Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum 1 Tanggal mulai : 11 September 2013

M.K. Evaluasi Nilai Gizi Tanggal selesai: 18 September2013

PENGUKURAN INDEKS GLIKEMIK

Oleh:

Kelompok 5
Sri Zilla Arsyilah I14100135
Rina Apriany Utami I14110027
Natahsa Fredlina Ginting I14110051
Regi Meiliani I14110076
Adhe Fadillah Putri I14110105

Asisten Praktikum:
Novi Rizki Ramadhini
Ilyatun Niswah

Penanggung Jawab Praktikum:


Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap bahan pangan memiliki zat gizi dan karakteristik yang berbeda-beda
berdasarkan jenis dan kuantitasnya. Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi
yang sering ditemukan dalam bahan pangan yang memiliki kandungan energi.
Energi sangat diperlukan bagi tubuh manusia dalam melakukan berbagai aktivitas.
Energi erat kaitannya dengan kadar glukosa darah dalam tubuh seseorang. Jika
kadar glukosa darah seseorang berlebih maka akan disimpan sebagai cadangan
energi dalam jaringan lemak. Jika kadar glukosa darah seseorang diatas kategori
normal maka berpotensi timbulnya beberapa penyakit degeneratif seperti penyakit
diabetes melitus yang sangat peka terhadap respon asupan glukosa makanan. Perlu
adanya pengaturan makanan agar kadar glukosa dalam darah terjaga
kestabilannya. Salah satu cara tindakan preventifnya yaitu dengan memperhatikan
konsumsi bahan pangan berdasarkan indeks glikemik.
Indeks glikemik adalah angka yang menunjukkan potensi peningkatan
glukosa darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan atau secara
sederhana dapat dikatakan sebagai tingkatan atau rangking pangan menurut
efeknya terhadap kadar glukosa darah. Pangan dengan jenis yang sama dapat
memiliki IG yang berbeda apabila diolah atau dimasak dengan cara yang berbeda
(Wolever 2006). Hal ini dikarenakan proses pengolahan dapat menyebabkan
perubahan pada struktur dan komposisi zat gizi penyusun pangan, sehingga akan
mempengaruhi daya cerna zat gizi yang terdapat pada pangan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi IG pangan adalah cara pengolahan
(tingkat gelatinisasi pati dan ukuran partikel), rasio amilosa-amilopektin, tingkat
keasaman dan daya osmotik, kadar serat, kadar lemak dan protein, serta kadar
anti-zat gizi pangan. Oleh karena itu uji indeks glikemik pada bahan pangan perlu
dilakukan guna memperoleh informasi bahan makanan yang sesuai pada kondisi
tubuh seseorang untuk memaksimalkan derajat tingkat kesehatan individu.

Tujuan

Praktikum pengukuran indeks glikemik ini bertujuan untuk mengukur


indeks glikemik dari beberapa jenis bahan pangan yang akan diujikan.
TINJAUAN PUSTAKA

Indeks Glikemik

Indeks glikemik pangan adalah tingkatan pangan menurut efeknya


terhadap kadar glukosa darah. Pangan yang menaikkan gula darah dengan cepat,
memiliki indeks glikemik tinggi, sebaliknya pangan yang menaikkan gula darah
dengan lambat, memiliki indeks glikemik rendah. Indeks glikemik pangan
menggunakan indeks glikemik glukosa murni sebagai pembandingnya (IG
glukosa murni adalah 100) (Rimbawan & Siagian 2005). Indeks glikemik juga
dapat didefinisikan sebagai rasio antara luas kurva respon glukosa makanan yang
mengandung karbohidrat total setara 50 gram gula terhadap luas kurva respon
glukosa setelah makan 50 gram glukosa, pada hari yang berbeda dan pada orang
yang sama (Lutfika 2006).
Konsep IG menjelaskan bahwa tidak setiap karbohidrat bekerja dengan
cara yang sama. Pangan IG rendah akan dicerna dan diubah menjadi glukosa
secara bertahap dan perlahan-lahan, sehingga puncak kadar gula darah juga akan
rendah. Berarti fluktuasi peningkatan kadar gula relatif pendek. Pangan IG tinggi
akan dicerna dan diubah menjadi glukosa dengan cepat sehingga kadar gula darah
cepat meningkat namun dalam waktu tertentu akan kembali menurun. Pangan IG
rendah membantu orang untuk mengendalikan rasa lapar, selera makan dan kadar
gula darah. Indeks glikemik berguna untuk menentukan respon glukosa darah
terhadap jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Indeks glikemik bahan
makanan berbeda-beda tergantung pada fisiologi, bukan pada kandungan bahan
makanan (Widowati 2010)
IG adalah sifat pangan yang unik, dipengaruhi oleh berbagai faktor,
sehingga IG pangan yang satu berbeda dengan pangan lainnya. Bahkan pangan
yang sama bila diolah dengan cara berbeda, dapat memiliki IG berbeda
(Widowati 2010). Para ahli telah mempelajari faktor-faktor penyebab perbedaan
IG antara pangan yang satu dengan lain. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
indeks glikemik pada pangan antara lain: cara pengolahan (tingkat gelatinisasi pati
dan ukuran partikel), perbandingan amilosa dengan amilopektin, tingkat keasaman
dan daya osmotik, kadar serat, kadar lemak dan protein, pati resisten, serta kadar
anti-gizi pangan (Rimbawan & Siagian 2005).

