopi
dokumen yang dibutuhkan sesuai dengan persyaratan.

Paragraf 4
Seleksi
Pasal 24
(1) Seleksi jalur zonasi dan jalur perpindahan tugas orang tua/wali untuk
calon peserta didik baru kelas 1 (satu) SD mempertimbangkan kriteria dengan
urutan prioritas sebagai berikut:
a. usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1); dan
b. jarak tempat tinggal terdekat ke Sekolah dalam wilayah zonasi yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota.
(2) Sekolah wajib menerima peserta didik yang berusia 7 (tujuh) tahun
sampai dengan 12 (dua belas) tahun dengan domisili dalam wilayah zonasi
yang telah ditetapkan.
(3) Jika usia calon peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sama,
maka penentuan peserta didik didasarkan pada jarak tempat tinggal calon
peserta didik yang terdekat dengan Sekolah.
(4) Seleksi calon peserta didik baru kelas 1 (satu) SD tidak boleh dilakukan
berdasarkan tes membaca, menulis, dan/atau berhitung.
Pasal 25
(1) Seleksi calon peserta didik baru kelas 7 (tujuh) SMP dan kelas 10
(sepuluh) SMA dilakukan dengan memprioritaskan jarak tempat tinggal
terdekat ke Sekolah dalam wilayah zonasi yang ditetapkan.
(2) Jika jarak tempat tinggal calon peserta didik dengan Sekolah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sama, maka seleksi untuk pemenuhan kuota/daya
tampung terakhir menggunakan usia peserta didik yang lebih tua berdasarkan
surat keterangan lahir atau akta kelahiran.
Pasal 26
(1) Seleksi calon peserta didik baru kelas 10 (sepuluh) SMK tidak
menggunakan jalur pendaftaran PPDB sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11.

29
(2) Seleksi calon peserta didik baru kelas 10 (sepuluh) SMK dengan
mempertimbangkan nilai UN.
(3) Selain mempertimbangkan nilai UN sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
proses seleksi dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. hasil tes bakat dan minat sesuai dengan bidang keahlian yang dipilihnya
dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan Sekolah, dan institusi
pasangan atau asosiasi profesi; dan/atau
b. hasil perlombaan dan/atau penghargaan di bidang akademik maupun non
akademik sesuai dengan bakat minat pada tingkat internasional, tingkat
nasional, tingkat provinsi, dan/atau tingkat kabupaten/kota.
(4) Dalam hal hasil UN dan hasil seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
sama, Sekolah memprioritaskan calon peserta didik yang berdomisili pada
wilayah provinsi atau kabupaten/kota yang sama dengan SMK yang
bersangkutan.
Pasal 27
(1) Apabila berdasarkan hasil seleksi PPDB, Sekolah memiliki jumlah calon
peserta didik yang melebihi daya tampung, maka Sekolah wajib melaporkan
kelebihan calon peserta didik tersebut kepada dinas pendidikan sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya wajib menyalurkan
kelebihan calon peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada
Sekolah lain dalam wilayah zonasi yang sama.
(3) Dalam hal daya tampung Sekolah lain pada wilayah zonasi yang sama
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tersedia, peserta didik disalurkan
ke Sekolah lain dalam wilayah zonasi terdekat.
(4) Penyaluran peserta didik ke Sekolah lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dapat melibatkan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat sesuai kriteria yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
dilakukan sebelum pengumuman penetapan hasil proses seleksi PPDB.
(6) Dalam pelaksanaan PPDB, Sekolah yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah tidak boleh:
a. menambah jumlah Rombongan Belajar, jika Rombongan Belajar yang ada
telah memenuhi atau melebihi ketentuan Rombongan Belajar dalam standar
nasional pendidikan dan Sekolah tidak memiliki lahan; dan/atau
b. menambah ruang kelas baru.
Pasal 28
Dalam hal daya tampung untuk jalur afirmasi atau jalur perpindahan tugas
orang tua/wali tidak mencukupi, maka seleksi dilakukan berdasarkan jarak
tempat tinggal terdekat ke Sekolah.
Pasal 29

30
Dalam hal daya tampung untuk jalur prestasi tidak mencukupi, maka seleksi
dilakukan dengan penentuan pemeringkatan nilai prestasi oleh Sekolah.

Paragraf 5
Pengumuman Penetapan
Pasal 30
(1) Pengumuman penetapan peserta didik baru sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (1) huruf d dilakukan sesuai dengan jalur pendaftaran dalam
PPDB.
(2) Penetapan peserta didik baru dilakukan berdasarkan hasil rapat dewan
guru yang dipimpin oleh kepala Sekolah dan ditetapkan melalui keputusan
kepala Sekolah.
(3) Dalam hal kepala Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum
definitif, maka penetapan peserta didik baru dilakukan oleh pejabat yang
berwenang.
(4) Khusus untuk SMK, dalam tahap pelaksanaan PPDB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 dapat melakukan proses seleksi khusus yang
dilakukan sebelum tahap pengumuman penetapan peserta didik baru.

Paragraf 6
Daftar Ulang
Pasal 31
Daftar ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf e
dilakukan oleh calon peserta didik baru yang telah diterima untuk
memastikan statusnya sebagai peserta didik pada Sekolah yang bersangkutan
dengan menunjukkan dokumen asli yang dibutuhkan sesuai dengan
persyaratan.
BAB III
PENDATAAN ULANG
Pasal 32
(1) Pendataan ulang dilakukan oleh TK dan Sekolah untuk memastikan status
peserta didik lama pada Sekolah yang bersangkutan.
(2) Pendataan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh
memungut biaya.
BAB IV
PERPINDAHAN PESERTA DIDIK
Pasal 33
(1) Perpindahan peserta didik antar Sekolah dalam satu daerah
kabupaten/kota, antarkabupaten/kota dalam satu daerah provinsi, atau
antarprovinsi dilaksanakan atas dasar persetujuan Kepala Sekolah asal dan
kepala Sekolah yang dituju.

