Vira Rahmayanti-FKIK PDF
Vira Rahmayanti-FKIK PDF
SKRIPSI
Oleh:
Vira Rahmayanti
NIM: 1112101000014
JAKARTA
2017/1438
i
i
ii
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, Juni 2017
Vira Rahmayanti, NIM: 1112101000014
GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS
PAKAI (BMHP) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM
KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017
xvi+235 halaman, 15 tabel, 11 bagan, 10 lampiran
ABSTRAK
Distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Rumah Sakit merupakan
suatu kegiatan yang bertujuan untuk tersalurkannya obat dan bahan medis habis
pakai dengan menjamin ketersediaan, keamanan, ketepatan jenis, ketepatan jumlah,
dan ketepatan waktu yang terjangkau dan sesuai dengan standar mutu pelayanan.
Pada penerapannya di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan diketahui masih terdapat kendala pada distribusi obat dan bahan medis
habis pakai seperti masih adanya keterlambatan distribusi dan belum terlaksananya
standar operasional prosedur (SOP) yang sudah ditetapkan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan desain studi kasus dan metode pengumpulan data berupa wawancara,
observasi, dan telaah dokumen. Informan yang akan menjadi informan dalam
pengambilan data primer di RSU Kota Tangerang Selatan meliputi kepala bagian
pelayanan farmasi rawat inap, kepala bagian penyimpanan dan distribusi/kepala
gudang farmasi, petugas pelaksana distribusi, kepala ruangan rawat inap, dan dua
orang perawat yang diambil secara purposive sampling.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masih terdapat komponen input
yang kurang seperti sumber daya manusia dan sarana prasarana. Pada proses
ditemukan juga proses yang tidak optimal, salah satunya proses administrasi, proses
penyampaian berita, proses pengeluaran fisik, proses angkutan, dan proses
pembongkaran dan pemuatan. Output ditemukan 30 jenis obat yang pernah kosong
pada tahun 2016, sehingga dapat menghambat distribusi serta masih ditemukan
ketidaktepatan jenis dan jumlah obat maupun bahan medis habis pakai yang diminta
dengan yang didistribusikan. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada RSU
Kota Tangerang Selatan untuk melakukan perbaikan sistem seperti melakukan
sosialisasi standar operasional prosedur, pengembangan sistem informasi rumah
sakit, dan pengadaan trolley khusus di Instalasi Rawat Inap.
Kata kunci: Distribusi, Obat, Bahan medis habis pakai, Distribusi obat dan bahan
medis habis pakai, Instalasi Rawat Inap, Rumah Sakit
Daftar Bacaan: 44 (1977-2017)
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH MAJOR
SPECIALISATION OF HEALTH CARE MANAGEMENT
Undergraduate Thesis, June 2017
Vira Rahmayanti, NIM: 1112101000014
DISTRIBUTION SYSTEM OF MEDICINES AND CONSUMABLE
MEDICAL SUPPLIES IN SOUTH TANGERANG CITY GENERAL
HOSPITAL INPATIENT CARE, 2017: A DESCRIPTIVE STUDY
xvi +235 pages, 15 tables, 11 charts, 10 appendixes
ABSTRACT
Distribution of medicines and consumable medical supplies in hospital is
aimed to distribute medicines and consumable medical supplies by ensuring the
availability, safety, type accuracy, number precision, and affordable timeliness in
accordance to the service quality standard. In reality, South Tangerang General
Hospital Inpatient Care found many obstacles in the distribution of medicines and
consumable medical supplies like the delay of supplies distribution and the poor
implementation of established standard operating procedure (SOP).
This research is a qualitative, descriptive research with case study design
using interviews, observation, and document review for data collection. Informants
for this research consists of: head of inpatient pharmacy department, head of storage
and distribution department/head of pharmaceutical, officer of distribution unit,
head of inpatient care room, and two nurses chosen through purposive sampling
technique.
Results showed that there still some lacking in component within input stage
like human resource and infrastructures. There are also some problem in processing
stage, especially in administration process, report submission, physical dispensing,
and in loading-unloading process. Within output stage, there were some problems
in 2016 where 30 types of medicines were empty of stock, which could hinder the
distribution process. There were also a founding of inaccuracy in the type and
amount of medicines and consumable medical supplies between the requested items
with the distributed goods. Based on these results, it is suggested for South
Tangerang City General Hospital to improve their system by socializing the
established standard operating procedures, developing hospital information system
and providing special trolley for Inpatient care.
Keywords: Distribution, medicine, consumable medical supply, Distribution of
medicines and consumable medical supplies, Inpatient Care, Hospital
Bibliography: 44 (1977-2017)
v
RIWAYAT PENULIS
Riwayat Pendidikan
2012 – sekarang Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
Jakarta
2009-2012 MAN 11 Jakarta
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
2006-2009 MTsN. 19 Jakarta
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
2000-2006 SDIT Al Hikmah Jakarta
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
1999-2000 TK Islam At Tarbiyah Jakarta
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Pengalaman Organisasi dan Pencapaian
2015 – sekarang Sekretaris Karang Taruna RW. 01 Cilandak Barata
Jakarta Selatan
vi
2014 – 2015 Sekretaris II Health Care Management Association
(HACAMSA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2012 – sekarang Ketua Divisi Humas Ikatan Alumni MAN 11
Jakarta (ILMI) Angkatan 2012
2009 – 2011 Ketua Divisi PHD Remaja Masjid Jami’ Al Falah
(REMIFA) Jakarta
2010 – 2011 Bendahara OSIS MAN 11 Jakarta Selatan
2007 – 2008 Sekretaris OSIS MTsN. 19 Jakarta Selatan
Pengalaman Kerja
2014 Tim Pemantau Pemilu Presiden Wilayah RT. 001
RW. 001 Cilandak Barat, Jakarta Selatan
Desember 2014 - Januari Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) di Puskesmas
2015 Rawa Buntu Serpong, Tangerang Selatan
April 2016 - Mei 2016 Magang di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan Pamulang, Tangerang Selatan
vii
KATA PENGANTAR
viii
6. Ibu Ela Laelasari, S.KM, M.Kes. selaku pembimbingan akademik
penulis.
7. Ibu Yayu Setyaningsih, S.Farm dan Ibu Evi Budi Ardiyanti, S.Si., Apt.
selaku Pembimbing Lapangan yang telah memberikan arahan dan
bimbingan di tempat penelitian.
8. Bapak dr. Yuli Prapancha Satar, MARS., Bapak Baequni, M.Kes, Ph.D.,
dan Bapak Mustakim, S.KM, M.KM., selaku penguji skripsi yang telah
memberi saran dan kritik yang sangat membangun bagi penulis.
9. Seluruh dosen program studi kesehatan masyarakat yang telah
memberikan ilmu dan mengajarkan banyak hal kepada penulis.
10. Ibu Ima yang telah sabar membantu penulis menyelesaikan urusan
administrasi.
11. Sahabat-sahabat tercinta yaitu Tantri Permadani, Halida Mutia, Erika
Hidayanti, Paramita Maulidah, Ayufhyta, Andini Septiani, Ika
Nursayfitri, Nurazizah, Tyas Widya Utami, Yolanda Mutiara, Indah
Dwi Mursini, Daliza Auva, Lulu Innajma, dan Fitri Nur’aini terima
kasih banyak atas semangat dan dukungan dari kalian yang selalu
menemani disaat suka maupun duka.
12. Miftahul Ridwan Zulfany selaku teman terbaik penulis yang selalu ada
disetiap saat dalam memberikan semangat, motivasi, dorongan dan
dukungan serta mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan
skripsi. Terima kasih sudah ada disetiap suka, senang, sedih, keluh
kesah penulis selama menyusun skripsi ini.
13. Bang Ari, Bang Iir, Kak Deffy, Kak Meli, Kak Nung, Kak Ali, Bang
Bito, Bang Andi, Bang Beng dan Zaky selaku abang sepupu dan kakak
ketemu gede, terima kasih untuk selalu ada disaat suka, duka, keluh dan
kesah dalam menyelesaikan tugas akhir ini, dan yang telah memberikan
kata-kata semangat/bijak dan motivasi serta dorongan untuk segera dan
segera menyelesaikan skripsi ini.
14. Kak Fajar dan Kak Nurul selaku saudara sepupu yang beralih menjadi
pembimbing dadakan selama tiga minggu terakhir pendaftaran yang
ix
telah bersedia membantu dan memberikan masukan dalam penyusunan
skripsi ini.
15. Teman-teman seperjuangan MPKers 2012: Luqman, Rico, Tyo, Saeful,
Santo, Mamih Rika, Zia, Jupe, Laily, Ica Balon, Nuril, Umi, Ica Naing,
Ayuhap, Aida, Hesti, Fitri, Ratna, Toy, dan Merry, terima kasih telah
mengajarkan banyak pengalaman bahwa dengan kerja keras dan
kerjasama yang baik maka segala sesuatunya dapat diwujudkan.
16. Kesmas EURO 2012, mudah-mudahan kita semua sukses, dilancarkan
segala sesuatunya dan lulus menjadi Sarjana Kesehatan Masyarakat
yang bermanfaat.
17. Qibo, Bang Tompel, Bang Jelen, Alpa, Kak Amel, Kak Nopi, Indri, dan
Tira selaku rekan-rekan Karang Taruna RW. 01 dalam memberikan
semangat dan dukungan untuk segera menyelesaikan tugas akhir kuliah
yaitu skripsi.
18. Pihak lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan
terima kasih atas doa dan dukungannya, mudah-mudahan Allah SWT
memberikan balasan yang lebih baik.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar meskipun dengan
berbagai keterbatasan yang dimiliki. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Atas perhatian dan dukungannya,
penulis ucapakan terima kasih.
Jakarta, Juni 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
xi
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 53
4.3 Informan Penelitian ..................................................................................... 53
4.4 Intrumen Penelitian ..................................................................................... 54
4.5 Sumber Data ................................................................................................ 54
4.6 Pengumpulan Data ...................................................................................... 55
4.7 Analisis Data ............................................................................................... 56
4.8 Validasi Data ............................................................................................... 59
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................. 62
5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan ............... 62
5.2 Karakteristik Informan ................................................................................ 64
5.3 Distribusi Obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan ............................................................................... 64
5.4 Input Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan ............................................. 73
5.5 Proses Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan ..................................... 95
5.6 Output Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan ................................... 105
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... 113
6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 113
6.2 Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap.... 113
6.3 Input Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan ........................................... 114
6.4 Proses Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan ................................... 123
6.4 Ouput Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan ................................... 133
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 136
7.1 Simpulan .................................................................................................... 136
7.2 Saran .......................................................................................................... 137
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 138
LAMPIRAN ........................................................................................................ 142
xii
DAFTAR BAGAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH
AA : Asisten Apoteker
APT : Apoteker
RS : Rumah Sakit
xv
RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
S1 : Strata Satu
SK : Surat Keputusan
TT : Tempat Tidur
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pelayanan kefarmasian termasuk pelayanan utama di rumah sakit,
hampir seluruh pelayanan yang diberikan baik pelayanan rawat jalan maupun
rawat inap berintervensi dengan sediaan farmasi (Siregar, 2004). Pelayanan
farmasi juga merupakan pelayanan penunjang dan sekaligus merupakan
revenue center utama di dalam rumah sakit. Hal tersebut mengingat bahwa lebih
dari 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi
(obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan bahan medis habis pakai, alat
kedokteran, dan gas medik), dan 40-50% dari seluruh pemasukan atau anggaran
rumah sakit dan yang terbesar adalah berasal dari pengelolaan perbekalan
farmasi, seperti obat-obatan dan bahan farmasi (Febriawati, 2013).
2
sakit di Amerika. Hasil dari penelitian ini adalah meningkatnya waktu distribusi
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena peningkatan beban kerja, adanya
tuntutan untuk mengurangi biaya, kekurangan tenaga kerja termasuk tenaga di
Instalasi Farmasi dan perawat (ASHP, 2002).
3
kurangnya ketelitian petugas gudang, kemudian terdapat obat kadaluarsa
dan/atau rusak pada tahun 2008 adalah 0,23% dan tahun 2009 adalah 0,48% hal
ini dikarenakan obat tersebut kurang diperlukan pasien (Hakim, 2011).
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan adalah rumah sakit
pemerintah tipe C yang mulai beroperasi sejak 29 Maret 2012. RSU Kota
Tangerang Selatan selalu berupaya untuk memberikan pelayanan kesehatan
paripurna sesuai dengan standar dan profesionalisme untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, dengan motto “melayani sepenuh hati.” Instalasi
Farmasi adalah salah satu bagian dari penunjang medik RSU Kota Tangerang
Selatan, tetapi keberadaannya sangat penting untuk menunjang keberhasilan
perkembangan profesional rumah sakit dan juga terhadap penerimaan Instalasi
Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan (Profil RSU Kota Tangerang
Selatan).
4
petugas Gudang Instalasi Farmasi dan petugas atau perawat unit pelayanan
Instalasi Rawat Inap yang meminta. Namun, dalam pelaksanaannya, masih ada
petugas Gudang Instalasi Farmasi dan petugas atau perawat yang tidak
melakukan pengecekan terlebih dahulu pada bahan medis habis pakai (BMHP)
yang sudah di distribusikan, sehingga sering terjadi penumpukan obat dan
bahan medis habis barang (BMHP) di Instalasi Rawat Inap dan akan
memungkinkan ketidaktepatan jumlah bahan medis habis pakai yang diminta
dengan yang diterima dan terjadinya kerusakan pada bahan medis habis pakai
akibat tidak dilakukannya pengecekan terlebih dahulu. Selain itu, RSu Kota
Tangerang Selatan menetapkan sasaran mutu yang terdapat di rencana strategi
RSU Kota Tangerang Selatan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian bagi Instalasi Farmasi yaitu distribusi obat untuk pasien baru, tidak
boleh melebihi 1 (satu) jam. Waktu 1 jam dihitung sejak pasien masuk ke
ruangan rawat inap sampai mendapatkan dosis pertama. Akan tetapi, Instalasi
Farmasi belum sepenuhnya dapat mengikuti sasaran mutu tersebut karena
belum mencapai indikator yang ditentukan dalam sasaran mutu untuk pasien
dari seluruh pasien baru memerlukan waktu lebih dari jam yang ditentukan
untuk distribusi obat dan bahan medis habis pakai dari Instalasi Farmasi ke
Instalasi Rawat Inap.
5
semestinya. Selain itu, dalam melakukan distribusi obat dan bahan medis habis
pakai terdapat Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah di tetapkan,
namun SOP tersebut belum berjalan secara teknis atau pelaksanaannya. Oleh
karena itu, peneliti ingin mengetahui terkait sistem distribusi obat dan bahan
medis habis pakai (BMHP) di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang
Selatan tahun 2017.
B. Tujuan Khusus
6
1. Mengetahui input (sumber daya manusia, prosedur, dan sarana) dari
sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat
Inap RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017.
2. Mengetahui proses (Proses Administrasi, Proses Penyampaian Berita,
Proses Pengeluaran Fisik Barang, Proses Angkutan, Proses
Pembongkaran dan Pemuatan) dari sistem distribusi obat dan bahan
medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017.
3. Mengetahui output (obat dan bahan medis habis pakai tersalurkan ke
instalasi rawat inap dengan efisien) dari sistem distribusi obat dan
bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang
Selatan Tahun 2017.
B. Peneliti
7
2017 di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini
bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan desain studi kasus dan
metode yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan telaah
dokumen pada sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi
Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan. Analisis data dilakukan dengan
menelaah data melalui triangulasi data. Data primer diperoleh dari hasil
wawancara mendalam dengan pihak manajemen, karyawan di Instalasi
Farmasi, karyawan di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan. Data
sekunder diperoleh dari dokumen prosedur kerja dan laporan lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini. Data di analisis sesuai kebutuhan
berdasarkan teori yang berkenaan dengan materi penelitian dan pelaksanaan di
rumah sakit.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kegiatan Logistik
a. Pemilihan lokasi, penempatan bahan baku, suku cadang, dan barang
jadi.
b. Penggunaan fasilitas yang tersedia dari organisasi yang bersangkutan.
c. Penyiapan transportasi serta alat pengangkutan barang.
d. Masalah pembukuan dan pencatatan.
9
e. Pelaksanaan komunikasi yang bersuasif sebagai penyampaian ide
konsep, gagasan, dan informasi dari individu satu atau bagian-bagian
lain dalam organisasi perusahaan.
f. Kegiatan pengurusan sebagai kegiatan untuk mengelola bahan baku,
suku cadang, dan barang jadi yang disesuaikan dengan jenis
spesifikasi.
g. Kegiatan penyimpanan sebagai kegiatan untuk menahan bahan baku
suku cadang, serta barang sampai pada batas waktu tertentu tanpa
mengurangi kualitas barang yang bersangkutan.
2. Kegiatan logistik mempunyai tiga tujuan
a. Tujuan Operasional
Agar tersedia barang serta bahan dalam jumlah yang tepat dan
mutu yang memadai.
b. Tujuan Keuangan
c. Tujuan Pengamanan
10
Menurut Tjandra Yoga Aditama (2003) sasaran penyelenggaraan
logistic adalah mencapai level sokongan manufacturing pemasaran yang
telah ditentukan sebelumnya dengan total biaya yang serendah mungkin.
Sedangkan tanggung jawab seorang manajer logistic adalah merencanakan
dan mengelolah suatu sistem operasi yang mampu mencapai sasaran
tersebut. Ciri-ciri utama logistic adalah integrasi berbagai dimensi dan
tuntutan terhadap pemindahan dan penyimpanan yang strategis.
11
4. Air
5. Alat tulis kantor
6. Barang inventaris
7. Kerumah tanggaan (listrik, sabun, sapu, dan karbol)
8. Suku cadang peralatan medis
9. Alat tenun (linen dan loundry)
10. IPAL Rumah Sakit (Instalasi Pengelolaan Limbah) atau barang habis
pakai tahan lama, dan barang inventaris (bergerak dan tidak bergerak).
C. Peran Logistik di Rumah Sakit
1. Menjaga kegiatan yang dapat memasok material dan jasa secara tidak
terputus (uninterrupted).
2. Mengadakan pembelian investaris secara bersaing (kompetitif).
3. Menjadwal investasi barang pada tingkat serendah mungkin.
4. Mengembangkan sumber pasokan yang dapat dipercaya dan alternatif
pasokan lain.
5. Mengembangakan dan menjaga hubungan baik dengan bagian-bagian
lain.
6. Memantapkan integrasi yang maksimal dengan bagian-bagian lain.
7. Melatih dan membina pegawai yang kompeten dan termotivasi dengan
baik.
12
Menurut bidang pemanfaatannya, barang dan bahan yang harus
disediakan rumah sakit dapat dikelompokam menjadi persediaan farmasi,
persediaan makanan, persedian logistik umum dan teknik.
13
dengan kata lain antara seluruh pembelian dengan seluruh penjualan secara
professinal.
14
Obat
Gizi Alat
Umu
Tehnik
Logistik di
Rumah
Sakit Inventor
y
Keseimbangan
Control
15
5. Menurut Ordway Tead, mendefinisikan manejemen sebagai sebuah proses
dan perangkat yang mengarahkan dan membimbing kegiatan organisasi
untuk mencapai tujuan.
6. Menurut John D. Millet, manajemen adalah proses memimpin dan
melancarkan pekerjaan dari orang yang terorganisir secara formal untuk
mencapai tujuan.
16
kesehatan. Dalam arti lain, manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan
manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga
yang menjadi objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan
masyarakat.
17
5. Kesehatan merupakan hak masyarakat yang perlu terus diperjuangakan
terutama penduduk miskin karena sudah merupakan komitmen global
pemerintah.
18
2. Strategi terkait untuk menjamin bahwa persediaan dan biaya simpan di
pantau dan dikendalikan secara agresif.
19
14. Proyek Percobaan : memulai pelaksanaan baik atas dasar suatu proyek
percobaan (pilot project), dasar kelompok atau zona, ataupun seluruh rumah
sakit.
15. Penjadwalan : menjadwalkan pertemuan untuk meninjau kemajuan dan
membuat beberapa modifikasi yang perlu.
A. Fungsi-Fungsi Manajemen Logistik Rumah Sakit
2. Fungsi Penganggaran
3. Fungsi Pengadaan
20
Merupakan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran
perlengkapanan yang telah diadakan melalui fungsi-fungsi terdahulu
untuk kemudian disalurkan kepada instansi-instansi pelaksana.
5. Fungsi Pemeliharan
6. Fungsi Penghapusan
7. Fungsi Pengendalian
Perencanaan
21
Pengahapusan Penganggaran
Bagan 2. 2 Siklus Logistik Rumah Sakit
2.3 Manajemen Instalasi Farmasi
Pelayanan kefarmasian tidak hanya berfokus pada pengelolaan obat
sebagai komoditi, tetapi pada saat ini, pelayanan kefarmasian adalah pelayanan
yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari
pasien. Dalam memberikan pelayanan, seorang apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan berinteraksi langsung dengan
pasien. Tujuan dilakukannya interaksi adalah untuk memberikan informasi,
monitoring penggunaan obat, mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan
(Kepmenkes No. 1027/2007).
22
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Kementerian Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa
pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi
klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit
bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit
tersebut. Mutu pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan
kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta
penyelenggaraan sesuai dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan
serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi. Pengendalian mutu adalah suatu
mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang
diberikan, secara terencana dan sistematis, agar dapat diidentifikasi peluang
untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil
sehingga terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan farmasi yang
berkesinambungan (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004).
A. Tujuan
23
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah
dan evaluasi pelayanan.
2. Tugas Pokok Instalasi Farmasi
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional dan
optimal berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formalarium rumah sakit.
B. Fungsi
24
2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan
penggunaan obat dan alat kesehatan.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
f. Memberikan konseling kepada pasien/keluarga.
g. Melakukan pencampuran obat suntik.
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
i. Melakukan penanganan obat kanker.
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
l. Melaporkan setiap kegiatan.
C. Administrasi dan Pengelolaan
25
Fungsi dan Ruang Lingkup Panitia Farmasi dan Terapi:
a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya
bilamana perlu. Pemilihan obat untuk dimasukan dalam
formularium harus didasarkan pada efek terapi, keamanan, harga
obat dan meminimalkan duplikasi.
b. Panitia Farmasi dan Terapi mengevaluasi untuk persetujuan usulan
obat baru atau dosis obat.
c. Membantu instalasi farmasi dalam meninjau kebijakan dan
peraturan penggunaan obat.
d. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
D. Staf dan Pimpinan
26
4. Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan
dan mengawasi pelayanan farmasi.
5. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
E. Fasilitas dan Peralatan
a. Bangunan
27
3) Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen,
pelayanan langsung pada pasien, dispensing serta ada penanganan
limbah.
4) Dipisahkan juga antara jalur steril, bersih dan daerah abu-abu, bebas
kontaminasi.
5) Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan
dan keamanan baik dari pencuri maupun binatang pengerat. Fasilitas
peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengakapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril
maupun cair untuk obat luar atau dalam.
b. Pembagian Ruangan (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004):
1) Ruang kantor
2) Ruang pimpinan
3) Ruang staf
4) Ruang kerja/adminitrasi
5) Ruang pertemuan
c. Ruang Produksi (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)
28
- Alat kesehatan dan lain-lain
2) Kondisi Khusus untuk Ruang Penyimpanan
- Obat termolabil
- Alat kesehatan dengan suhu rendah
- Obat mudah terbakar
- Obat/bahan obat berbahaya
- Barang karantina
e. Ruang Distribusi/Pelayanan (Kepmenkes No.1197/Menkes/SK/X/2004)
1) Ruang distribusi yang cukup untuk seluruh kegaiatan farmasi rumah
sakit
2) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (Apotik)
3) Ada ruang khusus/terpisah untuk penerimaan resep dan persiapan
obat
4) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap (satelit farmasi)
5) Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan
6) Ada ruang khusu/terpisah dari ruang penerimaan barang dan
penyimpanan barang
7) Dilengkapi kereta dorong trolley
f. Ruang Konsultasi (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)
29
3) 1300 tempat tidur : 70 meter2
h. Ruang Arsip Dokumen (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)
30
farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan pelayanan
farmasi itu sendiri.
