Anda di halaman 1dari 216

LAPORAN KASUS KOMPREHENSIF

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. S. DENGAN ANEMIA SEDANG

DI PUSKESMAS JAYAPURA UTARA

DISUSUN OLEH : NOVANIAR BURIAN

NIM. PO.71.24.4.16.026

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN

TAHUN 2019

1
HALAMAN PERSETUJUAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. S. DENGAN ANEMIA SEDANG

DI PUSKESMAS JAYAPURA UTARA

Telah Memenuhi Persyaratan dan disetujui

Tanggal 10 Juli 2019

Menyetujui dan Mengesahkan

Pembimbing I Pembimbing II

Endang Trisnawati, S.ST.,M.Keb Dewi Wuryandari, S.Keb.,Bd

2
HALAMAN PENGESAHAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. S. DENGAN ANEMIA SEDANG

DI PUSKESMAS JAYAPURA UTARA

Disusun oleh :

NOVANIAR BURIAN

NIM. PO.71.24.4.16.026

Telah dipertahankan didepan Penguji pada tanggal Juli 2019

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Tim Penguji

1. Penguji 1 Dr. Heni Voni Rerey,SKM., MPH (……………………………..)

2. Penguji 2 Ika Wijayanti, S.ST.,M.Keb (……………………………..)

3. Penguji 3 Endang Trisnawati, S.ST., M.Keb (……………………………..)

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Program Studi D IV Kebidanan

Ruth Yogi, S.ST.,M.Kes Siana Dondi, SKM.,S.ST.,M.Kes


NIP 197706172006042002 NIP 196910262000122002
3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjakan kehadiran Tuhan yang Maha Esa, ata hikmat dan karunia-

nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus komprehensif dengan judul “

Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. S. dengan anemia sedang di Puskesmas

Jayapura Utara” dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Terselesainya laporan kasus

komprehensif ini, berkat bantuan berbagai pihak untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bapak Dr. Hermanus Arwam, MZ, SE., M.Kes,. D.min selaku Direktur poltekes kemenkes

jayapura

2. Ibu Ruth Yogi, S,ST.,M.Kes selaku ketua jurusan kebidanan politeknik kesehatan

kemenkes jayapura

3. Ibu Endang Trisnawati,S.ST.,M.Kes, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan kasus komprehensif

ini.

4. Ibu Dewi Wuryandari, S.Kes., Bd, selaku pembimbing II yang juga ditengah kesibukan

telah meluangkan waktu memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan kasus

komprehensif ini

5. Seluruh dosen beserta staf jurusan kebidanan politeknik kesehatan kemenkes jayapura

6. Penanggung jawab ruang KIA Puskesmas Jayapura Utara

7. Penanggung jawab poli kebidanan RSUD DOK II Jayapura

4
8. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tak dapat penulis sebutkan satu per

satu.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bawah dalam pembuatan laporan

kasus komprehensif pada pasien dengan Anemia Sedang ini dari penyusunan masi jauh dari kata

sempurnah. Untuk itu keritik dan saran sangatlah penulis harapkan dari perbaikan ke depan

Akhir kata, semoga laporan kasus komprehensif ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Doa

dan harapan dari penulis kiranya Tuhan Ynag Maha Esa, selalu menyertai kita dalam

menyelesaikan tugas serta mau lebih banyak belajar untuk karir hudup ini ke depanya.

Jayapura, juni 2019

Penulis

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama

negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia

banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Anemia pada

remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut World Health Organization

(WHO) (2013), prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia remaja

(10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1%

perempuan ( Kemenkes RI, 2014).

Anemia pada ibu hamil menjadi masalah di dunia, karena anemia pada ibu hamil

sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi termasuk

resiko keguguran, lahir mati, rematuritas, berat bayi lahir rendah World Health

Organization (WHO, 2014).

Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu

21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita

berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu

hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar

57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena anemia

paling tinggi terutama pada remaja putri (Kemenkes RI, 2013). Prevalensi anemia pada

ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1 % (Riskesdas, 2015)Pemberian tablet Fe di Indonesia

pada tahun 2014 sebesar 85 %, prevalensi ini mengalami peningkatan dibandingkan pada

tahun 2014 sebesar 83,3% (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

6
Anemia merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung kematian ibu

hamil. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah tertinggi bila dibandingkan dengan

Negara ASEAN lainnya. Perempuan yang meninggal karena komplikasi selama

kehamilan dan persalinan mengalami penurunan pada tahun 2014 sebesar 289.000

orang. Target penurunan angka kematian ibu sebesar 75% antara tahun 1990 dan 2015

(WHO, 2015).

