Anda di halaman 1dari 69

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis yang semakin

ketat mendorong para pengusaha untuk tetap mempertahankan eksistensi

perusahaannya, baik perusahaan kecil, menengah, maupun besar. Oleh karena itu,

pihak manajemen perlu mengetahui informasi mengenai segala sesuatu yang

berkaitan dengan usaha bisnisnya utamanya dalam segi ekonomi, sehingga usaha

yang sedang dikembangkan akan semakin dinikmati oleh masyarakat.

Tujuan utama setiap perusahaan adalah memperoleh laba semaksimal

mungkin melalui kegiatan operasional yang mereka lakukan. Disisi lain untuk

memaksimalkan laba, yaitu dengan cara menekan biaya tanpa mengurangi

kualitas produk. Harga jual produk sangat ditentukan oleh harga pokok produk.

Penetapan biaya yang lebih tepat akan menghasilkan harga pokok produk yang

lebih akurat. Penetapan harga jual yang terlalu tinggi akan membuat konsumen

beralih kepada pesaing, sedangkan penetapan harga jual terlalu rendah akan

membuat perusahaan mengalami kerugian.

Harga pokok produksi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

untuk menghasilkan suatu produk atau jasa. Harga pokok produksi mempunyai

peranan penting dalam perusahaan, diantaranya yaitu penentuan harga jual suatu

produk atau jasa dan pengambilan keputusan manajemen terkait pengendalian

biaya. Oleh sebab itu, harga pokok produksi harus dihitung secara cermat dan

akurat dalam rangka pengambilan keputusan yang matang.

Sejauh ini masih ada beberapa usaha yang menggunakan metode

tradisional untuk menghitung harga pokok produk usahanya, sehingga hal itu

1
dapat berdampak pada laba perusahan yang kurang akurat, karena perhitungan

harga pokok produk hanya sebatas perhitungan bahan baku dan biaya tenaga

kerja. Hal tersebut akan menimbulkan masalah karena tidak dapat

menggambarkan biaya yang sebenarnya dan mengakibatkan munculnya under

costing atau over costing .

Under costing adalah keadaan dimana sebuah produk menggunakan

sumber daya yang banyak namun dilaporkan dengan lebih rendah dari yang

sebenarnya. Over costing adalah keadaan dimana sebuah produk menggunakan

sumber daya yang sedikit namun yang dilaporkan lebih tinggi dari keadaan

sebenarnya. Under costing dan over costing yang terjadi di perusahaan dapat

mengakibatkan kesalahan dalam menentukan harga produk. Penentuan harga

pokok adalah hal krusial bagi perusahaan. Beragamnya pembiayaan selama proses

perjalanan bisnis inilah yang selanjutnya berpengaruh terhadap proses penentuan

harga jual.

Dalam perkembangan akuntansi biaya, telah dikenal sebuah metode

penetapan biaya yang lebih akurat yaitu Metode Activity-Based Costing, yang

dinilai lebih mampu menghitung harga pokok produk secara tepat, proporsional,

dan akurat. Metode Activity-Based Costing merupakan salah satu metode

perhitungan harga pokok yang menilai aktivitas sebagai penyebab timbulnya

biaya, bukan produk. Metode ini mewakili penelusuran biaya yang lebih

menyeluruh disebabkan pembebanan biaya yang terjadi dilakukan tidak ke unit

output, melainkan ke aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi output.

Kelebihan metode Activity-Based Costing dibanding metode penentuan

harga pokok yang lain, diantaranya: dapat mengukur secara cermat biaya-biaya

2
yang keluar dari setiap aktivitas. Biaya untuk masing-masing aktivitas ini yang

kemudian dibebankan ke produk sesuai konsumsi masing-masing produk atas

aktivitas yang dilalui. Perusahaan menggunakan sistem Activity-Based Costing

dapat memperoleh informasi harga pokok yang akurat terkait biaya yang terjadi di

setiap aktivitas, sehingga manajemen dapat melakukan pengendalian biaya dengan

mengeliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah.

Penelitian yang dilakukan oleh syahputra (2018) bahwa Perhitungan harga

pokok menggunakan metode Activity Based Costing dilakukan dengan melakukan

penelusuran ke aktivitas-aktivitas yang mengonsumsi sumber daya. Aktivitas

yang telah diidentifikasi tersebut kemudian akan ditentukan cost driver masing-

masing aktivitasnya. Alasan penulis melakukan penelitian penentuan harga jual

dengan menggunakan metode Activity Based Costing karena penetapan biaya

yang lebih akurat yaitu Metode Activity-Based Costing, yang dinilai lebih mampu

menghitung harga pokok produk secara tepat, proporsional, dan akurat

CV Mazagena Furniture merupakan suatu perusahaan industri mebel yang

menghasilkan beberapa jenis produk lemari, bufet, kursi, pintu, tempat tidur, dan

partisi. Perusahaan lebih sering menerima pesanan dari pelanggan/konsumen

dibandingkan dengan konsumen yang membeli produk yang sudah jadi. Berikut

data penjualan produk selama bulan April 2019:

Tabel 1.1 Daftar penjualan produk CV. Masegena Furniture bulan April 2019.
Harga Jual Total
Jenis produk Unit
(Rp) (Rp)
Lemari 3 Pintu 2 Rp 10,000,000 Rp 20,000,000
Lemari 2 Pintu 3 Rp 7,000,000 Rp 21,000,000
Kursi Sofa 1 Set 1 Rp 25,000,000 Rp 25,000,000
Jumlah 14 Rp 66,000,000
Sumber: Data diolah, 2019

3
Berdasarkan informasi yang diambil oleh penulis, selama ini pihak

perusahaan menentukan harga pokok produksinya hanya berdasarkan pada

besarnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan

dengan menggunakan taksiran untuk tiap departemennya. Perusahaan juga masih

mengabaikan beberapa komponen biaya overhead seperti biaya penyusutan

peralatan, biaya penyusutan bangunan, biaya pemakaian listrik, biaya tenaga kerja

tidak langsung, dan biaya penyusutan kendaraan. Akibat biaya-biaya yang

seharusnya dibebankan tidak dimasukkan kedalam perhitungan harga pokok

produksi dan akan berdampak pada penentuan harga jual produk.

Proses pengerjaan dari kayu menjadi sebuah furniture merupakan sebuah

proses yang panjang dan membutuhkan ketelitian yang tinggi sehingga bisa

dihasilkan furniture dengan kualitas yang baik. Secara garis besar dapat kita

jabarkan bagaimana semua proses tersebut berjalan dan bagaimana mengatur agar

beberapa proses yang sangat penting tidak terlewati.

Keseluruhan proses memiliki tingkat kepentingan yang berbeda-beda dan

memerlukan pemeriksaan yang berbeda pula. Dari proses awal sebuah log kayu,

penggergajian, pengeringan kayu, pembahanan, pembuatan kontruksi, perakitan

dan finishing membutuhkan penanganan dan alat yang berbeda-beda.

Semua cacat kayu dan kesalahan pengerjaan konstruksi seharusnya telah

diselesaikan ketika memasuki tahap ini. Finishing merupakan tahap akhir pada

proses pembuatan furniture.

Fenomena yang terjadi pada CV Mazagena Furniture yang memiliki biaya

overhead yang didominasi oleh biaya-biaya yang timbul akibat penggunaan mesin

4
dalam berproduksi. Hal ini terjadi karena dalam proses pengolahan, penggunaan

mesin dapat memperlancar dan meningkatkan efisiensi kegiatan produksi. Namun,

di lain pihak, penggunaan mesin dalam produksi memicu penambahan biaya-

biaya non-unit level, yaitu biaya-biaya yang kenaikan/penurunannya tidak

dipengaruhi oleh perubahan jumlah unit yang diproduksi. Menurut Hilton & Platt

(2015), perusahaan yang memiliki banyak aktivitas yang terkategori dalam

aktivitas non-unit level, seperti aktivitas permesinan, cenderung mengalami

distorsi biaya jika perusahaan tersebut menerapkan metode tradisional dalam

alokasi biaya overhead.

CV Mazagena Furniture yang juga selama ini melakukan perhitungan

harga pokok produk atas dasar unit cost. Perhitungan yang dilakukan yaitu dengan

hanya menjumlahkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja kemudian

membagi dengan satu cost driver saja, yaitu jumlah unit produk. Seiring dengan

peningkatan jumlah pesanan tersebut belum diikuti dengan pengendalian biaya

yang baik oleh manajemen perusahaan, sehingga laba yang diperoleh belum

maksimal. Pemilik usaha CV Mazagena Furniture kesulitan dalam menekan atau

mengendalikan biaya, sebab informasi yang dihasilkan pada harga pokok produk

hanya menunjukkan dimana biaya dikeluarkan, dan tidak menunjukkan hal yang

menimbulkan biaya. Fenomena tersebut yang menjadi latar belakang peneliti

untuk dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Analisis Harga Pokok Produksi

Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Dengan Membandingkan Metode Activity-

Based Costing dan Metode Tradisional Pada CV Mazagena Furniture” untuk

membantu pihak manejemen perusahaan dalam memberikan data mengenai

keputusan terbaik guna meminimalkan risiko kesalahan pengambilan keputusan.

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah yang

diangkat dalam penelitian ini adalah menghitung harga pokok produksi sebagai

dasar penentuan harga jual dengan membandingkan metode activity-based costing

dan metode tradisional.

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup pada kegiatan ini dibatasi agar tidak terjadi kesalahan

dalam menyusun kegiatan. Batasan masalah pada penulisan ini adalah:

1) Data-data yang digunakan dari perusahaan mencakup laporan biaya-biaya

yang digunakan dalam penetuan harga pokok tiap produk menggunakan

metode Activity Based Costing;

2) Penentuan harga pokok produksi yang dihitung hanya pada produk yang

sering dipesan tiap bulannya dan memiliki harga jual yang tinggi dibanding

dengan produk-produk lainnya.

1.4 Tujuan dan Manfaat Kegiatan

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menentukan harga pokok

produksi dan menganalisa penyebab perbedaan harga pokok produksi

menggunakan metode tradisional dan metode activity based costing.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan tugas akhir ini adalah:

1) Sebagai bahan masukan bagi perusahaan terkait dengan hasil penghitungan

harga pokok produk dengan menggunakan metode Activity Based Costing

dalam rangka pencapaian laba yang maksimal;

6
2) Sebagai bahan referensi bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian

berkaitan dengan permasalahan yang penulis angkat ini;

3) Sebagai bahan pembelajaran, bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan


penelitian ini dan ingin menjadikan penelitian ini sebagai bahan rujukan.

7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Biaya

Dunia dan Abdullah (2012:22) menyatakan bahwa “Biaya (cost) adalah

segala pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang

atau jasa yang berguna di masa yang akan datang, atau mempunyai masa manfaat

lebih dari satu periode akuntansi.” Sejalan dengan pendapat sebelumnya,

Pengertian biaya menurut Mulyadi (2015:8) “Biaya adalah pengorbanan sumber

ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau

yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.

Berdasarkan definisi biaya yang telah dikemukakan, maka dapat

disimpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan untuk

memperoleh barang atau jasa yang bermanfaat di masa yang akan datang.

2.2 Klasifikasi Biaya

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan

uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk

tujuan tertentu. Ada beberapa klasifikasi mengenai biaya. Berikut adalah beberapa

pengertian beserta contoh dari klasifikasi biaya menurut Firdaus Ahmad dan

Wasilah Abdullah (2012):

1) Biaya dalam Hubungannya dengan Produk

Proses klasifikasi biaya dan beban dapat dimulai dengan menghubungkan

biaya ke tahap yang berbeda dalam operasi suatu bisnis. Dalam lingkungan

manufaktur, total biaya operasi terdiri atas dua elemen: Biaya manufaktur dan

Biaya komersial, yaitu:

8
a) Biaya Manufaktur

Biaya manufaktur juga disebut juga biaya produksi atau biaya pabrik

didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya yaitu bahan baku, tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Bahan baku dan tenaga kerja

langsung, keduanya disebut biaya utama (prime cost). Tenaga kerja langsung

dan biaya overhead pabrik, keduanya disebut biaya konversi

b) Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan baku yang membentuk bagian integral dari

produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk.

Contoh dari bahan baku adalah kayu yang digunakan untuk membuat mebel

dan minyak mentah yang digunakan untuk membuat bensin. Kemudahan

penelusuran item bahan baku ke produk jadi merupakan pertimbangan utama

dalam mengklasifikasikan biaya sebagai bahan baku. Misalnya, jumlah paku

di mebel merupakan bagian integral dari barang jadi, tetapi karena biaya paku

yang diperlukan untuk setiap mebel tidak signifikan, maka paku

diklasifikasikan sebagai biaya bahan penolong

c) Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi

bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak

ke produk tertentu. Di pabrik yang sangat terotomatisasi, dua masalah sering

muncul ketika usaha untuk mengidentifikasi tenaga kerja langsung sebagai

elemen biaya yang terpisah dilakukan. Pertama, pekerja yang sama melakukan

berbagai tugas.