31
4. Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan
program pendidikan berkelanjutan.
5. Penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan meliputi:
a. Penggunaan obat dan penerapannya
b. Pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi
H. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
32
telah di- dispensing Instalasi Farmasi RS ke daerah tampat perawatan penderita
dengan keamanan dan ketepatan obat, ketetapan penderita, ketetapan jadwal,
tanggal, waktu, dan metode pemberian, dan ketetapan personel pemberi obat
kepada penderita serta keutuhan mutu obat (Febriawati, 2013). Sistem
distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004):
1. Sentralisasi
Rawat Jalan
Rawat Inap
Gudang
Bedah Pusat
33
Rawat Darurat
(Sumber: Febriawati, 2013)
2. Desentralisasi
Jenis sistem distribusi obat untuk penderita rawat inap (Febriawati, 2013):
Resep individual adalah resep yang ditulis oleh dokter untuk tiap
penderita. Pada sistem ini, kebutuhan barang farmasi individu pasien tidak
34
tersedia di ruang perawatan, tetapi harus diambil/ditebus di tempat
pelayanan farmasi dengan membawa resep/instruksi pengobatan dari
dokter. Tempat pelayanan farmasi tersebut dapat di instalasi farmasi rumah
sakit, apotik baik yang ada di dalam maupun yang di luar rumah sakit. Waku
yang dibutuhkan untuk menyiapkan oabt menjadi lama, akan tetapi farmasi
rumah sakit atau farmasi komunitas terlibat dalam proses review maupun
penyiapan resep. Selanjutnya semua obat yang ditebus tersebut di bawa ke
ruang perawatan untuk di serahkan kepada perawat untuk di simpan. Biaya
pengobatan yang di tanggung pasien tinggi karena setiap sis obat yang tidak
digunakan tetap harus dibayar.
Pasien Dokter
Perawat
APOTIK RS
Keluarga
Perawat APOTIK
LUAR
Keluarga
Keuangan
35
a. Semua resep dikaji langsung oleh apoteker yang dapat memberi
keterangan atau informasi kepada perawat berkaitan dengan obat
penderita.
b. Memberi kesempatan interaksi profesional anatara Farmasis-Dokter-
Perawat-Penderita.
c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas perbekalan.
d. Mempermudah penagihan biaya oleh perbekalan.
36
Keterbatasan sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan adalah:
37
Keterbatasan dari sistem ini adalah:
Obat dosis unit adalah obat yang di order oleh dokter untuk
penderita, terdiri atas satu atau beberapa jenis obat yang masing-masing
dalam kemasan dosis tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk
suatu watu tertentu. Penderita hanya membayar obat yang dikonsumsi saja.
Sistem distribusi obat dosis unit adalah metode dispensing dan pengendalian
obat yang dikoordinasi instalasi farmasi dan rumah sakit. Sistem dosis unit
dapat berbeda dalam bentuk tergantung pada kebutuhan khusus rumah sakit,
unsur khusus berikut adalah dasar dari semua sisem dosis unit yaitu obat
dikandung daatan alam kemasan unit tunggal, di dispensing dalam bentuk
siap konsumsi, untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24 jam persediaan
dosis, dihantarkan keruang perawatan atau tersedia pada ruang perawatan
penderita tiap waktu.
Pasien Dokter
Perawat
38 Instalasi Farmasi
Sumber: Febriawati, 2013
39
k. Kemasan dosis unit secara tersendiri-sendiri diberi etiket dengan
nama obat, kekuatan, nomor kendali dan kemasan tetap utuh sampai
obat siap di konsumsikan pada penderita.
l. Sistem komunikasi pengorderan dan penghantaran obat bertambah
baik.
m. Apoteker dapat datang ke unit perawat/ruang penderita, untuk
melakukan konsultasi obat, membantu memberikan masukan kepada
tim, sebagai upaya yang diperlukan untuk perawatan penderita yang
lebih baik.
n. Pengurangan biaya total kegiatan yang berkaitan dengan obat
menyeluruh.
o. Pengendalian yang lebih besar oleh apoteker atas pola beban kerja
instalasi farmasi rumah sakit dan penjadwalan staf.
p. Penyesuaian yang lebih besar untuk prosedur kemputerisasi dan
otomatis.
40
dari Pelaksana Pelayanan Kesehatan atau rumah sakit Pelaksana Pelayanan
Kesehatan lain. Ruang pasien rawat inap adalah ruanga untuk pasien yang
memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara
berkesinambungan lebih dari 24 jam. Untuk tiap-tiap rumah sakit akan
mempunyai ruang perawatan dengan nama sendiri-sendiri sesuai dengan
tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada
pasiennya (Kemenkes RI, 2012).
3. Keselamatan pasien
41
Aspek ini menyangkut keselamatan dan keamanan pasien.
4. Kepuasan pasien
42
f. Biaya pengobatan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
sehingga pelayanan di rumah sakit tidak hanya dapat dinikmati oleh
masyarakat yang mampu saja, masyarakat tidak mampu pun dapat
menikmatinya.
C. Alur Proses Pelayanan Pasien di Instalasi Rawat Inap
43
Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan. Untuk terbentuknya sistem tersebut perlu
dirangkai berbagai unsur atau elemen sedemikian rupa sehingga secara
keseluruhan membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama berfungsi
untuk mencapai tujuan kesatuan. Apabila terdapat prinsip pokok atau cara kerja
sistem ini di terapkan, maka prinsip pokok atau cara kerja ini dikenal dengan
nama pendekatan sistem (system approach). Pendekatan sistem merupakan
penerapan dari cara berpikir yang sistematis dan logis dalam membahas dan
mencari pemecahan dari suatu masalah atau keadaan yang dihadapi (Azwar,
2010).
Input Proses
Pengendalian
AreaDari
Penelitian
bagan 2. Dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) tahapan pendekatan
sistem untuk terselenggaranya fungsi-fungsi logistik terutama pada sistem
distribusi. Tahap pertama melakukan analisis pada masukan dari unsur manajemen
itu sendiri yang teridiri dari sumber daya manusia, anggaran, sarana dan prasarana,
mesin, dan metode. Tahap kedua melakukan analisis melalui proses dari fungsi-
fungsi logistik itu sendiri dan kemudian tahap ketiga akan mengetahui ketersediaan
bahan logistik di rumah sakit. Dari ketiga tahap tersebut akan dilakukan di sekitaran
area penelitian.
44
BAB III
KERANGKA PIKIR
45
Output dari penelitian ini mengacu pada Permenkes Nomor 58 Tahun
2014 yang mendefiniskan bahwa distribusi merupakan suatu rangkaian dalam
rangka meyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan atau
pasien dengan tetap menjamin mutu (kualitas), ketepatan jenis, ketepatan
jumlah, dan ketetapan waktu. Maka output dari penelitian ini adalah
tersalurkannya obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) ke Instalasi Rawat
Inap yang efektif dan efisien. Dari penjelasan di atas, maka didapatkan
kerangka pikir yang tergambar dalam bagan di bawah ini:
Proses
46
d. Proses administrasi
e. Proses penyampaian berita (data informasi)
f. Proses pengeluaran fisik barang
g. Proses angkutan
h. Proses pembongkaran dan pemuatan
i. Tersalurkannya obat dan bahan medis habis pakai ke Instalasi Rawat Inap
dengan efektif dan efisien.
47
3.2 Definisi Istilah
Tabel 3. 1 Definisi Istilah
48
2 Sarana dan Adalah fasilitas yang 1) Observasi a. Pedoman Informasi mengenai fasilitas
Prasarana digunakan untuk proses 2) Telaah wawancara yang digunakan dalam
distribusi obat dan bahan dokumen pelaksanaan distribusi obat
medis habis pakai di 3) Wawancara dan bahan medis habis pakai
Instalasi Farmasi dan di di Instalasi Rawat Inap dan
Instalasi Rawat Inap. kecukupan alat sesuai
kebutuhan.
3 Prosedur Adalah pedoman/instuksi 1) Telaah a. Pedoman 1) Prosedur kerja yang
kerja tertulis yang Dokumen Wawancara digunakan sebagai
digunakan semua petugas 2) Wawancara b. Pedoman pedoman
sebagai pedoman dalam 3) Observasi telaah 2) Kesesuaian prosedur
pelaksanaan kegiatan dokumen kerja dengan pelaksanaan
distribusi obat dan bahan teknis
medis habis pakai di RSU
Kota Tangerang Selatan.
4 Proses Adalah keseluruhan 1) Telaah a. Pedoman Informasi mengenai
Administrasi kegiatan yang berkaitan dokumen Wawancara pencatatan dan penyusunan
dengan pencatatan dalam 2) Wawancara laporan distribusi obat dan
pelaksanaan distribusi obat BMHP secara rutin atau
dan BMHP serta tidak rutin dalam periode
penyusunan laporan yang bulanan, triwulan,
berkaitan dengan distribusi semesteran atau tahunan.
secara rutin atau tidak rutin
dalam periode bulanan,
triwulan, semesteran atau
tahunan.
49
5 Proses Adalah kegiatan dalam 1) Observasi Pedoman Informasi tentang:
penyampaian berkomunikasi atau 2) Telaah wawancara a. Yang terlibat dalam
berita memberikan informasi antar Dokumen Pedoman proses penyampaian
pegawai baik pegawai di 3) Wawancara telaah berita
Intalasi Farmasi maupun dokumen b. Metode yang digunakan
pegawai/perawat di Instalasi dalam proses
Rawat Inap terkait penyampaian berita
pemesanan obat dan bahan pada saat distribusi obat
medis habis pakai dengan dan bahan medis habis
menggunakan alat atau pakai dari instalasi
sarana sebagai media farmasi ke instalasi
sebelum dilakukannya rawat inap.
distrbusi obat dan bahan c. Jadwal pelaksanaan
medis habis pakai. penyampaian berita.
Informasi tersebut dapat d. Kendala pada saat
dilakukan secara lisan, proses penyampaian
tertulis ataupun melalui berita tersebut.
gambar.
6 Proses pengeluaran Adalah kegiatan keluarnya 1) Observasi a. Pedoman Informasi tentang :
fisik barang obat dan bahan medis habis 2) Telaah telaah a. Yang terlibat dalam
pakai setelah dilakukannya Dokumen dokumen proses pengeluaran fisik
pemesanan dengan cara atau 3) Wawancara b. Pedoman barang
metode yang digunakan wawancara b. Tahapan atau metode
dalam pengeluaran fisik yang digunakan dalam
barang yang sudah dipesan. pengeluaran fisik barang
(obat atau bahan medis
habis pakai) pada saat
dilakukan distribusi dari
50
instalasi farmasi ke
instalasi rawat inap.
c. Kendala yang terjadi pada
saat proses pengeluaran
fisik barang.
51
8 Proses Adalah kegiatan 1) Observasi a. Pedoman Informasi tentang:
pembongkaran dan menurunkan dan 2) Wawancara wawancara a. Yang terlibat dalam
pemuatan penyusunan barang di proses pembongkaran dan
Instalasi Rawat Inap (obat pemuatan
dan bahan medis habis b. Metode yang digunakan
pakai) yang sudah di dalam proses
distribusikan dari Instalasi pembongkaran dan
Farmasi. pemuatan
c. Kendala yang terjadi
9 Tersalurkannya Obat dan bahan medis habis 1) Observasi a.Pedoman Hasil distribusi sesuai
obat dan bahan pakai (BMHP) yang 2) Wawancara observasi indikator efisiensi distribusi
medis habis pakai tersalurkan di Instalasi 3) Telaah Pedoman obat dan bahan medis habis
(BMHP) ke Rawat inap dapat memenuhi Dokumen wawancara pakai yang ditetapkan oleh
Instalasi Rawat kriteria efisien yang Permenkes Nomor 58 Tahun
Inap dengan ditetapkan oleh Permenkes 2014 terdiri dari:
efisien. Nomor 58 Tahun 2014 1. Ketersediaan dan
Kemanan
2. Ketepatan Jenis
3. Ketepatan Jumlah
4. Ketepatan Waktu
52
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
a. Kesesuaian (appropriatness)
53
b. Kecukupan (adequacy)
54
dokumen yang berhubungan dengan kegiatan distribusi obat di RSU
Kota Tangerang Selatan.
b. Data Sekunder
55
b. Observasi
c. Telaah Dokumen
1. Trasnscription
56
ketika wawancara bisa didapatkan. Setelah dilakukan wawancara
terhadap informan yang berhubungan dengan distribusi obat dan BMHP
maka hasil wawacara tersebut akan di transkrip secara manual sehingga
data yang didapat bisa dipindahkan dalam bentuk tulisan.
3. Coding
57
4. Developing a working analytical framework
58
7. Interpreting data
a. Triangulasi Sumber
b. Triangulasi Metode
59
digunakan selain wawancara mendalam, juga dilakukan dengan metode
observasi dan telaah dokumen. Observasi dan telaah dokumen dilakukan
untuk mendukung hasil wawancara yang dibandingkan dengan struktur
organisasi, uraian tugas dan SOP.
60
Tabel 4. 1 Triangulasi Metode
Triangulasi Data
61
BAB V
HASIL PENELITIAN
62
Tujuan Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan yaitu
memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna sesuai dengan standar
dan profesionalisme untuk meningkatkan derajat kesehatan mayarakat.
Hal ini didukung oleh motto Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
yaitu “Melayani Sepenuh hati”.
Layanan Medis
Instalasi Rawat Inap Instalasi Rawat Jalan
1. NICU 1. Poliklinik Syaraf
2. ICU 2. Poliklinik Penyakit Dalam
3. Rawat Inap Anak 3. Poliklinik Anak
4. Rawat Inap Penyakit 4. Poliklinik Bedah
Dalam 5. Poliklinik Gigi Ortho Denti
5. Rawat Inap Paru 6. Poliklinik Paru
6. Rawat Inap Nifas 7. Poliklinik Kulit dan
7. Rawat Inap Bedah Kelamin
8. Poli Dots
9. Poliklinik Jiwa
10. Dokter Anastesi
11. Poliklinik VCT
12. Poliklinik Bedah Tulang
13. Poliklinik Medical Check
Up (MCU)
14. Poliklinik Rahabilitas
Medik
15. Poliklinik Laboratorium
Layanan Penunjang
Apotik Penunjang
Laboratorium Radio
dan Diagnostik
Klinik Diagnostik
Farmasi Lain
1. Hematologi 1. Apotik 1. Ultra Spirometri
2. Kimia 24 jam Sonogrrafi
Klinik 2. Gudang 2. Konvensional
3. Cairan Radiologi
Tubuh lain
Sumber: Profil Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
63
5.2 Karakteristik Informan
Informan pada penelitian ini berjumlah 6 (enam) orang yang teridiri: 3
(tiga) orang dari Instalasi Farmasi dan 3 (tiga) orang dari Instalasi Rawat Inap.
Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan perizinan dan kesibukan dari
pihak rumah sakit baik dari Instalasi Farmasi maupun Instalasi Rawat Inap
sehingga informan yang terpilih berjumlah 6 (enam) orang yang tetap dapat
mewakili dan memberikan informasi yang tepat dan memadai peneltian.
Informan terbagi menjadi informan kunci, informan utama, dan informan
pendukung. Berikut informan tersebut:
5.3 Distribusi Obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan
Berdasarkan hasil pengamatan, distribusi obat dan BMHP yang
dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
terbagi menjadi 3 (tiga) komponen penting yang berkaitan dengan alur
distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap, berikut adalah flowcart
distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap:
64
65
Instalasi Rawat Inap Apotik Gudang Farmasi
Distribusi obat dan bahan medis habis
pakai dari gudang farmasi ke apotik
_____
____ Mengambil dan menerima
from permintaan obat
Penyimpanan
A
66
A
Selesai
67
Distribusi Obat di Instalasi Rawat Inap
Dokter memberikan resep pasien
Petugas Apotik
Tidak Konsultasi
Dokter Jelas resep
Jelas
Cek
Stok
Ada
Perawat Tidak Ada
B
A
68
A B
Menganjurkan
pasien Entry data
untuk membeli resep
obat
di apotik luar
Mencatat pengeluaran
obat dalam form rekapan
Selesai
69
Instalasi Rawat Inap Apotik Gudang Farmasi
Cek Stok
Ada persediaan
BMHP
Tidak mengisi from
Kosong/
Tinggal Sedikit
70
Memberikan form permintaan
Petugas Gudang
barang yang sudah di isi
71
Mempersiapkan BMHP dan memisahkan
serta melakukan pengepakan BMHP
berdasarkan permintaan di setiap ruangan
Selesai
72
Dari 3 (tiga) komponen penting di atas yaitu alur distribusi obat dari
gudang farmasi ke apotik sebelum di distribusikan ke Instalasi Rawat Inap,
kemudian distribusi bahan medis habis pakai dari gudang farmasi ke instalasi
rawat inap dan terakhir yaitu distribusi obat dari apotik ke instalasi rawat inap
dengan sistem distribusi obat ODD (One Day Doses). Dari ketiga alur tersebut
terdapat beberapa proses dalam distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat
Inap, proses distribusi ini didukung oleh input dalam pelaksanaannya. Berikut
input, proses, dan output distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap.
5.4 Input Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Input merupakan masukan dari suatu sistem yang sudah dan sedang
berjalan. Masukan dari sistem distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat
Inap terdiri dari sumber daya manusia, sarana dan prosedur.
a. Instalasi Farmasi
73
Medis Habis Pakai. Keterangan ini didapatkan dari salah satu kepala
bagian penyimpanan dan distribusi, berikut kutipan wawancaranya:
a. Apotik
74
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah pegawai di Apotik
berjumlah 18 (delapan belas) orang yang terdiri dari: 6 (enam) apoteker
dan 12 (dua belas) asisten apoteker, hal ini dikarenakan 2 (dua) apoteker
yang tidak ada di apotik merupakan Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala
bagian Pengadaaan, sehingga di apotik hanya ada 6 (enam) apoteker.
Hal ini didukung oleh telaah dokumen dari uraian tugas Kepala
bagian pelayanan farmasi rawat inap yang sudah ditetapkan sebagai
berikut:
75
2. Revisi entrian resep
3. Pengambilan atau penyiapan resep obat
4. Etiketing resep
5. Peracikan obat
6. Penyerahan obat (pemberian informasi obat kepada pasien)
7. Merekap pengeluaran obat di apotek
8. Penyerahan nomor antrian
9. Stock opname rutin bulan
10. Mencatat dan menghitung fisik pengeluaran obat psikotropik
dan narkotika
“apoteker yang disini, 8, ada D3, walaupun SMF masih banyak, tapi kan
itu yang sudah ada disini, jadi memang kita ada yang peraturan baru,
peraturan baru itu kita harus D3 sekarang. (INF2)
Berikut hasil pengamatan jumlah pendidikan terakhir pegawai di
Apotik Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan:
76
Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala bagian Pengadaan, sedangkan
berdasarkan ppengamatan Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala bagian
Pengadaan tidak menetap di apotik, sehingga jumlah apoteker yang ada di
apotik yaitu 6 (enam) apoteker.
“4 shift ya, karna ada yang middle, karna kita itu juga menyesuaikan
dengan kondisi pasien, dari volume banyak engganya pasien, karna kita
77
makin banyak, dan SDM kita pas-pasan gitu yaa, mungkin masih dibilang
kurang, nah makanya kita siasati ada yang masuk middle, karna berkaitan
dengan bobot kerja dari waktu, jadi ada 4, kalau pagi dari jam 7 sampai
jam 2, jam 2 sampai jam 9, jam 9 sampai 7 lagi, kalau yang middle itu dari
jam 10 sampai jam 5 gitu.” (INF2)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah
sumber daya manusia di Apotik masih dikatakan kurang, dan dari segi
kualitas latar belakang pendidikan pegawai di Apotik masih dikatakatan
kurang terutama Apoteker karena di Apotik lebih banyak pegawai yang
berlatar belakang pendidikan SMF dibandingkan dengan Apt, S1, dan D3
serta sumber daya manusia di apotik belum pernah mengikuti pelatihan
terkait distribusi obat dan bahan medis habis pakai.
b. Gudang Farmasi
“kalau mba ninin, biasanya kalau setiap hari…apa jadwalnya kamis ya,
mengambil permintaan, kan kita punya form permintaan, jadi dari
ruangannya minta dulu jumlahnya, nama barangnya, jenisnya apa yang
di minta untuk kebutuhan seminggu nah baru direkap tuh sama mba ninin,
kan mereka yang minta kan, jadi setiap poli misalnya satu poli, satu poli
78
satu permintaan jadi satu rawat inap misalnya rawat inap lantai empat
ruang bedah itu satu permintaan jadi mereka bertanggung jawab atas
barang mereka sendiri, terus apa nanti mba ninin yang merekap, misalnya
masker untuk kebutuhan satu rumah sakit yaa di akumulasi berapa banyak
diambil nanti dipecah-pecah lagi berdasarkan permintaannya, yang
mecah-mecah biasanya mereka bertiga, mba ninin yang ngambil yang
rekapitulasi terus yang ngambil barangnya.” (INF1)
“Sebagai pengambil amprahan, sama mempersiapkan, kemudian
distribusi, dan yang memberikan form permintaan.” (INF3)
Berdasarkan hasil pengamatan, berikut adalah uraian tugas dari
Kepala bagian Penyimpanan dan Distribusi (Kepala Gudang Farmasi)
sebagai berikut:
Hal ini didukung oleh telaah dokumen dari uraian tugas pegawai
yang sudah ditetapkan sebagai berikut:
79
Kepala bagian penyimpanan dan distribusi memiliki uraian tugas
sebagai berikut:
80
8. Merapikan susunan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai ke masing-masing lemari
9. Membuat paketan OK
10. Etiketing barang datang sesuai dengan sumber anggaran (BLUD
dan E-Katalog)
11. Memindahkan barang kadaluarsa ke tempat yang telah
disediakan
12. Menjaga kebersihan gudang
“disini wawan janjang akbar lulusan SMA, mba ninin SMF tapi lagi sambil
kuliah lagi si sekarang, terus kalau saya baru lulus kemarin S1.”
81
Berikut hasil pengamatan jumlah pendidikan terakhir pegawai di
Apotik Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan:
“tidak pernah kita mah, kita udah pinter sendiri. karena dari awal masuk
sini bener-bener meraba ngerjain ajah vir nih, buku penerimaan gini, kita
berkreasi sendiri dari berkreasi sendiri sampai dapat form bakunya dari
tim audit baru kita ikutin, ini yang putih-putih nih, ini baku dari mereka,
yang biru-biru ini kita masukin sendiri karna kebutuhan kita, karna
sumber anggarannya ada ekatalog kan, terus dari penyedianya, nomor
batch untuk retur kan, retur barang kalau ada yang expirer, jadi kita
berkarya sendiri.” (INF1)
“Belum pernah sama sekali dari pertama kali masuk belum ada.” (INF3)
Petugas gudang tidak menggunakan jadwal shift, melainkan hanya
terdapat jadwal hari kerja, karena jadwal petugas gudang mengikuti jadwal
jam kerja di Manajemen Rumah Sakit itu sendiri yaitu masuk setiap hari
82
Senin sampai dengan Hari Jum’at. Hari Senin sampai hari Kamis dari jam
07.30 – 16.00 WIB, sedangkan hari Jum’at dari jam 07.30 – 16.30 WIB.