Metode Perhitungan Indeks Glikemik

Perhitungan indeks glikemik dilakukan dengan menggunakan pangan


acuan dan pangan standar, dimana membandingkan luasan kurva kadar gula darah
terhadap waktu sampel dengan standar yaitu glukosa. Glukosa digunakan sebagai
standar karena glukosa merupakan karbohidrat yang diserap oleh tubuh. Jumlah
glukosa yang harus dikonsumsi yaitu 50 gram. Terlebih dahulu panelis dipuasakan
sebelum diambil darahnya bertujuan untuk membiarkan kadar gula darah normal
kembali sehingga pada saat menganalisis tidak ada pengaruh dari karbohidrat
lainnya (Marsono 2002).
Pengukuran Indeks Glikemik menggunakan pangan acuan dan pangan
standar. Prosedur penentuan IG pangan dilakukan dengan prosedur baku
(Miller et.al 1997). Selama pengukuran IG subyek berada dalam keadaan sntai
atau aktivitas ringan. Kenaikan kadar glukosa darah tidak semata ditentukan oleh
IG tetapi juga oleh jumlah karbohidrat yang dikonsumsi (beban
glikemik/glycemic load). Persyaratan bagi pembentukan klaim indeks glikemik
pangan ialah: pangan mengandung karbohidrat sekurang-kurangnya 40 gram per
saji dan jenis karbohidrat tidak termasuk serat pangan. Subjek penelitian
sekurang-kurangnya 8-10 orang subjek (Direktur Standarisasi Produk Pangan
2012)
Menurut Miller et.al (1997) masih belum ada kesepakatan tentang metode
terbaik untuk menghitung luas di bawah kurva respon glukosa darah (AUC).
Sejumlah metode yang berbeda telah digunakan untuk menentukan AUC, tetapi
FAO/WHO (1998) menyatakan bahwa metode yang paling sering digunakan
melibatkan perhitungan geometris dengan menerapkan aturan trapesium
(trapezoid) (FAO/WHO 1998; Gibson 2010). Sebelum menstandarisasi
metodologi yang disajikan dalam FAO/WHO Expert Consultation Report on
Carbohydrates in Human Nutrition (1998), kelompok yang berbeda menggunakan
teknik yang berbeda untuk menghitung daerah di bawah kurva respon glukosa.
Untuk menghindari masalah ini banyak tabel internasional yang telah
menyediakan faktor konversi atau menunjukkan perbedaan metode yang
digunakan (Gibson 2010)

Pangan Uji (GP)

Pada kemasan pangan uji GP tertera bahwa komposisi bahan pangan uji
GP terdiri dari tepung terigu, kentang asli, gula, minyak nabati, perisa kentang,
susu bubuk, garam, glukosa, pengembang amonium bikarbonat, pengembang
natrium bikarbonat, pengemulsi (lesitin kedelai), monosodium glutamat, enzim
protease, dan pewarna makanan tartrazine CI 19140. Selain komposisi bahan
pangan, dicantumkan juga informasi nilai gizi (Nutrition Fact) pangan pada
kemasan. Satu takaran saji pangan uji GP sebesar 13 gram. Setiap satu takaran saji
mengandung karbohidrat sebesar 3 gram, serat sebesar 0 gram, protein sebesar 1
gram, dan lemak sebesar 3 gram. Pangan uji GP berbahan dasar kentang dan
diolah menjadi keripik kentang. Indeks glikemik dari keripik kentang adalah 54
(Powell 2002).