9
d) Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik juga disebut biaya overhead manufaktur, biaya

manufaktur, atau biaya pabrik terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak

ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Biaya overhead pabrik biasanya

memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku dan tenaga kerja

langsung.

e) Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan baku yang diperlukan untuk

penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku

karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk. Contohnya

adalah amplas dan pelumas. Bahan penolong juga termasuk bahan baku yang

secara normal akan diklasifikasikan sebagai bahan baku. Ketika konsumsi

bahan baku tersebut sangat minimal atau penelusuran terlalu rumit, maka

pengklasifikasian biaya bahan baku tersebut sebagai biaya langsung menjadi

sia-sia atau tidak ekonomis. Contohnya adalah paku, sekrup, mur, lem, dan

staples Perlengkapan pabrik, satu bentuk bahan penolong, terdiri atas oli

pelumas, minyak pelumas, kain perca, dan sikat yang dibutuhkan untuk

memelihara area kerja dan mesin tetap dalam kondisi siap dipakai dan aman.

f) Tenaga Kerja Tidak Langsung

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak dapat

ditelusuri langsung ke konstruksi atau komposisi dari produk jadi.Tenaga

kerja tidak langsung termasuk gaji pengawas, pegawai pabrik, pembantu

umum, pekerja bagian pemeliharaan.

10
g) Beban Komersial

Beban Komersial terdiri atas dua klasifikasi besar: beban pemasaran

dan beban administratif juga disebut beban umum dan beban administratif)

Beban Pemasaran mulai dari titik dimana biaya manufaktur berakhir,yaitu

ketika proses manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap dijual

Beban pemasaran termasuk dalam beban promosi, beban penjualan dan

pengiriman. Beban Administratif termasuk beban yang terjadi dalam

mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Tidak semua beban tersebut

dialokasikan sebagai beban administratif Gaji dari wakil presiden direktur

yang bertanggung jawab atas proses manufaktur dapat dianggap sebagai biaya

manufaktur, dan gaji wakil presiden direktur yang bertanggung jawab atas

pemasaran dapat dianggap sebagai biaya pemasaran.

2) Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi

Biaya variabel jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional

terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan (relevant range). Dengan

kata lain biaya variabel menunjukkan jumlah per unit yang relatif konstan dengan

berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Biaya variabel biasanya dapat

dibebankan ke departemen operasi dengan cukup mudah dan akurat, dan dapat

dikendalikan oleh supervisor pada tingkat operasi tertentu. Biaya variabel

biasanya memasukkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung Berikut

ini adalah biaya overhead yang diklasifikasikan.

Sebagai biaya variabel, perlengkapan, bahan bakar, service mesin pabrik,

perbaikan kendaraan, pemeliharaan kendaraan, royalty, biaya komunikasi, upah,

lembur, alat tulis kantor

11
a) Biaya Tetap

Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan

Dengan kata lain, biaya tetap per unit semakin kecil seiring meningkatnya

aktivitas dalam rentang yang relevan. Tanggung jawab pengendalian untuk

biaya tetap biasanya berada pada tingkat manajemen menengah atau

manajemen eksekutif dibandingkan dengan supervisor operasi. Berikut adalah

biaya overhead pabrik yang biasanya diklasifikasikan sebagai biaya tetap:

Gaji eksekutif produksi, depresiasi, pajak properti, amortisasi paten,

gaji supervisor, premi asuransi – properti, gaji satpam dan pegawai

kebersihan, pemeliharaan dan perbaikan gedung dan bangunan, sewa, biaya

semi variabel.

Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel

jenis biaya ini disebut biaya semi variabel. Misalnya, biaya listrik adalah biaya

semivariabel listrik yang digunakan untuk pencahayaancenderung menjadi

biaya tetap karena cahaya tetap diperlukan tanpa mempedulikan tingkat

aktivitas, sementara listrik yang digunakan sebagai tenaga untuk

mengoperasikan peralatan akan bervariasi bergantung pada penggunaan

peralatan. Berikut ini adalah contoh-contoh lain dari biaya overhead.

b) Semi Variabel

Inspeksi, jasa departemen biaya, jasa departemen penggajian, jasa

departemen personalia, jasa kantor pabrik, jasa bahan baku dan persediaan, air

dan limbah, pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin pabrik, premi asuransi

jiwa, premi asuransi kecelakaan dan kesehatan, pajak penghasilan,

retribusipemanasan, listrik, dan generator. Karena setiap biaya manufaktur dan

12
non-manufaktur biasanya diklasifikasikan sebagaia biaya tetap atau non-biaya

variabel untuk tujuan analisis, biaya semivariabel harus dipisahkan menjadi

komponen variabel

Kesimpulannya, biaya (cost) memiliki pengertian yang berbeda dengan

beban (expense), keduanya tidak dapat dipertukarkan.Biaya sebagai nilai

tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat.Beban dapat

didefinisikan sebagai aliran keluar terukur dari barang atau jasa, yang

kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba.

2.3 Definisi dan manfaat Manfaat Perhitungan Harga Pokok Produksi

Menurut Nafarin (2009:497) harga pokok produksi adalah “Semua biaya

yang berkaitan dengan produk (barang) yang diperoleh, terdapat unsur biaya

produk berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

pabrik”. Perhitungan harga pokok produksi menurut Islahuzzaman (2011:26)

terdiri atas tiga unsur, yaitu:

1) Bahan baku (raw materials) merupakan biaya pembelian (perolehan) semua

bahan yang diidentifikasi sebagai bagian dari barang jadi dan dapat ditelusuri

kebarang jadi secara ekonomis.

2) Tenaga kerja langsung (direct labor) merupakan upah semua tenaga kerja yang

dapat diidentifikasi secara ekonomis terhadap produksi barang jadi.

3) Biaya produksi tidak langsung (overhead cost) merupakan semua biaya yang

bukan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung yang berkaitan dengan

proses produksi. Biaya ini terbagi atas biaya variabel dan biaya tetap.

Perhitungan harga pokok menurut Islahuzzaman (2011:27) dapat

dilakukan dengan menggunakan dua metode tradisional dan satu metode

13
kontemporer.Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan Full

Costing, Variable Costing merupakan pendekatan tradisional, sedangkan metode

Activity Based Costingtermasuk pendekatan kontemporer.

2.4 Kelemahan Metode Penetapan Harga Pokok Akuntansi Tradisional

Menurut Baldric Siregar (2013:231), Sistem ini sering mengakibatkan

distorsi dalam penentuan biaya produk. Akibatnya dalam kondisi persaingan ketat,

perusahaan menjadi sering salah dalam pembuatan keputusan yang berbasis pada

informasi biaya produk sehingga perusahaan kalah dalam persaingan. Berikut ini

beberapa indikator yang menunjukkan bahwa sistem biaya berbasis unit telah

ketinggalan jaman.

1) Hasil penawaran sulit dijelaskan. Produk yang ditawarkkan dengan harga

tinggi justru terlihat sangat laku, tetapi sebaliknya produk yang ditawarkan

dengan harga rendah justru tidak laku.

2) Harga pokok pesaing terlihat sangat murah dan tidak masuk akal padahal

proses produksi perusahaan sudah dilakukan seefisien mungkin

3) Produk yang laku sulit menghasilkan laba tinggi.

4) Manajer operasional ingin menghentikan produk yang terlihat menguntungkan

karena produk mengonsumsi beragam aktifitas yang sulit dijelaskan kaitannya

dengan biaya produk.

5) Tingkat laba sulit dijelaskan. Walaupun beberapa produk mengalami kenaikan

penjualan tetapi tidak diikuti dengan kenaikan laba.

6) Perusahaan memiliki ceruk pasar yang menghasilkan laba tinggi yang hanya

dikuasai sendiri. Pesaing tidak tertarik masuk ke ceruk tersebut karena harga

yang mereka tawarkan cenderung lebih tinggi.

14
7) Konsumen tidak protes saat terjadi kenaikan produk karena harga masih

dibawah harga produk lain yang sejenis.

8) Departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu untuk menyediakan data

biaya pada proyek khusus. Proyek-proyek khusus menggunakan aktifitas dan

pemicu biaya yang berbeda dengan produk yang sudah ada sehingga harus

disiapkan laporan tersendiri.

9) Beberapa departemen menggunakan sistem biaya sendiri karena merasa sistem

biaya ada yang tidak akurat.

10) Biaya produk berubah saat ada perubahan aturan pelaporan keuangan.

11) Mowen dkk. (2017: 378) mengemukakan bahwa distorsi biaya produk dapat

merusak siklus hidup perusahaan, khususnya bagi perusahaan yang

lingkungan bisnisnya memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Tekanan persaingan yang tinggi atau meningkat.

b) Margin laba yang kecil.

c) Perbaikan berkelanjutan.

d) Manajemen kualitas total.

e) Total kepuasan pelanggan.

f) Teknologi yang canggih.

Perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan bisnis tersebut

membutuhkan informasi biaya yang akurat agar dapat mengambil keputusan yang

efektif. Kelemahan metode penetapan harga pokok dengan sistem akuntansi biaya

tradisional menurut Riwayadi (2014: 33) yaitu:

Akuntansi biaya tradisional tidak memadai untuk manajemen biaya strategis sebab
hanya membebankan biaya produksi ke produk sedangkan biaya lain yang
berkaitan dengan produk tidak dibebankan ke harga pokok produknya. Hal ini

15
akan menimbulkan ketidakefisienan dalam penentuan harga pokok produk.
Ketidakefisienan tersebut kemudian akan terakumulasi dalam harga jual yang
mengakibatkan produk menjadi tidak kompetitif.

2.5 Definisi Activity Based Costing

Menurut Islahuzzaman (2011:39) Activity Based Costing adalah sistem

akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk

menghasilkan produk atau jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi

perihal aktivitas-aktivitas dan sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk

melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut.

Blocher, dkk (2009:222) mendefinisikan Activty Based Costing sebagai

“Pendekatan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya seperti

produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek

biaya tersebut”.Activity Based Costing adalah sistem akuntansi biaya yang

berfokus pada aktivitas organisasi dan pengumpulan biaya-biaya berdasarkan sifat

pokok yang paling mendasari tingkat beberapa overhead yang telah ditetapkan

kemudian dihitung menggunakan berbagai macam pemicu biaya dalam aktivitas

suatu organisasi (Raiborn dan Michael R. Kinney, 2011:150).

Menurut Hongren dalam Dunia dan Wasilah Abdullah (2012:318):

Activity Based Costing didefinisikan sebagai suatu sistem pendekatan perhitungan


biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di
perusahaan.Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab
timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan,
sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak langsung dilakukan
berdasarkan aktivitas tersebut.

Berdasarkan definisi Activity Based Costingtersebut, maka dapat

disimpulkan bahwaActivity Based Costingadalah suatu metode yang digunakan

untuk menentukan harga pokok dari suatu produk atau jasa dengan

16
mengalokasikan biaya-biaya yang terjadi berdasarkan aktivitas masing-masing

produk terkait.

2.6 Konsep Dasar Activity Based Costing

Konsep dasar Activity Based Costing menurut Dewi dan Septian Bayu Kristanto

(2014: 61) yaitu:

Berfokus pada aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi suatu produk


atau jasa. Produk atau jasa memerlukan aktivitas dalam mengkonsumsi sumber
daya. Aktivitas yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan secara berulang
untuk memenuhi fungsi bisnis. Aktivitas yang menjadi titik akumulasi biaya yang
mendasar. Biaya akan ditelusuri keaktivitas dan aktivitas ditelusuri ke produk
berdasarkan pemakaian aktivitas dari masing-masing produk.

Konsep dasar Activity Based Costing diungkapkan lebih lanjut oleh Dewi

dan Septian Bayu Kristanto (2014: 72) bahwa Activity Based Costing didasarkan

pada keinginan pelanggan untuk mendapatkan harga yang sesuai dengan value

produk yang diperoleh. Berdasarkan hal ini, manajemen perlu melakukan

perbaikan terhadap proses, kualitas produk atau jasa, serta lingkungan terkait yang

meningkatkan costumer value.

Dewi dan Septian Bayu Kristanto (2014: 72) juga mengungkapkan bahwa

terdapat 4 cara yang dapat dilakukan manajemen dalam mengelola aktivitas, yaitu:

1) Pengurangan aktivitas, yaitu dengan mengurangi waktu usaha atau usaha yang

diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut.

2) Penghilangan aktivitas, yaitu menghilangkan aktivitas secara keseluruhan.

3) Pemilihan aktivitas, yaitu memilih alternatif yang memiliki biaya paling

rendah diantara alternatif yang ada.

Pembagian aktivitas, yaitu membuat perubahan yang mengijinkan

pembagian aktivitas dengan produk lain.

17
Istilah umum yang perlu dipahami sebelum menerapkan konsep dasar

sistem Activity Based Costing menurut Islahuzzaman (2011:42) terdiri atas

beberapa komponen, yaitu:

1) Aktivitas adalah kegiatan atau rangkaian pekerjaan yang dilakukan dalam suatu

organisasi;

2) Pusat aktivitas adalah beberapa aktivitas yang saling berkaitan atau sejenis

yang dikumpulkan atau dikelompokkan, yang melaporkan informasi yang

berkaitan dengan aktivitas dalam suatu fungsi atau proses;

3) Sumber daya (resource) merupakan unsur ekonomis yang dibebankan atau

digunakan dalam aktivitas perusahaan;

4) Objek biaya (cost object) adalah bentuk akhir di mana pengukuran biaya

diperlukan. Contohnya pelanggan, produk, jasa, kontrak, proyek atau unit kerja

lainnya dimana manajemen menginginkan pengukuran biaya secara terpisah;

5) Aktivitas kelompok biaya (activity cost pool) merupakan pengelompokan dari

semua elemen biaya yang berkaitan dengan suatu aktivitas;

6) Elemen biaya (cost element) merupakan jumlah yang dibayarkan untuk sumber

daya yang dikonsumsi oleh aktivitas dan terkandung di dalam cost pool;

7) Pemicu biaya (cost driver) adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan

biaya aktivitas. Cost driver merupakan faktor yang dapat diukur yang

digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke

aktivitas lainnya, produk atau jasa. Terdapat dua jenis cost driver, yaitu:

a) Driversumber daya (resources driver) merupakan ukuran kuantitas sumber

daya yang dikonsumsi oleh aktivitas. Misalnya presentase dari total yang

digunakan oleh suatu aktivitas.

