GAMBARAN UMUM IV - 1
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
GAMBARAN UMUM IV - 2
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
GAMBARAN UMUM IV - 3
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
4.1.3 Topografi
Secara topografis, Kabupaten Probolinggo mempunyai ciri fisik yang
menggambarkan kondisi geografis, yaitu terdiri dari dataran rendah pada bagian utara,
lereng-lereng gunung pada bagian tengah dan dataran tinggi pada bagian selatan, dengan
tingkat kesuburan dan pola penggunaan tanah yang berbeda. Sedangkan bentuk
permukaan daratan di Kabupaten Probolinggo di klasifikasikan atas 3 (tiga) jenis, yaitu :
a) Dataran rendah dan tanah pesisir dengan ketinggian 0 – 100 m diatas permukaan laut.
Daerah ini membentang di sepanjang pantai utara mulai dari Barat ke Timur
kemudian membujur ke Selatan.
b) Daerah perbukitan dengan ketinggian 100 – 1.000 m diatas permukaan laut. Daerah
ini terletak di wilayah bagian Tengah sepanjang Pegunungan Tengger serta pada
bagian selatan sisi Timur sekitar Gunung Lamongan.
c) Daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1.000 m dari permukaan laut. Daerah
ini terletak di sebelah Barat Daya yaitu sekitar Pegunungan Tengger dan sebelah
Tenggara yaitu di sekitar Gunung Argopuro.
4.1.4 Hidrologi
Terdapat 25 sungai yang mengalir dan mengairi wilayah Kabupaten Probolinggo.
Sungai terpanjang adalah Rondoningo dengan panjang 95,2 Km, sedangkan sungai
terpendek adalah Afour Bujel dengan panjang hanya 2 Km saja. Sungai-sungai yang
mengalir di wilayah Kabupaten Probolinggo tersebut sangat dipengaruhi oleh iklim yang
berlangsung tiap tahun.Pada saat musim kemarau, sebagian besar sungai yang mengalir
mengalami kekeringan kecuali sungai-sungai besar (yaitu sungai-sungai utama) yang masih
tergenang terus sepanjang tahun.
Tabel 4. 1 Kondisi Sungai di Kabupaten Probolinggo
GAMBARAN UMUM IV - 4
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
4.1.5 Klimatologi
Lokasi Kabupaten Probolinggo yang berada di sekitar garis khatulistiwa
menyebabkan daerah ini mengalami perubahan iklim dua jenis setiap tahun, yaitu musim
kemarau dan musim penghujan.Musim kemarau berkisar pada bulan April hingga Oktober,
sedangkan musim penghujan dari bulan Oktober hingga April.Curah hujan yang cukup
tinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan Maret.Diantara dua musim tersebut
terdapat musim pancaroba, dimana biasanya ditandai dengan tiupan angin kering yang
cukup kencang yang biasa disebut Angin Gending.
GAMBARAN UMUM IV - 5
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
GAMBARAN UMUM IV - 6
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
GAMBARAN UMUM IV - 7
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
GAMBARAN UMUM IV - 8
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
(barrier) dan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum sebesar 40 % dari tanah yang
dimiliki.
Pengaturan zoning kawasan pertanian yang terdiri pertanian basah dan pertanian
kering adalah (1) untuk sawah pertanian basah perubahan tidak boleh melebihi 50 % dari
tanah yang ada di setiap kecamatan; (2) untuk pertanian kering peralihan diijinkan untuk
kegiatan yang memberi nilai ekonomis tinggi dan tidak menimbulkan pencemaran, dan (3)
untuk perkebunan peralihan fungsinya diizinkan maksimum 5 % dari luas wilayah
perkebunan yang ada.
Pengaturan zoning kawasan pariwisata pada wilayah kecamatan perlu dilakukan
untuk meningkatan kualitas kondisi dan keindahan wisata tanpa merubah fungsi kawasan.
Sementara itu pengaturan zoning kawasan permukiman perkotaan dan pedesaan
dikembangkan sesuai dengan peran dan fungsinya yaitu konsep fleksibel zoning bagi
kawasan yang rawan perubahan dan mempunyai fungsi yang sangat penting, sedangkan
pada kawasan lainnya menggunakan konsep fixed zoning.
B. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan
nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Salah
satu kawasan lindung yang perlu terus menerus dimantapkan adalah kawasan suaka alam.
Kawasan ini di Kabupaten Probolinggo telah ditetapkan sesuai dengan arahan RTRW
Provinsi Jawa Timur. Pada dasarnya pemantapan kawasan ini bertujuan untuk
melestarikan dan melindungi lingkungan, biota, ekosistem, ilmu pengetahuan dan
pembangunan pada umumnya. Perlindungan kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam,
suaka margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma nutfah dan daerah
pengungsian satwa.