Pangan Uji (CC)

Pada kemasan pangan uji CC tertera bahwa komposisi bahan pangan uji
CC terdiri dari tepung terigu, minyak nabati, susu bubuk, ekstrak malt, ragi,
garam, natrium bikarbonat, dan vitamin. Selain komposisi bahan pangan,
dincantumkan juga informasi nilai gizi (Nutrition Fact) pangan pada kemasan.
Satu takaran saji pangan uji CC sebesar 30 gram. Setiap satu takaran saji
mengandung karbohidrat sebesar 21 gram, serat sebesar 0 gram, protein sebesar 3
gram, dan lemak sebesar 5 gram. Indeks glikemik cream crackcers adalah 65
(Powell 2002).
Pangan Uji (SG)

Pada kemasan pangan uji SG tertera bahwa komposisi bahan pangan uji
SG terdiri dari tepung gandum, minyak nabati (mengandung antioksidan BHA),
gula tapioka, sirup glukosa, susu rendah lemak, kelapa, garam, bahan
pengembang, ekstrak malt, pengemulsi lesitin kedelai, perisa artifisial, dan
premiks vitamin (B1, B2, B6, B12). Selain komposisi bahan pangan, dicantumkan
juga informasi nilai gizi (Nutrition Fact) pangan pada kemasan. Satu takaran saji
pangan uji SG sebesar 19,5 gram. Setiap satu takaran saji mengandung
karbohidrat sebesar 13 gram, serat sebesar 0 gram, protein sebesar 2 gram, dan
lemak sebesar 4 gram. Pangan uji SG diolah dari gandum menjadi biskuit
gandung. Indeks glikemik gandum adalah 41 dan indeks glikemik biskuit gandum
adalah 68 (Powell 2002).

Pangan Uji (OB)

Pada kemasan pangan uji OB tertera bahwa komposisi bahan pangan uji
OB terdiri dari tepung terigu, oat, gula, minyak nabati (mengandung antioksidan),
kismis, glukosa, bubuk whey, bahan pengembang (natrium bikarbonat, amonium
bikarbonat), kalsium, garam, pengemulsi lesitin kedelai, perisa vanila, dan
pewarna makanan tartazin C.I 19140. Selain komposisi bahan pangan,
dincantumkan juga informasi nilai gizi (Nutrition Fact) pangan pada kemasan.
Satu takaran saji pangan uji OB sebesar 16,5 gram. Setiap satu takaran saji
mengandung karbohidrat sebesar 12 gram, serat sebesar 1 gram, protein sebesar 1
gram, dan lemak sebesar 2,5 gram. Indeks glikemik biskuit oat 57 (Powell 2002).

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum pengukuran indeks glikemik bahan pangan dilaksanakan pada


tanggal 11 September 2013, pukul 9:00-12:00 WIB di laboratorium Evaluasi Nilai
Gizi lantai 2, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah glukometer One Touch
Glucose Blood System dan program pengolahan data Microsoft Excel for
Windows. Bahan-bahan yang digunakan adalah strip analisis glukosa, lancet,
kapas swab, sampel darah, glukosa, nasi, serta jagung.

Prosedur Kerja
Prosedur kerja pengukuran indeks glikemik pangan dilakukan dalam dua
tahapan yang meliputi persiapan sebelum pengambilan darah dan pengukuran
kadar glukosa plasma darah yang ditampilkan dalam diagram alir berikut
Persiapan Sebelum Pengambilan Darah
Dipilih subjek dengan kriteria IMT normal dan tidak memiliki riwayat degeneratif

Dipuasakan subjek selama 10 jam sebelum pengambilan darah

Dipastikan suhu ruangan dalam keadaan sejuk

Diharuskan subjek dalam kondisi relaks selama 5 menit sebelum pengambilan
darah

Disarankan menggunakan jari tengah atau jari yang tidak terasa dingin

Disarankan posisi lengan subjek menggantung rileks ke samping

Dibuka strip glukosa dari kemasan dan dipasangkan pada glukometer

Digunakan lancet sekali pakai yang dipasangkan pada pen lancet
Gambar 1 Prosedur percobaan persiapan sebelum pengambilan darah
Pengukuran Kadar Glukosa Plasma Darah
Diambil darah subjek sebelum intervensi untuk data menit ke-0

Diberikan intervensi pangan uji kepada tiap subjek yang harus dihabiskan dalam
10 menit