18
b) Driveraktivitas (activity driver) adalah ukuran frekuensi dan intensitas

permintaan terhadap suatu aktivitas berdasarkan objek biaya. Pemicu

aktivitas digunakan untuk membebankan biaya dari cost pool ke objek

biaya.

2.7 Tahapan Penerapan Activity Based Costing

Dunia dan Wasilah Abdullah (2014:323) menyatakan bahwa ada beberapa

tahapan dalam penyusunan hingga implementasiActivity Based Costing, yaitu:

1) Pemeriksaan ulang seluruh informasi keuangan perusahaan. Pada tahap ini,

kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa kembali laporan keuangan yang

berkaitan dengan biaya atau beban;

2) Penentuan tujuan penerapan sistem Activity Based Costing. Pada tahap ini,

manajemen harus menentukan apa yang akan dicapai oleh penerapan Activity

Based Costing, apakah digunakan untuk pengendalian biaya, pengambilan

keputusan, atau untuk mengelola aktivitas yang ada di perusahaan khususnya

yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan;

3) Penetapan aktivitas utama yang menyebabkan perubahan pada beban tidak

langsung/overhead;

4) Menghubungkan biaya tidak langsung yang berkaitan dengan aktivitas

sehingga dapat dihitung tarif per unit untuk setiap dasar alokasi;

5) Menghitung biaya tidak langsung yang dibebankan pada setiap objek

biaya.Pada tahap ini, untuk mengetahui pembebanan biaya tidak langsung

dilakukan perhitungan dengan cara mengalikan biaya pembebanan per unit

dengan konsumsi sumber daya;

19
6) Menghitung total biaya untuk setiap objek biaya.Setelah mengetahui jumlah

biaya tidak langsung, kemudian ditambahkan dengan biaya langsung maka

perusahaan dapat mengetahui biaya produksi untuk setiap objek biaya;

7) Menggunakan hasil perhitungan Activity Based Costinguntuk melakukan

perbaikan atau pengambilan keputusan yang relevan.

2.8 Klasifikasi Aktivitas dalam Metode Activity Based Costing

Menurut Islahuzzaman (2011:44) aktivitas dibagi kedalam empat kategori,

yaitu:

1) Unit-level activity adalah aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi setiap

unit produk atau jasa. Biaya dalam aktivitas ini dipengaruhi dan dibebankan

secara merata kepada produk berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan.

2) Batch-level activity adalah aktivitas yang dilakukan untuk masing-masing

batch atau kelompok produk, atau mengeset pekerjaan yang akan dilakukan.

Biaya untuk aktivitas ini berhubungan dengan jumlah batch yang diproduksi

dan tidak dipengaruhi oleh unit produksi dalam setiap order produksi.

3) Product-sustaining activity adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung

produksi-produksi yang berbeda. Biaya dalam aktivitas ini dibebankan kepada

produk berdasarkan taksiran jumlah unit produk tertentu yang akan dihasilkan

selama umur produk tersebut.

4) Facility-sustaining activity adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung

produksi produk secara umum dan berhubungan dengan kegiatan yang

mempertahankan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan.

20
Riwayadi (2014:217) mengklasifikasikan aktivitas berdasarkan tingkatan

aktivitas, yaitu:

1) Aktivitas tingkat unit (unit level activities) merupakan aktivitas yang

dilaksanakan setiap kali suatu unit produk dihasilkan. Biaya yang terkait

dengan aktivitas ini disebut biaya tingkat unit (unit level cost). Driver biaya

yang digunakan untuk membebankan aktivitas ini ke produk disebut dengan

driver unit. Contoh driver unit adalah biaya tenaga kerja langsung (BTKL),

jam mesin (JM) dan biaya bahan baku langsung (BBBL).

2) Aktivitas tingkat batch (batch level activities) merupakan aktivitas yang

dilakukan setiap kali satu kelompok unit (batch) produk dihasilkan. Contoh

biaya tingkat batch adalah biaya pengecekan berdasarkan sampel, biaya

pengesetan mesin, biaya pembelian, dan biaya pemindahan barang. Driver

yang digunakan untuk membebankan aktivitas ke masing-masing produk

disebut dengan batch driver, contohnya lama waktu waktu pengesetan, berapa

kali dilakukan pengesetan, jumlah pengecekan, lama waktu pengecekan,

jumlah pesanan produksi, jumlah pesanan pembelian, dan jumlah pemindahan.

3) Aktivitas tingkat produk (product level activities) merupakan aktivitas yang

dilakukan untuk mendukung masing-masing jenis produk, dan tidak terkait

dengan batch produk yang dihasilkan atau setiap unit produk yang dihasilkan.

Contoh biaya tingkat produk adalah biaya pesanan perubahan rekayasa,

pengembangan prosedur pengujian produk, desain produk, dan promosi. Driver

yang digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ini ke produk disebut

driverproduk (product driver), contohnya lama waktu mendesain, jumlah

ragam produk yang dihasilkan, dan jumlah komponen produk yang diperlukan.

21
4) Aktivitas tingkat fasilitas (facility level activities) merupakan aktivitas yang

dilakukan untuk mendukung organisasi secara keseluruhan dan tidak dapat

ditelusuri ke masing-masing produk yang dihasilkan. Contoh biaya tingkat

fasilitas adalah biaya manajemen parik, biaya pengelolaan lingkungan pabrik

(Landscaping), biaya kemanan, biaya pajak bumi dan bangunan, serta biaya

penyusutan pabrik. Biaya ini dibebankan ke masing-masing produk dengan

menggunakan driver yang arbitrer (arbitrary basis) sebab aktivitas ini tidak

berhubungan dengan produk.

2.9 Pemicu Biaya

Dalam Islahuzzaman (2011: 43) mengungkapkan definisi pemicu biaya

(cost driver) sebagai dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead

dalam Activity Based Costing. Karakteristik cost driver menurut Islahuzzaman

(2011: 43) yaitu faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktivitas, cost driver

dapat diukur, dan digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas dan dari

aktivitas ke aktivitas lainnya terhadap produk atau jasa.

Menurut Islahuzzaman (2011: 43), terdapat dua jenis cost driver, yaitu:

1) Resources driver yang merupakan ukuran kuantitas sumber daya yang

dikonsumsi oleh aktivitas. Cost driver ini digunakan untuk membebankan

biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas ke kelompok dari semua

elemen biaya yang berkaitan dengan suatu aktivitas.

2) Activity driver yang merupakan ukuran frekuensi intensitas permintaan

terhadap suatu aktivitas berdasarkan objek biaya. Activity driver ini digunakan

22
untuk membebankan biaya dari kelompok dari semua elemen biaya yang

berkaitan dengan suatu aktivitas ke objek biaya.

Pemicu biaya dari setiap aktivitas akan berguna untuk pengalokasian biaya

berdasarkan rasio konsumsi dari setiap aktivitas. Mowen dkk. (2017: 383)

mendefinisikan rasio konsumsi sebagai proporsi dari setiap aktivitas yang

dikonsumsi setiap produk dan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

jumlah pemicu aktivitas per produk


Rasio Konsumsi =
total kuantitas pemicu

2.10 Manfaat Activity Based Costing

Manfaat utama Activity Based Costing menurut Islahuzzaman (2011:50)

adalah:

1) Activity Based Costing menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan

informatif, yang menuju pada pengukuran kemampuan peroleh laba atas

produk yang lebih akurat dan keputusan-keputusan strategis yang

diinformasikan dengan lebih baik mengenai harga jual, lini produk, pasar

pelanggan dan pengeluaran modal.

2) Activity Based Costing memberikan pengukuran yang lebih akurat atas

aktivitas-aktivitas pemicu biaya, yang membantu manajer memperbaiki produk

dan proses menilai dengan membuat keputusan desain produk yang lebih baik,

pengendalian biaya yang lebih baik dan membantu meningkatkan berbagai

nilai proyek.

3) Activity Based Costing membantu manajer lebih mudah mengakses informasi

tentang biaya-biaya yang relevan dalam membuat keputusan bisnis.

23
2.11 Kelebihan Metode Activity Based Costing

Menurut Badira (2017), “Keunggulan sistem Activity Based Costing

membantu mengurangi distorsi yang disebabkan alokasi biaya tradisional. Sistem

ini memberikan gambaran yang jernih tentang bagaimana bauran dari beraneka

ragam produk, jasa, dan aktivitas yang memberikan kontribusi kepada laba usaha

dalam jangka panjang”.

Menurut syahputra (2018) Biaya sumber daya yang telah diidentifikasi

akan dibebankan kepada masing-masing aktivitas menggunakan driver biaya

sumber daya. Total biaya yang telah dibebankan ke masing-masing aktivitas akan

digunakan untuk menghitung tarif per cost driver setiap aktivitas.

Pengklasifikasian aktivitas dilakukan terlebih dahulu sebelum menghitung tarif

per cost driver, sebab cost driver masing-masing aktivitas perlu ditentukan sesuai

dengan level aktivitas.

Jack (2015) juga menjelaskan bahwa beberapa kelebihan dari sistem biaya

Activity Based Costingdalam penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut:

1) Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur

teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang

signifikan dari total biaya;

2) Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang

modern, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang.

Analisis sistem biaya Activity Based Costing itu sendiri memberi perhatian

pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat

ditelusuri;

24
3) Mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities cause cost)

bukanlah produk, dan produklah mengkonsumsi aktivitas;

4) Sistem biaya Activity Based Costingmemfokuskan perhatian pada sifat real

dari perilaku biaya dan membantu dalam mengurangi biaya dan

mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk;

5) Sistem biaya Activity Based Costing mengakui kompleksitas dari diversitas

produksi yang modern dengan menggunakan banyak pemicu biaya (multiple

cost driver), banyak dari pemacu biaya tersebut adalah berbasis transaksi

(transaction based) daripada berbasis volume produk;

6) Sistem biaya Activity Based Costing memberikan suatu indikasi yang dapat

diandalkan dari biaya produk variabel jangka panjang (long run variable

product cost) yang relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategic.

2.12 Langkah-langkah pembebanan BOP berdasarkan aktivitas

Samryn (2012: 126) menggambarkan proses alokasi untuk pembebanan Tabel 2.1
Ilustasi Skema Alokasi Biaya dalam Sistem Activity Based Costing

Biaya Biaya Overhead 2


Biaya Overhead 1
Overhead

Aktivitas 1 Aktivitas 2 Driver Aktivitas 3 Aktivitas 4

Pool Biaya 1 Pool Biaya 2 Pool Pool Biaya 3 Pool Biaya 4

Pemicu Pemicu Pemicu Pemicu Pemicu


Biaya 1 Biaya 2 Biaya Biaya 3 Biaya 4

Lini Produk 1 Lini Produk Lini Produk 2

Sumber: Samryn (2012: 126)

25
Riwayadi (2014: 207) menjelaskan langkah-langkah pembebanan biaya

overhead pabrik ke produk pada perhitungan harga pokok produk berdasarkan

aktivitas, diantaranya adalah:

1) Mengidentifikasi aktivitas dan driver aktivitas

Identifikasi aktivitas dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu melalui

wawancara dengan pihak manajemen dan melalui analisis proses bisnis

internal. Beberapa pertanyaan terkait dengan identifikasi melalui wawancara

dengan pihak manajemen ini antara lain adalah apa yang dilakukan oleh pihak

manajemen, apa yang dilakukan oleh para karyawan, dan apa yang dilakukan

oleh peralatan. Identifikasi aktivitas juga dapat dilakukan melalui analisis

proses bisnis internal.

Perusahaan besar pada umumnya memiliki bisnis proses secara tertulis,

seperti proses produksi, proses penerimaan barang, proses penjualan, dan

sebagainya. Berdasarkan proses-proses inilah aktivitas akan diidentifikasi. Setiap

proses menggunakan input dan menghasilkan output. Setiap proses memiliki

beberapa aktivitas untuk mengubah input menjadi output.

Aktivitas yang telah diidentifikasi akan didokumentasikan dalam daftar

aktivitas (activity dictionary). Setiap aktivitas ini kemudian akan diidentifikasi

driver biayanya. Driver biaya ini akan digunakan untuk membebankan biaya

aktivitas utama ke produk akhir (barang jadi) dan membebankan biaya aktivitas

pendukung ke aktivitas lainnya.

2) Mengidentifikasi sumber daya yang digunakan oleh setiap aktivitas, biaya


sumber daya, dan driver sumber daya untuk biaya tidak langsung dari suatu
aktivitas.

26
Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk mengidentifikasi biaya
aktivitas adalah mengidentifikasi sumber daya yang digunakan oleh setiap
aktivitas. Langkah kedua ialah mengidentifikasi item biaya dan besaran
biayanya. Biaya tersebut kemudian akan diklasifikasikan menjadi biaya
langsung aktivitas dan biaya tidak langsung aktivitas. Tahap ini akan
menjadikan aktivitas sebagai objek biaya. Biaya tidak langsung aktivitas
dibebankan ke masing-masing aktivitas menggunakan driver biaya untuk
sumber daya. Driver biaya yang tepat untuk setiap aktivitas perlu dicari untuk
kategori biaya tidak langsung.
3) Mengumpulkan data kapasitas driver aktivitas dan driver sumber daya

Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengumpulkan data

kapasitas atau konsumsidriver biaya aktivitas dan driver biaya sumber

daya.Data ini dapat dikumpulkan dari berbagai unit terkait.