Kawasan suaka alam selain untuk mempertahankan kelestarian alam, juga berperan
dalam pengembangan dunia ilmu pengetahuan dan kegiatan wisata. Kegiatan ini tetap
harus dipertahankan berdasarkan pada konsepsi menjaga kawasan suaka alam, termasuk
kawasan suaka alam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Pengaturan zoning kawasan lindung dikendalikan secara ketat sesuai dengan
kondisi dan penambahan fungsi kawasan tersebut antara lain (1) kawasan suaka alam dan
pelestarian tidak ada perubahan fungsi, sedangkan luas kawasan serta kegiatan tambahan
berupa bangunan hanya diizinkan untuk menunjang pariwisata; (2) kawasan hutan lindung
mutlak tidak diizinkan adanya perubahan fungsi kawasan selain hanya untuk kawasan
lindung; (3) kawasan lindung yang terdapat kawasan terbangun penunjang pariwisata yang
GAMBARAN UMUM IV - 9
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
GAMBARAN UMUM IV - 10
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
dengan Pulau Gili Ketapang, serta adanya pelabuhan khusus yaitu pelabuhan PLTU Paiton
yang melayani bongkar muat kebutuhan bahan bakar (batu bara) PLTU. Di kawasan Sikasur
(sekiar G. Argopuro) terdapat bekas lapangan udara dengan panjang landasan pacu ±1.100
M, yang kondisinya saat ini ditumbuhi semak belukar.
Dalam pengembangannya sampai saat ini, prasarana transportasi darat telah
ditingkatkan antara lain dengan, pembangunan dan perbaikan jalan yang ada, maupun
pembangunan-pembangunan jembatan yang dapat meningkatkan perekonomian. Dalam
rangka pembangunan daerah, maka terhadap aspek sistem jaringan jalan dan sistem
pengangkutan akan menentukan arah pengembangan tata ruang Kabupaten Probolinggo.
A. Jalan Raya
Jalan merupakan salah satu prasarana yang penting bukan hanya untuk
memperlancar mobilitas penduduk melainkan juga untuk memperlancar perekonomian
suatu daerah
Berdasarkan sebaran desa kota, kota-kota yang berada di pantai utara Pulau Jawa
relatif lebih berkembang secara merata dan terintegrasi penyebaranya apabila
dibandingkan dengan kota-kota yang ada di pantai selatan. Hal ini terjadi karena beberapa
faktor diantaranya kondisi geografis yang strategis dan dilalui oleh jalur perdagangan
dunia, faktor historis akibat pembangunan pelabuhan untuk kepentingan perdagangan
nasional dan internasional oleh pemerintah kolonial.
Kota-kota di Propinsi Jawa Timur mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal
tersebut terlihat dari sebaran desa-desa intermediate yang mendominasi hampir seluruh
bagian propinsi. Bertambah besarnya jumlah penduduk dan luas perkotaan ini terutama
terjadi pada perkotaan di wilayah barat dan utara. Aglomerasi kota di Propinsi Jawa Timur
terjadi di sepanjang koridor Gresik – Surabaya – Bangkalan – Mojokerto – Sidoarjo –
Pasuruan – Probolinggo – Bondowoso.
Prasarana jalan ada di Kabupaten Probolinggo kondisinya cukup baik, sehingga
mampu menunjang kegiatan perekonomian daerah. Hal ini dapat dilihat dari teraturnya
jaringan jalan yang menghubungkan dalam pusat-pusat kegiatan maupun antar pusat-pusat
kegiatan tersebut.
GAMBARAN UMUM IV - 11
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
depan depan juga akan direncanakan jalan lingkar agar tidak melewati pusat kota. Hal ini
akan membantu perkembangan Kabupaten Probolinggo dengan maksimal.
2) Jalan Kolektor Primer
Jalan koletor primer berfungsi untuk menghubungkan kota jenjang kedua dengan
kota jenjang ketiga. Ruas jalan yang mempunyai fungsi kolektor primer adalah :
Ruas jalan leces dan tegalswalan (jenjang ke II) – Bantaran (jenjang ke IV) –
Kurisan (jenjang IV) – Sumber (Janjang IV). Fungsi jalan kolektor primer ini
untuk membuka isolasi wilayah Selatan Kabupaten Probolinggo.