Diambil darah pada menit ke 15, 30, 45, 60, 90, dan 120 pasca intervensi
Gambar 2 Prosedur percobaan pengukruan kadar glukosa plasma darah
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari praktikum yang telah diujikan dengan berbagai sampel


memberikan hasil yang fluktuatif. Hal tersebut disebabkan karena berbagai faktor
seperti waktu saat mengonsumsi sampel yang tidak tepat atau teratur. Sehingga
hasil yang diberikan akan memberi data yang beragam. Berikut adalah hasil uji
indeks glukosa pada sampel dengan beberapa metode.
Tabel 1 Hasil perhitungan indeks glikemik pangan uji
No Pangan IG
Trapezoid Luas Bangun Polynomial
1 GP 77.89 46.22 121.3
2 CC 60.1 79.03 83.28
3 SG 100.29 129.11 95.97
4 OB 58.14 35.27 29.83

Hasil dari pengujian indeks glikemik pada sampel memberikan hasil yang
beragam pada setiap metode perhitungan yang digunakan. Namun dapat ditarik
kesimpulan pangan yang memiliki indeks glikemik paling tinggi adalah SG pada
setiap metode yang digunakan sedangkan pangan yang memiliki indeks glikemik
terendah adalah OB. Meskipun nilai yang diberikan berbeda-beda pada setiap
metodenya namun kategori jenis pangan yang memiliki IG rendah atau tinggi
sama. Nilai indeks gikemik dapat menjadi indikasi keterkaitan respon glukosa
darah setelah mengonsumsi pangan tersebut. Semakin tinggi indeks glikemik yang
dimiliki oleh suatu pangan maka akan semakin cepat pula respon gula darah untuk
meningkat dan diabsorbsi oleh sel. Namun jika indeks glikemik dari suatu pangan
itu rendah maka akan semakin lama pangan itu memberi efek pada peningkatan
gula darah. Kategori tinggi atau rendah nyaa suatu pangan dapat digolongkan
menjadi pangan indeks glikemik tinggi (>70), pangan indeks glikemik sedang
(50-70), dan pangan indeks glikemik rendah (<50) (Rimbawan dan Siagan 2004).
Pada hasil praktikum pangan yang memiliki indeks glikemik tinggi adalah
SG yang berarti setelah mengonsumsi SG maka pada kondisi normal glukosa
darah akan cepat meningkat dan didistribusikan pada sel. Sedangkan pangan yang
memiliki IG terendah adalah OB yang berarti pangan tersebut akan diserap secara
perlahan dan tidak langsung memberikan efek pada gula darah. Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi IG dari suatu pangan adalah teknik pengolahan,
kandungan amilosa dan amilopektin, tingkat keasaman dan daya osmotik,
kandungan lemak dan protein, kandungan serat serta kandungan zat non gizi
seperti fitat dan oksalat. Faktor tersebut akan sangat mempengaruhi nilai IG suatu
pangan dan berpengaruh pula pada daya serap setelah dikonsumsi (Sarwono
2003).
Model perhitungan IG yang digunakan pada praktikum ini terdiri atas tiga
macam yaitu metode trapezoid, luas bangun dan polynomial. Masing-masing
metode tersebut memiliki cara perhitungan yang berbeda. Pada metode trapezoid
perhitungan ynng digunakan adalah dengan menjumlahkan luas bangun trapezium
yang dapat dibentuk oleh grafik, sedangkan pada metode luas bangun dengan cara
menghitung penjumlahan luas daerah diatas garis pada titik terendah. Namun pada
metode polynomial perhitungan yang digunakan dengan menentukan persamaan
garis kemudian dilakukan integral dan memasukkan nilai dari titik potong
sehingga diperoleh luasnya. Setelah diperoleh luas dari semua uji maka
dibandingkan dengan luas dibawah kurva dari kontrol dan dikali dengan seratus.