4) Membebankan biaya sumber daya ke aktivitas

Biaya langsung aktivitas (direct cost of activity) kemudian dibebankan ke

aktivitas menggunakan metode penelusuran langsung, sedangkan biaya tidak

langsung aktivitas (indirect cost activity) akan dibebankan ke aktivitas

menggunakan metode penelusuran dan metode alokasi.

5) Membebankan biaya aktivitas pendukung ke aktivitas utama

Aktivitas pendukung (secondary activity) harus dibebankan ke aktivitas

utama (primary activity).Hal ini disebabkan biaya dalam aktivitas pendukung

tidak berhubungan langsung dengan objek akhir. Aktivitas utama yang akan

dibebankan langsung ke objek akhir.

6) Mengklasifikasikan aktivitas yang ada

Klasifikasi aktivitas berdasarkan tingkat aktivitas dapat digunakan untuk

melihat struktur biaya per tingkat aktivitas, yang bermanfaat untuk

menganalisis dan mengelola biaya. Manajemen dapat dengan mudah

27
mengetahui biaya tingkat aktivitas mana yang paling besar, apakah biaya

tingkat unit, tingkat batch, tingkat produk, ataukah tingkat fasilitas. Informasi

ini akan digunakan manajemen untuk membandingkannya dengan struktur

biaya kompetitor dalam upaya meningkatkan daya saing perusahaan.

7) Menghitung tarif aktivitas

Menghitung tarif aktivitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

total biaya setiap aktivitas


Tarif aktivitas =
kapasitas (konsumsi) driver aktivitas

8) Membebankan biaya aktivitas ke produk.

Pembebanan biaya aktivitas ke produk dilakukan dengan cara mengalikan

kapasitas (konsumsi) driver aktivitas sesungguhnya dengan tarif aktivitasnya.

Baldric Sirregar dkk (2013: 233) menjelaskan langkah-langkah pembebanan

biaya overhead pabrik ke produk pada perhitungan harga pokok produk

berdasarkan aktivitas, seperti dalam bagan.

Tabel 2.2Tahapan dalam Pembebanan Biaya Overhead dengan ABC.

28
ABC membebankan biaya overhead pabrik ke objek (produk atau jasa)

dengan beberapa langkah.Pertama, mengidentifikasi sumber daya dan

aktivitas.Dengan menggunakan dasar pemicu konsumsi biaya sumber daya dapat

dihitung tarif biaya per unit sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap aktivitas

atau pusat aktivitas (pusat biaya).Selanjutnya, biaya dibebankan ke dalam produk

atau jasa dengan mengalikan tarif biaya per unit setiap aktivitas dengan jumlah

aktivitas sesungguhnya yang digunakan oleh setiap objek biaya.

2.13 Penentuan harga jual

Halim dkk. (2013: 126) menjelaskan beberapa metode yang digunakan untuk

menetapkan harga jual suatu produk atau jasa, yaitu:

1) Pendekatan Cost-Plus

Biaya merupakan komponen penting yang perlu dipertimbangakan dalam

mementukan harga jual produk atau jasa.Harga jual pada pendekatan ini dapat

ditentukan dengan melakukan penjumlahan antara seluruh biaya dengan

jumlah tertentu yang disebut dengan mark up. Mark up dalam hal ini

merupakan laba yang diinginkan oleh perusahaan atas suatu produk atau jasa

yang dihasilkan.

2) Harga Jual Produk Baru

Perusahaan pada umumnya akan melakukan beberapa eksperimen atau tes

pasar untuk menentukan harga jual produk yang baru. Berdasarkan hasil tes

tersebut, perusahaan dapat memilih harga jual yang akan diterapkan bagi

produk atau jasa yang baru dihasilkan. Selain melakukan eksperimen atau tes

pasar, perusahaan menerapkan strategi penentuan harga jual produk atau jasa

baru.Strategi ini diantaranya adalah skrimming pricing dan penetration

29
pricing. Skrimming pricing merupakan bentuk strategi penentuan harga jual

produk atau jasa baru dengan menentukan harga jual mula-mula relatif tinggi

untuk memperoleh laba maksimum dalam jangka pendek, sedangkan

penetration pricing merupakan bentuk straegi penentuan harga jual dengan

cara menentukan harga jual mula-mula relatif rendah untuk mendapatkan

posisi pasar yang lebih baik dimasa yang akan datang.

3) Teori Harga

Manajemen perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi penentuan harga.Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah

harga jual produk saingan dan kondisi perekonomian pada umumnya.Menurut

teori ini, harga jual yang terbaik adalah yang dapat memaksimulmkan laba

perusahaan. Laba yang maksimum dapat terjadi pada saat perbedaan antara

pendapatan total dengan biaya total dalam jumlah yang paling besar.

30
BAB III METODE KEGIATAN

3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan

CV. Masagena Furniture berlokasi di Nusa Harapan Permai, jalan poros

BTP, Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan

November 2018sampai dengan bulan April 2019.

3.2 Tipe Kegiatan

Untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, Tipe

penelitian yang dilakukan yaitu penelitian lapangan (field research) yang

merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan dengan mengunjungi CV.

Masagena Furniture dan melakukan wawancara dengan pemilik serta beberapa

karyawan yang dapat memberikan informasi mengenai aktivitas perusahaan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah anilisis dokumen. Analisis dokumen merupakan teknik pengumpulan data

dengan cara melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen yang berisi data dan

keterangan yang menunjang dalam penelitian. Contoh dokumen yang akan

dianalisis adalah data mengenai biaya produksi, data transaksi, dan catatan dari

perusahaan yang selanjutnya akan diolah terkait dengan masalah yang dibahas.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan oleh penulis dalam kegiatan ini adalah

metode deskriptif kuantitatif, yaitu menyajikan perhitungan harga pokok produksi

menggunakan metode Activity Based Costing. Berikut ini langkah-langkah

analisis data yang akan dilakukan:

1) Pengumpulan data awal yaitu jenis produk dan harga jual produk

31
2) Identifikasi aktivitas dan biaya sumber daya pada kegiatan poduksi seperti

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead;

3) Penentuan cost driver;

4) Pengumpulan data kapasitas driver biaya dan driver sumber daya;

5) Pembebanan biaya sumber daya ke aktivitas;

6) Pengklasifikasikan aktivitas;

7) Penghitungan harga per unit cost driver;

Menghitung harga per unit cost driver dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

total biaya setiap aktivitas


harga per cost driver =
konsumsi driver aktivitas

8) Pengalokasian biaya aktivitas setiap departemen untuk setiap produk;

9) Penghitungan harga produk;

Menghitung harga produk dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Harga produk = harga pokok produksi + laba yang diharapkan + pajak.

3.5 Metode Analisis Penelititian

Pengumpulan Analisis Penerapan Perbandingan Pembuatan


data Permasalahan metode metode ABC Laporan
perhitungan dan
HPP Tradisionlal

1. Pengumpulan data yang dilakukan adalah Studi Pustaka berupa pengumpulan

data berupa buku-buku, paper atau dokumentasi yang berkaitan dengan

penelitian yang dilakukan dan wawancara, dilakukan proses tanya jawab

antara peneliti dengan responden yang terkait yaitu pemilik UKM Bali Sari

2. Analisis Permasalahan, melakukan proses penganalisaan terhadap

permasalahan yang dibahas pada penelitian, yaitu penentuan harga pokok

produksi pada UKM Bali Sari dengan pendekatan Activity Based Costing

32
3. Penerapan metode perhitungan HPP dengan menggunakan metode ABC

(Activity Based Costing) .untuk mengoptimalisasi laba perusahaan.

4. Perbandingan metode perhitungan HPP dengan metode ABC dan tradisional.

5. Pembuatan Laporan, tahapan ini merupakan tahapan akhir dimana

merangkum semua hasil penelitian dalam bentuk sebuah laporan.

3.6 Analisis perbandingan metode ABC dan Tradisional

Dalam penerapan akuntansi biaya tradisional dan metode Activity Based

Costing mempunyai perbedaan, dimana perbedaan tersebut merupakan

keunggulan dari metode Activity Based Costing. William K.Carter (2009; 532)

menjelaskan perbedaan metode tradisional dengan Activity Based Costing, yaitu:

KETERANGAN SISTEM TRADISIONAL SISTEM ABC

Fokus Produk Aktivitas


Lingkup Biaya produksi Seluruh biaya
Teknologi Manual Teknologi
informasi
Perhitungan Satu/dua tahap yaitu: Dua tahap, yaitu:
biaya
❖ Biaya sumber daya. ❖ Biaya aktivitas
❖ Biaya produk apabila berdasarkan
pusat biaya lain dibuat pemicu sumber
daya.
❖ Biaya aktivitas
produk/biaya
lainnya.

Tabel 3.1 perbedaan metode tradisional dengan Activity Based Costing


Dalam penelitian ini, penulis mencoba melakukan uji kelayakan antara

metode ABC dan tradisional, yang menjadi standar yaitu Keputusan dan kendali

yang lebih baik. Sistem ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat

tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas, membantu manajemen

untuk meningkatkan nilai produk dan nilai proses dengan membuat keputusan

33
yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya secara lebih baik,

dan membantu perkembangan proyek-proyek yang meningkatkan nilai.

Pengukuran perbandingan ABC dan tradisional dapat dinilai menggunakan

parometer identifikasi setiap masing-masing komponen biaya untuk setiap

metode.

34
BAB IV HASIL DAN DESKRIPSI KEGIATAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

CV Masagena Furniture merupakan suatu perusahaan yang bergerak di

bidang industri mebel yang berlokasi di Nusa Harapan Permai, jalan poros BTP

Makassar yang didirikan oleh Bapak Erwin. Usaha ini berbentuk perseorangan

yang mulai berdiri sejak tahun 2009. CV Masagena Furniture memproduksi

berbagai macam produk seperti lemari, tempat tidur, kursi, bufet, pintu, kusen dan

partisi. Perusahaan ini memiliki 14 pekerja yang dibagi ke dalam beberapa bagian.

Pertama, bagian produksi meliputi bagian pengolahan bahan baku, bagian

perakitan, dan bagian finishing. Kedua, bagian operasional terdiri dari supir dan

buruh.

Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya memproduksi beberapa

produk yang dijadikan sebagai pajangan atau contoh produk untuk dipasarkan ke

pelanggan, tetapi untuk produk yang dijual terlebih dahulu melalui proses

pemesanan. Kegiatan yang dilakukan pemilik adalah menerima pesanan sesuai

dengan spesifikasi yang diinginkan pembeli, melakukan transaksi keuangan, serta

pembayaran upah tenaga kerja. Adapun tugas pekerja yaitu melakukan pekerjaan

sesuai dengan perintah yang diberikan oleh pemilik.

4.1.2 Struktur Organisasi CV Masagena Furniture

Struktur organisasi dalam perusahaan merupakan bagian atau kerangka

yang menunjukkan:

1) Banyaknya tugas dan fungsi untuk mencapai tujuan perusahaan.

2) Hubungan antara fungsi yang satu dengan fungsi yang lain.

35
3) Batas atau wewenang jabatan yang memegang fungsi dalam organisasi.

PEMILIK

BAGIAN PRODUKSI BAGIAN


OPERASIONAL

BAGIAN SUPIR
PENGOLAHAN
BAHAN BAKU

BAGIAN PERAKITAN BURUH

BAGIAN FINISHING

Gambar 4.1 Struktur Organisasi CV Masagena Furniture

Berikut penjelasan mengenai tugas dan tanggung jawab:

1) Pemilik perusahaan bertanggung jawab atas kelancaran seluruh kegiatan

operasional perusahaan, memiliki hak untuk mengambil kebijakan yang

berkenaan dengan perusahaan. Pemilik bertugas memimpin kegiatan

perusahaan dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap aset perusahaan,

juga bertanggung jawab mengawasi proses produksi secara langsung dan

mengusahakan agar bahan baku dapat menjadi produk akhir. Pengawasan

dilakukan baik pada tenaga kerja, pemakaian mesin/peralatan, pengadaan

36
bahan baku, dan sebagainya yang berhubungan dengan proses produksi

secara keseluruhan.

2) Bagian pengolahan bahan baku bertugas untuk mengolah kayu gelonggongan

menjadi papan dan balok kayu yang siap untuk masuk ke bagian perakitan.

3) Bagian perakitan bertugas melakukan perakitan bahan baku menjadi barang

jadi serta melakukan pengukiran terhadap produk.

4) Bagian finishing bertugas mempercantik produk melalui proses pengecetan

dan pemasangan jok.

5) Buruh bertugas mengangkut kayu yang telah dibeli ke mobil dan kemudian

kayu tersebut masuk ke tahapan pengolahan bahan baku.

6) Supir bertugas mengantarkan produk ke pelanggan dan pengambilan bahan

baku.

4.1.3 Proses Produksi

Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam memproduksi produk CV

Masagena Furniture:

Bagian Bagian Bagian


pengelolaan perakitan finishing
bahan baku

Gambar 4.2 Proses Produksi Pada CV Masagena Furniture

Bedasarkan gambar di atas, tahap pertama yaitu pengolahan bahan baku. Pada

tahap ini bahan baku kayu akan diolah terlebih dahulu melalui proses pemotongan

menggunakan alat ketam atau meja katang untuk membentuk sebuah balok dan

mengurangi ketebalan kayu, dan juga dipotong sesuai dengan ukuran dan bentuk yang

akan dibuat menggunakan alat selendang. Setelah itu permukaan bahan baku

37
dirapikan menggunakan alat pahat agar memudahkan dalam membuat lubang

purusan atau lubang kunci, dan diperhalus lagi menggunakan alat amplas.