Anemia yakni suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau

konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat mengganggu

kapasitas darah untuk mengangkut oksigen kesekitar tubuh. Anemia merupakan indikator

untuk gizi buruk dan kesehatan yang buruk. Anemia pada ibu hamil sangat terkait dengan

mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi, termasuk risiko keguguran, lahir mati,

prematuritas dan berat bayi lahir rendah (WHO, 2014).

Kondisi bayi dalam kandungan seorang ibu sangat dipengaruhi keadaan gizi ibu

sebelum dan selama mengandung. Wanita hamil berisiko mengalami kekurangan energi

kronik (KEK) jika memiliki lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm. ibu hamil

dengan KEK berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). BBLR akan membawa

risiko kematian, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. KEK juga bisa menjadi

penyebab tidak langsung kematian ibu, karena KEK pada wanita hamil bisa menjadi salah

satu penyebab terjadinya anemia dalam kehamilan. Anemia pada kehamilan bisa

menyebabkan perdarahan yang nantinya bisa mengakibatkan kematian baik pada ibu

maupun pada janin/ bayi yang dilahirkan (Kemenkes RI, 2015).

Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan

antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan. Standar waktu pelayanan

tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin,

7
berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.

Cakupan K1 selalu mengalami peningkatan, kecuali di Tahun 2013 dimana angkanya

mengalami penurunan dari 96,84% pada Tahun 2012 menjadi 95,25% pada Tahun 2013.

Hal yang sama juga berlaku pada Cakupan K4 yang biasanya meningkat tetapi cakupan

K4 kembali menurun pada 2013 menjadi 86,85% dari 90,18% pada Tahun sebelumnya.

Secara nasional, indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada Tahun

2013 belum dapat mencapai target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan

Tahun yang sama, yakni sebesar 93% (Kemenkes RI, 2014).

Angka Kematian Bayi di Provinsi Papua 54 per 100.000 kelahiran baru.

Sedangkan angka nasional mencapai 32 per 100.000 kelahiran baru. Tahun 2014 AKB di

Papua tercatat 8 per 100.000, sehingga terdapat penurunan tajam pada tahun 2010 ke

2014 tercatat 54 menjadi 8 anak per 1000. Sama halnya dengan angka kematian ibu

tahun 2010 di provinsi Papua menunjukkan angka 587 per 100.000 kelahiran baru dan

tahun 2014 menjadi 422 per 100.000 per kelahiran baru. Sementara itu angka nasional

AKI mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas jayapura utara meningkat dari data

pada tahun 2017 tercatat 228 orang ibu hamil dengan anemia dari 1.247 jiwa, sedangkan

tercatat 25 orang ibu hamil dengan anemia terhitung dari bulan April hingga Juli 2018.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk memberikan

asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan, Ny. “S” dengan Anemia. Adapun

asuhan kehamilan dilakukan di Puskesmas jayapura utara, kunjungan rumah pada

asuhan kehamilan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.

8
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya yaitu

“Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan, Ny “S”

dengan Anemia sedang di Puskesmas jayapura utara ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktik klinik kebidanan komprehensif diharapkan

mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan komprehensif menggunakan

pendekatan mana jemen kebidanan menurut Hellen Varney dan SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data secara komprehensif pada kehamilan, Ny. “S”

dengan Anemia sedang di Puskesmas Jayapura utara ?

b. Menginterpretasikan data dasar untuk menegakkan diagnose pada

kehamilan, Ny. “S” dengan Anemia sedang di Puskesmas jayapura utara ?

c. Merumuskan diagnose potensial berdasarkan data yang diperoleh pada

kehamilan, Ny. “S” dengan Anemia sedang di Puskesmas Jayapura utara ?

d. Melakukan identifikasi, antisipasi dan tindakan segera pada kehamilan, Ny.

“S” dengan Anemia sedang di Puskesmas Jayapura utara ?

e. Merencanakan asuhan kebidanan secara menyeluruh pada kehamilan, Ny.