Kontrol yang digunakan adalah glukosa murni 50 g (Miller 1997).
Metode yang memiliki tingkat ketepatan yang lebih tinggi dari hasil
praktikum kali ini adalah metode trapezoid. Hasil analisis metode tersebut
memiliki nilai yang mendekati pada 2 sampel pangan yaitu sampel GP dan OB.
Indeks glikemik dari GP berdasarkan Powell (2002) adalah 54 dan OB adalah 57.
Namun berdasarkan penelitian pada literatur lain yaitu dari Rimbawan (2004) dan
Sarwono (2003) metode yang paling sering digunakan adalah metode luas
bangun. Alasan dari penggunaan metode tersebut adalah karena garis yang ditarik
dari titik terendah akan meminimalisir kekeliruan akibat kurva yang fluktuatif dan
hasil yang diberikan kurang sesuai dengan teori. Namun, hasil dari pengujian pada
praktikum metode luas bangun masih memiliki nilai yang lebih besar dari pada
indeks glikemik pangan pendekatan. Metode polynomial adalah metode yang
paling jarang digunakan karena memiliki bias yang paling besar dengan metode
lainnya, dibuktikan dengan hasil praktikum dan pengujian lain yang dilakukan
oleh Sarwono (2003).
Ketidaktepatan hasil pengukuran IG pada pangan bukan hanya ditentukan
oleh metode yang digunakan. Namun intervensi dan waktu makan, waktu
pengambilan darah juga sangat menentukan hasil. Jika pangan dikonsumsi
melebihi waktu yang ditentukan maka makanan tersebut sudah mulai
dimetabolisme sehingga nilai glukosa awal menjadi tidak tepat, namun jika waktu
konsumsinya menjadi terlalu cepat maka akan menghasilkan grafik yang sangat
fluktuatif sehingga mengganggu dalam perhitungan IG tersebut.
Perbandingan nilai IG dari suatu pangan juga tergantung pada pangan
pembandingnya. Pangan pembanding tersebut digunakan dengan tujuan untuk
mengetahui pendekatan nilai IG dari suatu pangan. Pangan pembanding yang
digunakan adalah keripik kentang untuk sampel GP, biskuit gandum untuk sampel
SG, biskuit oat untuk sampel OB. Sehingga nilai IG yang diberikan dengan
pendekatan tersebut belum tentu tepat terkait dengan faktor-faktor perlakuan pada
pangan tersebut. Teknik pengolahan pangan misalnya, akan memberikan nilai
yang berbeda jika antara pangan uji dan pangan sampel diolah dengan cara yang
berbeda meskipun berasal dari bahan pangan yang sama. Faktor lain selain teknik
pengolahan adalah kandungan gizi akibat adanya penambahan komponen bumbu
pada pangan tersebut juga akan menghasilkan hasil yang berbeda. Sehingga
evaluasi pengujian pada sampel uji bisa bernilai lebih tepat jika faktor yang
mempengaruhi IG diberikan pada kondisi yang sama.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Pengukuran indeks glikemik pangan dilakukan dengan pangan uji GP, CC,
SG dan OB. Indeks glikemik dari beberapa pangan tersebut diperoleh dengan
menggunakan tiga metode perhitungan yaitu polynomial, trapezoid, dan luas
bangun. Pangan dengan indeks glikemik tertinggi adalah SG dengan IG pada
ketiga metode diatas 95, sedangkan pangan dengan IG terendah adalah OB
dengan IG pada ketiga metode yang digunakan dibawah 59. Berdasarkan
pendekatan dengan pangan pembandingnya, diketahui bahwa metode trapezoid
lah yang paling tinggi tingkat ketepatannya meskipun belum ada kesepakatan dari
keseluruhan literatur mengenai metode terbaik perhitungan IG, namun hal ini
sesuai dengan pernyataan FAO/WHO bahwa metode yang paling sering
digunakan adalah aturan trapesium (trapezoid).