Setelah dilakukan pengolahan bahan baku, masuk ke tahap perakitan.

Bahan baku kayu yang sudah diolah kemudian dirakit sesuai jenis produk yang

dipesan menggunakan alat bor, alat profit, dan grenda untuk pemotongan kaca

maupun cermin. Tahap perakhir yaitu finishing. Pada tahap finishing dilakukan

pemasangan jok untuk produk yang menggunakan jok seperti kursi, dan proses

pengecetan dengan menggunakan mesin kompresor sehingga produk tersebut

terlihat lebih bagus.

4.1.4 Harga Jual Produk

Harga jual produk pada CV Mazagena Furniture ditentukan dengan

menggunakan metode tradisional. Metode tradisional ini merupakan perhitungan

atas dasar unit cost yaitu dengan menjumlahkan biaya langsung dan biaya

overhead yang ditaksir oleh pemilik perusahaan. Harga jual produk pada CV

Mazagena Furniture dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Harga jual produk CV Mazagena Furniture

No. Jenis produk Harga Jual Per Unit

1 Lemari 3 Pintu Rp 10,000,000


2 Meja Makan Rp 7,000,000
3 Kursi Sofa 1 Set Rp 25,000,000
Sumber: data diolah, 2019

4.1.5 Pencatatan biaya-biaya

1. Biaya bahan baku

Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi lemari 3 pintu,

meja makan, dan kursi 1 set adalah kayu jati. Penggunaan bahan baku tiap

38
produk berbeda-beda tergantung ukuran yang diinginkan oleh pemesan.

Berikut data penggunaan bahan baku tiap produk:

Tabel 4.2 Biaya Bahan Baku CV Masagena Furniture

Harga Satuan Jumlah Biaya


Jenis Produk Satuan Jumlah
Bahan Baku (Rp) per Unit (Rp)

Lemari 3 Pintu Meter 0.62 Rp 6,000,000 Rp 3,720,000


Meja Makan Meter 0.5 Rp 6,000,000 Rp 3,000,000
Kursi Sofa 1 Set Meter 0.94 Rp 6,000,000 Rp 5,640,000
Sumber: Data diolah, april 2019.

2. Biaya tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan perusahaan untuk

produk yang terjual pada bulan april 2019 yaitu Rp. 12.800.000,-.

Tabel 4.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung CV Masagena Furniture

Bagian
Jumlah pengolahan Bagian Bagian
Jumlah (Rp)
tukang bahan baku perakitan (Rp) finishing (Rp)
(Rp)
8 Rp 4,800,000 Rp 4,800,000 Rp 3,200,000 Rp 12,800,000
Sumber: Data diolah, 2019.

3. Biaya overhead pabrik

a) Bahan penolong

Penulis menggolongkan biaya bahan penolong untuk lemari 3

pintu, antara lain: thinner, melamin clear, melamin sanding, lem,

engsel, paku, sekrup, amplas, gagang lemari, kaca cermin, kunci, dan

wood filler, biaya bahan penolong untuk meja makan, antara lain:

thinner, melamin clear, melamin sanding, lem, paku, sekrup, kulit

39
oskar, busa, wood filler, dan amplas. Biaya bahan penolong untuk

kursi sofa 1 set, antara lain: thinner, melamin clear, melamin sanding,

lem, paku, sekrup, amplas, kulit oskar, busa, dan wood filler.

Berikut rincian biaya bahan penolong yang digunakan tiap jenis

produk:

Tabel 4.4 Biaya Bahan Penolong Lemari 3 Pintu CV Masagena Furniture

Jenis Bahan Jumlah Biaya


Thinner ND Super Rp 87,500
Melamine Clear Gloss Trilac MJ Rp 284,211
Melamine Sanding Sealer Trilac MJ Rp 271,579
Lem epoxy WPM Rp 120,000
Engsel Rp 204,000
Paku Rp 30,000
Skrup Rp 44,000
Gagang Lemari Rp 94,500
Kaca cermin Rp 45,000
Kunci Rp 60,000
Wood Filler Rp 100,622
Amplas Rp 21,000
Sumber: Data diolah, 2019

Tabel 4.5 Biaya Bahan Penolong Meja Makan CV Masagena Furniture

Jenis Bahan Jumlah Biaya


Thinner ND Super Rp 125,000
Melamine Clear Gloss Trilac MJ Rp 355,263
Melamine Sanding Sealer Trilac MJ Rp 339,474
Lem epoxy WPM Rp 180,000
Paku Rp 30,000
Skrup Rp 55,000
Wood Filler Rp 215,618
Amplas Rp 28,000
Sumber: Data diolah, 2019

Tabel 4.6 Biaya Bahan Penolong Kursi Sofa 1 Set CV Masagena Furniture

Jenis Bahan Jumlah Biaya


Thinner ND Super Rp 125,000
Melamine Clear Gloss Trilac MJ Rp 355,263
Melamine Sanding Sealer Trilac MJ Rp 339,474

40
Lem epoxy WPM Rp 180,000
Paku Rp 30,000
Skrup Rp 49,500
Kulit oskar Rp 1,440,000
Busa Rp 804,000
Wood Filler Rp 215,618
Amplas Rp 28,000
Sumber: Data diolah, 2019

b) Biaya tenaga kerja tidak langsung

Jumlah pekerja tidak langsung sebanyak 4 pekerja sebagai sopir

dengan upah sebesar Rp 1.100.000 tiap pekerja. Total pengeluaran

untuk biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp 4.400.000 per

bulan.

c) Biaya listrik

Biaya listrik yang digunakan untuk proses produksi selama bulan

April 2019 yaitu sebesar Rp. 1.952.790,-.

d) Biaya Bahan Bakar

Biaya bahan bakar yang digunakan untuk proses pengangkutan bahan

baku dan pengantaran pesanan selama bulan April 2019 yaitu sebesar

Rp. 440.000,-.

e) Biaya Pemeliharaan kendaraan

Biaya Pemeliharaan kendaraan yang digunakan untuk pemeliharaan

kendaraan selama bulan April 2019 yaitu sebesar Rp. 920.000,-.

f) Biaya Pemeliharaan Mesin

Biaya Pemeliharaan Mesin yang digunakan untuk proses produksi

selama bulan April 2019 yaitu sebesar Rp. 850.000,-.

41
g) Biaya penyusutan aktiva

Biaya penyusutan aktiva yaitu biaya yang terjadi akibat

menyusutnya nilai aktiva perusahaan yang digunakan dalam proses

produksi. Biaya penyusutan bangunan perbulan sebesar Rp 1.041.667.

Nilai tersebut diperoleh dari harga perolehan bangunan sebesar

Rp 250.000.000 dibagi dengan umur ekonomis 20 tahun, lalu dibagi

12 untuk mendapatkan nilai penyusutan per bulan. Begitu pula dengan

penyusutan mesin perbulan sebesar Rp. 850.000,- dan penyusutan

kendaraan perbulan sebesar Rp. 920.000,-. Jadi total penyusutan

aktiva yaitu Rp. 2.811.667,-. Jenis mesin dan kendaraan yang dimiliki

perusahaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.7 Daftar Mesin dan Penyusutan Mesin CV Mazagena Furniture


Harga per Total Nilai Total
Tahun Umur Penyusutan
Nama Jenis Jumlah Unit Aset Penyusutan
Perolehan Ekonomis (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)

Mesin Ketam Kayu 12 Jun-14 850,000 10,200,000 4 17,708 212,500


Mesin Bor 8 Jan-16 350,000 2,800,000 4 7,292 58,333
Mesin Profil Kayu 4 May-15 350,000 1,400,000 4 7,292 29,167
Mesin Gergaji 5 Jul-16 1,200,000 6,000,000 4 25,000 125,000
Mesin Pahat 1 May-15 3,500,000 3,500,000 4 72,917 72,917
Mesin Selendang Kayu 1 May-16 5,000,000 5,000,000 4 104,167 104,167
Mesin Asah Kayu 1 May-16 350,000 350,000 4 7,292 7,292
Mesin Gerinda 5 Jul-15 600,000 3,000,000 4 12,500 62,500
Mesin Amplas 5 Jul-16 600,000 3,000,000 4 12,500 62,500
Mesin Kompresor 3 Mar-16 4,500,000 13,500,000 4 93,750 281,250
Mesin Meja Katang 2 Mar-16 5,000,000 10,000,000 4 104,167 208,333
TOTAL 58,750,000 1,223,958
Sumber: Data diolah, 2019

42
Tabel 4.8 Daftar Kendaraan dan Penyusutan Kendaraan CV Mazagena
Furniture
Total
Tahun Harga Total Umur Penyusutan
Nama Jenis Jumlah Penyusutan
Perolehan (Rp) (Rp) Ekonomis (Rp)
(Rp)

Pickup panter 1 Jan-12 180,200,000 180,200,000 8 1,877,083 1,877,083

Pickup colt 1 Nov-14 80,200,000 80,200,000 8 835,417 835,417

Motor 2 Feb-15 11,500,000 23,000,000 4 239,583 479,167

TOTAL 283,400,000 2,952,083

Sumber: Data diolah, 2019

4.1.6 Identifikasi Aktivitas dan Biaya Sumber Daya pada Pembuatan Produk

CV Mazagena Furniture

Pada CV Mazagena Furniture aktivitas dapat digolongkan menjadi empat

level aktivitas. Aktivitas-aktivitas yang terjadi pada proses produksi CV

Mazagena Furniture dapat dilihat sebagai berikut:

1) Aktivitas pembelian bahan baku

Aktivitas ini adalah proses pengangkutan bahan mentah produk yang akan

digunakan nantinya di pabrik. Aktivitas ini menimbulkan biaya upah buruh dan

Biaya bahan bakar.

2) Aktivitas Pengolahan bahan baku

Aktivitas ini adalah proses pengolahan bahan mentah yang kemudian

diolah menjadi bahan setengah jadi. Aktivitas ini menimbulkan biaya tenaga

kerja tukang untuk 3 orang dan mengurangi persediaan bahan mentah.

3) Aktivitas Perakitan

Aktivitas ini adalah bagian yang bertugas melakukan perakitan bahan baku

menjadi barang jadi serta melakukan pengukiran terhadap produk. Aktivitas ini

43
menimbulkan biaya tenaga kerja tukang untuk 3 orang dan biaya bahan

penolong.

4) Aktivitas Finishing

Aktivitas ini adalah bagian yang bertugas untuk mempercantik produk

melalui proses pengecetan dan pemasangan jok. Aktivitas ini menimbulkan

biaya tenaga kerja tukang untuk 2 orang dan biaya bahan penolong.

5) Aktivitas Pengantaran Pesanan

Aktivitas ini adalah biaya dibebankan untuk pengantaran produk terjual ke

empat pelanggan. Aktivitas ini menimbulkan biaya bahan bakar.

6) Aktivitas Penggunaan listrik dan Air

Aktivitas ini adalah biaya yang dikeluarkan akibat mesin yang

membutuhkan listrik, dan air untuk keperluan proses produksi.

7) Aktivitas Pemeliharaan Mesin

Aktivitas ini adalah biaya dibebankan dalam upaya untuk menjaga kondisi

mesin berada pada kondisi produktif. Aktivitas ini menimbulkan biaya

perawatan atau maintanance mesin.

8) Aktivitas Pemeliharaan Kendaraan

Aktivitas ini adalah biaya dibebankan dalam upaya untuk menjaga kondisi

kendaraan berada pada kondisi produktif. Aktivitas ini menimbulkan biaya

perawatan atau maintanance kendaraan.

9) Aktivitas Penyusutan Aset

Aktivitas penyusutan aset adalah pembebanan ke produk karena dari

aktivitas produksi tersebut, mengakibatkan penurunan nilai ekonomis aktiva

perusahaan. Penyusutan aktiva terdiri dari penyusutan mesin, kendaraan dan

44
gedung. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus.

Aktivitas ini menimbulkan biaya penyusutan mesin, kendaraan, dan gedung

perusahaan.

4.2 Pembahasan

Harga Pokok Produksi dapat dihitung dengan Sistem Tradisional dan

Activity-Based Costing System. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh suatu

penjelasan bahwa CV Mazegena Furniture belum menerapkan Activity-Based

Costing system untuk menghitung harga pokok produksi selama ini CV

Mazegena Furniture masih menggunakan perhitungan harga pokok produksı

berdasarkan sistem tradisional. Dalam bab ini akan dibahas mengenai penerapan

Activity-Based Costing System untuk menghitung Harga Pokok Produksi pada

CV Mazegena Furniture.

4.2.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional pada CV

Mazegena Furniture

Salah satu cara yang biasa digunakan untuk menghitung harga pokok

produksi, pihak perusahaan hanya mengakumulasikan biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Tabel 4.9 Perhitungan HPP Menggunakan Metode Tradisional


Jenis Produk
No BBB BTKL BOP TOTAL
Produk Terjual
Lemari 3
1 2 Rp 7,440,000 Rp 3,200,000 Rp 5,306,741 Rp 15,946,741
Pintu
Meja
2 3 Rp 9,000,000 Rp 4,800,000 Rp 4,279,630 Rp 18,079,630
Makan
Kursi
3 1 Rp 5,640,000 Rp 4,800,000 Rp 8,045,706 Rp 18,485,706
Sofa 1 Set
Sumber: data diolah, 2019

Hasil perhitungan harga pokok produksi dengan sistem tradisional pada

CV Mazegena Firniture tahun 2019 diperoleh hasil harga pokok produksi untuk

45
lemari 3 pintu (2 unit) sebesar Rp 15.946.741,- untuk meja makan (3 unit) sebesar

Rp 18.079.630,- dan untuk kursi sofa 1 set (1 unit) sebesar Rp 18.485.706,-.