83
Tabel 5. 9 Jumlah Perawat di Instalasi Rawat Inap
RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
“pelatihan distribusi belum pernah, tapi ada pelatihan NICU nya yang
khusus untuk 3 bulan, ada pelatihan BBLR, ada pelatihan kayak intervensi
kaya PICC.” (IRI03)
Perawat diruangan rawat inap memiliki jadwal shift yang terbagi
menjadi 3 (tiga) shift yaitu:
84
B. Sarana dan Prasarana
a. Apotik
Hasil
No Sarana dan Prasarana Ket
Ya Tidak
1 Ruang penerimaan resep
a. 1 set meja dan kursi √
b. 1 set komputer √
2 Ruang pelayanan resep dan peracikan √
3 Ruang penyerahan obat √
4 Ruang konseling √
5 Ruang penyimpanan sediaan farmasi, √
alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai
6 Ruang distribusi/pelayanan
a. Ada ruang khusus/terpisah dari
ruang penerimaan barang dan √
penyimpanan barang
b. Dilengkapi kereta dorong trolley √
6 Ruang arsip √
85
menuliskan resep secara komputerisasi, melainkan 1 set komputer
yang sudah terhubung oleh sistem informasi rumah sakit yang hanya
untuk mengentry data resep, menentukan harga dan melihat stok
persediaan di apotik. Jadi dapat dikatakan, semua resep yang masuk
di apotik masih manual dari tulisan tangan dokter. Selain itu, belum
adanya ruangan khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan
penyimpanan barang.
b. Gudang Farmasi
86
Selain itu, sarana distribusi obat dan bahan medis habis pakai
juga terdapat prasarana distribusi obat dan bahan medis habis pakai
yang disediakan oleh RSU Kota Tangerang Selatan untuk menunjang
kegiatan distribusi obat dan bahan medis habis pakai.
87
belum ada ruang untuk pembuatan gudang baru dan besar yang satu
halaman dengan rumah sakit itu sendiri. Hal ini menyebabkan petugas
seringkali bermundar mandir dari gudang antar gudang yang
memakan banyak tenaga dan waktu. Sebagaimana penyetaan
informan sebagai berikut:
“iya hambatan kita itu saja paling, gudang masih pisah dan jauh dari
rumah sakit, jadi capek juga kalau harus bolak balik dari gudang ke
gudang yang ada diluar.”
Sarana dan prasarana yang tersedia di gudang farmasi masih
sangat minim dan membuat petugas mengalami beberapa masalah
dalam melakukan distribusi obat dan bahan medis habis pakai seperti
kurangnya kendaraan bermotor untuk barang yang bersifat cito dan
terpisahnya gudang farmasi.
“iya. kecuali yang ruangan operasi dia ada trolley khusus. Kalau
yang dibuat di ruangan rawat inap itukan harusnya ada tapi karna
terbatas ya otomatis pake kursi roda.”(IRI02)
88
“sudah si, tapi sebenernya kalau sistemnya udah bagus, kita tidak
usah minta juga sudah tau kebutuhan berapa, bmhpnya berapa, karna
system disini kan SIR nya belum berjalan, jadi masih manual.”
(IRI01)
Sarana dan prasarana yang tersedia di instalasi rawat inap
masih sangat minim dan membuat petugas mengalami beberapa
masalah dalam melakukan distribusi obat dan bahan medis habis pakai
seperti belum tersedianya trolley khusus untuk ruang rawat inap, dan
belum adanya sistem komputerisasi dalam permintaan barang
sehingga masih melakukan permintaan barang secara manual atau
tulisan tangan.
C. Prosedur
“pedoman ya, paling SOP sebagai acuan kita, semua yang kita kerjain
disini, termasuk yang dirawat inap, lengkap.” (INF2)
“kita ada SOP. SOP itu ada juga karena ikutin dari kegiatan kita sehari-
hari saja.” (INF1)
“iya kalau tidak salah SOP namanya, tapi saya tidak tahu SOPnya seperti
apa, soalnya saya tidak pernah lihat SOP itu terus dikasih tau juga ga
kayanya.” (INF3)
a. Apotik
89
Berdasarkan hasil telaah dokumen, di Apotik terdapat 1 (satu)
standard operasional prosedur (SOP) yang berkaitan dengan distribusi obat
dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap yaitu Standar
Operasional Prosedur tentang pelayanan pasien di rawat inap. Berikut
adalah isi dari dokumen tersebut:
90
Melakukan penerimaan dan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan
resep
b. Gudang Farmasi
91
1. Petugas gudang melakukan cek fisik BMHP yang ada di
ruangan di unit pelayanan.
2. Kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk mengisi dan
menandatangani from pemintaan barang.
3. Petugas gudang mengambil from permintaan BMHP di
seluruh ruangan unit pelayanan.
4. Petugas gudang menyiapkan BMHP sesuai from permintaan
BMHP dan stok yang tersedia.
5. Penanggung jawab gudang membuat surat bukti barang keluar
(SBBK) sesuai dengan BMHP yang dikeluarkan.
6. Melakukan pengecekan jumlah BMHP dengan SBBK bersama
dengan petugas gudang dan unit pelayanan yang meminta.
7. BMHP diterima dan SBBK ditandatangani oleh kepala
ruangan atau petugas yang mewakili.
8. SBBK ditandatangani penyimpan barang dan pejabat yang
berwewenang.
9. SBBK diarsipkan oleh penanggungjawab gudang.
92
4. Membuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) sesuai dengan
obat dan BMHP yang dikeluarkan
5. Melakukan pengecekan jenis, jumlah obat dan BMHP dengan
SBBK bersama dengan petugas farmasi dari depo farmasi
yang meminta
6. SBBK ditandatangani oleh petugas gudang, petugas depo
farmasi dan kepala instalasi farmasi.
93
petugas gudang tidak melakukan cek fisik BMHP terlebih dahulu yang
masih tersedia di ruangan di unit pelayanan, serta BMHP yang sudah
didistribusikan dari gudang ke ruangan rawat inap langsung ditandatangani
SBBK oleh kepala ruangan atau perawat, kemudian BMHP langsung
dimasukan ke dalam lemari penyimpanan tanpa melakukan pengecekan
jumlah BMHP secara bersamaan (petugas gudang dan perawat).
Menyiapkan obat dan BMHP sesuai form permintaan obat dan BMHP.
Menuliskan jumlah obat atau BMHP yang diambil pada kartu stok
gudang
Membuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) sesuai dengan obat dan
BMHP yang dikeluarkan
94
sosialisasi terkait standar operasional prosedur (SOP) tersebut serta masih
terdapat alur kerja petugas yang masih belum sama dengan yang sudah
ditetapkan pada standar operasional prosedur (SOP).
5.5 Proses Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Proses merupakan tahapan dari suatu sistem yang sudah dan sedang
berjalan. Tahapan dari sistem distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap
terdiri dari proses administrasi, proses penyampaian berita, proses pengeluaran
fisik barang, proses angkutan, serta proses pembongkaran dan pemuatan
barang.
1. Proses Adminstrasi
“Setiap pencatatan barang yang kita ambil, kita catat di kartu stok, pertama
permintaan form dari ruangan kita sesuai dengan barang yang kita punya,
misalnya masker, kita selalu punya, kan memang ada beberapa barang
yang memang tidak selalu ada seperti writing paper kemarin yang OK
minta terus kita tidak ada, jadi tidak kita kasih, terus misalnya ada, kita
ambil barangnya, dicatat dikartu stok kan pengeluaran barang, terus nanti
di entry di surat bukti barang keluar (SBBK) baru nanti dimasukin ke
laporan pengeluaran barang, gitu. Jadi kita tau stok akhir barang sesuai
tidak dengan kartu stoknya.” (INF1)
“di setiap ada resep masuk, nanti kita lakukan proses administrasi buat
pemasukan data resep ke sistem informasi rumah sakit, terus nanti dibikin
laporan perbulan sama semesterannya.” (INF2)
“Kalau SBBK itu di setiap mengeluarkan barang, jadi setelah barang
diambil, terus sudah selesai, kita bikin SBBK, baru SBBK selesai baru di
entry ke laporan pengeluaran barangnya.” (INF3)
95
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
administrasi dalam distribusi obat dan bahan medis habis pakai dilakukan
setiap periode harian, bulanan dan semesteran.
96
hasil wawancara dengan beberapa informan tentang metode yang digunakan
dalam distribusi obat dan barang medis habis pakai:
“kalau dari kita hanya form saja, seperti form itu tuh (sambil nunjuk bentuk
form pemintaan) jadi nanti ada form surat bukti barang keluar jadi buat
kita satu dan buat di rawat inapnya satu, begitupun diapotik.”(INF1)
“untuk permintaan obat kita by resep, atau ada lembar obat pasien, jadi
formnya tersendiri gitu.” (INF2)
“format, formatnya orang gudang biasanya keliling, setiap kamis dia
keliling memberikan format yang kita minta, nanti besoknya atau hari
jum’atnya dikasih barangnya.” (IRI01)
“kalau obat pakai resep yang dikasih sama dokter saja.” (IRI03)
Berikut adalah cara pengisian form permohonan permintaan obat
dan barang medis habis pakai dari gudang farmasi ke ruangan maupun dari
gudang farmasi ke apotik berdasarkan telaah dokumen:
Hasil
No Format Ket
Ya Tidak
1 Yang menerima dari √
bagian
2 Nomor √
97
3 Nama dan Kode Barang √
4 Jumlah (angka) √
5 Satuan √
6 Tanggal pemberian form √
7 Tanda tangan, Nama, √
NIP, Pangkat/Gol yang
meminta
8 Tanda tangan, Nama, √
NIP, Pangkat/Gol yang
menyerahkan petugas
farmasi.
Sumber: observasi
Berdasarkan table diatas, dari hasil pengamatan dapat dikatakan
bahwa petugas sudah mengisi from permintaan barang secara tepat dan
sesuai dengan yang sudah ditetapkan.
“kita menginginkan yang lebih enak dan lebih canggihlah, lebih modern
gitu kan, yang tinggal di klik-klik saja sudah langsung sampai, dan mereka
juga tidak terlalu pusing, kalau misalkan, dilihat gitu kan barang ini ada
tidak, disetiap mau amprahan atau barang-barang yang bisa dimprah apa
saja, jadi lebih enak, kalau sekarang kan masih bentuk lisan dan tertulis
aja.” (INF3)
”iya langsung saja, karna belum ada komputerisasi. seharusnya ada biar
lebih mudah juga kan” (IRI02))
“harusnya kompterisasi, jadi tidak perlu kesini lagi.” (IRI01)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
penyampain berita menggunakan metode langsung dan tertulis yaitu form
permintaan barang atau surat bukti barang keluar (SBBK) untuk distribusi
98
barang dari gudang farmasi keruangan maupun ke apotik dan pemberian
resep secara manual untuk distribusi kerungan rawat inap. Kendala yang
terjadi pada proses penyampaian berita adalah belum tersedianya
komputerisasi.
“semua petugas gudang bisa, cuma yang paling sering mba ninin.” (INF1)
“petugas apotik yang nerima resep saat itu. jadi yang ada di apotik siapa
saja bisa.” (INF2)
Berdasarkan hasil wawancara, seluruh informan menjelaskan bahwa
metode yang digunakan dalam proses pengeluaran fisik barang adalah
FEFO (First Expired First Out). FEFO merupakan barang yang lebih awal
kadaluarsa harus dikeluarkan terlebih dahulu dan didistribusikan. Setelah
dikeluarkan barangnya petugas perlu mengisi atau menulis di kartu stok
barang tersebut untuk mencatat tanggal pengeluaran barang, jumlah, dan
sisa barang yang keluar atau yang masuk, dan tulis tanggal kadaluarsa serta
tanda tangan.
“FEFO, jadi yang expired duluan kita keluarin yang datang duluan dan
expired duluan kita keluarin walaupun dia datangnya duluan tapi dia
expirednya duluan, tetap kita keluarin.” (INF1)
“keluar fisik barang pakai FEFO, jadi dilihat mana barang yang ED nya
sudah mulai dekat, maka itu yang diambil.” (INF2)
99
Berikut adalah cara pengisian kartu stock barang di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan berdasarkan telaah dokumen
yaitu:
1. Nama Barang
2. Satuan
3. Tanggal Masuk atau Keluar Barang
4. Jumlah Barang Masuk
5. Jumlah Barang Keluar
6. Jumlah Barang Sisa
7. Keterangan (Tanggal Expire Date dan Paraf petugas yang
mengambil barang)
Hasil
No Format Ket
Ya Tidak
1 Nama barang √
2 Satuan √
3 Tanggal masuk atau √
keluar barang
4 Jumlah barang masuk √
5 Jumlah barang keluar √
6 Jumlah barang sisa √
7 Keterangan (Tanggal √
Expire Date dan Paraf
petugas yang mengambil)
Sumber: observasi
Berdasarkan table diatas, dari hasil pengamatan dapat dikatakan
bahwa petugas sudah mengisi kartu stok barang secara tepat dan sesuai
dengan yang sudah ditetapkan.
100
terjadi berdasarkan hasil wawancara adalah masih ada perbedaan jumlah
antara jumlah dikartu stok dengan jumlah yang ada ditempat penyimpanan,
hal ini terjadi karena metode yang digunakan dalam penulisan di kartu stok
masih manual dan barang yang dihitung juga masih dihitung secara manual.
Selain itu, kendala lainnya yaitu terdapat beberapa barang dengan merek
yang sama tapi dengan dua anggaran yang berbeda, jadi jika dilakukan
proses pengeluaran fisik barang masih terdapat kesalahan dalam
pengeluaran fisik barang tersebut, misalkan jika yang dikeluarkan harus dari
dana yang BLUD tapi yang dikeluarkan dana yang dari Ekatalog, maka akan
ada perbedaan jumlah antara kartu stok dengan stok jumlah ditempat
penyimpanan.
“kendalanya sering lupa atau suka ada yang keselisih, karna kan kita masih
manual, terkadang kita juga masih banyak yang lain gitu, terus ribet sama
yang lain juga jadi lupa, jadi suka ada perbedaan antara kartu stok dengan
jumlah barang pada saat pengeluaran fisik barang.” (INF2)
“kadang kita kan punya barang misalnya barang BLUD sama ekatalog
yang sering banyak kembar, misalnya barang amoxcicilin BLUD beli,
ekatalog beli, ekatalog belum keluar, BLUD belum habis, takut nanti ada
kesalahan ambil, yang diambil nanti barang yang baru datang.” (INF1)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
pengeluaran fisik barang menggunakan metode FEFO (First Expired First
Out) barang yang tanggal kadaluarsanya duluan maka barang tersebut yang
diambil dan didistribusikan terlebih dahulu. Setelah barang dikeluarkan
petugas melakukan pengisian kartu stok barang. Dalam proses pengeluaran
fisik barang hanya petugas apotik dan petugas gudang saja yang terlibat
dalam proses tersebut, karena obat dan bahan medis habis pakai hanya
tersimpan di apotik dan di gudang saja. Selain itu, masih terdapat kendala
dalam proses pengeluaran fisik barang salah satunya adalah masih terdapat
berbedaan jumlah barang yang keluar, berbedaan jumlah di kartu stok
dengan jumlah stok di tempat penyimpanan.
8. Proses Angkutan
101
dilakukan dari apotik dan gudang farmasi ke instalasi rawat inap dengan
menggunakan alat pengangkut. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh
informan menjelaskan bahwa yang terlibat dalam proses angkutan obat dan
bahan medis habis pakai dari apotik ke ruang rawat inap adalah perawat,
sedangkan yang terlibat dalam proses angkutan bahan medis habis pakai
dari gudang ke apotik maupun ke ruang rawat inap adalah petugas gudang.
“biasanya mah kita bawa saja, mereka sudah di pak dalam kardus itu yang
sudah di cover per pasien pakai plastic itu kan yang masing-masing,
awalnya dikardus, paling kita kalau pagi, ada obat nicu ga gitu, ada,
yaudah kita angkat, sekalian kita naik ke atas. karena setau saya trolley ada
di kamar operasi cuma ada satu trolley untuk distribusi, itu kita ambil dari
OK pinjem. Kalau enteng, baru angkat sendiri.” (IRI03)
“Kalau dari apotik dia pakai di dus, perawat kita yang ngambil. Kalau
malam juga perawat yang mengambil tapi pakai kursi roda.” (IRI01)
“biasanya kalau distribusi bawa kursi roda gitu, kecuali yang ruangan
operasi dia ada trolley khusus. kalau yang dibuat di ruangan rawat inap
itukan harusnya ada tapi karna terbatas ya otomatis pake kursi roda.”
(IRI02).
Sedangkan alat angkut bahan medis habis pakai dari gudang farmasi
ke ruangan rawat inap ataupun apotik menggunakan 1 buah trolley dan
karton atau kardus.
“jadi semuatnya pakai trolley, jadi nanti dia bolak balik vir, misalnya ke
lantai satu dulu baru nanti ambil lagi ke bawah buat kelantai selanjutnya.”
(INF1)
“menggunakan trolley, Kalau susunan di trolley, kita susun yang rata dulu
yang rapih dulu, kita taruh dulu, misalkan yang satuan gitu baru di taruh
di atasanya bisa pakai karton, kartonnya kan sudah berkardus kan pas
102
disana juga sudah kita distribusiin nama ini nama ruangan ini, kan dia
langsung dipak, langsung rapih gitu.” (INF2)
“pakai trolley yang tadi.” (IRI01)
Berdasarkan hasil wawancara, seluruh infroman menjelaskan bahwa
tahapan dalam penyusunan barang di alat angkut adalah mempersiapkan
barang yang akan di distribusikan terlebih dahulu, kemudian dimasukan ke
dalam kardus untuk penyimpanan sementara yang sudah dimasukan sesuai
ruangan, lalu diletakan serta disusun secara rapih di trolley dan terakhir di
distribusikan ke setiap ruangan, begitu juga dengan tahapan penyusunan
dari apotik ke ruang rawat inap, namun ada perbedaan kalau dari apotik ke
ruang rawat inap, jika barang yang diminta banyak, maka akan
menggunakan kursi roda, sedangkan jika sedikit, maka menggunakan
angkut sendiri oleh perawat.
“kita siapin dulu barangnya yang mau didistribusiin sesuai ruangan, terus
kita susun dikardus habis itu diletakan ke trolley.” (INF1)
“barang yang mau didistribusiin sudah ada, habis itu dimasukin ke kardus
sesuai ruangan, terus ditaruh ditrolley habis itu didistribusiin.” (INF2)
Dalam proses angkutan barang masih terdapat kekurangan atau
kendala. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh informan menjelaskan
bahwa kendala yang terjadi adalah belum ada trolley khusus untuk ruangan,
sehingga jika ingin melakukan distribusi obat dari ruangan ke apotik dengan
jumlah yang besar atau banyak, terpaksa menggunakan kursi roda yang ada
diruangan, dan untuk trolley yang ada di gudang masih belum memadai dan
terdapat sedikit kerusakan.
“biasanya resep turun sekali per rawat inap, jadi resep sekali turun banyak,
dikasih dari perawatnya nanti disiapin, kita nyiapin per pasien baru nanti
diangkut ke atas pakai kursi roda gitu.” (IRI02)
“seharusnya pakai trolley, trolley kita kan tidak ada kalau diruang rawat
inap.” (IRI03)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
angkutan distribusi melibatkan perawat untuk obat dan petugas gudang
untuk bahan medis habis pakai. Alat angkut yang digunakan pada perawat
103
untuk distribusi obat ke apotik menggunakan kursi roda dan diangkut
sendiri dengan tangan. Sedangkan alat angkut yang digunakan petugas
gudang ke ruangan adalah trolley dan kardus atau karton. Proses alat angkut
masih ditemukan kekurangan atau kendala yaitu belum ada trolley khusus
untuk ruangan sehingga menggunkan kursi roda.
“kalau itu sudah penanggung jawab perawatnya, bukan kita. Iya kita serah
terima, setelah itu tanggung jawab ruangannya.” (INF1)
“Itu sudah tanggung jawab mereka, karna kan kita cuma nganter sama
ngamprah.” (INF3)
“Biasanya kita bareng-bareng, karena kita tidak terlalu banyak meresepin
juga, kan disini pasien bayi dosisnya kecil-kecil, paling kita lihat stoknya di
hari itu, sudah cukup apa engga gitu.” (IRI03)
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar informan menjelaskan
bahwa proses pembongkaran dilakukan pengecekan terlebih dahulu dan
proses pemuatan sudah tanggung jawab perawat diruangan. Sebagian kecil
104
menjelaskan bahwa proses pembongkaran dan pemuatan barang adalah
serah terima dan kemudian di simpan ditempat penyimpanan.
5.6 Output Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Output dari distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi
Rawat Inap dilihat dari ketersediaan obat dan bahan medis habis pakai yang
efektif dan efisien di instalasi rawat inap.
105
Tersalurkannya obat dan bahan medis habis pakai yang efisien
dapat dilihat dari ketersediaan dan keamanan, ketepatan jenis, ketepatan
jumlah dan kepatan waktu. Dalam hal ini peneliti akan melihat obat dan
barang medis habis pakai yang didistribusikan ke instalasi rawat inap
melalui wawancara mendalam dengan kepala ruangan atau perawat
diruangan yang merupakan informan kunci dari penelitian ini.
1. Ketersediaan
106
bahwa kekosongan obat dipengaruhi oleh keterlambatan waktu
pemesanan obat.
2. Keamanan
“kualitas obat dan bmhp, biasanya kalau kualitas obatnya yaa sesuai
dengan yang kita minta aja. bmhp juga begitu. tapi masih suka ditemukan
kerusakan kaya obat yang apa yaa, dia udah warnanya udah kuning,
seharusnya kan masih putih tapi dia udah kuning, tapi kita ga akan kita
kasih, nanti kita lapor ke apotik, atau ada obat yang dia pecah, kita ga
107
kasih, atau ada yang satu bulan mau expire itu pernah diresepin, tapi itu
langsung kita ke pasiennya, karna selama ini kadang-kadang dari control
kita juga, karna obat numpuk, harusnya kan retur, tapi karna sdm tadi
kurang, jadinya gitu. Kalau yang dari gudang si jarang yang bermasalah
yaa, kalau yang bmhp yaa, kalau yang kaya handscoon steril itu kan
masuknya lewat apotik ga lewat gudang, kalau gudang itu yang handscoon
non steril lewat gudang, tapi kalau yang steril lewat apotik, gitu. Apa ini
penyimpanannya kurang bagus sampai bisa berjamurnya gitu kan,
soalnya pernah dipaksa dipakai, itu yang bedaknya mungkin yang udah
byuurrr, terus baunya duuhh kok bau gitu kan, yahh yaudah deh, udah ga
bagus nih, terus yaudah kita pulangin, retur disebutnya, buat minta yang
baru. Nah pernah kejadian besoknya, dikirim lagi, kok ini dikirim lagi,
bukannya dibuang, ini gimana si, jadi yaudahlah buang aja, maksudnya
kan udah ga layak kan gitu kan, apa lagi untuk bayi.” (IRI01)
“sejauh ini masih dibilang baik-baik aja.walaupun suka ada yang rusak
juga, kaya waktu itu pernah tuh umi nemuin obat cair atau injeksi gitu tapi
warnanya udah keruh atau berubah gitu warnanya, emang petugasnya
yang engga tau atau gimana, tapikan jadinya apa yaa, jadi ga bisa dipakai
kan, kalau bhmp mah palingan pernah kemasannya ada yang rusak, tapi
kalau dalamnya masih bisa dipakai yaa kita pakai, kalau engga yang kita
bilang.” (IRI02)
“suka tidak menentu si,kadang nanti bagus kadang engga. Misalnya kalau
obat paling yang dekat-dekat expire yaa, tapi udah diingetin si, misalkan
kalau pun ga expire, tapi warna obatnya berubah kaya yang injeksi, yang
ampul-ampul gitu, paling udah langsung kita singkirin, kaya handscoon
misalnya handscoon pernah kita nerima kaya berjamur didalamnya gitu,
kok kayak gitu, gitu kan, yaudah bu iis deh tuh yang koordinasi ke
gudangnya.” (IRI03)
Berdasarkan hasil observasi di gudang farmasi terhadap obat dan
bahan medis habis pakai yang tersedia di gudang penyimpanan sebelum
didistribusikan, diketahui bahwa secara garis besar ketersediaan obat di
gudang farmasi sudah sesuai dengan kebutuhan, akan tetapi memang ada
beberapa obat dan barang medis habis pakai yang terkadang tidak melihat
keamanan dari obat dan bahan medis habis pakai di gudang farmasi. Hal
ini dikarenakan terpisahnya jarak antara gudang farmasi dengan gudang
penyimpanan.