Saran

Pangan uji yang diberikan pada intervensi sebaiknya dihabiskan tepat 10


menit dengan tenang dan kecepatan menelan yang stabil karena hal ini sangat
berpengaruh pada kurva hasil. Kurva respon kadar glukosa darah subjek yang naik
turun menunjukkan waktu dan kecepatan makan yang tidak stabil selama 10 menit
intervensi. Grafik yang tidak stabil sangat mengganggu dalam perhitungan IG
sehingga hasil yang diperoleh tidak tepat.

DAFTAR PUSTAKA

[Direktur Standarisasi Produk Pangan Badan POM RI]. 2012. Peraturan Kepala
Badan POM Bidang Pangan 2011. http://www.pom.go.id. (diakses pada
19 September 2013).
Dolson L. 2006. Is the glycemic index useful?. http://lowcarbdiets.abou.com
(diakses pada 19 September 2013)
Gibson RS. 2010. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. New
York: Oxford University Press.
Lutfika E. 2006. Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemik Produk Olahan
Panggang Berbahan Dasar Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Klon
Unggul BB00105.10. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Marsono Y. 2002. Indeks Glicemik Umbi-Umbian. Prosiding Seminar Nasional
Industri Pangan. Surabaya: PATPI.
Miller JCB, Powel KF, Colagiuri S. 1997. The GI Factor : The GI Solution
Hodder and Stoughton. Australia : Hodder Headine Australia Pty
Limited.
Powell KF, Susanna HAH, dan Janette CBM. 2002. International Table of
Glycemic Index and Glycemic Load Values. The American Journal of
Clinical Nutrition. 76(1):5-56.
Rimbawan, Siagian A. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Bogor: Penebar Swadaya.
Rimbawan, Siagian A, Syarief H, Dalimunthe D. 2005. Pengaruh Indeks
Glikemik, Komposisi, dan Cara Pemberian Pangan Terhadap Nafsu
Makan Pada Subyek Obes dan Normal. Jurnal. Medan: Universitas
Sumatera Utara
Sarwono W. 2003. Pengkajian Status Gizi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI
Widowati S. Peran Pangan Indeks Glikemik Rendah.
http://pascapanen.litbang.deptan.go.id/index.php/id/berita/109 (diakses
pada 19 September 2013).
Wolever TMS.2006 .The Glycaemic Index - A Physiological Classification of
Dietary Carbohydrate. Oxfordshire: Cabi International Publishing.

LAMPIRAN

Gambar Hasil Pengamatan

Gambar 1 Grafik kadar glukosa darah subyek terhadap pangan standar dan
pangan uji SG dengan metode Polynomial

Gambar 2 Grafik kadar glukosa darah subyek terhadap pangan standar GP dengan
metode Trapezoid
Gambar 3 Grafik kadar glukosa darah subyek terhadap pangan uji GP dengan
metode Trapezoid

Gambar 4 Grafik kadar glukosa darah subyek terhadap pangan standar OB


dengan metode Luas Bangun

Gambar 5 Grafik kadar glukosa darah subyek terhadap pangan uji OB dengan
metode Luas Bangun

Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 1 Hasil perhitungan indeks glikemik pangan uji


No Pangan IG
Trapezoid Luas Bangun Polynomial
1 GP 77.89 46.22 121.3
2 CC 60.1 79.03 83.28
3 SG 100.29 129.11 95.97
4 OB 58.14 35.27 29.83

Tabel 2 Respon kadar glukoa darah subyek terhadap pangan kontrol dan pangan
uji selama 120 menit
Kadar glukosa dalam waktu (menit)
Pangan
0 15 30 45 60 90 120
Standar 76 97 86 108 141 127 124
GP 73 82 84 102 94 90 90
Standar 91 91 121 142 137 139 121
CC 83 112 118 124 120 96 113
Standar 86 107 128 135 88 83 99
SG 78 108 121 99 105 101 86
Standar 82 121 144 155 164 134 92
OB 82 90 125 116 96 98 89

Contoh Perhitungan

Contoh perhitungan IG pangan SG dengan metode Polynomial.


Luas kurva pangan standar

=
=
= 1626991

Luas kurva pangan uji

=
=
= 1560950

Nilai IG =

=
= 95,94

Contoh perhitungan IG pangan GP dengan metode Trapezoid.


Luas kurva pangan standar

Luas bangun A =

Luas bangun B =
Luas bangun C =

Luas bangun D =

Luas bangun E =

Luas bangun F =
Total luas bangun = 13777,5

Luas kurva pangan uji

Luas bangun A =

Luas bangun B =

Luas bangun C =

Luas bangun D =

Luas bangun E =
Luas bangun F =
Total luas bangun = 10732,5

Nilai IG =

Contoh perhitungan IG pangan OB dengan metode Luas Bangun.


Luas kurva pangan standar

Luas bangun A =

Luas bangun B =

Luas bangun C =

Luas bangun D =
Luas bangun E =

Luas bangun F =
Total luas bangun = 6165

Luas kurva pangan uji

Luas bangun A =

Luas bangun B =

Luas bangun C =

Luas bangun D =

Luas bangun E =

Luas bangun F =
Total luas bangun = 2175

Nilai IG =

Pembagian Kerja

Sri Zilla Arsyilah : Prosedur kerja metodologi, lampiran, dan editor


Rina Apriany Utami : Pembahasan
Natasha Fredlina Ginting : Tinjauan pustaka 1
Regi Meiliani : Tinjauan pustaka 2
Adhe Fadillah Putri : Cover, latar belakang, dan metodologi

Anda mungkin juga menyukai