Ruas jalan Tongas (jenjang ke II) – Sukapura (jenjang IV)
Ruas jalan Tongas (jenjang I)–Dringu (jenjang I)–Pajarakan (jenjang I) –
Kraksaan (jenjang I) – Paiton (jenjang I)
3) Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer berfungsi menghubungkan kota jenjang I dengan persil atau jota
jenjang ke II dengan persil atau kota jenjang ke III dengan jenjang ke III atau kota jenjang ke
III dengan persil atau berfungsi menghubungkan antar kota kecamatan. Ruas jalan yang
berfungsi sebagai jalan lokal primer di Kabupaten Probolinggo antara lain
Ruas jalan Tongas (jenjang II) – Sukapura (jenjang IV)
Ruas jalan Sukapura (jenjang IV) – Wonomerto (jenjang IV)
Ruas jalan arteri primer Lumbung (jenjang IV) – Kurisan (jenjang IV)
Ruas jalan Gending (jenjang III) – Tiris (jenjang IV)
Ruas jalan Tongas (arteri primer) – Paiton
Pelayanan transportasi terdiri dari layanan angkutan penumpang dan layanan
angkutan barang. Secara keseluruhan jaringan layanan transportasi di Kabupaten
Probolinggo didominasi oleh moda jalan, dengan sarana prasarana yang telah terjangkau
hampir seluruh wilayah kecamatan. Layanan angkutan moda jalan mengikuti jaringan
layanan bus AKAP, bus AKDP dan layanan angkutan perdesaan. Jaringan layanan bus AKAP
melayani trayek lama Kota Probolinggo – Bogor, Semarang, Solo dan Wonosari, serta trayek
baru Kota Probolinggo – Bima. Sedangkan jaringan layanan bus AKDP, melayani trayek
Probolinggo – Sukapura, Malang, Trenggalek, Ponorogo, Ambulu dan Ngandisari. Moda
angkutan yang tersedia saat ini masih ada yang mempunyai rute tumpang tindih, terutama
untuk angkutan kota dan perdesaan. Hal ini disebabkan karena sedikitnya jalur alternatif.
GAMBARAN UMUM IV - 12
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
GAMBARAN UMUM IV - 13
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
Namun, ada beberapa kondisi masih sangat kurang yakni lantai TPI yang rusak dan
mengakibatkan tergenangnya air dan menimbulkan bau kurang sedap dimana hal ini
mengindikasikan bahwa sanitasi lingkungan yang buruk, belum beroperasinya SPBN,
fasilitas koperasi perikanan pernah ada tapi beroperasi sampai tahun 2006 dikarenakan
pengurus koperasi tersebut tidak pernah stanbay di tempat, kondisi jalan di dalam PPP
Paiton yang masih dalam tahap pemavingan, sehingga menyebabkan akses keluar masuk
PPP sedikit terganggu. Selain itu, fasilitas industri perikanan berupa UPI (Unit Pengolahan
Ikan) belum ditemui di PPP Paiton, yang ada masih terbatas yakni penghancur es balok dan
cold storage.
a.
b.
Gambar 4.2 Kondisi Eksisting TPI Paiton
Keterangan : a. Kondisi Lantai di TPI Paiton
b. Kondisi Jalan di dalam PPP Paiton menuju area TPI
Akses infrastruktur jalan masuk ke TPI Paiton termasuk dalam kondisi sedang
dikarenakan banyak ditemukan kondisi jalan berlubang sepanjang ruas jalan. Menurut
Laporan Dinas Bina Marga Tahun 2015, ruas jalan diawali dari lapangan tembak menuju ke
pantai dengan panjang 1,5 km dan lebar 4 m. Kondisi jalan aspal adalah hotmix sepanjang
1,350 km dalam kondisi baik dan 0,150 km dalam kondisi sedang.
GAMBARAN UMUM IV - 14
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
Kondisi infrastruktur air bersih yang masih ada dan berkecukupan dengan saluran
PDAM Kab. Probolinggo yang membantu para nelayan untuk membersihkan ikan hasil
tangkapan dan mencuci es balok .
GAMBARAN UMUM IV - 15
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
breakwater padahal TPI Kali Buntu diampit 2 sungai sehingga ketika air laut naik terjadinya
banjir rob, tidak adanya fasilitas perairan berupa alur pelayaran dan kolam labuh sehimgga
ketika air sedang surut nelayan melakukan aktifitas bongkar muat ikan di laut yang kurang
lebih jaraknya sejauh 1 Km untuk menuju TPI Kali Buntu, kondisi jalan di dalam TPI Kali
Buntu yang terlalu sempit hanya 1,5 meter, sehingga menyebabkan akses keluar masuk TPI
sedikit terganggu. Selain itu, fasilitas industri perikanan berupa UPI (Unit Pengolahan Ikan)
belum ditemui di TPI Kali Buntu. Namun, ada beberapa kondisi masih berjalan yakni adanya
SPBN yang masih aktif. Selain itu, adanya pasar ikan diluar TPI yang jaraknya 300 meter
sebelum memasuki kawasan TPI Kali Buntu.
