Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert,
1985). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam
rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Kesedihan adalah reaksi normal
ketika mengalami kehilangan sesuatu atau seseorang yang di cintai (davies, 1998).
Pada saat kita kehilangan sesuatu pasti amat sulit bagi kita untuk dapat menerimanya
dengan lapang dada dan kita akan mengalami kesedihan, begitu juga dengan pasien atau klien
yang mengalami kehilangan seperti kehilangan anggota tubuh karena pihak medis
mengharuskannya untuk amputasi, pasti sangat berat baginya untuk dapat menerima keadaannya
tersebut.
Oleh sebab itu perawat harus memahami apa yang di rasakan pasien, harus empati,
mencoba mengatasi masalah pasien tersebut agar setidaknya pasien tidak mengalami rasa
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan di buatnya makalah ini adalah untuk dapat memahami asuhan keperawatan pada
1
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”. Amputasi dapat diartikan
sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan
ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ
yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik
lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh
atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
B. ETIOLOGI
1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien
2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelainan
kongenital.
6. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
3
7. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
8. Deformitas organ.
C. JENIS AMPUTASI
1. Amputasi selektif/terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan
yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan.
Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki
3. Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan
tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang
4
Jenis amputasi yang sangat dikenal adalah :
1) Amputasi terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan
2) Amputasi tertutup.
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat
skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5
pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka perawat
D. PATOFISIOLOGI
Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua metode :
Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya benar-
benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan luka dapat ditutup setelah tidak
terinfeksi.
Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang
diamputasi.
5
3. Tidak semua amputasi dioperasi dengan terencana, klasifikasi yang lain adalah karena
trauma amputasi.
E. TINGKATAN AMPUTASI
1. Ekstremitas atas
Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivitas yang
2. Ekstremitas bawah
Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki
Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak
amputasi yaitu :
Ada 2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan
inschemic limb.
Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit
vaskuler perifer.
6
3. Nekrosis.
Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila tidak berhasil
4. Kontraktur.
Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta melakukan
latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi terlalu lama
5. Neuroma.
Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga melengket dengan
kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan memotong saraf lebih proximal dari
6. Phantom sensation.
Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya ekstremitas tersebut
disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi terhadap saraf dan
7
F. PENATALAKSANAAN AMPUTASI
Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi. Ada 2
1. Rigid dressing
Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada
waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau tidak. Bila tidak
stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang menonjol.
Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri.
Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah
7 – 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 – 3 minggu, setelah stump sembuh dan
mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini dipertimbangkan juga faktor usia,
kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya perawat yang terampil, therapist dan prosthetist serta
kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan supervisi program perawatan. Rigid
dressing dibuka pada hari ke 7 – 10 post operasi untuk melihat luka operasi atau bila ditemukan
2. Soft dressing
Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril
yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus diperhatikan
penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump. Ujung stump
dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal
pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan
8
dan drain dicabut setelah 48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien
diizinkan secepat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan
dibuka pada hari ke 10 – 14 post operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan
untuk tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah
terjadinya kontraktur.
1. Kecepatan metabolisme.
Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada
Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari
anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan
pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang
peningkatan diuresis.
9
3. Sistem respirasi
Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot
intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi
Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio
ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi
sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu
4. Sistem Kardiovaskuler
mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien
dengan immobilisasi.
10
c. Orthostatik Hipotensi
Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan
venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada
yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk
memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan
pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.
5. Sistem Muskuloskeletal
dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa
b. Atropi otot
Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi
c. Kontraktur sendi
Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan
gerak.
11
d. Osteoporosis
dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.
6. Sistem Pencernaan
a. Anoreksia
b. Konstipasi
Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus
7. Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam
keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak
Akumulasi endapan urinedi renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.
12
8. Sistem integlument
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan
tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal
ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan
13
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH KEHILANGAN ANGGOTA
TUBUH (AMPUTASI)
Pengkajian
kesehatan mental
tahap perkembangan
factor genetic
struktur kepribadian
Diagnosa Keperawatan
Untuk klien dengan amputasi diagnosa keperawatan yang lazim terjadi adalah :
14
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.
Perencanaan
a. Tujuan :
Jangka Pendek :
Intervensi :
1) Kaji ketidakmampuan bergerak klien yang diakibatkan oleh prosedur pengobatan dan
klien terhadap immobilisasi akan dapat menemukan aktivitas mana saja yang perlu
dilakukan.