4.2.2 Perhitungan harga pokok produksi dengan Activity Based-Costing pada

CV Mazegena Furniture.

1. Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas

Pada CV Mazegena Furniture aktivitas dapat digolongkan menjadi

beberapa aktivitas. Rincian penggolongan aktivitas-aktivitas dapat dilihat pada

tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10 Klasifikasi biaya ke dalam berbagai aktivitas pada CV Mazagena


Furniture.

No. Aktivitas Komponen BOP


1 aktivitas pembelian bahan baku Biaya upah buruh
Biaya bahan bakar
2 aktivitas pengolahan bahan baku Biaya gaji tukang
Biaya Bahan baku
3 Aktivitas perakitan Biaya gaji tukang
Biaya bahan penolong
4 Aktivitas finishing Biaya gaji tukang
Biaya bahan penolong
5 Aktivitas pengantaran produk Biaya bahan bakar
6 Aktivitas Pemakaian listrik Biaya pemakaian Listrik
7 Aktivitas pemeliharaan mesin Biaya pemeliharaan Mesin
8 Aktivitas pemeliharaan kendaraan Biaya pemeliharaan Kendaraan
9 Aktivitas penyusutan Aktiva Biaya Penyusutan Aktiva
Sumber: Data diolah, 2019

2. Menggabungkan berbagai biaya dengan aktivitas.

a) Aktivitas pembelian bahan baku dalam proses produksi mengonsumsi biaya

upah buruh dan biaya bahan bakar.

b) Aktivitas pengolahan bahan baku dalam proses produksi mengonsumsi

biaya gaji tukang.

46
c) Aktivitas perakitan dalam proses produksi mengonsumsi biaya biaya gaji

tukang dan biaya bahan penolong.

d) Aktivitas finishing dalam proses produksi mengonsumsi biaya gaji tukang

dan biaya bahan penolong.

e) Aktivitas pengantaran produk dalam proses produksi mengonsumsi biaya

biaya bahan bakar.

f) Aktivitas penggunaan listrik dan air dalam proses produksi mengonsumsi

biaya listrik dan air.

g) Aktivitas pemeliharaan mesin dalam proses produksi mengonsumsi biaya

pemeliharaan mesin.

h) Aktivitas pemeliharaan kendaraan dalam proses produksi mengonsumsi

biaya pemeliharaan kendaraan.

i) Aktivitas penyusutan aktiva dalam proses produksi mengonsumsi biaya

penyusutan aktiva

3. Menentukan cost driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas

Setelah aktivitas diidentifikasi sesuai dengan levelnya, langkah selanjutnya

adalah mengidentifikasi Cost Driver dari setiap biaya. Pengidentifikasian ini

dimaksudkan dalam penentuan tarif per unit Cost Driver. Data Cost Driver pada

setiap produk dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini:

Tabel 4.11 Penentuan Cost Driver tiap aktivitas

No. Aktivitas Komponen BOP Cost Driver


Aktivitas pembelian bahan
1 Biaya upah buruh Jumlah volume
baku
produk
Biaya bahan bakar
Biaya gaji tukang
Aktivitas pengolahan departemen pengolahan Jumlah volume
2
bahan baku bahan baku produk
Biaya bahan baku

47
Biaya gaji tukang
3 Aktivitas perakitan
departemen perakitan Jumlah volume
produk
Biaya bahan penolong

Biaya gaji tukang


4 Aktivitas finishing Jumlah volume
departemen finishing
produk
Biaya bahan penolong
Aktivitas pengantaran Jumlah volume
5 Biaya bahan bakar
produk produk
Aktivitas pemeliharaan Biaya pemeliharaan
6 Jumlah Mesin
mesin mesin
Aktivitas pemeliharaan Biaya pemeliharaan
7 Jumlah kendaraan
kendaraan kendaraan
Jumlah volume
8 Biaya listrik dan air
Aktivitas pemakaian listrik produk
Aktivitas penyusutan Biaya penyusutan Jumlah volume
9
aktiva aktiva produk
Sumber: Data Diolah, 2019

4. Identifikasi Sumber Daya Aktivitas, Biaya Sumber Daya, dan Driver Sumber

Daya

Identifikasi biaya yang timbul atas penggunaan sumber daya saat

melakukan aktivitas akan dilakukan setelah mengetahui aktivitas yang ada.

Adapun elemen biaya tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Biaya Bahan Baku

Total volume bahan baku produk yang digunakan pada CV Mazegena

Furniture adalah 3.68 m3 dengan harga Rp. 6.000.000,-/m3. Total biaya

bahan baku yang dikeluarkan oleh CV Mazagena Furniture pada April

2019 adalah Rp 22.080.000,-.

b) Biaya Upah Buruh

Total buruh yang bekerja pada CV Mazegena Furniture berjumlah 4 orang

yang terbagi atas sopir dan buruh dengan gaji masing-masing sebesar Rp

48
1.100.000,-. Total biaya gaji yang dikeluarkan oleh CV Mazagena

Furniture pada April 2019 adalah Rp 4.400.000,-.

c) Biaya Bahan Bakar

Biaya bahan bakar merupakan biaya bahan bakar yang digunakan sopir

dalam perjalanan pembelian bahan baku maupun pengantaran produk.

Total biaya bahan bakar CV Mazagena Furniture pada bulan April 2019

dalam sebulan adalah Rp 440.000,-.

d) Biaya Bahan Penolong

Biaya bahan Penolong merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

pemenuhan komponen produksi. Total biaya bahan penolong CV

Mazagena Furniture pada bulan April 2019 dalam sebulan adalah Rp

6.257.620,-.

e) Biaya Gaji Tukang

Total tukang yang bekerja pada CV Mazegena Furniture berjumlah 8

orang yang terbagi atas departemen pengolahan bahan baku, departemen

perakitan, dan departemen finishing dengan gaji masing-masing sebesar

Rp 1.600.000,-. Total biaya gaji tukang yang dikeluarkan oleh CV

Mazagena Furniture pada April 2019 sebesar Rp 12.800.000,-.

f) Biaya Pemeliharaan Mesin.

Biaya ini merupakan biaya yang rutin dikeluarkan oleh CV Mazagena

Furniture setiap bulannya dengan jumlah yang sama untuk melakukan

pemeliharaan terhadap mesin yang ada pada CV Mazagena Furniture.

Total biaya pemeliharaan mesin CV Mazagena Furniture pada tahun 2019

adalah Rp 850.000.-.

49
g) Biaya Pemeliharaan Kendaraan.

Penggunaan pemeliharaan kendaraan dianggarkan untuk service berkala,

yaitu ganti oli, dan service ringan secara berkala . Total biaya

pemeliharaan kendaraan CV Mazagena Furniture pada tahun 2019 sebesar

Rp. 920.000,-.

h) Biaya Listrik dan Air

Biaya listrik dan air akan dibebankan untuk pemenuhan konsumsi

produksi CV Mazegena Furniture tahun 2019 adalah sebesar Rp

1.952.790,-.

i) Biaya Penyusutan Aktiva

Aktiva yang digunakan oleh setiap aktivitas memiliki harga perolehan dan

umur ekonomis yang berbeda. Adapun total biaya penyusutan mesin untuk

segala keperluan pengolahan bahan baku menjadi produk adalah Rp

2.811.667,-.

5. Pengumpulan Data Kapasitas Driver Biaya dan Driver Sumber Daya

Berikut merupakan data kapasitas driver aktivitas dan driver sumber daya:

Tabel 4.12 Daftar Penggunaan Bahan Baku CV Mazagena Furniture Bulan April

2019

Jenis bahan
No. Jenis produk Jumlah (m3)
baku
1 Lemari 3 pintu kayu jati 0,62
2 Meja makan kayu jati 0,5
3 1 set kursi sofa kayu jati 0,94
Sumber: Data diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.12, dapat diketahui bahwa jumlah penggunaan bahan

baku bulan April 2019 untuk lemari 3 pintu berjumlah 0,62 m3, meja makan

50
berjumlah 0,5 m3, dan 1 set kursi sofa berjumlah 0,94 m3. Jadi, total penggunaan

bahan baku CV Mazagena Furniture bulan April 2019 adalah 2,06 m3.

Tabel 4.13 Daftar Pesanan CV Mazagena Furniture Bulan April 2019

Jumlah
No. Jenis produk Harga satuan Total
pesanan
Rp10,000,000
1 Lemari 3 pintu 2 Rp 20,000,000
Rp 7,000,000
2 Meja makan 3 Rp 21,000,000
Rp25,000,000
3 1 set kursi sofa 1 Rp 25,000,000
Sumber: data diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.13, dapat diketahui bahwa jumlah pesanan pada

bulan April 2019 untuk lemari 3 pintu sebanyak 2 unit, meja makan sebanyak 3

unit, dan 1 set kursi sofa sebanyak 1 unit . Jadi, total pesanan produk pada CV

Mazagena Furniture bulan April 2019 adalah 6 unit.

Tabel 4.14 Daftar Mesin CV Mazagena Furniture Bulan April 2019


Tahun
Nama Jenis Jumlah Harga Total
Perolehan
Mesin Ketam Kayu 12 Jun-14 Rp 850,000 Rp10,200,000
Mesin Bor 8 Jan-16 Rp 350,000 Rp 2,800,000
Mesin Profil Kayu 4 May-15 Rp 350,000 Rp 1,400,000
Mesin Gergaji 5 Jul-16 Rp 1,200,000 Rp 6,000,000
Mesin Pahat 1 May-15 Rp 3,500,000 Rp 3,500,000
Mesin Selendang Kayu 1 May-16 Rp 5,000,000 Rp 5,000,000
Mesin Asah Kayu 1 May-16 Rp 350,000 Rp 350,000
Mesin Gerinda 5 Jul-15 Rp 600,000 Rp 3,000,000
Mesin Amplas 5 Jul-16 Rp 600,000 Rp 3,000,000
Mesin Kompresor 3 Mar-16 Rp 4,500,000 Rp13,500,000
Mesin Meja Katang 2 Mar-16 Rp 5,000,000 Rp10,000,000
Total Rp58,750,000
Sumber: Data diolah, 2019.

51
Berdasarkan Tabel 4.14, dapat diketahui bahwa mesin CV Mazagena Furniture

yaitu mesin ketam kayu 12 unit, mesin bor 8 unit, mesin profil kayu 4 unit, mesin

gergaji 5 unit, mesin pahat 1 unit, mesin selendang kayu 1 unit, mesin asah kayu 1

unit, mesin gerinda 5 unit, mesin amplas 5 unit, mesin kompressor 3 unit, dan

mesin meja katang 2 unit. Jadi, total mesin pada CV Mazagena Furniture adalah

47 unit.

Tabel 4.15 Daftar Kendaraan CV Mazagena Furniture Bulan April 2019

Tahun
Nama Jenis Jumlah Harga Total
Perolehan

Pickup panter 1 Jan-12 Rp180,200,000 Rp180,200,000


Pickup colt 1 Nov-14 Rp80,200,000 Rp80,200,000
Motor 2 Feb-15 Rp11,500,000 Rp23,000,000
Total Rp283,400,000
Sumber: Data diolah, 2019.

Berdasarkan Tabel 4.15, dapat diketahui bahwa kendaraan CV Mazagena

Furniture yaitu pickup panter 1 unit, pickup colt 1 unit, dan motor 2 unit. Jadi,

total kendaraan pada CV Mazagena Furniture adalah 4 unit.

6. Pembebanan Biaya Sumber Daya ke Aktivitas

a) Aktivitas Pembelian Bahan Baku

i. Gaji buruh

Aktivitas ini dijalankan oleh supir dan buruh sebanyak 4 orang.

Biaya upah buruh sebesar Rp 1.100.000,- per bulan. Total biaya

upah buruh adalah Rp 4.400.000,-.

ii. Biaya bahan bakar

Biaya biaya bahan bakar sebesar Rp 120.000,- untuk perjalanan

pembelian bahan baku di kab. Barru dan aktivitas ini menggunakan 2

52
unit mobil perusahaan. Jadi, total biaya bahan bakar sebesar

Rp. 240.000,-.

4.16 Tabel Biaya Aktivitas Pembelian Bahan Baku CV Mazagena


Furniture

No. Biaya Aktivitas Pembelian Bahan Baku Jumlah


1 Biaya upah buruh Rp 4,400,000
2 Biaya bahan bakar Rp 240,000

Total Rp 4,640,000
Data diolah april 2019
b) Aktivitas Pengolahan Bahan Baku

Biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas ini adalah biaya gaji tukang

dan biaya bahan baku

i. Biaya gaji tukang departemen pengolahan bahan baku sebesar Rp.

1.600.000,- per bulan untuk masing-masing karyawan sebanyak 3

orang. Total biaya gaji departemen pengolahan bahan baku sebesarRp.

4.800.000,-.

ii. Biaya bahan baku sebesar Rp. 22.080.000 untuk proses produksi di

bulan april 2019.

4.17 Tabel Biaya Pengolahan bahan baku CV Mazagena Furniture

No. Biaya Aktivitas Pengolahan bahan baku Jumlah


1 Biaya upah tukang Rp 4,800,000
2 Biaya bahan bakar Rp 22.080, ,000
Total Rp 26,880,000
Sumber: Data diolah april 2019

c) Aktivitas Perakitan

Biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas perakitan yaitu biaya gaji tukang

dan biaya bahan penolong masing-masing produk.