“E” dengan Anemia sedang di Puskesmas Jayapura utara ?

f. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai recana asuhan pada kehamilan,

Ny. “S” dengan Anemia sedang di Puskesmas Jayapura utara ?

g. Melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada kehamilan,

Ny. “S” dengan anemia sedang di Puskesmas Jayapura Utara ?

9
D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi Institusi

Menambah wacana kepustakaan dalam mengukur sejauh mana mahasiswa

melakukan asuhan komprehensif pada kehamilan, persalinan, nifas, BBL, KB dilahan

praktik dengan pendekatan manajamen varney dan pendokumentasian SOAP.

2. Bagi Lahan Praktik (Puskesmas)

Sebagai bahan informasi dan acuan untuk penerapan asuhan kebidanan

komprehensif pada ibu dengan Anemia sedang.

3. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan mahasiswa dalam bidang ilmu kebidanan dan dapat

mengimplementasikan ilmu yang telah didapat dengan melakukan asuhan kebidanan

komprehensif pada Ny.S umur 23 tahun GIIV PI A0 di Puskesmas Jayapura utara.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Klinis

1. Konsep Dasar Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah suatu anugerah dari Tuhan yang perlu mendapatkan

perhatian dan dukungan dari seluruh anggota keluarga (BKKBN, 2003, p. 19).

Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya,

perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan

(Maulana, 2008, p.125).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi

dan berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah,2008,p.213).

Kehamilan adalah proses alamiah yang dialami oleh setiap wanita

dalam siklus reproduksi. Kehamilan dimulai dari konsepsi dan berakhir dengan

permulaan persalinan. Selama kehamilan ini terjadi perubahan-perubahan, baik

perut, fisik maupun psikologis ibu ( Varney, 2007).

Kehamilan merupakan suatu proses merantai yang berkesinambungan

dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa, dan ovum,

konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) dapa uterus, pembentukan

plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).

11
b. Tanda-tanda Kehamilan

Menurut Manuaba 2010 untuk dapat menegakkan diagnosa kehamilan

ditetapkan dengan mmelakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala

kehamilan yaitu :

1) Tanda Dugaan Kehamilan

a) Amenorhea

Pada wanita hamil terjadi konsepsi dan nidasi yang menyebabkan

tidak terjadi pembentukkan folikel de graff dan ovulasi. Hal ini

menyebabkan terjadinya amenorhea pada seorang wanita yang

sedang hamil. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT)

dengsn perhitungan Neagle dapat ditentukan hari perkiraan lahir (HPL)

yaitu dengan menambah 7 pada hari, mengurangi 3 pada bulan, dan

penambahan 1 pada tahun.

b) Mual dan Muntah

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam

lambung yang berlebihan. Mual dan muntah pada pagi hari disebut

morning sicknes. Dalam batas yang fisiologis keadaan ini dapat

diatasi. Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.

c) Ngidam

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang

demikian disebut ngidam.

d) Sinkope Atau Pingsan

Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral)

menyebabkan iskema susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope

12
atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16

minggu.

e) Payudara Tegang

Pengaruh hormon esterogen, progesteron, dan somatomamotrofin

menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara. Payudara

membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit

terutama pada hamil pertama.

f) Sering Miksi (sering BAK)

Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa

penuh dan sering miksi. Pada Trimester 2 gejala ini sudah

menghilang.

g) Konstipasi atau Obstipasi

Pengaruh hormon progesteron dapat menghambat peristaltik usus,

menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

h) Pigmentasi kulit

Terdapat pigmentasi kulit disekitar pipi (cloasma gravidarum)/ pada

dinding perut terdapat striae albican, striae livide dan linea nigra

semakin menghitam. Pada sekitar payudara terdapat hiperpigmentasi

pada bagian areola mamae, puting susu makin menonjol.

i) Epulis

Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi saat kehamilan.

j) Varices

Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi

penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang

mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah terjadi pada

13
sekitargenetalia, kaki, betis, dan payudara. Penampakan pembuluh

darah ini menghilang setelah persalinan.

2) Tanda Tidak Pasti Kehamilan

a) Perut Membesar

(1) Tanda Hegar

yaitu perubahan pada rahim menjadi lebih panjang

dan lunak sehingga seolah-olah kedua jari dapat

saling bersentuhan.

(2) Tanda Chadwicks

yaitu vagina dan vulva mengalami peningkatan

pembuluh darah sehingga makin tampak dan kebiru-

biruan karena pengaruh estrogen.