108
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala bagian penyimpanan dan
distribusi jumlah obat di bulan Februri – Maret ini berjumlah 469 jenis
obat, sedangkan bahan medis habis pakai berjumlah 567 jenis. Namun,
berdasarkan hasil wawancara seluruh infroman menjelaskan bahwa
ketersedian obat dan BMHP masih dapat dikatakan tidak menentu, karena
masih ditemukan beberapa kesalahan pada jenis misalnya jenis obat yang
diminta dengan yang didistribusikan masih terdapat ketidaksamaan.
Sedangkan BMHP belum pernah ditemukan kesalahan jenis.
“suka sesuai sama engganya si kalau dari gudang mah yang untuk
permintaan bmhp ya, cuma nanti kalau sifanya cito, palingan kita disuruh
pinjem dulu sama ruangan lain, nanti baru kita ganti kalau barangnya
udah dikirim lagi sama gudang. kalau obat engga si.” (IRI01)
“yaa gimana yaa, gitu si palingan kadang sesuai kadang engga, kalau
bmhp kurang, yaa kita disuruh pinjem sama ruangan sebelah terus ntar
diganti, kalau obat si jarang soalnya kan ga mungkin kalau obat minjem
109
sama ruang sebelah juga, kan resep pasien beda-beda juga jadi gitu aja
si palingan.” (IRI02)
“kalau dari apotik, nah itu dia, ga tau ya kendalanya apa gitu, soalnya
kan jumlahnya atau barang yang diminta suka beda gitu, mungkin ga ada,
tapi maksa gitu kan, yaa paling kita konfirmasi lagi gitu, kok segini, kok
cuma segini, sedangkan kita kan bikin cairan TTN ajah pakai dispo yang
50cc itu, satu pasien itu bisa make tuh yang maksimal tuh 15 buah, satu
hari tuh, 24 jam, kadang dikasihnya cuma 5, entah itu mereka ga percaya,
atau dikiranya kita yang mau pakai atau apa gitu, kok jumlahnya cuma
segini gitu kan, kita mau buat seluruh bayi yaa kuranglah, kalau satu bayi
dikasih cuma 5, bayi itu kalau misalkan terpasang PICC lewat kateter itu
kan, itu kan dapat cairan itu dia biasanya 3 atau 4 jenis cairan, high arin,
sama lipid. Makanya diresepinnya banyak gitu, disspo, terus kok
dikasihnya cuma 5, ada apa gitu kan, apa ga percaya, ga mungkinlah kita
dirumah mau praktek pakai dispo 50cc, buat apa. Jadi pernah si ada
kejadian seperti itu. Jumlahnya suka ga sesuai, tapi kalau dari gudang,
dia konfirmasi kalau memang barang ga ada, kok ga ada gitu, memang
lagi kosong gitu, engga ngurangin jumlah, palingan kita suruh pinjem
dulu sama ruangan lain kalau cito.” (IRI03)
Berdasarkan hasil observasi di gudang farmasi terhadap obat dan
bahan medis habis pakai yang tersedia di gudang penyimpanan sebelum
didistribusikan, diketahui bahwa secara garis besar terkadang tidak
tersedia jenis atau jumlah obat dan barang medis habis pakai di gudang
karena disebabkan permintaan yang terlalu tinggi.
4. Ketepatan waktu
110
“kan buat pasien-pasien baru, yang datangnya baru malam, ga mungkin
buru-buru ke apotik untuk minta obat kan, karna kan karna terbatasanya
dari farmasi itu, makanya resep-resep obat itu dituruninnya malam, jadi
pagi mereka focus kepasien-pasien rawat jalan. jadi kita ngambilnya pagi,
sebelum pas saya datang kalau dinas jam 7 itu kita langsung mampir ke
apotik biasanya. Kalau bhmp setiap kamis ngasih formnya terus besok
baru dikasih barangnya dan terus kalau obat kita rutin, karna kan buat
pasien yaa. tapi kalau bmhp kadang rutin, tapi kadang lebih cepat malah,
rajin banget kalau gudang, pernah lebih cepat, terus mereka ga tau yaa
apa kerajinan atau apa gitu yaa, padahal baru hari selasa atau rabu, kok
udah datang, iyaa ini soalnya kalau apa namanya biar kita ga buru-buru
gitu, yaudah bagus si. gitu.” (IRI03)
“kalau bmhp seminggu sekali setiap kamis sama jum’at kalau ga salah,
terus kalau obat palingan malam kalau resepnya lagi banyak, terus besok
pagi baru kita ambil gitu. Terus rutin ko kalau buat pasien mah, terus
bmhp juga rutin si.” (IRI01)
Berdasarkan hasil observasi, distribusi obat dan bahan medis habis
pakai dilakukan setiap hari untuk kebutuhan apotik dan ruang rawat inap
serta seminggu sekali untuk kebutuhan barang medis habis pakai di ruang
rawat inap.
111
112
BAB VI
PEMBAHASAN
6.2 Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap
Distribusi merupakan proses penyerahan obat-obatan mulai dari
sediaan disiapkan oleh instalasi farmasi rumah sakit sampai obat diserahkan
kepada pelayanan kesehatan untuk diberikan kepada pasien. Adapun bahan
medis habis pakai yaitu sebagai indikator penunjang dalam penggunaan obat
oleh pasien (Rusdiana, 2014). Kegiatan distribusi obat dan bahan medis habis
pakai merupakan salah satu cara dalam proses menyalurkan atau menyerahkan
barang yang sudah ditetapkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan fasilitas
kesehatan dengan tetap menjamin mutu, jenis, jumlah dan ketepatan waktu. Di
rumah sakit, kegiatan distribusi merupakan salah satu bagian siklus manajemen
farmasi. Distribusi obat dan bahan medis habis pakai menjadi tanggung jawab
instalasi farmasi. Rumah sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat
menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai di unit pelayanan seperti instalasi
rawat inap. (Permenkes, 2016)
Distribusi obat dan bahan medis habis pakai telah dijalankan pihak
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan dengan menggunakan metode
sentralisasi. Untuk melihat bagaimana implementasinya di rumah sakit, maka
dalam penelitian ini menggunakan teori pendekatan sistem dengan melihat
input, proses sampai dengan ouput dari sistem atau metode yang sedang
berjalan.
113
Input dari distribusi obat dan bahan medis habis pakai adalah sumber
daya manusia, sarana, dan prosedur. Proses dari distribusi obat dan bahan
medis habis pakai adalah bermula dari proses administrasi, proses
penyampaian berita, proses pengeluaran fisik barang, proses angkutan dan
proses pembongkaran serta pemuatan barang. Untuk output dari distribusi obat
dan bahan medis habis pakai itu sendiri adalah tersedianya obat dan bahan
medis habis pakai dengan melihat dari kualitas barang, ketepatan jenis,
ketepatan jumlah dan ketepatan waktu dari obat dan bahan medis habis pakai
yang didistribusikan.
6.3 Input Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Pada umumnya untuk meningkatkan suatu pelayanan ada dua cara yaitu
dengan meningkatkan mutu dan kuantitas sumber daya, tenaga, biaya,
peralatan, perlengkapan, dan material yang diperlukan dengan menggunakan
teknologi atau dengan kata lain meningkatkan input atau struktur serta
memperbaiki metode atau penerapan yang dipergunakan dalam kegiatan
pelayanan, hal ini memperbaiki proses pelayanan organisasi kesehatan (Wijono
dan Wijaya, 2012).
Dalam penelitian ini kegiatan distribusi obat dan bahan medis habis
pakai di instalasi rawat inap harus dapat menyediakan input yang menunjang
proses dari kegiatan tersebut. Input dari distribusi obat dan bahan medis habis
pakai di instalasi rawat inap adalah sumber daya manusia, sarana dan prosedur.
114
Input sumber daya manusia terkait distribusi obat dan bahan medis
habis pakai di Instalasi Rawat Inap terdiri dari pegawai di apotik, pegawai
di gudang farmasi dan perawat di ruang rawat inap. Semua sumber daya
manusia ini merupakan salah satu faktor input yang berhubungan langsung
dengan distribusi obat dan bahan medis habis pakai di instalasi rawat inap.
Sumber daya manusia ini bisa dilihat dari segi kuantitas dan kualitas.
115
penting yang dapat dilakukan oleh rumah sakit untuk menjawab tantangan
globalisasi adalah dengan merencanakan kebutuhan sumber daya manusia
yang dimilikinya secara tepat jumlah dan sesuai dengan fungsi pelayanan.
116
sehingga dapat mengurangi beban pegawai yang ada di apotik dan perlu
dilakukan atau mengikuti pelatihan terkait distribusi obat dan bahan medis
habis pakai untuk ketiga kategori SDM yang berkaitan dengan distribusi
oabt dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap RSU Kota
Tangerang Selatan.
117
sedangkan berdasarkan Depkes RI dalam pedoman pengelolaan gudang
menyebutkan bahwa luas gudang minimal 3 x 4 m2 atau 12 m2.
118
mandir dari instalasi farmasi ke rawat inap kemudian kembali lagi ke
instalasi farmasi.
119
1. Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang
dan penyimpnan barang
2. Dilengkapi kereta dorong trolley
C. Prosedur
120
Berdasarkan telaah dokumen terdapat 3 (tiga) SOP yang berkaitan
dengan distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap
yaitu (1) SOP tentang distribusi obat dan bahan medis habis pakai di depo
farmasi (apotik), (2) SOP tentang distribusi bahan medis habis pakai di
ruangan, dan (3) SOP tentang pelayanan pasien di rawat inap. Namun
masih jarangnya sosialisasi SOP yang menyebabkan masih banyak SOP
yang belum diketahui oleh petugas.
Selanjutnya input SOP juga bisa dilihat dari segi pelaksanaan dan
kepatuhan petugas terhadap SOP, berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa pelaksanaan SOP terkait distribusi obat dan bahan medis habis
pakai sudah semua dilaksanakan namun masih ada beberapa alur yang
terdapat didalam SOP yang belum dilakukan. Hal ini dikarenakan belum
semua SOP tersosialisasikan kepada pegawai. SOP yang belum
sepenuhnya terlaksana juga disebabkan tidak adanya fungsi pemantauan
dan evaluasi SOP sehingga terlaksananya atau tidaknya SOP tidak bisa
dilihat sepenuhnya yang menyebabkan tidak adanya tindakan tegas bagi
yang tidak melaksanakan, hal ini juga menyebabkan tidak adanya efek jera
bagi petugas. Selain itu bentuk kepatuhan terhadap SOP sendiri belum
semua petugas patuh baik pegawai instalasi farmasi maupun perawat,
karena hal ini disebabkan terkadang masih ada petugas yang belum
mengetahui kalau tindakan yang diambil oleh petugas tersebut ada standar
121
operasional prosedurnya atau tidak dan hal ini juga disebabkan karena
belum semua SOP tersosialisasikan.
122
Monitoring sebenarnya lebih ditekankan pada kegiatan
mencermati proses pelaksanaan kegiatan serta adanya perubahan
lingkungan organisasi. Hasil monitoring akan memberikan umpan balik,
apakah kegiatan dapat berjalan semestinya, ataukah terjadi adanya
penyimpanan dari yang direncanakan, atau bahkan perencanaan yang tidak
tepat atau menjadi tidak tepat oleh adanya perubahan lingkungan. Hasil
monitoring dipakai sebagai dasar tindakan koreksi dan atau penyesuaian.
Pengertian inilah yang dimaksud sebagai pengendalian, sehingga sering
pengendalian tidak dapat dipisahkan atau bahkan sulit dibedakan dengan
monitoring itu sendiri. Monitoring dan pengendalian adalah sebuah
kesatuan kegiatan yang sering juga disebut sebagai on-going evaluation
atau former evaluation (Rahmah, 2008).
6.4 Proses Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Proses merupakan tahapan dari suatu sistem yang sudah dan sedang
berjalan. Tahapan dari sistem distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap
terdiri dari proses administrasi, proses penyampaian berita, proses pengeluaran
fisik barang, proses angkutan, serta proses pembongkaran dan pemuatan
barang.
123
1. Proses Administrasi
124
pelaporan dokumen terkait distribusi obat dan bahan medis habis pakai
disebabkan banyaknya tugas dan tanggung jawab lain yang harus dilakukan
oleh petugas apotik, petugas gudang dan kepala instalasi farmasi yang
menyebabkan tertundanya pencatatan hingga berdampak pada terlambatnya
pelaporan dokumen distribusi obat dan bahan medis habis pakai tersebut.
Padahal beberapa dokumen seperti buku pengeluaran dan surat bukti barang
keluar sangat diperlukan untuk perencanaan pembelian obat dan bahan
medis habis pakai di instalasi farmasi.
Laporan terkait distribusi obat dan bahan medis habis pakai yang
dibuat dan dilaporkan oleh petugas dan kepala instalasi farmasi terdiri dari
laporan mutasi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dan laporan
semesteran sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai. Laporan tesebut
akan dilaporkan kepada kepala isntalasi farmasi RSU Kota Tangerang
Selatan. Namun sejauh ini belum ada kegiatan evaluasi yang dilakukan dari
pihak manajemen RSU Kota Tangerang Selatan maupun kepala instalasi
farmasi itu sendiri yang berkaitan dengan distribusi obat dan bahan medis
habis pakai. Hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara kepada
informan.
125
untuk pelayanan dan perbekalan farmasi dapat dikelola secara efisien dan
efektif.
126
terlepas dari penggunaan teknologi komunikasi yang semakin canggih
untuk membantu manusia dalam berkomunikasi salah satunya sistem
informasi di rumah sakit (Rahayu, 2006).
127
barang dari apotik dan unit lain yang membutuhkan. Berdasarkan standar
prosedur operasional pengeluaran fisik barang yang berlaku di RSU Kota
Tangerang disebutkan bahwa pengeluaran fisik barang harus dilakukan
melalui gudang farmasi sebelum digunakan ke unit-unit yang
membutuhkan.
128
keluarnya barang, jumlah barang yang masuk, jumlah barang yang keluar,
jumlah barang yang tersisa dipenyimpanan dan keterangan expire date serta
paraf dari petugas yang mengambil barang). Hal ini sejalan dengan teori
cara menampilkan data pada barang yang keluar yaitu menuliskan tanggal
pengeluaran, unit penerima, nama dan jenis obat yang dikeluarkan sehingga
bisa mendeteksi jika terjadi ketidaksesuaian jumlah obat (Febriawati, 2013).
4. Proses Angkutan
129
Proses angkutan ini dilakukan oleh petugas gudang dan perawat.
Alat pengangkut yang digunakan dalam distribusi obat dan bahan medis
habis pakai dari gudang ke apotik menggunakan trolley dan kardus,
begitupun juga distribusi bahan medis habis pakai dari gudang ke ruang
rawat inap menggunakan trolley dan kardus. Tahapan dalam penyusunan
barang dialat angkut adalah mempersiapkan barang yang akan di
distribusikan terlebih dahulu, kemudian dimasukan ke dalam kardus untuk
penyimpanan sementara yang sudah dimasukan sesuai ruangan, lalu
diletakan serta disusun secara rapih di trolley berdasarkan bahan yang
bersifat cair atau injeksi terlebih dahulu kemudian terakhir di distribusikan
ke setiap ruangan. Hal ini sejalan dan sesuai dengan teori yang dijelaskan
oleh Prof. Abdulkadir Muhammad, SH mengenai aspek pengangkutan yang
dapat diketahui dari definisi pengangkutan adalah:
130
perawat lebih memilih untuk mengangkut dengan tangan perawat tersebut.
Hal ini tidak sesuai dengan standar pelayanan farmasi di rumah sakit pada
Kepmenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 yang menjelaskan bahwa
distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan dilengkapi dengan kereta
dorong atau trolley. Sehingga ini merupakan kendala yang terjadi pada saat
distribusi di instalasi rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan, karena rawat
inap belum memiliki trolley khusus yang mengakibatkan perawat terpaksa
menggunakan kursi roda pasien. Padahal fungsi dari kursi roda itu sendiri
adalah salah satu alat bantu bagi penyandang cacat kaki untuk dapat
berpindah dari satu tempat ke tempat lain, baik ditempat datar maupun
tempat rendah ke tempat yang lebih tinggi (Batan, 2006).
131
apotik. Sedangkan proses pemuatan merupakan proses penempatan barang
di tempat penyimpanan yang ada diruang rawat inap dari gudang farmasi,
serta pemuatan di apotik dari gudang farmasi. Berdasarkan hasil
wawancara, Seluruh informan menjelaskan bahwa tenaga yang terlibat
dalam proses pembongkaran dan pemuatan adalah petugas gudang dan
perawat diruangan.
132
pemantauan pada saat dilakukan proses pembongkaran oleh kepala bagian
penyimpanan dan distribusi/kepala gudang farmasi agar proses
pembongkaran dapat dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
perawat bisa patuh terhadap standard yang ditetapkan. Begitu pula dengan
proses pemuatan, perlu dilakukan metode FIFO/FEFO pada saat proses
pemuatan di tempat penyimpanan agar obat dan bahan medis habis pakai
yang akan diberikan kepada pasien terjaga keamanannya.
6.4 Ouput Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Output dari distribusi obat dan bahan medis habis pakai di instalasi
rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan adalah ketersedianya obat dan bahan
medis habis pakai yang disalurkan dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap
dengan tetap menjaga keamanan, tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu pada
saat distribusi obat dan bahan medis habis pakai di instalasi rawat inap.
Ketersediaan perbekalan farmasi merupakan salah satu aspek yang sangat
penting pada suatu pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan
berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau
farmakoterapi. Sehingga keberadaan perbekalan farmasi di rumah sakit
menjadi penting dan harus selalu tersedia, sebab jika rumah sakit tidak dapat
menyediakan obat maka proses pelayanan di rumah sakit akan terhambat.
Karena obat merupakan barang penting yang harus tersedia di rumah sakit,
maka setiap rumah sakit harus berupaya untuk melakukan pengelolaan obat
termasuk kegiatan pengawasan atau pengendalian persediaan yang berfungsi
untuk menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan (Aditama,
2003).
133
telah ditetapkan oleh Dirjend Bina Kefarmasian dan alat kesehatan 2010 bahwa
persentase stok mati seharusnya 0% atau tidak sama sekali ada kekosongan
obat.
Menurut Tjandra (2006), output adalah jumlah barang atau jasa yang
berhasil diserahkan kepada konsumen (diselesaikan) selama periode pelaporan.
Dengan masih adanya obat dan bahan medis habis pakai yang mengalami
kekosongan dan kadaluarsa serta ketidaktepatan jenis, gudang farmasi
seharusnya menginkatkan pengelolaan persediaan dan pemantauan yang lebih
efektif dan efisien agar kebutuhan obat di rumah sakit dapat terpenuhi dengan
baik dan rumah sakit tidak mengalami kerugian.
Gusti (2008) mengatakan bahwa output adalah barang atau jasa yang
dihasilkan secara langsung dari pelaksanaan kegiatan berdasarkan input yang
digunan. Bagusnya pencapaian output tidak lepas dari baiknya input yang
dimiliki, begitu juga sebaliknya apabila input yang dimiliki tidak baik, maka
output yang dihasilkan akan tidak baik juga.
134
135
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Input dari sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi
Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan masih kurang, baik dari sumber
daya manusia yang terkait, sarana dan prasana yang digunakan pada saat
dilakukan distribusi, serta belum tersosialisasi dan belum patuh serta belum
dilakukan pemantauan dan evaluasi terhadap prosedur kerja yang terdapat
di standar operasional prosedur terkait distribusi.
2. Proses dari sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi
Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan belum dilakukan sesuai dengan
alur distribusi baik dalam proses administrasi, proses penyampaian berita,
proses pengeluaran fisik barang, proses angkutan, dan proses
pembongkaran serta pemuatan.
3. Output dari sistem disribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi
Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan masih terdapat kekosongan obat
sebanyak 30 macam obat dan 35 macam obat yag mempunyai stok hampir
habis, sehingga tidak sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan oleh
Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010 yaitu presentase
stok mati seharusnya 0% yang mengakibatkan masih terjadi ketidaktepatan
dalam pemberian jenis maupun jumlah pada obat dan bahan medis habis
pakai serta masih ditemukan ketidakamanan atau rusak pada obat dan bahan
medis habis pakai.
4. Prosedur kerja belum dilakukan sesuai Standar Operasional Prosedur yang
sudah ditetapkan dan terjadinya keterlambatan dalam pendistribusian obat
dan BMHP disebabkan sistem sentralisasi yang digunakan di Instalasi
Farmasi mengakibatkan masih kurangnya SDM terutama di Apotik dan
tidak dilakukan pengecekan obat dan BMHP terlebih dahulu pada saat
dilakukannya distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap.
136
7.2 Saran
1. Kepala Instalasi Farmasi
a. Melakukan sosialisasi terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP)
terkait distribusi obat dan bahan medis habis pakai ke pegawai.
b. Diperlukan pemantauan dan evaluasi terdapat prosedur kerja pegawai
agar pegawai taat dan patuh melaksanakan distribusi sesuai dengan
standar yang sudah ditetapatkan (SOP).
c. Mengembangkan sistem informasi rumah sakit (SIRS) yang sudah ada
untuk dapat memperbarui dan mempermudah proses penyampaian
berita dalam distribusi obat dan bahan medis habis pakai.
2. Apotik
a. Pegawai perlu mengikuti pelatihan khusus terkait distribusi obat dan
bahan medis habis pakai.
b. Perlu penambahan spot baru pada ruangan agar tepisahnya antara
ruangan penyimpanan dengan ruangan penerimaan obat pada saat
distribusi
3. Gudang Farmasi
a. Pengambilan atau mempersiapkan obat dan bahan medis habis pakai
yang ada pada resep pada saat pelayanan di apotik, sebaiknya SDM yang
tersedia di gudang dapat membantu pelayanan tersebut diapotik.
b. Pegawai perlu mengikuti pelatihan khusus terkait distribusi obat dan
bahan medis habis pakai.
4. Instalasi Rawat Inap
a. Perlu direncanakan atau diadakan trolley khusus di Instalasi Rawat Inap
dan kendaraan roda dua untuk gudang farmasi.
b. Perlu dilakukan sistem POS pada perawat yang ada di Instalasi Rawat
Inap dalam melakukan distribusi obat dan bahan medis habis pakai
(BMHP).
137
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tjandra Y. (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi 2.
Jakarta: UI-Press.
American Society of Hospital Pharmacist. (2002). ASHP Guideline on Preventing
Medication Errors in Hospital. Am J Hosp Phrarm 50:305-14
Anggita, Dhita. (2012). Analisis Waktu Tunggu Pemberian Informasi Tagihan
Pasien Pulang Rawat Inap di RS Graha Permata Ibu Tahun 2012. Skripsi.
Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Depok: Universitas
Indonesia.
Atmoko, Tjipto. (2010). Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas
Kinerka Instansi Pemerintah. Diakses dari: http://e-
dokumen.kemenag.go.id/files/BX32jRZz1284857253.pdf pada 25 Mei
2017.
Azwar, Saifuddin. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1994). Standar Peralatan, Ruang dan
Tenaga Rumah Sakit. Jakarta: Dirjen Pelayanan Medis.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 1333/Menkes/SK/XII/1999. Standar
Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonseia.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor: 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Diansari, Iva. (1997). Analisis Distribusi Obat dan Alat Kesehatan pada Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Puri Cinere. Tesis: Universitas Indonesia.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alkes. (2014). Evaluasi dan
Implementasi Catalogue Obat.
Dirgagunarsa, Sefanya A. (2010). Analisis Sistem Distribusi Obat dan Alat
Kesehatan di Departemen Rawat Inap Rumah Sakit Royal Taruma Tahun
2010. Tesis: Universitas Indonesia.
Erniati, Cut dan Teridah Sembiring. (2012). Pengaruh Fasilitas dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia terhadap Produktivitas Kerja
Studi Kasus PTPN. Medan: Darma Agung.
Febriawati, Henni. (2013). Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Jakarta:
Gosyen Publishing. Hal. 38, 66.
Gale, Nicola K, DKK. (2013). Using The Framework Method For The Anaysis Of
Qualitative Data In Multidusciplinary Health Research. Jurnal BMC
Medical Research Methodology.