53
i. Gaji Tukang

Gaji tukang departemen perakitan sebesar Rp. 1.600.000,- per bulan

untuk masing-masing karyawan sebanyak 3 orang. Total biaya gaji

departemen perakitan sebesar Rp. 4.800.000,-.

ii. Biaya Bahan Penolong Aktivitas Perakitan

Untuk biaya bahan penolong semua produk yaitu Rp.

3.494.857,-.

4.18 Tabel Biaya Aktivitas Perakitan CV Mazagena Furniture

No Biaya aktivitas perakitan Total


1 Gaji Tukang Rp 4,800,000.00
2 Biaya bahan penolong Rp 3,494,857.00
Total Rp 8,294,857.00
Data diolah april 2019

d) Aktivitas Finishing

Biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas Finishing yaitu biaya gaji

tukang dan biaya bahan penolong masing-masing produk.

i. Biaya Gaji Tukang

Biaya gaji tukang departemen finishing sebesar Rp. 1.600.000,- per

bulan untuk masing-masing karyawan sebanyak 2 orang. Total

biaya gaji departemen Finishing sebesar Rp. 3.200.000,-.

ii. Biaya bahan penolong aktivitas Finishing

Untuk biaya bahan penolong semua produk yaitu Rp. 2.762.763,-.

4.19 Tabel Biaya Aktivitas Perakitan CV Mazagena Furniture

No Biaya aktivitas Finishing Total


1 Gaji Tukang Rp 3,200,000.00
2 Biaya bahan penolong Rp 2,762,763.00
Total Rp 5,962,763.00
Sumber: Data diolah, 2019

54
e) Aktivitas Pengantaran Produk

Biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas pengantaran produk yaitu

biaya bahan bakar sebesar Rp 100.000,- untuk perjalanan Pengantaran

Produk untuk perjalanan pergi/pulang. Jadi, total biaya bahan bakar

sebesar Rp. 200.000,-.

f) Aktivitas Pemeliharaan Mesin

Biaya pemeliharaan mesin sebesar Rp 850.000,- untuk 11 mesin yang

masing-masing digunakan pada tiap departemen.

g) Aktivitas Pemeliharaan Kendaraan

Biaya pemeliharaan kendaraan sebesar Rp 120.000,- untuk 2 motor

dan Rp 800.000,- untuk 2 mobil. Total biaya pemeliharaan kendaraan

sebesar Rp 920.000,-.

h) Aktivitas Pemakaian Listrik dan Air

Biaya yang timbul dari aktivitas ini untuk setiap departemen berbeda.

Total biaya untuk aktivitas pemakaian listrik dan air secara

keseluruhan pada CV Mazagena Furniture selama bulan April 2019

yaitu Rp 1.952.790,-

i) Aktivitas Penyusutan Aktiva

Aktiva yang berbeda pada setiap departemen menyebabkan konsumsi

biaya yang berbeda. Total biaya penyusutan Aktiva CV Mazagena

Furniture pada bulan April 2019 adalah Rp 2.811.667,- .

55
7. Penghitungan Tarif per Unit Cost Driver

a) Aktivitas Pembelian Bahan Baku

Cost driver pada aktivitas pembelian bahan baku adalah jumlah

volume produk yang digunakan pada bulan April 2019. Total biaya pada

aktivitas ini adalah Rp 4.640.000,-. Tarif aktivitas pada aktivitas ini dapat

dihitung sebagai berikut:

total biaya aktivitas


Tarif per cost driver =
jumlah volume

4.640.000,-
Tarif per cost driver = = Rp 2.252.427,18
2.06

b) Aktivitas Pengolahan Bahan Baku

Cost driver pada aktivitas pengolahan bahan baku adalah jumlah volume

produk yang digunakan pada bulan April 2019. Total biaya pada aktivitas ini

adalah Rp 26.880.000,-. Tarif per cost driver pada aktivitas ini dapat dihitung

sebagai berikut:

total biaya aktivitas


Tarif per cost driver =
jumlah volume produk

26.880.000
Tarif per cost driver = = Rp 13.048.543,69
2,06

c) Aktivitas Perakitan

Cost driver pada aktivitas perakitan adalah jumlah jumlah volume produk

yang digunakan pada bulan April 2019. Total biaya pada aktivitas ini adalah

Rp 8.294.857,-. Tarif per cost driver pada aktivitas ini dapat dihitung sebagai

berikut:

total biaya aktivitas


Tarif per cost driver =
jumlah volume produk

56
8.294.857
Tarif per cost driver = = Rp 4.026.629,61
2,06

d) Aktivitas Finishing

Cost driver pada aktivitas perakitan adalah jumlah volume produk yang

digunakan pada bulan April 2019. Total biaya pada aktivitas ini adalah

Rp 5.962.763,-. Tarif per cost driver pada aktivitas ini dapat dihitung sebagai

berikut:

total biaya aktivitas


Tarif per cost driver =
jumlah volume produk

Rp 5.962.763
Tarif per cost driver = = Rp 2.894 545,15
2.06

e) Aktivitas Pengantaran Produk

Cost driver pada aktivitas perakitan adalah jumlah volume produk yang

digunakan pada bulan April 2019. Total biaya pada aktivitas ini adalah

Rp 200.000,-. Tarif per cost driver pada aktivitas ini dapat dihitung sebagai

berikut:

total biaya aktivitas


Tarif per cost driver =
jumlah volume produk

200.000
Tarif per cost driver = = Rp 97.087,38
2.06

f) Aktivitas Pemeliharaan Mesin

Cost driver pada aktivitas pemeliharaan mesin adalah jumlah jumlah

mesin produksi. Total biaya pada aktivitas ini adalah Rp 850.000,-. Tarif per

cost driver pada aktivitas ini dapat dihitung sebagai berikut:

total biaya aktivitas


Tarif per cost driver =
Jumlah mesin produksi

57
850.000
Tarif per cost driver = = Rp 77.272,73
11

g) Aktivitas Pemeliharaan Kendaraan

Cost driver pada aktivitas pemeliharaan kendaraan adalah jumlah volume

produk yang digunakan. Total biaya pada aktivitas ini adalah Rp 920.000,-.

Tarif per cost driver pada aktivitas ini dapat dihitung sebagai berikut:

total biaya aktivitas


Tarif per cost driver =
jumlah volume produk

920.000
Tarif per cost driver = = Rp 230.000
4

h) Aktivitas Pemakaian Listrik dan Air

Cost driver pada aktivitas pemakaian listrik dan air adalah jumlah biaya

listrik yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk produk pada bulan april 2019.

Total biaya pada aktivitas ini adalah Rp 1.952.790,-. Tarif per cost driver pada

aktivitas ini dapat dihitung sebagai berikut:

total biaya aktivitas


Tarif per cost driver =
jumlah volume produk

1.952.790
Tarif per cost driver = = Rp. 947.956,31
2.06

i) Aktivitas Penyusutan Aktiva

Cost driver pada aktivitas penyusutan Aktiva adalah jumlah volume

produk yang digunakan bulan april 2019. Total biaya pada aktivitas ini adalah

Rp 2.811.667,-. Tarif per cost driver pada aktivitas ini dapat dihitung sebagai

berikut:

total biaya aktivitas


Tarif per cost driver =
jumlah volume produk

2.811.667
Tarif per cost driver = = Rp. 1.364.886,89
2.06

58
4.2.2 Pembebanan Biaya Aktivitas pada Masing-masing Produk.

1) Biaya Aktivitas Pembelian Bahan Baku

Tarif per cost driver aktivitas pembelian bahan baku adalah

Rp. 2.252.427,18,- per produk. Berdasarkan Penghitungan Tarif per Unit Cost

Driver, jumlah produk yang terjual yaitu, lemari 3 pintu 2 unit, meja makan 3

unit, dan 1 set kursi sofa 1 unit. Total biaya pembelian bahan baku yang

dibebankan kepada lemari 3 pintu adalah sebesar Rp. 1.396.504,85,-, meja

makan adalah sebesar Rp. 1.126.213,59,-, dan 1 set kursi sofa adalah sebesar

Rp. 2.117.281.55,-.

2) Biaya Aktivitas Pengolahan bahan baku

Tarif per cost driver aktivitas pengolahan bahan baku adalah

Rp. 13.048.543,69,- per produk. Berdasarkan Penghitungan Tarif per Unit

Cost Driver, jumlah produk yang terjual yaitu, lemari 3 pintu 2 unit, meja

makan 3 unit, dan 1 set kursi sofa 1 unit. Total biaya pembelian bahan baku

yang dibebankan kepada lemari 3 pintu adalah sebesar Rp. 8.090.097,09,-

meja makan adalah sebesar Rp. 6.524.271,84-, dan 1 set kursi sofa adalah

sebesar Rp. 12.265631,-.

3) Biaya Aktivitas perakitan

Tarif per cost driver aktivitas perakitan adalah Rp. 4.026.629,61-, per

produk. Berdasarkan Penghitungan Tarif per Unit Cost Driver, jumlah produk

yang terjual yaitu, lemari 3 pintu 2 unit, meja makan 3 unit, dan 1 set kursi

sofa 1 unit. Total biaya pembelian bahan baku yang dibebankan kepada lemari

3 pintu adalah sebesar Rp. 4.026.629,61-, meja makan adalah sebesar

Rp. 2.496.501,36-, dan 1 set kursi sofa adalah sebesar Rp. 2.013.314,81,-.

59
4) Biaya Aktivitas Finishing

Tarif per cost driver aktivitas Finishing adalah Rp. 2.894.545,15,- per

produk. Berdasarkan Penghitungan Tarif per Unit Cost Driver, jumlah produk

yang terjual yaitu, lemari 3 pintu 2 unit, meja makan 3 unit, dan 1 set kursi

sofa 1 unit. Total biaya pembelian bahan baku yang dibebankan kepada lemari

3 pintu adalah sebesar Rp. 1.794.617,99-, meja makan adalah sebesar

Rp. 1.447.272,57-, dan 1 set kursi sofa adalah sebesar Rp.2.720.872,44,-

5) Biaya Aktivitas Pengantaran Produk

Tarif per cost driver aktivitas Pengantaran Produk adalah Rp. 97.087,38,-

per produk. Berdasarkan Penghitungan Tarif per Unit Cost Driver, jumlah

produk yang terjual yaitu, lemari 3 pintu 2 unit, meja makan 3 unit, dan 1 set

kursi sofa 1 unit. Total biaya pembelian bahan baku yang dibebankan kepada

lemari 3 pintu adalah sebesar Rp. 60.194,17-, meja makan adalah sebesar

Rp. 48.543,69-, dan 1 set kursi sofa adalah sebesar Rp. 91.262,14,-.

6) Biaya Aktivitas Pemeliharaan Mesin

Tarif per cost driver aktivitas Pemeliharaan Mesin adalah Rp. 77.272,73,-

per produk. Berdasarkan Penghitungan Tarif per Unit Cost Driver, jumlah

produk yang terjual yaitu, lemari 3 pintu 2 unit, meja makan 3 unit, dan 1 set

kursi sofa 1 unit. Total biaya pembelian bahan baku yang dibebankan kepada

lemari 3 pintu adalah sebesar Rp. 255.825,24-, meja makan adalah sebesar

Rp. 206.310,68-, dan 1 set kursi sofa adalah sebesar Rp. 387.864,08,-.

7) Biaya Aktivitas pemeliharaan kendaraan

Tarif per cost driver aktivitas pemeliharaan kendaraan adalah

Rp. 230.000,00,- per produk. Berdasarkan Penghitungan Tarif per Unit Cost

60
Driver, jumlah produk yang terjual yaitu, lemari 3 pintu 2 unit, meja makan 3

unit, dan 1 set kursi sofa 1 unit. Total biaya pembelian bahan baku yang

dibebankan kepada lemari 3 pintu adalah sebesar Rp. 276.893,20-, meja

makan adalah sebesar Rp. 223.300,97-, dan 1 set kursi sofa adalah sebesar

Rp. 419.805,83,-.

8) Biaya Aktivitas Pemakaian Listrik dan air

Tarif per cost driver aktivitas Pemakaian Listrik dan air adalah

Rp. 947.956,31,- per produk. Berdasarkan Penghitungan Tarif per Unit Cost

Driver, jumlah produk yang terjual yaitu, lemari 3 pintu 2 unit, meja makan 3

unit, dan 1 set kursi sofa 1 unit. Total biaya pembelian bahan baku yang

dibebankan kepada lemari 3 pintu adalah sebesar Rp. 587.732,91-, meja

makan adalah sebesar Rp. 473.978,16-, dan 1 set kursi sofa adalah sebesar

Rp. 891.078,93,-.

9) Biaya Aktivitas Penyusutan Aset

Tarif per cost driver aktivitas Penyusutan Aktiva adalah

Rp. 1.364.886,89,- per produk. Berdasarkan Penghitungan Tarif per Unit Cost

Driver, jumlah produk yang terjual yaitu, lemari 3 pintu 2 unit, meja makan 3

unit, dan 1 set kursi sofa 1 unit. Total biaya pembelian bahan baku yang

dibebankan kepada lemari 3 pintu adalah sebesar Rp. 846.229,87-, meja

makan adalah sebesar Rp. 682.443,45-, dan 1 set kursi sofa adalah sebesar

Rp. 1.282.993,68,-.