31
(2) Dalam hal terdapat perpindahan peserta didik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), maka Sekolah yang bersangkutan wajib memperbaharui
Dapodik.
(3) Perpindahan peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) wajib memenuhi ketentuan persyaratan PPDB dan/atau sistem zonasi
yang diatur dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 34
(1) Peserta didik setara SD di negara lain dapat pindah ke SD di Indonesia
setelah memenuhi:
a. surat pernyataan dari kepala Sekolah asal;
b. surat keterangan dari direktur jenderal yang menangani bidang pendidikan
dasar dan menengah; dan
c. lulus tes kelayakan dan penempatan yang diselenggarakan Sekolah yang
dituju.
(2) Peserta didik setara SMP, SMA, atau SMK di negara lain dapat diterima
di SMP, SMA, atau SMK di Indonesia setelah:
a. menyerahkan fotokopi ijazah atau dokumen lain yang membuktikan bahwa
peserta didik yang bersangkutan telah menyelesaikan pendidikan jenjang
sebelumnya;
b. surat pernyataan dari kepala Sekolah asal;
c. surat keterangan dari direktur jenderal yang menangani bidang pendidikan
dasar dan menengah; dan
d. lulus tes kelayakan dan penempatan yang diselenggarakan Sekolah yang
dituju.
Pasal 35
(1) Peserta didik jalur pendidikan nonformal/informal dapat diterima di SD
tidak pada awal kelas 1 (satu) setelah
lulus tes kelayakan dan penempatan yang
diselenggarakan oleh SD yang bersangkutan.
(2) Peserta didik jalur pendidikan nonformal/informal dapat diterima di SMP
tidak pada awal kelas 7 (tujuh) setelah memenuhi persyaratan:
a. memiliki ijazah kesetaraan program Paket A; dan
b. lulus tes kelayakan dan penempatan yang diselenggarakan oleh SMP yang
bersangkutan.
(3) Peserta didik jalur pendidikan nonformal atau informal dapat diterima di
SMA atau SMK tidak pada awal kelas 10 (sepuluh) setelah:
a. memiliki ijazah kesetaraan program Paket B; dan
b. lulus tes kelayakan dan penempatan yang diselenggarakan oleh SMA atau
SMK yang bersangkutan.
(4) Dalam hal terdapat perpindahan peserta didik dari jalur pendidikan
nonformal/informal ke Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat

32
(2), dan ayat (3), maka Sekolah yang bersangkutan wajib memperbaharui
Dapodik.
BAB V
PELAPORAN DAN PENGAWASAN
Pasal 36
(1) Sekolah wajib melakukan pengisian, pengiriman, dan pemutakhiran data
peserta didik dan Rombongan Belajar dalam Dapodik secara berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) semester.
(2) Sekolah wajib melaporkan pelaksanaan PPDB dan perpindahan peserta
didik antarSekolah setiap tahun pelajaran kepada Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Dinas pendidikan provinsi atau kabupaten/kota wajib memiliki kanal
pelaporan untuk menerima laporan masyarakat terkait pelaksanaan PPDB.
(4) Masyarakat dapat mengawasi dan melaporkan pelanggaran dalam
pelaksanaan PPDB melalui laman http://ult.kemdikbud.go.id.
Pasal 37
(1) Dinas pendidikan provinsi atau kabupaten/kota melakukan koordinasi,
pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan PPDB.
(2) Dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya melaporkan pelaksanaan
PPDB kepada Kementerian melalui lembaga penjaminan mutu pendidikan
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah pelaksanaan PPDB.
(3) Kementerian melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
PPDB paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 38
Dalam pelaksanaan Peraturan Menteri ini:
a. Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan kepada
Sekolah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat di
wilayahnya; dan
b. Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Pemerintah
Daerah dalam pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang telah
ditetapkan oleh Kementerian.

BAB VI
SANKSI
Pasal 39
Pemalsuan terhadap:
a. kartu keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14;
b. bukti sebagai peserta didik yang berasal dari keluarga ekonomi tidak
mampu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18; dan
c. bukti atas prestasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dikenai sanksi
sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 40

33
Pelanggaran terhadap Peraturan Menteri ini dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 41
Pemerintah Daerah wajib menyusun kebijakan atau peraturan daerah dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri ini.
Pasal 42
Sekolah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah tidak dapat
menetapkan persyaratan PPDB yang bertentangan dengan ketentuan PPDB
dalam Peraturan Menteri ini.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 51 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik
Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1918) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun
2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 51 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman
Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 669), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 44
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

34
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan kegiatan pendidikan di Indonesia diantaranya adalah
Permendikbud nomer 20, 21, 22, 23, 24 tahun 2016 dan nomer 35 dan 36 tahun
2018 serta nomer 43 dan 44 tahun 2019.

3.2 Saran
Perlu perbaikan dan tinjauan lanjut agar makalah ini dapat berkembang
menjadi lebih baik lagi, sehingga dapat menjadi informasi yang relevan bagi
setiap lapisan pelaku pendidikan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan


Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah.

Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah.

Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi


Dasar Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendikbud No. 35 Tahun 2018 tentang perubahan atas Peraturan Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 tahun 2014 tentang kurikulum 2013
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.

Permendikbud No. 36 Tahun 2018 tentang perubahan atas Peraturan Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum
2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Permendikbud No. 43 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan ujian yang


diselenggarakan satuan pendidikan dan ujian nasional.

Permendikbud No. 44 Tahun 2019 tentang penerimaan peserta didik baru pada
Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan.

36

Anda mungkin juga menyukai