138
George R. Terry. (1977). Principle Of Management, 7th Ed., Homewood Ilinois,
Richard D Irwill Inc.
Global Health Workforce Alliance. (2011). Rencana Pengembangan Tenaga
Kesehatan Tahun 2011 – 2015. Diakses dari:
http://www.who.int/workforcealliance/countries.inidonesia_hrhplan_201
1_2012.pdf pada 25 Mein 2017
Hakim, Lukman. (2011). Membangun Budaya Organisasi Unggul sebagai Upaya
Meningkatkan Kinerja Karyawan di Era Kompetitif. Surakarta: Benefit
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol 15, No. 2, hlm 148-148.
Hidayanti, Erika. (2017). Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Farmasi Klinik di
Rumah Sakit X Tahun 2017. Skripsi. Program Studi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ilyas, Yaslis. (2004). Perencanaan SDM Rumah Sakit: Teori, Metoda, dan
Formula. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonseia.
Kartidjo, Pudhiastuti. (2007). Kuliah Tamu Program Profesi Apoteker Sekolah
Farmasi. ITB
Khadir, Muhammad. (1994). Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor: 340/Menkes/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Repbulik Indonesia. (2012). Pedoman Teknis Bagunan
Rumah Sakit Ruang Rawat Inap. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Maulidah, Paramita. (2017). Gambaran Pengelolaan dan Pengembangan Promosi
Klinik Edukasi Diabetes dan Perawatan Kaki Diabetes di Rumah Sakit
Islam Jakarta Pondok Kopi Tahun 2017. Skripsi. Program Studi
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah.
139
Mardiyoko, I. (2008). Hubungan Kualifikasi Petugas Penerimaan Pasien Baru
Rawat Inap Dalam Kualitas Peayanan di RS Bethesda Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Miles, Mathew B., and Huberman A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif:
Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru (Penerjemah Tjejep Rohendi
Rohidi), Jakarta: UI-Press.
Moleong, Lexy J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Mulyono, Arif. (2009). Analisis Segmen, Target, Posisi Pasar, dan Alternatif
Diferensiasi Layanan di Instalasi Rawat Inap Umum RS Karya Husada
Cikampek Tahun 2009. Skripsi. Program Studi Kahian Administrasi
Rumah Sakit. Depok: Universitas Indonesia.
Natasia, Nazvia. (2014). Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pelaksanaan SOP
Asuhan Keperawatan di ICU-ICCI RSUD Gambiran Kota Kediri. Diakses
dari: http://jkb/ub.ac.id/index.php/jkb/article/download/513/393 pada 20
Mei 2017.
Pedersen, Craig A, Philip J. Schneider, and Douglas J. Scheckelhoff. (2003). ASHP
National Survey of Pharmacy Practice in Hospital Setting : Dispensing
and Administration 2002. American Journal of Health-System Pharmacy.
2003;60(1).
Peraturan Menteri Kesehatan. (2014). Permenkes No. 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Prof. Dr. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Rahmah, Annisa. (2008). Analisis Sistem Pemeliharan Peralatan Kesehatan di
Rumah Sakit Kota Medan. Diakses dari;
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6662/3/08E00700.pdf.txt
. pada 22 Mei 2017.
Rusdiana, M., & Moch. Irfan, S. M. (2014). Sistem Infomasi Manajemen. Bandung:
Pustaka Setia.
Shawahna, Ramzi., dan Nisar Ur Rahman. (2008). Prescribing Errors in Psychiatry
Departement: an Audit from a Hospital in Lahore. JPPS, 5(1): 31-33.
Siregar, J.P.C dan Amalia, L. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Jakarta: EGC. Hal. 7, 13-15, 17-19.
Sitorus R. & Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit: Penataan Struktur & Proses (Sistem) Pemberian Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: EGC
140
Soerjono Seto; Yunita Nita; dan Lily Triana. (2004). Manajemen Farmasi.
Surabaya: Airlangga University Press.
Srianto, Nugroho P. (2006). Tanggung Jawab Pengangkut Pada Perjanjian
Pengangkutan Barang Melalui Laut (PT. Salam Pasifik Indonesia Lines).
Skripsi. Surabaya: Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
Supartiasih, N. (2002). Analisa Sistem Distribusi Obat/Alat Kesehatan Habis
Pakau di Rawat Inap RS Karya Husada Cikampek. Tesis: Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Taxis, K; Dean, B; dan Barber, N. (1999). Hospital Drug Distribution System in the
UK and Germany: a study of medication errors. Pharmacy World Science,
1: 25-31.
141
LAMPIRAN
Lampiran 1
Persetujuan Wawancara
142
Judul Penelitian : Gambaran Sistem Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan Tahun 2017.
Dengan hormat,
Dengan ini, penulis memohon ketersediaan Bapak/Ibu untuk menjadi
informan dan memberikan keterangan secara luas, bebas, mendalam, benar dan
jujur. Hasil informasi dan keterangan ini akan digunakan sebagai masukan untuk
pengelolaan sistem distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan serta untuk melengkapi data penelitian.
Penulis memohon izin untuk merekam pembicaraan selama proses wawancara
berlangsung dan penulis menjamin untuk menjaga kerahasiaannya. Hal tersebut
digunakan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas ketersediaan Bapak/Ibu
berpartisipasi dalam penelitian ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Hari/Tanggal :
Identitas Informan
Nama :
Pendidikan :
Lama Kerja :
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
KEPALA BAGIAN PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI
143
RSU KOTA TANGERANG SELATAN
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Lama Kerja :
Jabatan :
Tanggal Wawancara :
SDM
1. Berapa jumlah petugas di instalasi farmasi yang ada sekarang?
2. Siapa yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan obat dan BMHP ke
instalasi rawat inap?
3. Apa saja latar belakang pendidikan pegawai di instalasi farmasi?
4. Apakah terdapat job desk atau uraian tugas untuk petugas di instalasi farmasi?
5. Berapa hari kerja pegawai di instalasi farmasi?
6. Bagaimana pengaturan shift pegawai di apotik?
7. Apakah sudah pernah ada pelatihan khusus untuk petugas di instalasi farmasi?
8. Kendala apa saja yang terjadi dalam distribusi obat dan BMHP di instalasi
rawat inap?
Sarana
1. Fasilitas apa saja yang telah tersedia di instalasi farmasi?
2. Fasilitas apa saja yang digunakan dalam distribusi oabat dan BMHP dari
instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
3. Apakah terdapat kendala pada sarana yang menghambat distribusi obat dan
BMHP di instalasi farmasi?
Prosedur
1. Apakah dalam pelaksanaan tugas terdapat prosedur kerja?
2. Apa saja prosedur yang terdapat dalam distribusi obat dan BMHP?
3. Apakah seluruh petugas distribusi obat dan BMHP telah mengetahui dan
menjalankan sesuai prosedur tersebut?
4. Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan prosedur distribusi obat dan
BMHP di instalasi rawat inap?
Proses Administrasi
1. Apakah terdapat pencatatan dan penyusunan laporan rutin atau tidak rutin
dalam proses distribusi obat dan BMHP dari instalasi farmasi ke instalasi rawat
inap?
144
Proses Penyampaian Berita
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses penyampaian berita distribusi obat dan
BMHP?
2. Metode apa yang digunakan dalam proses penyampaian berita tersebut?
3. Kapan jadwal pelaksanaan penyampaian berita tersebut?
4. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses penyampaian berita?
Proses Angkutan
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses angkutan distribusi obat dan BMHP dari
instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
2. Alat pengakut apa saja yang tersedia untuk melakukan distribusi obat dan
BMHP dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
3. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses angkutan barang tersebut?
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
KEPALA BAGIAN PELAYANAN FARMASI RAWAT INAP
145
RSU KOTA TANGERANG SELATAN
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Lama Kerja :
Jabatan :
Tanggal Wawancara :
SDM
1. Siapa saja yang terlibat dalam distribusi obat dan BMHP?
2. Bagaimana peranan masing-masing pegawai dalam distribusi obat dan BMHP?
3. Apa saja latar belakang pendidikan pegawai di intalasi farmasi?
4. Apakah terdapat job desk atau uraian tugas untuk petugas distribusi obat dan
BMHP?
5. Berapa kali dalam seminggu di lakukannya distribusi obat dan BMHP ke
instalasi ranap?
6. Apakah sudah pernah ada pelatihan khusus untuk petugas di instalasi farmasi?
7. Kendala apa saja yang terjadi dalam distribusi obat dan BMHP di instalasi
rawat inap?
Sarana
1. Fasilitas apa saja yang sudah tersedia di instalasi farmasi?
2. Fasilitas apa saja yang sudah tersedia dalam melaksanakan distribusi obat dan
BMHP ke instalasi ranap?
3. Apa terdapat kendala pada sarana yang menghambat distribusi obat dan
BMHP?
Prosedur
1. Apakah dalam pelaksanaan tugas terdapat prosedur kerja?
2. Apa saja prosedur yang terdapat dalam distribusi obat dan BMHP?
3. Apakah seluruh petugas distribusi obat dan BMHP telah mengetahui dan
menjalankan sesuai prosedur tersebut?
4. Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan prosedur distribusi obat dan
BMHP di instalasi rawat inap?
Proses Administrasi
1. Dalam periode apa dilakukannya pencatatan dan penyusunan laporan distribusi
obat dan BMHP dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
146
2. Metode apa yang digunakan dalam proses penyampaian berita tersebut?
3. Kapan jadwal pelaksanaan penyampaian berita tersebut?
4. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses penyampaian berita?
Proses Angkutan
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses angkutan distribusi obat dan BMHP ke
instalasi ranap?
2. Alat pengakut apa saja yang tersedia dalam melakukan distribusi obat dan
BMHP dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
3. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses angkutan barang tersebut?
Lampiran 4
PEDOMAN WAWANCARA
PETUGAS PELAKSANA DISTRIBUSI
RSU KOTA TANGERANG SELATAN
147
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Lama Kerja :
Jabatan :
Tanggal Wawancara :
SDM
1. Siapa yang terlibat dalam distribusi obat dan BMHP?
2. Bagaimana peranan-peranan pegawai dalam distribusi obat dan BMHP?
3. Apakah terdapat job desk atau uraian tugas untuk petugas di instalasi farmasi?
4. Berapa kali dalam seminggu dilakukannya distribusi obat dan BMHP di
instalasi ranap?
5. Apakah sudah pernah ada pelatihan khusus untuk petugas di instalasi farmasi?
6. Kendala apa saja yang terjadi dalam distribusi obat dan BMHP di instalasi
rawat inap?
Sarana
1. Menurut Bapak/Ibu, sarana apa saja yang dibutuhkan saat ini dalam distrubusi
obat dan BMHP?
2. Menurut Bapak/Ibu, apakah terdapat permasalahan yang dirasakan dalam hal
sarana yang dapat menghambat pelaksanaan distribusi obat dan BMHP di
instalasi rawat inap?
Prosedur
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jika dalam pelaksanaan distribusi obat dan
BMHP memiliki prosedur?
Proses Angkutan
148
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses angkutan dari instalasi farmasi ke
instalasi ranap?
2. Alat pengakut apa saja yang dibutuhkan pada saat proses angkutan dari
instalasi farmasi ke instalasi ranap?
3. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses angkutan barang tersebut?
Ketepatan Jenis
1. Jenis obat dan BMHP apa saja yang biasa di distribusikan ke ruang rawat inap?
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA
KEPALA RUANGAN ATAU PERAWAT RUANGAN
RSU KOTA TANGERANG SELATAN
149
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Lama Kerja :
Jabatan :
Tanggal Wawancara :
SDM
1. Berapa jumlah perawat di ruangan yang ada sekarang?
2. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan distribusi obat dan BMHP di
ruangan?
3. Bagaimana peranan-peranan perawat dalam distribusi obat dan BMHP?
4. Apa saja latar belakang pendidikan perawat yang ada di ruangan?
5. Apakah terdapat job desk atau uraian tugas untuk perawat di ruangan?
6. Bagaimana dengan lama kerja perawat di ruangan?
7. Bagaimana pengaturan shift perawat di ruangan?
8. Apakah sudah ada pelatihan khusus untuk perawat di ruangan?
9. Kendala apa saja yang terjadi dalam distribusi obat dan BMHP di instalasi
rawat inap?
Sarana
1. Sarana apa saja yang telah tersedia dalam pengelolaan distribusi obat dan
BMHP dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
2. Sarana apa saja yang saat ini dibutuhkan ruangan dalam proses distribusi obat
dan BMHP?
3. Apakah terdapat permasalahan yang dirasakan dalam hal sarana yang dapat
menghambat pelaksanaan distribusi obat dan BMHP di instalasi rawat inap?
Prosedur
1. Apakah dalam pelaksanaan distribusi obat dan BMHP di instalasi rawat inap
terdapat prosedur?
2. Apakah seluruh petugas telah mengetahui dan menjalankan sesuai prosedur
tersebut?
3. Kendala apa saja yang berkaitan dengan prosedur distribusi obat dan BMHP di
instalasi rawat inap?
150
1. Bagaimana tahapan pembongkaran dan pemuatan obat dan BMHP yang sudah
di distribusikan di instalasi rawat inap?
Kualitas
1. Bagaimana dangan kualitas petugas isntalasi farmasi yang memberikan obat
dan BMHP ke ruangan? Apakah ramah atau tidak?
2. Bagaimana dengan kualitas barang (obat atau BMHP) yang diberikan dari
petugas instalasi farmasi ke ruangan? Apakah baik, cukup, atau tidak baik?
Ketepatan Jenis
1. Apakah jenis obat dan BMHP yang di minta selalu tersedia di instalasi farmasi?
2. Apakah dilakukan pengecekan terlebih dahulu terdapat jenis obat dan BMHP
yang sudah di distribusikan?
3. Apakah jenis obat dan BMHP yang telah di distribusikan dari instalasi farmasi
sesuai dengan apa yang sudah dilakukan pada saat permintaan?
Ketepatan Jumlah
1. Apakah dilakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap jumlah obat dan
BMHP yang sudah di distribusikan?
2. Apakah jumlah obat dan BMHP yang telah di distribusikan dari instalasi
farmasi sesuai dengan apa yang sudah dilakukan pada saat permintaan?
Ketepatan Waktu
1. Kapan dilakukannya penyampaian berita dari petugas instalasi farmasi ke
petugas instalasi rawat inap?
2. Kapan dilakukannya pendistribusian obat dan BMHP dari instalasi farmasi ke
instalasi rawat inap?
3. Apakah waktu distribusi yang dilakukan dari instalasi farmasi ke instalasi
rawat inap di hari yang tetap atau yang sama pada setiap minggunya?
Lampiran 6
Pedoman Telaah Dokumen
Hasil
No. Dokumen Keterangan
Ya Tidak
1 Profil Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan
151
2 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan
3 Profil Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan
4 Job Desk atau Uraian Tugas
Pegawai Instalasi Farmasi
5 Formularium Rumah Sakit
7 Prosedur Kerja (SOP)
9 Laporan Pencatatan Stock
10 Laporan Stock Opname
Lampiran 7
Pedoman Observasi
No Hasil
Deskripsi Keterangan
. Ya Tidak
152
1 Membuat pembukuan obat dan
BMHP (9 buku)
a. Mencatat mutasi sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai
b. Memasukan harga obat kedalam
surat bukti barang keluar setiap
hari
c. Membuat berita acara serah terima
barang per faktur datang
d. Membuat dan mencatat buku
penerimaan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai
e. Membuat dan mencatat buku
barang habis pakai sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai
f. Membuat dan mencatat buku
mutasi barang pakai sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai
g. Membuat dan mencatat buku
rekapitulasi kartu persediaan
sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai
h. Membuat dan mencatat laporan
semesteran sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai
2 Stok Opname
a. Menyiapkan form stok opname
b. Mmenghitung jumlah sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai
c. Menyesuaikan jumlah dan tanggal
kadaluarsa sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai dengan
kartu stok
d. Merapikan susunan sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan
stok opname setiap bulan
3 Pengelolaan Barang Kadaluarsa
a. Mengkarantina barang kadaluarsa
b. Menghitung jumlah sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai yang masuk masa expire
153
c. Memasukan harga sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai
hingga diperoleh saldo
d. Menyiapkan data penghapusan
sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai
Lampiran 8
Pedoman Observasi
Uraian Tugas Kepala Bagian Pelayanan Farmasi Rawat Inap
154
No Hasil
Deskripsi Keterangan
. Ya Tidak
1 Entry resep (Rajal, Ranap, UGD, OK,
BPJS 23 hari)
2 Revisi entrian resep
3 Pengambilan atau penyiapan resep
obat
4 Etiketing resep
5 Peracikan obat
6 Penyerahan obat (pemberian
informasi obat kepada pasien)
7 Merekap pengeluaran obat di apotek
8 Penyerahan nomor antrian
9 Stock Opname rutin bulan
10 Mencatat dan menghitung fisik
pengeluaran obat Psikotropik dan
Narkotika
Lampiran 9
Pedoman Observasi
Uraian Tugas Petugas Pelaksanan Distribusi
155
No Hasil
Deskripsi Keterangan
. Ya Tidak
1 Mengambil form permintaan ruangan
setiap minggu
2 Menyiapkan barang medis habis
pakai untuk didistribusikan ke
ruangan
3 Distribusi sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai ke ruangan
4 Mengecek kesesuaian barang dengan
surat bukti barang keluar
5 Penyerahan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai ke ruangan
6 Stok opname (menghitung jumlah
sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai)
7 Stok opname (menyesuaikan jumlah
dan tanggal kadaluarsa sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai
dengan kartu stok)
8 Merapikan susunan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai ke
masing-masing lemarinya
9 Membuat paketan OK
10 Etiketing barang datang sesuai
dengan sumber anggaran (BLUD dan
E-Katalog)
11 Memindahkan barang kadaluarsa ke
tempat yang telah disediakan
12 Menjaga kebersihan gudang
Lampiran 10
Uraian Tugas Kepala Bagian Penyimpanan dan Distribusi di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017
156
Hasil
No. Deskripsi Keterangan
Ya Tidak
1. Membuat pembukuan obat dan Sudah melakukan sesuai
BMHP (9 buku) dengan uraian tugas yang
i. Mencatat mutasi sediaan sudah ditetapkan.
farmasi dan bahan medis √
habis pakai
j. Memasukan harga obat
kedalam surat bukti barang √
keluar setiap hari
k. Membuat berita acara serah
terima barang per faktur √
datang
l. Membuat dan mencatat
buku penerimaan sediaan √
farmasi dan bahan medis
habis pakai
m. Membuat dan mencatat
buku barang habis pakai √
sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai
n. Membuat dan mencatat
buku mutasi barang pakai √
sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai
o. Membuat dan mencatat
buku rekapitulasi kartu √
persediaan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai
p. Membuat dan mencatat
laporan semesteran sediaan
farmasi dan bahan medis √
habis pakai
157
j. Mengkoordinasikan
pelaksanaan stok opname
setiap bulan
3. Pengelolaan Barang Sudah melakukan sesuai
Kadaluarsa dengan uraian tugas yang
e. Mengkarantina barang √ sudah ditetapkan.
kadaluarsa
f. Menghitung jumlah sediaan
farmasi dan bahan medis √
habis pakai yang masuk
masa expire
g. Memasukan harga sediaan
farmasi dan bahan medis √
habis pakai hingga diperoleh
saldo
h. Menyiapkan data
penghapusan sediaan √
farmasi dan bahan medis
habis pakai
Sumber: Hasil Observasi
Hasil
No. Deskripsi Keterangan
Ya Tidak
158
1. Entry resep (Rajal, Ranap,
√
UGD, OK, BPJS 23 hari)
2. Revisi entrian resep √
3. Pengambilan atau penyiapan
√
resep obat
4. Etiketing resep √
5. Peracikan obat √
6. Penyerahan obat (pemberian
√
informasi obat kepada pasien)
7. Merekap pengeluaran obat di
√
apotek
8. Penyerahan nomor antrian √
9. Stock Opname rutin bulan √
10 Mencatat dan menghitung fisik
pengeluaran obat Psikotropik √
dan Narkotika
Sumber: Hasil Observasi
Hasil
No. Deskripsi Keterangan
Ya Tidak
159
1. Mengambil form permintaan
√
ruangan setiap minggu
2. Menyiapkan barang medis
habis pakai untuk √
didistribusikan ke ruangan
3. Distribusi sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai ke √
ruangan
4. Mengecek kesesuaian barang
dengan surat bukti barang √
keluar
5. Penyerahan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai ke √
ruangan
6. Stok opname (menghitung Pada saat melakukan
jumlah sediaan farmasi dan √ observasi, stok opname
bahan medis habis pakai) sudah dilakukan di bulan
7. Stok opname (menyesuaikan februari, sedangkan jadwal
jumlah dan tanggal kadaluarsa stok opname dilakukan
sediaan farmasi dan bahan √ setiap tiga bulan sekali, jadi
medis habis pakai dengan kartu baru diadakan stok opname
stok) lagi dibulan Mei
8. Merapikan susunan sediaan
farmasi dan bahan medis habis
√
pakai ke masing-masing
lemarinya
9. Membuat paketan OK Yang membuat paketan OK
adalah apoteker di apotik
yang sudah ditunjuk untuk
√
bertanggung jawab pada
resep ataupun paketan ke
OK.
10. Etiketing barang datang sesuai
dengan sumber anggaran √
(BLUD dan E-Katalog)
11. Memindahkan barang
kadaluarsa ke tempat yang √
telah disediakan
12. Menjaga kebersihan gudang √
Sumber: Hasil Observasi
160
Ya Tidak
1 Petugas gudang melakukan Petugas gudang hanya
cek fisik BMHP yang ada di langsung memberikan dan
ruangan di unit pelayanan mengambil Form Permintaan
Barang diruang rawat inap
√
yang sudah ditandatangani oleh
kepala ruangan atau perawat,
tanpa melakukan cek fisik
BMHP yang ada diruangan.
2 Kepala ruangan atau petugas
yang ditunjuk mengisi dan
√
menandatangani Form
Permintaan Barang
3 Petugas gudang mengambil
Form Permintaan BMHP di
√
seluruh ruangan Unit
Pelayanan
4 Petugas gudang menyiapkan
BMHP sesuai Form
√
Permintaan BMHP dan stok
yang tersedia
5 Penanggung jawab gudang
membuat Surat Bukti
Barang Keluar (SBBK) √
sesuai dengan BMHP yang
dikeluarkan
6 Melakukan pengecekan BMHP yang sudah
jumlah BMHP dengan didistribusikan dari gudang ke
SBBK bersama dengan ruang rawat inap langsung
petugas gudang dan unit ditandatangani SBBK oleh
pelayanan yang meminta kepala ruangan atau perawat,
√ kemudian BMHP langsung
dimasukan ke dalam lemari
penyimpanan tanpa melakukan
pengecekan jumlah BMHP
secara bersama (petugas
gudang dan perawat).