Jadi, total pembebanan biaya untuk masing-masing jenis kamar dapat

dilihat pada Tabel 4.18 berikut:

61
Tabel 4.20 Pembebanan Biaya untuk Masing-Masing Produk CV.
Mazegena Furniture April Tahun 2019.

No Cost Jumlah Biaya


Aktivitas Produk Tarif aktivitas
. driver Aktivitas

Lemari
0.62 Rp 1,396,504.85
3 Pintu
Meja
Pembelian 0.50 Rp 1,126,213.59
1 Makan Rp 2,252,427.18
bahan baku
Kursi
Sofa 1 0.94 Rp 2,117,281.55
Set
Total 2.06 Rp 4,640,000.00
Lemari
0.62 Rp 8,090,097.09
3 Pintu
Meja
Pengolahan 0.50 Rp 6,524,271.84
2 Makan Rp13,048,543.69
bahan baku
Kursi
Sofa 1 0.94 Rp 12,265,631.07
Set
Total 2.06 Rp 26,880,000.00
Lemari
0.62 Rp 2,496,510.36
3 Pintu
Meja
0.50 Rp 2,013,314.81
3 Perakitan Makan Rp 4,026,629.61
Kursi
Sofa 1 0.94 Rp 3,785,031.83
Set
Total 2.06 Rp 8,294,857.00
Lemari
0.62 Rp 1,794,617.99
3 Pintu
Meja
0.50 Rp 1,447,272.57
4 Fiinishing Makan Rp 2,894,545.15
Kursi
Sofa 1 0.94 Rp 2,720,872.44
Set
Total 2.06 Rp 5,962,763.00
Lemari
0.62 Rp 60,194.17
3 Pintu
Meja
Pengantaran 0.50 Rp 48,543.69
5 Makan Rp 97,087.38
Produk
Kursi
Sofa 1 0.94 Rp 91,262.14
Set
Total 2.06 Rp 200,000.00
Lemari
3.31 Rp 255,825.24
Pemeliharaan 3 Pintu
6 Rp 77,272.73
Mesin Meja
2.67 Rp 206,310.68
Makan

62
Kursi
Sofa 1 5.02 Rp 387,864.08
Set
Total 11.00 Rp 850,000.00
Lemari
1.20 Rp 276,893.20
3 Pintu
Meja
Pemeliharaan 0.97 Rp 223,300.97
7 Makan Rp 230,000.00
Kendaraan
Kursi
Sofa 1 1.83 Rp 419,805.83
Set
Total 4.00 Rp 920,000.00
Lemari
0.62 Rp 587,732.91
3 Pintu
Meja
Pemakaian 0.50 Rp 473,978.16
8 Makan Rp 947,956.31
listrik dan air
Kursi
Sofa 1 0.94 Rp 891,078.93
Set
Total 2.06 Rp 1,952,790.00
Lemari
0.62 Rp 846,229.87
3 Pintu
Meja
Penyusutan 0.50 Rp 682,443.45
9 Makan Rp 1,364,886.89
Aktiva
Kursi
Sofa 1 0.94 Rp 1,282,993.68
Set
Total 2.06 Rp 2,811,667.00
Sumber: Data diolah, 2019

Tabel 4.21 Harga Pokok Jasa per Kamar Superior Hotel Almadera Makassar
Tahun 2017

Aktivitas Tarif/Cost driver Driver Jumlah


Pembelian Bahan
Rp 2,252,427.18 0.62 Rp 1,396,504.85
Baku
Pengolahan
Rp 13,048,543.69 0.62 Rp 8,090,097.09
Bahan Baku
Perakitan Rp 4,026,629.61 0.62 Rp 2,496,510.36
Finishing Rp 2,894,545.15 0.62 Rp 1,794,617.99
Pengantaran
Rp 97,087.38 0.62 Rp 60,194.17
Produk
Pemeliharaan
Rp 77,272.73 3.31 Rp 255,825.24
Mesin
Pemeliharaan
Rp 230,000.00 1.20 Rp 276,893.20
Kendaraan
Pemakaian Listrik
Rp 947,956.31 0.62 Rp 587,732.91
dan Air

63
Penyusutan
Rp 1,364,886.89 0.62 Rp 846,229.87
Aktiva
Total biaya aktivitas dibebankan ke produk lemari
Rp 15,804,605.70
3 pintu
Jumlah produk terjual 2
Harga Pokok
Rp 7,902,302.85
Produk
Sumber: Data diolah, 2019

Tabel 4.22 Harga Pokok Jasa per Kamar Superior Hotel Almadera Makassar
Tahun 2017

Aktivitas Tarif/Cost driver Driver Jumlah


Pembelian Bahan Baku Rp 2,252,427.18 0.50 Rp 1,126,213.59
Pengolahan Bahan
Rp 13,048,543.69 0.50 Rp 6,524,271.84
Baku
Perakitan Rp 4,026,629.61 0.50 Rp 2,013,314.81
Finishing Rp 2,894,545.15 0.50 Rp 1,447,272.57
Pengantaran Produk Rp 97,087.38 0.50 Rp 48,543.69
Pemeliharaan Mesin Rp 77,272.73 2.67 Rp 206,310.68
Pemeliharaan
Rp 230,000.00 0.97 Rp 223,300.97
Kendaraan
Pemakaian Listrik dan
Rp 947,956.31 0.50 Rp 473,978.16
Air
Penyusutan Aktiva Rp 1,364,886.89 0.50 Rp 682,443.45
Total biaya aktivitas dibebankan ke produk meja makan Rp 12,745,649.76
Jumlah produk terjual 3
Harga Pokok Produk Rp 4,248,549.92
Sumber: Data diolah, 2019

Tabel 4.23 Harga Pokok Jasa per Kamar Superior Hotel Almadera Makassar
Tahun 2017

Aktivitas Tarif/Cost driver Driver Jumlah


Pembelian Bahan Baku Rp 2,252,427.18 0.94 Rp 2,117,281.55
Pengolahan Bahan Baku Rp 13,048,543.69 0.94 Rp 12,265,631.07
Perakitan Rp 4,026,629.61 0.94 Rp 3,785,031.83
Finishing Rp 2,894,545.15 0.94 Rp 2,720,872.44
Pengantaran Produk Rp 97,087.38 0.94 Rp 91,262.14
Pemeliharaan Mesin Rp 77,272.73 5.02 Rp 387,864.08
Pemeliharaan Kendaraan Rp 230,000.00 1.83 Rp 419,805.83
Pemakaian Listrik dan Air Rp 947,956.31 0.94 Rp 891,078.93
Penyusutan Aktiva Rp 1,364,886.89 0.94 Rp 1,282,993.68

64
Total biaya aktivitas dibebankan ke produk kursi sofa 1 set Rp 23,961,821.54
Jumlah produk terjual 1
Harga Pokok Produk Rp 23,961,821.54
Sumber: Data diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.22 dapat diketahui bahwa harga pokok produk lemari

3 pintu adalah Rp 7.902.302,85,- per produk. Berdasarkan Tabel 4.23 dapat

diketahui bahwa harga pokok produk meja makan adalah Rp 4.248.549.92,- per

produk. Berdasarkan Tabel 4.24 dapat diketahui bahwa harga pokok produk kursi

sofa 1 set adalah Rp 23.961.821,54,- per produk.

4.2.3 Perbandingan Metode Tradisional dengan Metode Activity Based Costing

pada harga pokok produk CV Mazegenda Furniture bulan april 2019

Berikut ini merupakan tabel perbandingan antara harga pokok produk CV

Mazegenda Furniture metode tradisional dan metode Activity Based Costing:

Tabel 4.24 Perbandingan Harga Pokok Produk Metode Tradisional dengan

Metode Activity Based Costing pada CV Mazegena Furniture pada bulan april

2019.

No Jenis Tarif Metode Tarif Metode Activity Selisih


Kamar Tradisional Based Costing
1 Lemari 3 Rp 7,973,370.50 Rp 7,902,302.85 Rp 71,067.65
Pintu
2 Meja Rp 6,026,543.33 Rp 4,248,549.92 Rp 1,777,993.41
Makan
3 Kursi Sofa Rp 18,485,706.00 Rp 23,961,821.54 Rp (5,476,115.54)
1 Set

Sumber: Data diolah, 2019

4.3 Deskripsi Kegiatan

65
Perhitungan harga pokok menggunakan metode Activity Based Costing

dilakukan dengan melakukan penelusuran ke aktivitas-aktivitas yang

mengonsumsi sumber daya pada produk. Aktivitas tersebut diantaranya adalah

aktivitas pembelian bahan baku, aktivitas pengolahan bahan baku, aktivitas

perakitan, aktivitas Finishing, aktivitas Pengantaran produk, aktivitas

pemeliharaan mesin, aktivitas pemeliharaan kendaraan, aktivitas pemakaian listrik

dan air, dan aktivitas penyusutan aktiva. Aktivitas yang telah diidentifikasi

tersebut kemudian akan ditentukan cost driver masing-masing aktivitasnya.

Penggunaan sumber daya oleh aktivitas-aktivitas tersebut akan

menimbulkan biaya sumber daya. Biaya sumber daya tersebut diantaranya adalah

biaya upah buruh, biaya bahan bakar, biaya biaya gaji tukang, biaya bahan baku,

biaya bahan penolong, biaya listrik dan air, biaya pemeliharaan mesin, biaya

pemeliharaan kendaraan, dan biaya penyusutan Aktiva.

Biaya sumber daya yang telah diidentifikasi akan dibebankan kepada

masing-masing aktivitas menggunakan driver biaya sumber daya. Total biaya

yang telah dibebankan ke masing-masing aktivitas akan digunakan untuk

menghitung tarif per cost driver setiap aktivitas. Pengklasifikasian aktivitas

dilakukan terlebih dahulu sebelum menghitung tarif per cost driver, sebab cost

driver masing-masing aktivitas perlu ditentukan sesuai dengan level aktivitas.

Tarif per cost driver akan dihitung dengan melakukan pembagian biaya

masing-masing aktivitas dengan cost driver. Tarif per cost driver masing-masing

aktivitas ini kemudian akan dibebankan pada masing-masing produk berdasarkan

kapasitas driver sumber daya. Pembebanan ini dilakukan dengan melakukan

66
perkalian antara tarif per cost driver dengan kapasitas driver masing-masing

produk.

Biaya variabel yang berbeda tiap produk menyebabkan konsumsi biaya

tenaga kerja dan bahan baku yang berbeda setiap produk, sehingga untuk

mengetahui total biaya dari masing-masing aktivitas tersebut harus dihitung secara

terpisah untuk setiap produk, tergantung volume produk.

Biaya aktivitas masing-masing produksi kemudian dialokasikan untuk

setiap produk. Pengalokasian ini menghasilkan harga pokok produk setiap

produksi. Harga pokok produk dihitung dengan melakukan pembagian total biaya

aktivitas masing-masing produk dengan jumlah volume produk yang terjual.

Perhitungan harga pokok dengan menggunakan Activity Based Costing

menghasilkan harga pokok produk lemari 3 pintu adalah Rp 7.902.302,85,- per

produk, harga pokok produk meja makan adalah Rp 4.248.549.92,- per produk,

harga pokok produk kursi sofa 1 set adalah Rp 23.961.821,54,- per produk.

Selisih tarif yang terjadi disebabkan oleh pembebanan biaya overhead

pada masing-masing kelas. Selisih tarif disebabkan karena metode biaya

tradisional hanya menggunakan satu cost driver untuk mengalokasikan biaya

overhead, sedangkan Activity Based Costing melakukan pembebanan biaya

overhead menggunakan cost driver sesuai dengan banyak aktivitasnya.

Pembebanan yang hanya dilakukan pada satu cost driver akan menyebabkan

terjadinya distorsi biaya overhead. Penggunaan cost driver yang lebih banyak

akan mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap produk secara tepat berdasarkan

konsumsi masing-masing aktivitas.

67
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perhitungan harga pokok dengan menggunakan Activity Based Costing

menghasilkan harga pokok produk lemari 3 pintu adalah Rp 7.902.302,85,- per

produk, harga pokok produk meja makan adalah Rp 4.248.549.92,- per produk,

harga pokok produk kursi sofa 1 set adalah Rp 23.961.821,54,- per produk..

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan pada kegiatan ini adalah sebagai

berikut:

1) CV Mazegena Furniture

Pemilik sebaiknya mempertimbangkan penggunaan metode Activity Based

Costing dalam menentukan harga jual produk, sebab metode ini dapat

menghasilkan perhitungan harga pokok produksi yang lebih akurat.

2) Peneliti Selanjutnya

Kegiatan ini belum membahas mengenai pengendalian biaya operasional

perusahaan yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode Activity

Based Costing. Oleh sebab itu, perlu adanya kegiatan lebih lanjut mengenai

hal ini.

68
DAFTAR PUSTAKA

Blocher., dkk. 2009. Manajemen Biaya Edisi 5. Jakarta Selatan: Salemba Empat.
Dunia dan Abdullah W. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi ke3. Jakarta: Salemba
Empat.

Islahuzzaman. 2011. Activity Based Costing Teori dan Aplikasi. Bandung:


Alfabeta.

Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya. Edisi ke5. UPP STIM YKPN Universitas Gajah
Mada

Mowen dkk., 2017. Dasar-Dasar Akuntansi Manejerial Edisi 5. Jakarta: Salemba


Empat.

Nafarin. 2009, Penganggaran Perusahaan Edisi 3, Penerbit Salemba Empat,


Jakarta.

Raiborn dan Kinney m. 2011. Akuntansi Biaya Dasar Dan Pengembangan Edisi
7. Tr. Rahma Solo: Salemba Empat.

Riwayadi. 2014. Akuntansi Biaya Pendekatan Tradisional dan Kontemporer.


Jakarta: Salemba Empat.

Siregar, Baldric. 2013. Akuntansi Biaya. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Syahputra. 2018. penentuan tarif sewa kamar dengan metode Activity Based
Costing pada hotel almadera Makassar. Makassar. Politeknik Negeri Ujung
Pandang.
Kristanto. 2014. Akuntansi Biaya Edisi 2. Bogor: In Media.

69

Anda mungkin juga menyukai