15
3) Tingkatkan ambulasi klien seperti mengajarkan menggunakan tongkat dan kursi roda.
Rasional : Dengan ambulasi demikian klien dapat mengenal dan menggunakan alat-
alat yang perlu digunakan oleh klien dan juga untuk memenuhi aktivitas klien.
5) Bantu klien mengganti posisi dari tidur ke duduk dan turun dari tempat tidur.
Rasional : Membantu klien untuk meningkatkan kemampuan dalam duduk dan turun
a. Tujuan :
Jangka Panjang :
Jangka Pendek :
Klien dapat berperan serta aktif selama rehabilitasi dan self care.
a. Tujuan:
Jangka Panjang :
Jangka Pendek :
16
Ekspresi wajah klien tidak meringis kesakitan.
Intervensi :
Rasional : Posisi stump lebih tinggi akan meningkatkan aliran balik vena, mengurangi
2) Evaluasi derajat nyeri, catat lokasi, karakteristik dan intensitasnya, catat perubahan
3) Berikan teknik penanganan stress seperti relaksasi, latihan nafas dalam atau massase
dan distraksi.
perhatian klien dialihkan pada hal-hal lain, teknik relaksasi akan mengurangi
ketegangan pada otot yang menurunkan rangsang nyeri pada saraf-saraf nyeri.
Rasional : Analgetik dapat meningkatkan ambang nyeri pada pusat nyeri di otak atau
dapat membloking rangsang nyeri sehingga tidak sampai ke susunan saraf pusat.
17
Personal hygiene kurang berhubungan dengan kurangnya kemampuan dalam merawat
diri.
a. Tujuan :
Jangka Pendek :
b. Intervensi :
1) Bantu klien dalam hal mandi dan gosok gigi dengan cara mendekatkan alat-alat
Rasional : Dengan menyediakan air dan mendekatkan alat-alat mandi maka akan
Rasional : Dengan membantu klien dalam mencuci rambut dan memotong kuku maka
3) Anjurkan klien untuk senantiasa merapikan rambut dan mengganti pakaiannya setiap
hari.
nyaman klien.
18
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.
a. Tujuan :
Jangka Pendek :
b. Intervensi :
1) Kerjasama dengan keluarga untuk selalu menyediakan sabun mandi saat mandi.
Rasional : Alat tenun yang bersih dan rapih mengurangi resiko kerusakan kulit dan
3) Anjurkan pada klien untuk merubah posisi tidurnya setiap 3 – 4 jam sekali.
Rasional : Untuk mencegah penekanan yang terlalu lama yang dapat menyebabkan
iritasi.
a. Tujuan :
Jangka Pendek :
19
Setiap persendian dapat digerakkan dengan baik.
b. Intervensi :
Jangan menekuk lutut, tempat tidur atau menempatkan bantal dibawah sisa tungkai,
dari panggul.
2) Tempatkan klien pada posisi telungkup selama 30 menit 3 – 4 kali setiap hari setelah
Rasional : Kontraktur adduksi dapat terjadi karena otot fleksor lebih kuat dari pada
otot ekstensor.
4) Mulai latihan rentang gerak pada puntung 2 – 3 kali sehari mulai pada hari pertama
otot.
a. Tujuan :
20
Jangka Panjang : Infeksi tidak terjadi.
Jangka Pendek :
Intervensi :
Rasional : Untuk memonitor bila ada tanda-tanda infeksi sehingga akan cepat
ditanggulangi.
keperawatan.
Rasional : Mengganti balutan untuk menjaga agar luka tetap bersih dan dengan
menggunakan peralatan yang steril agar luka tidak terkontaminasi oleh kuman
dari luar.
4) Monitor LED
21
Rasional : Peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi dan penurunan tekanan
IMPLEMENTASI
1. Tahap Pengingkaran
2. Tahap Marah
3. Tahap Tawar-Menawar
4. Tahap Depresi
5. Tahap Penerimaan
dihindari.
22
EVALUASI
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat
Terhadap pasien yang mengalami pasien ini, maka akan mengalami rasa
kehilangan yang amat berat. Kesedihan adalah reaksi normal ketika mengalami
Pengaruh dari amputasi dapat berdampak pada system tubuh lain nya misalnya
dan lain-lain.
B. SARAN
Sebagai calon perawat kita harus mampu memahami keadaan klien atau pasien
Sebagai calon perawat kita harus mampu berempati dan menenangkan pasien
24