7 BMHP diterima dan SBBK
ditandatangani oleh kepala
√
ruangan atau petugas yang
mewakili
8 SBBK ditandatangani
penyimpan barang dan √
pejabat yang berwewenang
9 SBBK diarsipkan oleh
√
penanggungjawab gudang
Sumber: Hasil Observasi
161
Standar Prosedur Operasional
Pelayanan Pasien Rawat Inap
RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
Hasil
No. Uraian Kegiatan Keterangan
Ya Tidak
1 Melakukan penerimaan dan
pemeriksaan kelengkapan √
dan keabsahan resep, serta
162
melakukan pemeriksaan
kesesuaian farmasetik
2 Mengkonsultasikan kepada
dokter penulis resep jika ada √
ketidakjelasan
3 Melakukan proses
administrasi sepeti
pemasukan data resep ke √
Sistem Informasi Rumah
Sakit
4 Menyiapkan perbekalan
kesehatan sesuai dengan √
permintaan resep
5 Menyerahkan perbekalan
kesehatan kepada perawat
√
ruangan/petugas lain yang
ditunjuk
6 Mencatat pengeluaran
√
dalam form rekapan
7 Mengarsipkan rekapan dan
√
resep sesuai jenisnya
Sumber: Hasil Observasi
163
MATRIKS WAWANCARA MENDALAM
Jawaban
No. Domain Kesimpulan
INF1 INF2 INF2 IRI01 IRI02 IRI03
Sumber Daya Manusia (SDM)
1 Jumlah tenaga Semua pegawai Farmasis, Semua pegawai Yang Kepala ruangan, Semuanya Sebagian besar
yang terlibat terlibat dalam perawat, dokter, ikut andil dan bertanggung katim dan terlibat informan
distribusi obat dan tenaga medis. perawat jawab kepala pelaksana atau terutama katim menjelaskan
dan BMHP di Tapi pada waktu ruangan. ruangan, tapi perawat bahwa tenaga
IRI serta tertentu, tenaga kalau ada ruangan yang terlibat
perawat. kerja dibantu oleh permintaan bisa dalam distribusi
siswa/mahasiswa penanggung obat dan BMHP
yang sedang PKL jawab khusus adalah semua
maupun magang. atau perawat. tenaga yang ada
di instalasi
farmasi dan
perawat di
instalasi rawat
inap. Sebagian
kecil
menjelaskan
bahwa pada
disaat tertentu
tenaga kerja
akan dibantu
oleh siswa/
mahasiswa yang
sedang PKL
maupun
magang.
2 Uraian tugas Kepala Kalau kepala Petugas Seluruh
distribusi bagian pelayanan pelaksana informan
bertugas farmasi rawat bertugas menjelaskan
membuat inap entry resep, mengamprah, bahwa uraian
pembukuan revisi entrian mengambil tugas dari
obat dan BMHP resep, form masing-masing
164
seperti mencatat pengambilan atau permintaan pegawai sebagai
barang yang penyiapan resep ruangan setiap berikut:
keluar dan obat, etiketing minggu, a. Kepala
masuk, resep, peracikan menyiapkan bagian
kemudian stok obat dan merekap barang, distribusi
opname, pengeluaran obat distribusiin bertugas
pengelolaan diapotik. Kalau barang sebagai
barang kepala bagian tersebut, pembuat
kadaluarsa dan distribusi mengecek laporan dan
retur barang. mencatat barang kesesuaian mencatat
Kalau kepala yang keluar dan barang dan setiap barang
bagian masuk. penyerahan yang keluar
pelayanan Sedangkan barang. Kalau dan masuk.
farmasi rawat petugas pelaksana kepala bagian b. Kepala
inap entry yang melakukan distribusi yang bagian
resep, distribusinya membuat pelayanan
pengambilan misalnya laporan dan farmasi rawat
dan penyiapan mengamprah, mencatat setiap inap bertugas
resep obat dan menyiapkan dan barang masuk sebagai entry
peracikan obat. mendistribusikan dan keluar. resep,
Sedangkan Sedangkan pengambilan
petugas kepala bagian atau
pelaksana farmasi rawat penyiapan
distribusi inap yang resep dan
mengambil bertanggung peracikan
form jawab terhadap resep.
permintaan resep pasien c. Petugas
ruangan, seperti meracik pelaksana
menyiapkan obat dan lain- bertugas
barang atau lain. sebagai yang
mengamprah, melakukan
kemudian amprahan,
distribusiin memberikan
barang tersebut form
keruangan dan permintaan ke
mengecek ruangan,
165
kesesuaian meyiapkan
barang. barang dan
melakukan
pengecekan
kesesuaian
barang.
3 Latar belakang pendidikan
a. Pendidikan Latar belakang SMF, D3, S1 dan SMA, SMF, Seluruh
formal pegawai adalah Apt D3, dan Apt. informan
SMA, SMF, menjelaskan
D3, S1, dan bahwa latar
Apt. pendidikan
formal dari
tenaga kerja
adalah SMA,
SMF, D3, S1
dan Apt.
b. Pendidikan Belum pernah Untuk apoteker Pelatihan Untuk pelatihan Pelatihan Untuk Sebagian besar
non formal sudah ada, tapi distribusi obat khusus distribusi obat pelatihan diluar informan
bukan pelatihan dan BMHP distribusi obat dan bmhp untuk distribusi obat menjelaskan
tentang distribusi belum pernah dan bmhp perawat belum dan bmhp bahwa belum
obat dan BMHP. ada. untuk perawat ada. sudah pernah. pernah
belum ada. mengikuti
pelatihan terkait
distribusi obat
dan BMHP.
Sebagian kecil
menjelaskan
bahwa sudah
pernah ikut
pelatihan namun
bukan pelatihan
terkait distribusi
obat dan BMHP.
Sarana
166
1 Fasilitas yang Tersedia 1 Untuk obat 2 trolley, 1 Kalau bmhp Kalau resep Trolley dan Sebagian besar
digunakan mobil, 2 trolley, menggunakan mobil, plastic dari gudang banyak kardus. Kalau informan
dan plastic klip warna klip obat, dan menggunakan menggunakan untuk resep menjelaskan
menggunkan biru, dan untuk karton/kardus trolley dan kursi roda, banyak bahwa fasilitas
kardus untuk bmhp kardus. Tapi kalau sedikit menggunakan yang digunakan
meletakkan menggunakan kalau untuk ke dibawa sendiri kursi roda untuk distribusi
barang trolley. apotik begitu saja oleh obat dan BMHP
sementara menggunakan perawat. Kalau adalah 1 mobil,
sebelum kursi roda. untuk bmhp dari 2 trolley, kardus,
diletakkan ke gudang dan palstik klip.
alat angkut. menggunakan Sebagian kecil
trolley. menjelaskan
bahwa fasilitas
yang digunakan
adalah kursi
roda dari
instalasi rawat
inap.
2 Ketersediaan Untuk trolley Untuk saat ini Trolley dan Untuk tempat Sudah Sudah Seluruh
sudah sudah mencukupi, mobil sudah penyimpanan mencukupi, tapi mencukupi, informan
mencukupi, tapi untuk kearah mencukupi, BMHP sudah kalu untuk walaupun mejelaskan
karena dilihat yang lebih baik hanya saja mencukupi dan akreditasi masih belum sesuai bahwa
dari tempat masih dibilang kondisi trolley untuk obat belum seperti standard namun ketersediaan
penyimpanan ada yang kurang saat ini sedikit hanya obat kotak obat yang ruangan untuk fasilitas yang
alat tersebut seperti tempat ada kerusakan emergency saja masih kurang. tempat meracik digunakan untuk
(gudang) yang penyimpanan obat dan kurang yang kita stok obat tersebut, distribusi obat
masih sempit, dan bmhp masih kendaraan roda diruangan dan karena dan BMHP
terpisah dan seadanya, masih dua untuk obat sistem diruangan ini sudah
jauh. butuh rak-rak dan BMHP informasi masih meracik mencukupi,
obat untuk pasien. yang bersifat rumah sakit obat sendiri namun masih
cito karena masih dari apotik, terdapat kendala
kondisi gudang dikatakan karena atau kurangnya
yang masih kurang bagus. kurangnya fasilitas seperti
terletak pisah tenaga apotik, kondisi gudang
dan jauh. jadi tempat yang sempit,
meracik obat terpisah dan
167
dan tempat jauh. Selain itu,
penyimpanan masih kurang
masih rak-rak obat
digabung. untuk pasien,
Dibutuhkan dan kurang
trolley khusus kendaraan roda
ruangan. dua untuk
barang yang
bersifat cito.
Prosedur
1 Pedoman yang Bekerja Bekerja Bekerja Sebagian besar
digunakan menggunakan menggunkan menggunakan informan
pedoman pedoman berupa pedoman menjelaskan
berupa standar standar berupa standar bahwa bekerja
operasional operasional operasional menggunakan
prosedur (SOP). prosedur (SOP) prosedur pedoman berupa
SOP tersebut yang dikeluarkan (SOP), namun standar
berisikan oleh direktur. tidak operasional
berdasarkan mengetahui prosedur (SOP).
dari kegiatan SOP tersebut Sebagiannya
sehari-hari yang seperti apa kecilnya
dilakukan. karena tidak menjelaskan
pernah bahwa SOP
mendapatkan tersebut
dokumen berdaraskan dari
tersebut dan hasil kegiatan
tidak ada sehari-hari yang
sosialisasi dilakukan, dan
terkait SOP sebagaian
tersebut. kecilnya lagi
menjelaskan
bahwa bekerja
menggunakan
SOP namun
tidak
mengetahui SOP
168
tersebut seperti
apa karena tidak
pernah
mendapatkan
dokumen
tersebut serta
tidak ada
sosialisasi
terkait SOP
tersebut.
Proses Administrasi
1 Periode yang Setiap Untuk merekap Setiap ada obat Seluruh
dilakukan dilakukan resep setiap hari, dan BMHP informan
pengambilan kalau untuk yang keluar menjelaskan
barang setelah pemeriksaan ED dilakuan bahawa periode
dilakukan atau stok opname pencatatan dan yang dilakukan
permintaan setiap sebulan rekapan. dalam proses
barang sekali, dan untuk administrasi
kemudian di pengambilan adalah setiap
entry di Surat barang/bmhp kali dilakukan
Bukti Barang setiap barang permintaan
Keluar (SBBK) keluar dicatat. barang masuk
dan dimasukan maupun barang
ke laporan keluar.
pengeluaran
barang. Agar
mengetahui
jumlah stok
akhir.
Proses Penyampain Berita
1 Tenaga yang Petugas gudang, Petugas gudang, Kepala Kepala Kepala ruangan, Karu, katim, Seluruh
terlibat dan kepala petugas apotik, ruangan, ruangan, perawat dan perawat dan infroman
ruangan atau dan perawat. perawat, perawat dan petugas gudang. petugas menjelaskan
perawat. petugas gudang petugas gudang. bahwa tenaga
dan petugas instalasi yang terlibat
apotik. farmasi dalam proses
169
penyampaian
berita adalah
petugas gudang,
petugas apotik
dan kepala
ruangan atau
perawat
diruangan.
2 Metode Untuk distrbusi Untuk permintaan Menggunakan Formatnya Kalau sekarang Kalau bersifat Seluruh
BMHP dari melalui resep. lisan dan form orang gudang sudah tidak cito informan
gudang ke IRI untuk bmhp. dilakukan perlu menggunakan menjelaskan
menggunakan Untuk bmhp Untuk obat keliling disetiap menggunakan telpon terlebih bahwa metode
form melalui form menggunakan ruangan, kalau telpon lagi, dahulu karena yang digunakan
permintaan permintaan resep. obat tergantung karena sudah emergency, dalam proses
barang dan barang. resep pasien. ada pegawai mamti baru penyampaian
surat bukti yang datang resepnya berita
barang keluar keruangan diturinin ke menggunakan
untuk ruangan. seminggu sekali apotik. Kalau form permintaan
untuk untuk bmhp untuk BMHP
Untuk distribusi memberikan menggunakan dan melalui
obat dari apotik form form resep untuk
ke IRI permintaan permintaan. obat.
menggunakan barang apa yang
resep pasien habis nanti
dari dokter. kepala ruangan
yang nulis di
form
permintaan.
Kalau obat kita
sesuaikan
dengan resep
saja.
3 Waktu Untuk obat Untuk resep Bmhp Setiap hari Bmhp setiap Setiap hari Seluruh
tergantung setiap hari. keruangan kamis petugas seminggu kalau resep. infroman
resep pasien. dilakukan gudang keliling sekali. Kalau Kalau bmhp menjeleskan
setiap hari memberikan obat setiap hari. bahwa waktu
170
Untuk BMHP Untuk obat dan kamis dan format seminggi yang dilakukan
dilakukan bmhp keapotik jum’at serta permintaan, dan sekali. untuk distribusi
seminggu sekali setiap hari, dan obat setiap besonya baru obat dilakukan
pada hari kamis bmhp keruangan resep yang didistribusiin. setiap kali atau
untuk seminggu sekali. datang. Kalau obat setiap hari
pemberian dan setiap malam tergantung resep
pengambilan memberikan pasien,
form resep ke apotik, sedangkan
permintaan besok pagi baru distribusi BMHP
barang. Hari kita ambil. dilakukan setiap
jum’at seminggu sekali
pemberian pada hari kamis
bmhp dan Jum’at.
keruangan.
4 Kendala Belum ada Sistem informasi Belum ada Perlu diadakan Perlu diaktifin Kalau untuk Sebagian besar
komputerisasi. rumah sakit (SIR) komputerisasi, komputerisasi sistem obat yang infroman
belum selama ini agar tidak perlu infromasi bukan menjelaskan
sepenuhnya hanya langsung kesana-kesini rumah sakit. emergency, bahwa masih
berjalan. komunikasi melakukan suka ditemukan terdapat kendala
antara pegawai permintaan. mis komunikasi terkait proses
dan perawat. antara petugas panyampaian
gudang dengan berita yaitu
petugas apotik, belum terdapat
misalkan sistem
barang yang komputerisasi.
diminta ini, tapi Sebagian kecil
di apotik menjelaskan
dibilang tidak bahwa kendala
ada, sedangkan yang terkait
ketika ditanya proses
di gudang penyampaian
kalau barang berita adalah
tersebut ada. masih terdapat
Tidak tahu mis komunikasi
petugas yang antara petugas
baru, atau instalasi farmasi
171
petugas yang dengan perawat
tidak di instalasi rawat
mengetahui inap.
nama barang
tersebut.
Proses Pengeluaran Fisik Barang
1 Tenaga yang Petugas gudang Untuk apotik Petugas gudang Seluruh
terlibat untuk obat dan petugas apotik. dan petugas informan
BMHP Untuk di gudang apotik. menjelaskan
digudang. petugas gudang. bahwa tenaga
Petugas Apotik yang terlibat
untuk obat dan dalam proses
BMHP di pengeluaran
Apotik. fisik barang
adalah petugas
instalasi farmasi
baik petugas
apoti maupun
petugas gudang.
2 Metode Pengeluaran FIFO dan FEFO Dilihat dari Seluruh
barang ED, jika ED infroman
menggunakan dekat, maka itu menjelaskan
metode FIFO yang duluan bahwa metode
dan FEFO. dikeluarin. yang digunakan
dalam proses
pengeluaran
fisik barang
adalah metode
FIFO dan FEFO.
3 Kendala Kendala untuk Tempat Karena masih Seluruh
obat, karena penyimpanan rak manual, jadi informan
barangnya dari obat dan bmhp masih ada menjelaskan
berbagai macam yang masih ditemukan bahwa masih
sumber, salah kurang. ketidaksamaan terdapat kendala
satunya adalah antara jumlah dalam proses
terdapat satu stok barang pengeluaran
172
barang dengan yang tersimpan fisik barang
dua sumber dirak dengan seperti masih
dana dan sudah jumlah stok di terdapat satu
ditentukan kartu stok, barang dengan
permasing- dikarenakan dua sumber
masing dana petugas yang dana, rak
dengan suka lupa penyimpanan
ruangannya. sehingga ada barang yang
Kendala untuk keselisihan. masih kurang
bmhp untuk dan belum
saat ini tidak terdapat sistem
ada. komputersasi.
Proses Angkutan
1 Tenaga yang Petugas gudang Perawat dan Petugas gudang Petugas Petugas gudang Perawat dan Seluruh
terlibat dan perawat petugas gudang. dan perawat. instalasi dan perawat petugas gudang informan
ruangan. farmasi dan menjelaskan
perawat bahwa tenaga
yang terlibat
dalam proses
angkutan adalah
petugas gudang
untuk distribusi
BMHP dan
perawat untuk
distribusi obat
2 Alat angkut 1 trolley, dan 1 trolley atau 1 trolley, dan Kursi roda dan 1 trolley dari Dibawa sendiri Sebagian besar
yang digunakan karton atau dibawa sendiri kardus. dibawa sendiri gudang, dibawa jika sedikit, informan
kardus. oleh perawat. jika tidak berat. sendiri dan jika banyak menjelaskan
kursi roda. menggunakan bahwa alat
kursi roda dan angkut yang
trolley untuk digunakan
distribusi bmhp dalam distribusi
keruangan. oat dan BMHP
adalah 1 buah
trolley dan
kardus. Sebagian
173
kecil informan
menjelaskan
bahwa alat
angkut yang
digunakan
adalah kursi
roda dan
diangkut sendiri
dengan tangan
oleh perawat.
3 Tahapan Disiapkan dulu Ada barang yang Pertama Seluruh
penyusunan di barang yang mau disiapkan informan
alat angkut mau di didstribusikan, terlebih dahulu menjelaskan
distribusi sesuai masukan ke barangnya, bahwa tahapan
ruangan, kardus sesuai kemudian penyusunan di
kemudian ruangan dipisahkan alat angkut
disusun kemudian peruangan. adalah
sementara di diletakkan ke Kedua mempersiapkan
dalam kardus trolley dan masukan barangnya
dan kemudian didistribusikan. kedalam kardus terlebih dahulu
diletakkan ke untuk sesuai ruangan,
trolley. sementara agar kemudian
terlihat lebih dimasukan ke
rapih dan dalam kardus
tersusun. untuk
Kemudian baru penyimpanan
diletakkan di sementara sesuai
trolley dan ruangan,
didistribusikan kemudian
perlantai. diletakkan dan
disusun rapih di
trolley dan
terakhir
didistribusikan
ke setiap
ruangan.
174
4 Kendala Ukuran trolley Tidak ada. Trolley yang Belum ada Perlu diadakan Butuh trolley Seluruh
yang masih sudah ada trolley trolley khusus khusus. informan
belum terdapat sedikit ruangan. menjelasakan
memadai. kerusakan dan bahwa masih
perlu diadakan terdapat kendala
kendaraan roda dalam proses
dua untuk angkutan seperti
barang yang trolley, karena
bersifat cito. trolley yang
sudah ada masih
dikatakan
kurang sehingga
perlu diadakan
trolley khusus di
ruangan dan
trolley yang
sudah ada,
terdapat sedikit
kerusakan
maupun ukuran
trolley yang
belum memadai.
Proses Pembongkaran dan Pemuatan
1 Tenaga yang Sudah tanggung Perawat Kepala ruangan Petugas dan Petugas dan Semua perawat Seluruh
terlibat jawab perawat diruangan. dan perawat itu perawat perawat terlibat. informan
di ruangan. sendiri. menjelaskan
bahwa tenaga
yang terlibat
dalam proses
pembongkaran
dan pemuatan
adalah perawat
diruangan.
2 Tahapan Untuk Sudah Untuk Langsung serah Diterima dan Datang dari Sebagian besar
pembongkaran pembongkaran sepenuhnya pembongkaran terima dan dimasukan apotik atau informan
dilakukan dilakukan dimasukan ke gudang, terus menjelaskan
175
dan pemuatan pengecekan tanggung jawab pengecekan tempat sesuai jenis diterima bahwa proses
barang terlebih dahulu, pegawai. secara penyimpanan. penyimpanan. kemudian di pembongkaran
untuk pemuatan bersama-sama simpan dilakukan
sudah tanggung antar petugas ditempat pengecekan
jawab perawat. dan perawat. penyimpanan. terlebih dahulu
Untuk dan proses
pemuatan pemuatan sudah
sudah tanggung tanggung jawab
jawab kepala perawat
ruangan atau diruangan.
perawat. Sebagian kecil
menjelaskan
bahwa proses
pembongkaran
dan pemuatan
barang adalah
serah terima dan
kemudian di
simpan ditempat
penyimpanan.
3 Kendala Terdapat Masih kurangnya Masih terdapat Kurangnya Kurang kotak Kurang Seluruh
penumpukan pegawai untuk penumpukan tenaga/perawat obat dan bmhp ruangan untuk informan
barang di melakukan barang di sehingga untuk tempat steril menjelaskan
ruangan pada pengecekan obat tempat perawat terlalu penyimpanan, yang obat bahwa masih
saat pemuatan hight penyimpanan tumpang tindih jadi masih ada diracik. terdapat kendala
dipenyimpanan alert/emergency barang dan tidak yang dicampur. dalam proses
barang. diruangan. diruangan. melalukan pembongkaran
pengecekan dan pemuatan
barang yang barang seperti
masuk. masih terdapat
penumpukan
barang pada saat
pemuatan
ditempat
penyimpanan,
masih
176
kurangnya
pegawai untuk
melakukan
pengecekan, dan
kurang tempat
penyimpanan
obat maupun
BMHP.
Tersalurnya obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap
1 Kualitas obat Kualitas obat Sejauh ini baik- Tidak menentu Sebagian besar
dan BMHP dan BMHP baik saja, karena pernah informan
sesuai dengan karena pernah ada obat yang menjelaskan
diminta saja, sebelumnya dekat-dekat bahwa kualitas
karena kalau ditemukan obat dengan expire, obat dan BMHP
untuk obat yang expirenya obat injeksi masih dikatakan
pernah sudah hampir yang berubah sesuai dengan
ditemukan obat mendekati, warnanya, yang diminta
yang kemudian bmhp seperti dan baik-baik
seharusnya pernah ada handscoon saja, namun
putih, tapi saat kemasan obat pernah masih terdapat
didistribusikan dan bmhp yang ditemukan kendala atau
obatnya sudah cacat atau sudah kerusakan yang
berubah warna rusak. berjamur, terjadi
kuning. aroma wangi diantaranya
Terdapat obat bedak bayi perubahan
yang sudah yang sudah warna pada obat
pecah dan ada tidak sedap yang injeksi atau
obat yang satu lagi, dan cair, obat yang
bulan mau pernah sudah hamper
expire tetap dilakukan retur habis masa
diresepin atau terhadap expirenya, masih
distribusikan baranng yang diresepkan atu
serta terjadi rusak, tapi hari didistribusikan
penumpukan besoknya tetap dan masih
obat akibat barang yang ditemukan
tidak langsung seperti itu lagi kemasan obat
177
diretur karena yang dan BMHP yang
SDM atau didistribusikan rusak atau cacat.
perawat kurang. Sebagian kecil
Kalau untuk informan
bmhp tidak ada. menjelaskan
bahwa kualitas
obat dan BMHP
masih tidak
menentu, karena
masih
ditemukan
kerusakan pada
obat maupun
BMHP.
3 Dilakukan Kalau obat Obat dilakukan Dilakukan Seluruh
pengecekan dilakukan pengecekan, pengecekkan informan
pengecekan tapi kalau bmhp terlebih dahulu menjelaskan
karena harus tidak dilakukan bahwa dilakukan
sesuai dengan pengecekan. pengecekan
resep, kalau terlebih dahulu
bmhp tidak. pada obat dan
BMHP.
Ketepatan Jenis
1 Ketersediaan Kadang ada, Tidak menentu Kadang-kadang Seluruh
obat dan kadang tidak karena kalau karena masih infroman
BMHP tersedia karena bmhp tidak suka ditemukan menjelaskan
obat yang pernah barang yang bahwa
diminta dengan ditemukan diminta apa, ketersedian obat
yang kesalahan jenis. tapi yang dan BMHP
didistribusikan Kalau obat diberikan masih dapat
kadang tidak kadang suka berbeda. dikatakan tidak
sama, ada tapi ditemukan menentu, karena
dengan merek ketidaksamaan masih
yang berbeda. jenis yang ditemukan
Kalau untuk diminta dengan beberapa
kesalahan pada
178
bmhp saat ini yang jenis misalnya
tidak ada. disitiribusikan. jenis obat yang
diminta dengan
yang
didistribusikan
masih terdapat
ketidaksamaan.
Sedangkan
BMHP belum
pernah
ditemukan
kesalahan jenis.
2 Dilakukan Kalau obat Kadang Untuk obat 2 (dua) orang
pengecekan dilakukan dilakukan dilakukan informan
pengecekkan, pengecekan, pengecekan, menjelaskan
tapi kalau bmhp kadang tidak, untuk bmhp bahwa untuk
langsung tergantung tidak. obat dilakukan
dimasukan ke tingkat pengecekan
tempat kesibukan jenis sedangkat
penyimpanan. kepala ruangan BMHP tidak
dan perawat dilakukan
pada saat itu. pengecekan.