Akses infrastruktur jalan masuk ke TPI Kali Buntu termasuk dalam kondisi sedang
dikarenakan akses jalan utama menuju TPI jauh dan hanya lebar 3 m, banyak ditemukan
kondisi jalan berlubang sepanjang ruas jalan. ruas jalan diawali jalan sidopekso Kalibuntu
menuju ke laut dengan panjang 1,80 km dan lebar 4 m. Kondisi permukaan jalan aspal
adalah hotmix sepanjang 1,80 km. Kondisi jalan baik sepanjang 1 km, kondisi sedang
sepanjang 0,25 km serta kondisi rusak sepanjang 0,550 km.
Kondisi infrastruktur air bersih yang masih ada dan berkecukupan dengan saluran
PDAM Kab. Probolinggo yang membantu para nelayan untuk membersihkan ikan hasil
tangkapan dan mencuci es balok .
GAMBARAN UMUM IV - 16
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
Gambar 4.7 Kondisi Tempat Bongkar Muat dan Lapak Penjualan Ikan Di
Tamansari
Akses infrastruktur jalan masuk ke TPI Taman Sari termasuk dalam kondisi
sedang dikarenakan akses jalan utama TPI Taman Sari tepat berada di samping jalan
pantura. Menurut Laporan Dinas Bina Marga Tahun 2015, ruas jalan diawali dari titik
GAMBARAN UMUM IV - 17
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
458/461 dan berakhir titik 27/27 dengan panjang 0,5000 km dan lebar 3 m. Kondisi
permukaan jalan tanah dalam kondisi baik.
Kondisi infrastruktur air bersih yang masih ada dan berkecukupan dengan saluran
PDAM Kabupaten Probolinggo yang membantu para nelayan untuk membersihkan ikan
hasil tangkapan dan mencuci es balok.
Gambar 4.8 Kondisi TPI Randu Putih Yang Digunakan Oleh Warga Untuk
Menjemur Ikan
Akses infrastruktur jalan masuk ke TPI Randu Putih termasuk dalam kondisi sedang
dikarenakan jalan menuju TPI Randu Putih lebar jalan hanya 1,5 m sampai 1 m dan banyak
ditemukan kondisi jalan berlubang sepanjang ruas jalan. Menurut Laporan Dinas Bina
Marga Tahun 2015, ruas jalan diawali dari jalan nasional menuju ke titik 445/446 dengan
GAMBARAN UMUM IV - 18
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
panjang 1,700 km dan lebar 4 m. Kondisi jalan aspal adalah hotmix sepanjang 1,700 km
dalam kondisi baik.
Kondisi infrastruktur air bersih yang masih ada dan berkecukupan dengan saluran
PDAM Kabupaten Probolinggo yang membantu para nelayan untuk membersihkan ikan
hasil tangkapan dan mencuci es balok.
Gambar 4.10 Aktifitas Pencucian Ikan dan Proses Pengesan di Randu Putih
GAMBARAN UMUM IV - 19
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
fasilitas industri perikanan berupa UPI (Unit Pengolahan Ikan) belum ditemui di TPI Gili
Ketapang.
Kondisi infrastruktur air bersih yang tidak ada dikarenakan TPI Gili Ketapang
berada di pulau sehingga warga sekitar dan TPI menggunakan air payau.
Gambar 4.11 Kondisi TPI Gili Ketapang Yang Sudah Rata Tanah
Gambar 4.12 Kondisi TPI Bayeman Yang Berubah Menjadi Gedung TK serta
Tempat Bongkar Muat Nelayan
Akses infrastruktur jalan masuk ke TPI Bayeman termasuk dalam kondisi parah
dikarenakan jalan menuju TPI Bayeman melintasi rel kereta api tanpa palang, jalan yang
terlalu sempit dan banyak ditemukan kondisi jalan berlubang sepanjang ruas jalan.
GAMBARAN UMUM IV - 20
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
Kondisi infrastruktur air bersih yang masih ada dan berkecukupan dengan saluran
PDAM Kab. Probolinggo yang membantu para nelayan untuk membersihkan ikan hasil
tangkapan dan mencuci es balok.
......................................................................................................................................................................... 1
............................................................................................................................................... 1
4.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI........................................................................................ 1
GAMBARAN UMUM IV - 21
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
GAMBARAN UMUM IV - 22
LAPORAN
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TPI DI KABUPATEN PROBOLINGGO AKHIR
GAMBARAN UMUM IV - 23