(3) Tanda Piscaceks

yaitu adanya pelunakan dan pembesaran pada

unilateral pada tempat implantasi.

(4) Tanda Braxton Hicks

yaitu adanya kontraksi pada rahim yang disebabkan

karena adanya rangsangan pada uterus.

b) Pemeriksaan Test Kehamilan Positif

Cara khasyang dipakaidenganmenentukan adanyahuman

chorionic gonadotropinpadakehamilanmuda adalahair kencing

pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat membantu

menentukan diagnosakehamilan sedinimungkin.

14
3) Tanda Pasti Kehamilan

a) Gerakan janin dalam rahim

b) Terlihat dan teraba gerakan janin, teraba bagian-bagian janin

c) Denyut jantung janin, didengar dengan stetoskop laenec, alat

kardiotopografi dan dopler serta di lihat dengan ultrasonografi.

c. Perubahan Fisik dan Psikologi Ibu Hamil

1) Perubahan Fisik

Perubahan fisik pada ibu hamil meliputi :

a) Berat Badan Dan Indeks Massa Tubuh

Peningkatan berat badan optimal untuk rata-rata kehamilan

adalah 12,5 kg, 9 kg diperoleh pada 20 minggu terakhir. Berat

badan yang optimal ini berkaitan dengan resiko komplikasi

terendah selama kehamilan dan persalinan secara berat badan

bayi lahir rendah (Elisabeth, 2015; h.54-56).

b) Trimester I

Seorang wanita yang sedang hamil sudah mengalami

penambahan berat badan, namun penambahan tersebut masih

tergolong rendah, kira-kira 1-2 kg, karena pada masa ini saat

dimana otak, alat kelamin, dan panca indra janin sedang

dibentuk.

a. Trimester II

Seorang wanita hamil akan mengalami kenaikan berat badan

yang lebih banyak dibandingkan pada saat trimester I,karena

pada trimester II ini pertumbuhan janin juga semakin besar.

Dan sebagian besar penambahan berat badan selama masa

15
kehamilan berasal dari uterus dan isi-isinya. Pada trimester II

ini seorang wanita yang sedang hamil akan mengalami

penambahan berat badan kira-kira 0,35-0,4 kg perminggu.

Kenaikan berat badan yang baik memang sertahap dan

kontinyu. Bisa jadi catatan bahwa adanya penambahan berat

badan yang berlebih dan secara cepat bisa jadi indikasi awal

keracunan kehamilan atau diabetes.

b. Trimester III

Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan BB

dari awal mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah

11-12 kg, kemungkinan penambahan BB hingga maksimal

12,5 kg adalah :

Tabel 2.1 Kenaikan Berat Badan

Jaringan dan cairan Berat badan (kg)

Janin 3-4

Plasenta 0,6

Cairan amnion 0,8

Peningkatan berat uterus 0,9

Peningkatan berat payudara 0,4

Peningkatan volume darah 1,5

Cairan ekstra seluler 1,4

Lemak 3,5

Total 12,5

Rumus berat badan ideal untuk ibu hamil yaitu sebagaiberikut :

16
BBI = (TB-110) jika TB diatas 160 cm

Jika TB dibawah 160 cm BBI = (TB-105)

1. Darah dan Pembekuan Darah

Darah mengangkut oksigen, karbondioksida, nutrsi dan hasil

metabolisme keseluruhtubuh. Selain itu darah juga berfungsi

sebagai alat keseimbangan asam basa, perlindungan dari infeksi,

dan merupakan pemelihara suhu tubuh.Volume plasma

meningkatpada minggu ke-6 kehamilan sehingga terjadi

pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada umur

kehamilan 32-34 mg. Serum darah (volume darah) bertambah 25-

30% dn sel darah bertamabah 20%. Massa sel darah merah terus

naik sepanjang keamilan. Hemotokrit meningkat dari TM I-TM II

(Elisabeth, 2015; h.58)

2. Sistem Pernafasan

Kehamilan mempengaruhi perubahan sistem pernafasan pada

volume paru-paru dan ventilasi. Perubahan anatomi dan fisiologi

sistem pernafasan selama kehamilan diperlukan untuk memenuhi

peningkatan metabolisme dan kebutuhan oksigen sigen ibu

meningkat sebagai respons terhadap percepatan laju metabolik

dan peningkatan kebutuhan oksigen bagi tubuh ibu dan janin.