Sedangkan 1
(satu) orang
informan
mengatakan
bahwa
pengecekan
dilakukan
tergantung
tingkat
kesibukan
kepala ruangan
atau perawat
diruangan.
Ketepatan Jumlah
179
1 Jumlah yang Kalau obat Kalau bmhp Sesuai kalau Seluruh
diberikan palingan tidak suka tidak dari gudang informan
ada. Tapi kalau sesuai dengan yang untuk menjelaskan
bmhp, jika jumlah yang permintaan bahwa jumlah
jumlahnya tidak diminta dengan bmhp, kecuali BMHP yang
sesuai dihari yang kalau lagi tidak diberikan dari
itu, dihari didistribusikan, ada, dari gudang farmasi
besoknya akan kalau kurang gudang ke instalasi
dipenuhi atau pinjem konfirmasi rawat inap masih
dikirim lagi, keruangan kalau barang terdapat
atau jika sebelah. Kalau kosong. Kalau kesalahan
bersifat cito obat tidak dari apotik, jumlah atau
pinjem terlebih pernah suka beda jumlah yang
dahulu dengan ditemukan jumlah antara diberikan tidak
ruangan lain, kesalahan jumlah barang sesuai dengan
baru nanti kalau jumlah karena yang diminta yang diminta
sudah ada harus sesuai dengan yang dengan yang
dikembalikan. dengan resep. diberikan. diberikan,
Misalkan butuh namun hal
dispo 15 buah tersebut jika
untuk satu hari bersifat cito
24 jam, tapi maka dapat
nanti diatasi segera
dikasihnya dengan cara
Cuma 5 dari meminjam
apotik, jadi barang dengan
sangat jauh ruangan rawat
perbedaannya. inap yang lain
dan jika barang
tersebut sudah
diberikan
kembali oleh
gudang farmasi
maka ruangan
ranap yang
meminjam
180
barang, berhak
mengembalikan
barang yang
telah dipinjam
dari ranap lain.
Sedangkan
jumlah obat
tidak pernah
ditemukan
kesalahah
jumlah.
Ketepatan Waktu
1 Waktu yang Kalau obat Bmhp seminggu Kalau bmhp Seluruh
dilakukan tergantung sekali hari seminggu informan
resep, kamis dan sekali. menjelaskan
diresepkan jmu’at. Kalau Misalkan bahwa waktu
malam ke obat setiap hari. minggu ini yang dilakukan
apotik, besok setiap hari dalam distribusi
pagi baru kamis dan obat adalah
diambil di jum’at tapi setiap hari atau
apotik oleh nanti minggu setiap kali ada
perawat. Kalau besok bisa resep pasien,
untuk bmhp lebih cepat hari sedangkan
seminggu selasa dan rabu, distribusi BMHP
sekali. tidak tahu dilakukan pada
karena mereka setiap seminggu
kerajinan atau sekali.
apa. Kalau
untuk obat
setiap
diresepkan.
2 Mengganggu Tidak Tidak, karena Tidak, suka Seluruh
waktu distribusi lebih cepat informan
pelayanan dilakukan setiap saja. mengatakan
pagi untuk bahwa waktu
yang sudah
181
bahan medis ditentukan tidak
habis pakai mengganggu
waktu pelayanan
pada saat di
instalasi rawat
inap.
MATRIKS WAWANCARA
Jawaban
Pertanyaan Kesimpulan
INF1 INF2 INF3 IRI1 IRI2 IRI3
INPUT
SDM
Berapa jumlah 25 Apoteker 7 Petugas di 20 Sebelumnya ada 16 -
pegawai saat ini? Aisten Apoteker gudang 5 14 ditambah 2,
15 Selebihnya di tapi yang
Admin 3 apotik. berhenti 1 jadi
15 sekarang.
Siapa saja yang Semua pegawai Farmasis, perawat, Semua pegawai Yang Kepala ruangan, Semuanya Semua pegawai di
terlibat dalam terlibat dalam dokter, dan tenaga ikut andil dan bertanggung katim dan terlibat instalasi farmasi
distribusi obat dan distribusi obat medis. perawat jawab kepala pelaksana atau terutama katim dan perawat di
BMHP di dan BMHP di ruangan. ruangan, tapi perawat ruangan instalasi rawat
Instalasi Rawat IRI serta kalau ada inap ikut terlibat
Inap? perawat. permintaan bisa dalam distribusi
182
penanggung obat dan BMHP
jawab khusus di Intalasi Rawat
atau perawat. Inap.
Bagaimanakah Kepala Kalau kepala Petugas Seluruh informan
gambaran uraian distribusi bagian pelayanan pelaksana menjelaskan
tugas dari masing- bertugas farmasi rawat inap bertugas bahwa uraian
masing petugas membuat entry resep, revisi mengamprah, tugas dari masing-
distribusi obat dan pembukuan obat entrian resep, mengambil masing pegawai
BMHP? dan BMHP pengambilan atau form sebagai berikut:
seperti mencatat penyiapan resep permintaan a. Kepala bagian
barang yang obat, etiketing ruangan setiap distribusi
keluar dan resep, peracikan minggu, bertugas
masuk, obat dan merekap menyiapkan sebagai
kemudian stok pengeluaran obat barang, pembuat
opname, diapotik. Kalau distribusiin laporan dan
pengelolaan kepala bagian barang tersebut, mencatat
barang distribusi mengecek setiap barang
kadaluarsa dan mencatat barang kesesuaian yang keluar
retur barang. yang keluar dan barang dan dan masuk.
Kalau kepala masuk. Sedangkan penyerahan b. Kepala bagian
bagian petugas pelaksana barang. Kalau pelayanan
pelayanan yang melakukan kepala bagian farmasi rawat
farmasi rawat distribusinya distribusi yang inap bertugas
inap entry resep, misalnya membuat sebagai entry
pengambilan mengamprah, laporan dan resep,
dan penyiapan menyiapkan dan mencatat setiap pengambilan
resep obat dan mendistribusikan barang masuk atau penyiapan
peracikan obat. dan keluar. resep dan
Sedangkan Sedangkan peracikan
petugas kepala bagian resep.
pelaksana farmasi rawat c. Petugas
distribusi inap yang pelaksana
mengambil form bertanggung bertugas
permintaan jawab terhadap sebagai yang
ruangan, resep pasien melakukan
menyiapkan seperti meracik amprahan,
183
barang atau obat dan lain- memberikan
mengamprah, lain. form
kemudian permintaan ke
distribusiin ruangan,
barang tersebut meyiapkan
keruangan dan barang dan
mengecek melakukan
kesesuaian pengecekan
barang. kesesuaian
barang.
Apa saja latar Latar belakang SMF, D3, S1 dan SMA, SMF, Latar belakang
belakang pegawai adalah Apt D3, dan Apt. pendidikan
pendidikan SMA, SMF, D3, pegawai di
pegawai? S1, dan Apt. instalasi farmasi
masih bervariasi
yaitu SMA, SMF,
D3, S1 dan Apt.
Bagaimana Belum pernah Untuk apoteker Pelatihan Untuk pelatihan Pelatihan Untuk pelatihan Sebagian besar
dengan pelatihan sudah ada, tapi distribusi obat khusus distribusi obat diluar distribusi informan
khusus yang bukan pelatihan dan BMHP distribusi obat dan bmhp untuk obat dan bmhp menjelaskan
pernah diikuti tentang distribusi belum pernah dan bmhp untuk perawat belum sudah pernah. bahwa belum
oleh petugas obat dan BMHP. ada. perawat belum ada. pernah mengikuti
terkait distribusi ada. pelatihan terkait
obat dan BMHP? distribusi obat dan
BMHP. Sebagian
kecil menjelaskan
bahwa sudah
pernah ikut
pelatihan namun
bukan pelatihan
terkait distribusi
obat dan BMHP.
Berapa jumlah Di gudang tidak Di apotik terbagi 4 Di gudang 3 (pagi, siang, Shift terbagi 3: Pagi, siang, dan Untuk pegawai di
shift pegawai? terdapat shift. Di shift: Pagi (07.00- setiap hari dan malam) pagi, siang, malam apotik memiliki 4
apotik dibagi 4 14.00), Middle masuk dari malam shift yaitu shift
shift. (10.00-17.00), Senin – Jum’at pagi (07.00-
184
Siang (14.00- dan hari Sabtu 14.00), shift
21.00), dan dan Minggu midlle (10.00-
Malam (21.00- libur, karena 17.00), shift siang
07.00). Untuk ikut manajemen (14.00-21.00), dan
gudang tidak ada di atas. Kalau shift malam
shift, melainkan apotik terdapat (21.00-07.00).
masuk dari hari 4 shift. Untuk pegawai di
Senin-Jum’at dari gudang tidak
jam 07.00-16.00. memiliki shift,
karena jadwal
mereka mengikut
jadwal
manajamen yaitu
masuk setiap hari
Senin-Jum’at dari
jam 07.00-16.00.
dan Untuk seluruh
perawat diruangan
memiliki 3 shift
yaitu shift pagi,
siang dan malam.
SARANA
Fasilitas apa saja Tersedia mobil, Untuk obat Trolley, mobil, Kalau bmhp Kalau resep Trolley dan Fasilitas yang
yang digunakan trolley, dan menggunakan plastic klip dari gudang banyak kardus. Kalau digunakan dalam
dalam distribusi menggunkan plastic klip warna obat, dan menggunakan menggunakan untuk resep distribusi obat dan
obat dan BMHP karton atau biru, dan untuk karton/kardus trolley dan kursi roda, kalau banyak BMHP adalah
di Instalasi Rawat kardus. bmhp kardus. Tapi sedikit dibawa menggunakan mobil, trolley,
Inap? menggunakan kalau untuk ke sendiri begitu kursi roda kardus, karton,
trolley. apotik saja oleh palstik klip,
menggunakan perawat. Kalau dibawa sendiri
kursi roda. untuk bmhp dari tanpa alat dan
gudang kursi roda yang
menggunakan merupakan tidak
trolley. masuk dalam
standard alat
angkut distribusi.
185
Bagaimana Untuk trolley Untuk saat ini Trolley dan Untuk tempat Sudah Sudah Ketersediaan
ketersediaan sudah sudah mencukupi, mobil sudah penyimpanan mencukupi, tapi mencukupi, sarana dalam
sarana dalam mencukupi, tapi untuk kearah mencukupi, BMHP sudah kalu untuk walaupun menunjang proses
menunjang proses karena dilihat yang lebih baik hanya saja mencukupi dan akreditasi masih belum sesuai distrbusi obat dan
distribusi obat dan dari tempat masih dibilang kondisi trolley untuk obat belum. standard. BMHP di IRI
BMHP di penyimpanan ada yang kurang. saat ini sedikit hanya obat sudah mencukupi.
Instalasi Rawat alat tersebut ada kerusakan. emergency saja
Inap? (gudang) yang yang kita stok
masih sempit. diruangan.
Apakah terdapat Tempat Tempat Kurang Sistem Kotak obat yang Ruangan untuk Setiap instalasi
kendala pada penyimpanan penyimpanan obat kendaraan roda informasi masih kurang. tempat meracik memiliki kendala
sarana yang obat dan bmhp dan bmhp masih dua untuk obat rumah sakit obat tersebut, yang sama yaitu
mengahambat (gudang) yang seadanya, masih dan BMHP disini masih karena kurangnya tempat
distribusi obat dan masih pisah dan butuh rak-rak obat yang bersifat dikatakan diruangan ini penyimpanan obat
BMHP di jauh. untuk pasien. cito karena kurang bagus. masih meracik dan BMHP di
Instalasi Rawat kondisi gudang obat sendiri dari instalasi rawat
Inap? yang masih apotik, karena inap dan instalasi
terletak pisah kurangnya farmasi seperti rak
dan jauh. tenaga apotik, obat, rak bmhp,
jadi tempat dan ruangan untuk
meracik obat meracik.
dan tempat Kurangnya alat
penyimpanan angkut yaitu
masih kendaraan roda
digabung. dua dan trolley
Dibutuhkan khusus untuk di
trolley khusus ruangan. Dan
ruangan. sistem informasi
rumah sakit yang
belum maksimal.
PROSEDUR
Pedoman apa Bekerja Bekerja Bekerja Sebagian besar
yang digunakan menggunakan menggunkan menggunakan informan
ketika melakukan pedoman berupa pedoman berupa pedoman menjelaskan
distribusi obat dan standar standar berupa standar bahwa bekerja
BMHP di operasional operasional operasional menggunakan
186
Instalasi Rawat prosedur (SOP). prosedur (SOP) prosedur (SOP), pedoman berupa
Inap? SOP tersebut yang dikeluarkan namun tidak standar
berisikan oleh direktur. mengetahui operasional
berdasarkan dari SOP tersebut prosedur (SOP).
kegiatan sehari- seperti apa Sebagiannya
hari yang karena tidak kecilnya
dilakukan. pernah menjelaskan
mendapatkan bahwa SOP
dokumen tersebut
tersebut dan berdaraskan dari
tidak ada hasil kegiatan
sosialisasi sehari-hari yang
terkait SOP dilakukan, dan
tersebut. sebagaian
kecilnya lagi
menjelaskan
bahwa bekerja
menggunakan
SOP namun tidak
mengetahui SOP
tersebut seperti
apa karena tidak
pernah
mendapatkan
dokumen tersebut
serta tidak ada
sosialisasi terkait
SOP tersebut.
PROSES
PROSES ADMINISTRASI
Dalam periode Setiap dilakukan Untuk merekap Setiap ada obat
apa dilakukannya pengambilan resep setiap hari, dan BMHP
pencatatan dan barang setelah kalau untuk yang keluar
penyusunan dilakukan pemeriksaan ED dilakuan
laporan distribusi permintaan atau stok opname pencatatan dan
obat dan BMHP barang setiap sebulan rekapan.
187
di Instalasi Rawat kemudian di sekali, dan untuk
Inap? entry di Surat pengambilan
Bukti Barang barang/bmhp
Keluar (SBBK) setiap barang
dan dimasukan keluar dicatat.
ke laporan
pengeluaran
barang. Agar
mengetahui
jumlah stok
akhir.
PROSES PENYAMPAIAN BERITA
Siapa saja yang Petugas gudang, Petugas gudang, Kepala Kepala ruangan, Kepala ruangan, Karu, katim, Semua pegawai
terlibat dalam dan kepala petugas apotik, ruangan, perawat dan perawat dan perawat dan instalasi farmasi
proses ruangan atau dan perawat. Ada perawat, petugas instalasi petugas gudang. petugas gudang. dan kepala
penyampaian perawat. juga P O S, tapi petugas gudang farmasi ruangan serta
berita distribusi untuk ruangan dan petugas perawat di
obat dan BMHP intensif. apotik. instalasi rawat
di Instalasi Rawat inap terlibat dalam
Inap? proses
penyampaian
berita distribusi
obat dan BMHP
di IRI.
Metode apa yang Untuk distrbusi Untuk permintaan Menggunakan Formatnya Kalau sekarang Kalau bersifat Metode yang
digunakan dalam BMHP dari melalui resep. lisan dan form orang gudang sudah tidak cito digunakan dalam
proses gudang ke IRI untuk bmhp. dilakukan perlu menggunakan distribusi obat dan
penyampaian menggunakan Untuk bmhp Untuk obat keliling disetiap menggunakan telpon terlebih BMHP di IRI
berita distribusi form permintaan melalui form menggunakan ruangan, kalau telpon lagi, dahulu karena terbagi menjadi 2:
obat dan BMHP barang dan surat permintaan resep. obat tergantung karena sudah emergency, untuk distribusi
di Instalasi Rawat bukti barang barang. resep pasien. ada pegawai mamti baru obat di apotik
Inap? keluar untuk yang datang resepnya menggunakan
ruangan. keruangan diturinin ke resep, dan untuk
seminggu sekali apotik. Kalau distribusi BMHP
Untuk distribusi untuk untuk bmhp menggunakan
obat dari apotik memberikan menggunakan form permintaan
188
ke IRI form permintaan form barang yang
menggunakan barang apa yang permintaan. diberikan oleh
resep pasien dari habis nanti instalasi farmasi
dokter. kepala ruangan ke instalasi rawat
yang nulis di inap. Keduanya
form masih
permintaan. menggunakan
Kalau obat kita komunikasi
sesuaikan langsung dan
dengan resep tulisan manual.
saja.
Kapan Untuk obat Untuk resep setiap Bmhp Setiap hari Bmhp setiap Setiap hari Pelaksanaan
dilaksanakan tergantung resep hari. keruangan kamis petugas seminggu sekali. kalau resep. distribusi obat di
proses pasien. dilakukan gudang keliling Kalau obat Kalau bmhp instalasi rawat
penyampaian Untuk obat dan setiap hari memberikan setiap hari. seminggi sekali. inap dilakukan
berita distribusi Untuk BMHP bmhp keapotik kamis dan format setiap hari, karena
obat dan BMHP dilakukan setiap hari, dan jum’at serta permintaan, dan tergantung dari
di Instalasi Rawat seminggu sekali bmhp keruangan obat setiap besonya baru resep pasien yang
Inap? pada hari kamis seminggu sekali. resep yang didistribusiin. diberikan.
untuk pemberian datang. Kalau obat Pelaksanaan
dan setiap malam distribusi BMHP
pengambilan memberikan di instalasi rawat
form permintaan resep ke apotik, inap dilakukan
barang. Hari besok pagi baru setiap seminggu
jum’at kita ambil. sekali di hari
pemberian bmhp Kamis dan
keruangan. Jum’at.
Kendala apa yang Belum ada Sistem informasi Belum ada Perlu diadakan Perlu diaktifin Kalau untuk Kendala dalam
menghambat komputerisasi. rumah sakit (SIR) komputerisasi, komputerisasi sistem infromasi obat yang proses
proses belum sepenuhnya selama ini agar tidak perlu rumah sakit. bukan penyampaian
penyampaian berjalan. hanya langsung kesana-kesini emergency, berita distribusi
berita? komunikasi melakukan suka ditemukan obat dan BMHP
antara pegawai permintaan. mis komunikasi di instalasi rawat
dan perawat. antara petugas inap adalah butuh
gudang dengan diadakan dan
petugas apotik, diaktifin sistem
189
misalkan komputerisasi di
barang yang sistem infromasi
diminta ini, tapi rumah sakit, agar
di apotik proses
dibilang tidak penyampaian
ada, sedangkan berita tidak perlu
ketika ditanya untuk dilakukan
di gudang kalau secara manual
barang tersebut dengan
ada. Tidak tahu kelilingnya
petugas yang petugas dan
baru, atau perawat, karena
petugas yang dilihat dari jumlah
tidak petugas yang
mengetahui masih belum
nama barang mencukupi.
tersebut.
PROSES PENGELUARAN FISIK BARANG
Siapa saja yang Petugas gudang Untuk apotik Petugas gudang Petugas gudang
terlibat dalam untuk obat dan petugas apotik. dan petugas dan petugas apotik
proses BMHP Untuk di gudang apotik. yang terlibat
pengeluaran fisik digudang. petugas gudang. dalam proses
barang? Petugas Apotik pengeluaran fisik
untuk obat dan barang, karena
BMHP di obat dan BMHP
Apotik. yang akan
didistribusikan
tersimpan di
apotik dan di
gudang.
Metode apa yang Pengeluaran FIFO dan FEFO Dilihat dari ED, Proses
digunakan dalam barang jika ED dekat, pengeluaran fisik
proses menggunakan maka itu yang barang yang
pengeluaran fisik metode FIFO duluan dilakukan di
barang? dan FEFO. dikeluarin. instalasi farmasi
untuk instalasi
190
rawat inap adalah
sistem FIFO dan
FEFO.
Kendala apa saja Kendala untuk Tempat Karena masih Masih terdapat
yang menghambat obat, karena penyimpanan rak manual, jadi kendala dalam
proses barangnya dari obat dan bmhp masih ada proses
pengeluaran fisik berbagai macam yang masih ditemukan pengeluaran fisik
barang? sumber, salah kurang. ketidaksamaan barang yaitu ada
satunya adalah antara jumlah beberapa obat
terdapat satu stok barang yang memiliki dua
barang dengan yang tersimpan sumber dana,
dua sumber dirak dengan tempat
dana dan sudah jumlah stok di penyimpanan rak
ditentukan kartu stok, obat dan bmhp
permasing- dikarenakan yang kurang dan
masing dana petugas yang masih terdapat
dengan suka lupa tidak kesamaan
ruangannya. sehingga ada anatara jumlah
Kendala untuk keselisihan. stok barang
bmhp untuk saat ditempat
ini tidak ada. penyimpanan
dengan jumlah di
kartu stok.
PROSES ANGKUTAN
Siapa saja yang Petugas gudang Perawat dan Petugas gudang Petugas Petugas gudang Perawat dan Proses angkutan
terlibat dalam dan perawat petugas gudang. dan perawat. instalasi farmasi dan perawat petugas gudang dilakukan oleh
proses ruangan. dan perawat petugas gudang
pengangkutan untuk distribusi
distribusi obat dan BMHP di IRI dan
BMHP di distribusi obat
Instalasi Rawat dilakukan oleh
Inap? perawat ruangan.
Alat pengangkut Trolley, dan Trolley atau Mobil, trolley, Kursi roda dan Trolley dari Dibawa sendiri Alat pengangkut
apa saja yang karton atau dibawa sendiri dan kardus. dibawa sendiri gudang, dibawa jika sedikit, jika yang digunakan
digunakan dalam kardus. oleh perawat. jika tidak berat. sendiri dan kursi banyak adalah mobil,
proses distribusi roda. menggunakan trolley,
191
obat dan BMHP kursi roda dan karton/kardus,
di IRI? trolley untuk diangkut sendiri
distribusi bmhp oleh petugas atau
keruangan. perawat, dan kursi
roda yang tidak
termasuk dalam
standar alat
pengangkut
distribusi barang.
Apakah terdapat Ukuran trolley Tidak ada. Trolley yang Belum ada Perlu diadakan Butuh trolley Kendala yang
kendala pada yang masih sudah ada trolley trolley khusus khusus. terjadi berkaitan
proses angkutan belum memadai. terdapat sedikit ruangan. trolley, ukuran
yang menghambat kerusakan dan trolley yang sudah
distribusi obat dan perlu diadakan tersedia belum
BMHP di IRI? kendaraan roda memadai, trolley
dua untuk yang sudah
barang yang tersedia juga
bersifat cito. mengalami
kerusakan fisik,
dibutuhkan
kendaraan roda
dua untuk barang
yang cito dan
trolley khusus
untuk instalasi
rawat inap.
PROSES PEMBONGKARAN DAN PEMUATAN
Siapa saja yang Sudah tanggung Perawat Kepala ruangan Petugas dan Petugas dan Semua perawat Proses
terlibat dalam jawab perawat diruangan. dan perawat itu perawat perawat terlibat. pembongkaran
proses di ruangan. sendiri. dan pemuatan
pembongkaran obat dan BMHP
dan pemuatan di ruangan lebih
obat dan BMHP sering dilakukan
di IRI? oleh perawat
192
Bagaimana Untuk Sudah sepenuhnya Untuk Langsung serah Diterima dan Datang dari Tahapan yang
tahapan pembongkaran tanggung jawab pembongkaran terima dan dimasukan apotik atau dilakukan pada
pembongkaran dilakukan pegawai. dilakukan dimasukan ke sesuai jenis gudang, terus saat proses
dan pemuatan pengecekan pengecekan tempat penyimpanan. diterima pembongkaran
obat dan BMHP terlebih dahulu, secara bersama- penyimpanan. kemudian di adalah serah
di IRI? untuk pemuatan sama antar simpan diempat terima barang dan
sudah tanggung petugas dan penimpanan. dilakukan
jawab perawat. perawat. Untuk pengecekan
pemuatan sudah berdasarkan
tanggung jawab petugas gudang,
kepala ruangan tetapi berdasarkan
atau perawat. perawat setelah
serah terima
langsung
dimasukan ke
tempat
penyimpanan obat
dan BMHP
(proses
pemuatan).
Apakah pernah Kadang Dilakukan Dilakukan Tidak ada, jadi Tidak, langsung Kadang-kadang Hampir tidak
dilakukan dilakukan pengecekan pengecekan kalau barang ditaruh dilemari. melakukan
pengecekan pengecekan, terhadap obat high keruangan. datang langsung pengecekan
terhahap karena kadang alert/emergency dimasukan ke terlebih dahulu
pemuatan barang ada yang belum yang distok tempat setelah barang
yang tersimpan di satu minggu diruangan. penyimpanan. datang.
IRI? sudah habis.
Apakah terdapat Terdapat Masih kurangnya Masih terdapat Kurangnya Kurang kotak Kurang ruangan Kendala yang
kendala dalam penumpukan pegawai untuk penumpukan tenaga/perawat obat dan bmhp untuk tempat terjadi pada proses
pembongkaran barang di melakukan barang di sehingga untuk steril yang obat pembongkaran
dan pemuatan ruangan pada pengecekan obat tempat perawat terlalu penyimpanan, diracik. dan pemuatan
obat dan BMHP saat pemuatan hight penyimpanan tumpang tindih jadi masih ada berdasarkan
di IRI? dipenyimpanan alert/emergency barang dan tidak yang dicampur. pegawai instalasi
barang. diruangan. diruangan. melalukan farmasi masih
pengecekan terdapat
penumpukan
193
barang yang barang pada saat
masuk. pemuatan barang
di tempat
penyimpanan dan
masih kurangnya
pegawai untuk
melakukan
pengecekan obat
high alert di
ruangan.
Berdasarkan
kendala yang
dialami oleh
perawat adalah
kurangnya SDM
untuk melakukan
pengecekan dan
kurangnya tempat
penyimpanan
barang atau
ruangan.
OUTPUT
Ketersediaan dan Keamanan
Bagaimana Kualitas obat Sejauh ini baik- Tidak menentu. Kualitas obat dan
keamanan obat dan BMHP baik aja. BMHP yang telah
dan BMHP yang sesuai dengan didistribusikan
telah diminta saja. masih dikatakan
didistribusikan ke baik.
IRI?
Apakah pernah Pernah Pernah tapi Pernah sekali Pernah ditemukan
ditemukan beberapa kali kadang-kadang. dua kali dalam kerusakan atau
kerusakan atau ditemukan. seminggu kecacatan.
kecacatan pada
obat dan BMHP
yang sudah di
194
distribusikan ke
IRI?
Kerusakan dan Kalau untuk Pernah Pernah kalau Kerusakan atau
kecacatan seperti obat pernah sebelumnya obat yang kecatatan yang
apa yang sering ditemukan obat ditemukan obat dekat-dekat terjadi pada obat
terjadi? yang yang expirenya dengan expire, adalah obat-obat
seharusnya sudah hampir obat injeksi yang sudah
putih, tapi saat mendekati, yang berubah mendekati ED
didistribusikan kemudian warnanya, (expire date) tetap
obatnya sudah pernah ada bmhp seperti diresepin ke
berubah warna kemasan obat handscoon ruangan, ada
kuning. dan bmhp yang pernah perubahan warna
Terdapat obat cacat atau rusak. ditemukan pada obat injeksi
yang sudah sudah berjamur, atau cair, terdapat
pecah dan ada aroma wangi juga obat yang
obat yang satu bedak bayi kemasannya
bulan mau yang sudah sudah pecah dan
expire tetap tidak sedap rusak.
diresepin atau lagi, dan pernah Kerusakan atau
distribusikan dilakukan retur kecatatan yang
serta terjadi terhadap terjadi pada bmhp
penumpukan baranng yang adalah ditemukan
obat akibat rusak, tapi hari barang seperti
tidak langsung besoknya tetap handscoon yang
diretur karena barang yang sudah berjamur,
SDM atau seperti itu lagi dan aroma wangi
perawat kurang. yang bedak yang sudah
Kalau untuk didistribusikan tidak sedap.
bmhp tidak ada. Kendala yang
terjadi pada obat
atau barang yang
rusak, setelah
dilakukan retur
untuk barang
baru, dan minta
diganti, tapi
195
dikemudian hari
tetap barang yang
rusak tersebut
yang
diditribusikan.
Apakah dilakukan Kalau obat Obat dilakukan Dilakukan Dilakukan
pengecekan dilakukan pengecekan, tapi pengecekkan pengecekan
terlebih dahulu pengecekan kalau bmhp terlebih dahulu terhadap jumlah
terhadap jumlah karena harus tidak dilakukan obat, tetapi untuk
obat dan BMHP sesuai dengan pengecekan. pengecekan
yang diminta resep, kalau jumlah bmhp
dengan yang bmhp tidak. tidak dilakukan.
didistribusikan ke
IRI?
KETEPATAN JENIS
Apakah jenis obat Kadang ada, Tidak menentu Kadang-kadang Hampir semua
dan BMHP yang kadang tidak perawat
diminta oleh IRI tersedia. mengatakan
selalu tersedia di ketersediaan jenis
IF? obat yang diminta
dengan yang
didistribusikan
masih tidak
menentu, karena
nanti tersedia
ataupun tidak
tersedia.
Apakah dilakukan Kalau obat Kadang Untuk obat Dilakukan
pengecekan dilakukan dilakukan dilakukan pengecekan
terlebih dahulu pengecekkan, pengecekan, pengecekan, terhadap jenis
terhadap jenis tapi kalau bmhp kadang tidak, untuk bmhp obat, tetapi untuk
obat dan BMHP langsung tergantung tidak. pengecekan jenis
yang diminta dimasukan ke tingkat bmhp tidak
dengan yang tempat kesibukan dilakukan.
didistribusikan ke penyimpanan. kepala ruangan
IRI?
196
dan perawat
pada saat itu.
Apakah pernah Pernah tapi Kadang-kadang Pernah Pernah terjadi
terjadi kesalahan tidak setiap kesalahan pada
jenis obat dan hari, bisa sekali jenis obat.
BMHP yang dua kali dalam
diminta oleh IRI seminggu,
berbeda dengan
yang
didistribusikan
oleh IF?
Kesalahan jenis Obat yang Bmhp tidak Diminta barang Kesalahan jenis
seperti apa yang diminta dengan pernah apa, tapi yang yang terjadi
terjadi? yang ditemukan diberikan adalah obat dan
didistribusikan kesalahan jenis. berbeda. bmhp pada saat
tidak sama, ada Kalau obat permintaan
tapi dengan kadang suka dengan yang
merek yang ditemukan didistribusikan
berbeda. Kalau ketidaksamaan masih terjadi
untuk bmhp saat jenis yang perbedaan atau
ini tidak ada. diminta dengan tidak sesuai
yang dengan
disitiribusikan. permintaan.
KETEPATAN JUMLAH
Apakah pernah Pernah, tapi Pernah untuk Pernah Pernah ditemukan
terjadi kesalahan tidak sering. beberapa kali kesalahan dalam
jumlah obat dan jumlah obat dan
BMHP yang bmhp yang
diminta oleh IRI didistribusikan.
berbeda dengan
yang
didistribusikan
oleh IF?
197
Kesalahan jumlah Kalau obat Kalau bmhp Sesuai kalau Kesalahan jumlah
seperti apa yang palingan tidak suka tidak sesuai dari gudang yang terjadi
terjadi? ada. Tapi kalau dengan jumlah yang untuk adalah jumlah
bmhp, jika yang diminta permintaan obat dan BMHP
jumlahnya tidak dengan yang bmhp, kecuali yang
sesuai dihari itu, didistribusikan, kalau lagi tidak didistribusikan
dihari besoknya kalau kurang ada, dari tidak sesuai
akan dipenuhi pinjem gudang dengan yang
atau dikirim keruangan konfirmasi dilakukan pada
lagi, atau jika sebelah. Kalau kalau barang saat permintaan.
bersifat cito obat tidak kosong. Kalau
pinjem terlebih pernah dari apotik,
dahulu dengan ditemukan suka beda
ruangan lain, kesalahan jumlah antara
baru nanti kalau jumlah karena jumlah barang
sudah ada harus sesuai yang diminta
dikembalikan. dengan resep. dengan yang
diberikan.
Misalkan butuh
dispo 15 buah
untuk satu hari
24 jam, tapi
nanti
dikasihnya
Cuma 5 dari
apotik, jadi
sangat jauh
perbedaannya.
KETEPATAN WAKTU
Kapan Kalau obat Bmhp seminggu Kalau bmhp Waktu yang
dilakukannya tergantung sekali hari kamis seminggu dilakukan untuk
distribusi obat dan resep, dan jmu’at. sekali. distribusi obat
BMHP di IRI? diresepkan Kalau obat Misalkan adalah setiap hari
malam ke setiap hari. minggu ini atau tergantung
apotik, besok setiap hari resep pasien.
pagi baru kamis dan Kalau untuk
198
diambil di jum’at tapi distribusi bmhp
apotik oleh nanti minggu setiap seminggu
perawat. Kalau besok bisa lebih sekali di hari
untuk bmhp cepat hari Kamis dan
seminggu selasa dan rabu, Jum’at.
sekali. tidak tahu
karena mereka
kerajinan atau
apa. Kalau
untuk obat
setiap
diresepkan.
Apakah waktu Rutin Rutin Kadang rutin, Waktu yang
distribusi yang kadang lebih dilakukan untuk
dilakukan selalu cepat. distribusi selalu
rutin dan tetap? Keseringan rutin terutama
rutin pada bmhp.
Apakah waktu Tidak Tidak, karena Tidak, suka Waktu distribusi
distribusi yang distribusi lebih cepat saja. yang dilakukan
sudah ditentukan dilakukan setiap pada saat
terutama bmhp pagi untuk distribusi bmhp
mengganggu di bahan medis tidak menganggu
waktu yang tidak habis pakai proses pelayanan
tepat atau pada di IRI.
saat pelayanan di
IRI?
199
Matriks Hasil
200
medis habis pakai, begitu juga dengan
pelatihan yang lain, petugas gudang
belum pernah sama sekali mengikuti
pelatihan dalam kegiatan apapun,
sehingga dalam melakukan kegiatan
atau membuat form dilakukan dengan
ide atau kreasi sendiri.
201
jadwal shift di apotik terbagi
Petugas apotik sudah pernah mengikuti menjadi 4 shift.
pelatihan, namun bukan pelatihan
tentang distribusi obat dan bahan
medis habis pakai, melainkan pelatihan
dalam hal lain.
202
distribusi obat dan BMHP adalah 1 bersifat manual mobil, 2 buah trolley, kardus,
mobil, 2 trolley, dan kardus. pada penulisan dan 2 buah computer untuk
form permintaan menginput dan merekap keluar
Seluruh informan menjelaskan bahwa barang baik dari dan masuknya barang, namun
ketersediaan fasilitas yang digunakan apotik maupun ke dalam penulisan form
sudah mencukupi, namun masih instalasi rawat permintaan barang masih
terdapat kendala atau kurangnya inap. Terdapat 2 bersifat manual baik dari apotik
fasilitas seperti kondisi gudang yang buah computer maupun ke instalasi rawat inap
sempit, terpisah dan jauh. untuk menginput dan kondisi gudang yang
dan merekap sempit, terpisah dan jauh.
keluar masuknya
barang digudang
farmasi serta
terdapat 1 buah
mobil, 2 trolley
dan kardus.
Apotik Seluruh informan menjelaskan Fasilitas yang - Untuk mengentry resep fasilitas
menggunakan sistem infromasi rumah digunakan berupa di apotik sudah menggunakan
sakit untuk mengentry resep. komputerisasi komputerisasi, namun masih
pada sistem kurangnya rak obat untuk
Seluruh informan menjelaskan bahwa informasi rumah pasien.
ketersediaan fasilitas yang digunakan sakit untuk
sudah mencukupi, namun masih mengentry data
terdapat kendala atau kurangnya resep atau
fasilitas seperti kurangnya rak obat administrasi.
untuk pasien.
Instalasi Sebagian besar informan menjelaskan Fasilitas yang Fasilitas yang digunakan di
Rawat bahwa fasilitas yang digunakan adalah digunakan berupa apotik berupa kursi roda dan
Inap kursi roda, sebagian kecil menjelaskan manual pada mengangkut sendiri oleh tangan
dengan menggunakan angkut sendiri penulisan resep perawat, namun dalam
(tangan perawat). dan form penulisan resep dan form
permintaan permintaan barang masih
Seluruh informan menjelaskan bahwa barang, serta bersifat manual baik dari apotik
ketersediaan fasilitas yang digunakan dalam maupun ke gudang farmasi dan
sudah mencukupi, namun masih pengangkutan butuh trolley khusus untuk
terdapat kendala atau kurangnya barang ruangan rawat inap.
203
fasilitas seperti trolley khusus untuk menggunakan
ruangan rawat inap. kursi roda atau
diangkut sendiri
oleh perawat.
3 Prosedur Gudang Sebagian besar informan menjelaskan Sebagian besar Prosedur yang Sudah tersediannya standard
Farmasi bahwa bekerja menggunakan pedoman alur kerja petugas terkait berupa SOP operasional prosedur terkait
berupa standar operasional prosedur dalam distribusi sistem distribusi obat dan
(SOP). Sebagian kecilnya menjelaskan bahan medis BMHP. Namun masih terdapat
bahwa SOP tersebut berdasarkan dari habis pakai ke ketidaksesuaian pada alur kerja
hasil kegiatan sehari-hari yang ruangan sudah yang terdapat di standard
dilakukan, dan sebagaian kecilnya lagi sama dengan operasional prosedur dengan
menjelaskan bahwa bekerja standard pelaksanaannya.
menggunakan SOP namun tidak operasional
mengetahui SOP tersebut seperti apa prosedur (SOP).
karena tidak pernah mendapatkan Namun sebagian
dokumen tersebut serta tidak ada kecil masih
sosialisasi terkait SOP tersebut. terdapat alur kerja
petugas yang
SOP yang berkaitan dengan distribusi tidak sama
obat dan BMHP di gudang farmasi dengan SOP. Alur
terdapat 2 SOP, yaitu distribusi obat ke kerja yang tidak
apotik sebelum didistribusikan ke sama dengan
ruangan rawat inap, dan SOP tentang yang dilakukan
distribusi BMHP ke instalasi rawat oleh pegawai
inap. pada saat
distribusi adalah
petugas
memberikan form
permintaan
barang terlebih
dahulu ke
ruangan,
kemudian petugas
gudang tidak
melakukan cek
fisik BMHP
204
terlebih dahulu
yang masih
tersedia di
ruangan di unit
pelayanan, serta
BMHP yang
sudah
didistribusikan
dari gudang ke
ruangan rawat
inap langsung
ditandatangani
SBBK oleh
kepala ruangan
atau perawat,
kemudian BMHP
langsung
dimasukan ke
dalam lemari
penyimpanan
tanpa melakukan
pengecekan
jumlah BMHP
secara bersamaan
(petugas gudang
dan perawat).
Apotik Pedoman yang digunakan dalam Seluruh alur kerja Prosedur yang Sudah tersediannya standard
distribusi obat dan BMHP di apotik petugas dalam terkait berupa SOP operasional prosedur terkait
berupa SOP. pelayanan pasien sistem distribusi obat dan
rawat inap sudah BMHP di apotik dan SOP yang
SOP yang berkaitan dengan distribusi sama dengan ada sudah sesuai dilakukan pada
obat dan BMHP di apotik terdapat 1 standard saat pelaksanaanya.
SOP, yaitu pelayanan pasien rawat operasional
inap. prosedur (SOP)
yang sudah
ditetapkan.
205
Instalasi Tidak ada prosedur terkait distribusi - Tidak ada dokumen Tidak terdapat pedoman yang
Rawat obat dan bahan medis habis pakai terkait pedoman digunakan dalam melakukan
Inap yang digunakan prosedur kerja di instalasi rawat
dalam melakukan inap terkait distribus obat dan
prosedur kerja bahan medis habis pakai.
terkait distribusi
obat dan bahan
medis habis pakai.
Proses
4 Proses Administrasi Proses administrasi yang dilakukan Perekapan barang Proses administrasi sudah
dalam perekapan barang yang keluar yang keluar dan dilakukan setiap hari dan
dan masuk di gudang dan pengentryan masuk serta penyusunan laporan dalam
data resep yang masuk di apotik pengentryan periode bulanan dan semesteran
dilakukan dalam periode harian dan resep dilakukan
penyusunan laporan dilakukan dalam dalam periode
periode bulanan dan semesteran. harian.
206
5 Proses Penyampaian Berita Petugas yang terlibat dalam proses Petugas sudah Terdapat dokumen Penyampaian berita dilakukan
penyampaian berita adalah seluruh melakukan cara pengisian form oleh seluruh petugas dengan
petugas gudang farmasi, petugas pengisian form permintaan obat menggunakan metode tertulis
apotik dan perawat. secara sesuai dan BMHP. dan manual dengan memberikan
yang terdapat di form permintaan barang. Form
Metode yang digunakan dalam proses form permintaan penyampaian berita dilakukan
penyampaian berita berupa form obat untuk apotik setiap hari untuk permintaan
permintaan barang secara tertulis yang dan form obat dan bmhp di apotik dan
dinamakan form permintaan barang permintaan setiap kamis dan jum’at
atau SBBK (surat bukti barang keluar) BMHP untuk dilakukan untuk permintaan
baik untuk distribusi obat di apotik ruangan rawat bmhp di gudang farmasi.
maupun distribusi BMHP di instalasi inap. Namun masih terdapat kendala
rawat inap. Sedangkan penyampaian karena belum terkomputerisasi.
berita dari instalasi rawat inap
menggunakan resep pasien yang
diberikan oleh dokter secara tertulis
dan manual.
207
6 Proses Pengeluaran Fisik Petugas yang terlibat dalam proses Petugas sudah Terdapat dokumen Masih ditemukan kendala dalam
Barang pengeluaran fisik barang baik obat melakukan cara pengisian proses pengeluaran fisik barang,
maupun BMHP adalah seluruh petugas pengisian form kartu stok untuk
gudang dan apotik. secara sesuai barang yang masuk
yang terdapat di maupun barang
Metode yang digunakan dalam proses form permintaan yang keluar
pengeluaran fisik barang adalah obat untuk apotik termasuk
metode FEFO. dan form pengeluaran fisik
permintaan barang.
Dalam proses pengeluaran fisik barang BMHP untuk
masih terdapat kendala yaitu masih ruangan rawat
terjadinya perbedaan jumlah antara inap.
jumlah di kartu stok dengan jumlah
yang ada di tempat penyimpanan
barang.
208
7 Proses Angkutan Petugas yang terlibat dalam proses
angkutan adalah 3 orang admin atau
petugas pelaksana distribusi baik
distribusi obat ke apotik maupun
distribusi BMHP di ruang rawat inap.
Sedangkan yang terlibat dari instalasi
rawat inap yaitu perawat.
209
diminta dan baik-baik saja, namun dan sesuai dengan Permenkes
masih terdapat kendala atau kerusakan Nomor 58 tahun 2014
yang terjadi diantaranya perubahan
warna pada obat yang injeksi atau cair,
obat yang sudah hamper habis masa
expirenya, masih diresepkan atu
didistribusikan dan masih ditemukan
kemasan obat dan BMHP yang rusak
atau cacat. Sebagian kecil informan
menjelaskan bahwa kualitas obat dan
BMHP masih tidak menentu, karena
masih ditemukan kerusakan pada obat
maupun BMHP.
Seluruh infroman menjelaskan bahwa
ketersedian obat dan BMHP masih
dapat dikatakan tidak menentu, karena
masih ditemukan beberapa kesalahan
pada jenis misalnya jenis obat yang
diminta dengan yang didistribusikan
masih terdapat ketidaksamaan.
Sedangkan BMHP belum pernah
ditemukan kesalahan jenis
210
jumlah yang diberikan tidak sesuai
dengan yang diminta dengan yang
diberikan, namun hal tersebut jika
bersifat cito maka dapat diatasi segera
dengan cara meminjam barang dengan
ruangan rawat inap yang lain dan jika
barang tersebut sudah diberikan
kembali oleh gudang farmasi maka
ruangan ranap yang meminjam barang,
berhak mengembalikan barang yang
telah dipinjam dari ranap lain.
Sedangkan jumlah obat tidak pernah
ditemukan kesalahah jumlah.
Seluruh informan menjelaskan bahwa
waktu yang dilakukan dalam distribusi
obat adalah setiap hari atau setiap kali
ada resep pasien, sedangkan distribusi
BMHP dilakukan pada setiap
seminggu sekali dan seluruh informan
mengatakan bahwa waktu yang sudah
ditentukan tidak mengganggu waktu
pelayanan pada saat di instalasi rawat
inap.
211
TRIANGULASI DATA
212
Seluruh informan menjelaskan bahwa latar
pendidikan formal dari tenaga kerja adalah
SMA, SMF, D3, S1 dan Apt.
213
mendapatkan dokumen tersebut serta tidak Di Instalasi Rawat Inap tidak terdapat
ada sosialisasi terkait SOP tersebut. dokumen prosedur kerja terkait distribusi
obat dan bahan medis habis pakai.
4 Proses Seluruh informan menjelaskan bahwa periode - -
Administrasi yang dilakukan dalam proses administrasi
adalah setiap kali dilakukan permintaan
barang masuk maupun barang keluar.
5 Proses Seluruh infroman menjelaskan bahwa tenaga - Tahapan dalam pengisian form
Penyampaian yang terlibat dalam proses penyampaian berita permohonan permintaan barang adalah
Berita adalah petugas gudang, petugas apotik dan yang menerima dari bagian atau ruangan
kepala ruangan atau perawat diruangan. apa, nomor urut, nama dan kode barang,
jumlah (angka), satuan, tanggal pemberian
Seluruh informan menjelaskan bahwa metode form, tanda tangan yang menerima, dan
yang digunakan dalam proses penyampaian tanda tangan yang menyerahkan.
berita menggunakan form permintaan untuk
BMHP dan melalui resep untuk obat.
214
barang adalah petugas instalasi farmasi baik keluar, jumlah barang sisa, dan keterangan
petugas apoti maupun petugas gudang. (penulisan tanggal expire date dan paraf
petugas gudang yang mengambil barang).
Seluruh infroman menjelaskan bahwa metode
yang digunakan dalam proses pengeluaran
fisik barang adalah metode FIFO dan FEFO.
215
Seluruh informan menjelasakan bahwa masih
terdapat kendala dalam proses angkutan
seperti trolley, karena trolley yang sudah ada
masih dikatakan kurang sehingga perlu
diadakan trolley khusus di ruangan dan trolley
yang sudah ada, terdapat sedikit kerusakan
maupun ukuran trolley yang belum memadai.
8 Proses Seluruh informan menjelaskan bahwa tenaga - -
Pembongkaran yang terlibat dalam proses pembongkaran dan
dan Pemuatan pemuatan adalah petugas gudang dan perawat
diruangan.
216
saja, namun masih terdapat kendala atau
kerusakan yang terjadi diantaranya perubahan
warna pada obat yang injeksi atau cair, obat
yang sudah hamper habis masa expirenya,
masih diresepkan atu didistribusikan dan
masih ditemukan kemasan obat dan BMHP
yang rusak atau cacat. Sebagian kecil
informan menjelaskan bahwa kualitas obat
dan BMHP masih tidak menentu, karena
masih ditemukan kerusakan pada obat
maupun BMHP.
217
diberikan, namun hal tersebut jika bersifat cito
maka dapat diatasi segera dengan cara
meminjam barang dengan ruangan rawat inap
yang lain dan jika barang tersebut sudah
diberikan kembali oleh gudang farmasi maka
ruangan ranap yang meminjam barang, berhak
mengembalikan barang yang telah dipinjam
dari ranap lain. Sedangkan jumlah obat tidak
pernah ditemukan kesalahah jumlah.
12 Ketepatan Seluruh informan menjelaskan bahwa waktu - -
Waktu yang dilakukan dalam distribusi obat adalah
setiap hari atau setiap kali ada resep pasien,
sedangkan distribusi BMHP dilakukan pada
setiap seminggu sekali dan seluruh informan
mengatakan bahwa waktu yang sudah
ditentukan tidak mengganggu waktu
pelayanan pada saat di instalasi rawat inap.
218
219
220