Perubahan tersebut terjadi karena pengaruh hormonal dan

biokimia.Relaksasi otot dan kartilago toraks menjadikan bentuk

dada berubah diafragma menjadi lebih naik sampai 4 cm dan

diameter melintang dada menjadi 2 cm. Perubahan ini

menyebabkan perubahn sistem pernafasan yang tadinya

17
pernafasan perut menjadi pernafasan dada oleh karena itu

diperlukan perubahan letak diafragma selama kehamilan.

Adaptasi ventilasi dan struktural selama masa hamil bertujuan

menyediakan kebutuhan ibu dan janin. Kebutuhan oksigen ibu

meningkat sebagai respons terhadap percepatan laju metabolik

dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara.

Janin membutuhkan oksigen dan suatu cara untuk membuang

karbondioksida.

Tinggi diafragma bergeser sebesar 4 cm selama masa hamil.

Dengan semakin tuanya kehamilan dan seiring pembesaran uterus

ke rongga abdomen, pernafasan dada menggantikan pernafasan

perut dan penurunan diafragma saat inspirasi menjadi semakin sulit

(Elisabeth, 2015; h.60-61).

3. Sistem Payudara

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon

somatomamotropin, estrogen dan progesteron tapi belum

mengeluarkan ASI. Sommatomamotropin mempengaruhi sel-sel

asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga

mammae dipersiapkan untuk laktasi. Hiperpigmentasi pada areolla

(menjadi lebih hitam dan tegang). Terdapat tuberkel montgomery

hipertropi kelenjar sebasea/lemak yang muncul diareola primer.

Peningkatan suplai darah membuat pembuluh darah dibawah kulit

berdilatasi.(Taufan dkk, 2014; h.23)

4. Sistem Reproduksi

18
Perubahan sistem reproduksi pada wanita hamil sebagai berikut :

(Taufan dkk,2014; h.21-23)

a. Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama

dibawah pengaruh estrogen dan progesteron.

Pembesaran disebabkan :

a. Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh

darah.

b. Hiperplasia dan hipertrofi

c. Perkembangan desidua

Tabel 2.2 Pembesaran Uterus

Uterus normal Uterus hamil

Berat : 30 gr Berat : pada 40 minggu menjadi 1000 gr

Ukuran : 7-7,5 cm x 5,2 cm x 2,5 cm Ukuran : 20 cm x 5,2 cm x 2,5 cm

Bentuk alfokat Bentuk : 4 bln => bulat akhir hamil => lonjong

telur

Besar : telur ayam Besar : 8 minggu => telur bebek

12 minggu : telur angsa (TFU berada diatas

sympisis) tanda hegar : ismus panjang dan lebih

lunak.

16 minggu : sebesar kepala bayi atau tinju orang

19
dewasa.

Tabel 2.3 Pembesaran Tinggi Fundus Uteri

Tinggi (cm) Fundus uteri (TFU)

16 ½ pusat – SOP

20 Dibawah pinggir pusat

24 Pinggir pusat atas

28 3 jari atas pusat

32 ½ pusat – proc Xiphodeus

36 1 jari dibawah proc.xiphoideus

40 2jari dibawah proc.xiphoideus

b. Serviks Uteri

Jaringan ikat pada servik (banyak mengandung kolagen)

lebih banyak dari jaringan otot yang hanya 10%. Estrogen

meningkat, bertambah hipervaskularisasi serta

meningkatnya suplai darah maka konsistensi servik

menjadi lunak atau disebut tanda goodell. Peningkatan

aliran darah uterus dan limpe mengakibatkan kongesti

panggul dan oedema. Sehingga uterus, servik menjadi

kebiruan. Pada post partum servik menjadi berlipat-lipat

dan tidak menutup.

c. Vulva dan Vagina

20
Hipervaskularisasi pada vagina dan vulva mengakibatkan

lebih merah, kebiru-biruan ( livide) yang disebut tanda

Chadwick. Warna portio tampak livide selama hamil Ph

sekresi vagina menjadi lebih asam, keasaman berubah

dari 4 menjadi 6,5 rentan terhadap infeksi jamur.

d. Ovarium

Sampai kehamilan 16 mg masih terdapat korpusluteum

graviditas dengan diameter 3 cm yang memproduksi

estrogen dan progesteron. Lebih dari 16 mg plasenta

sudah terbentuk dan korpus luteum mengecil, sehingga

produksi estrogen dan progesteron digantikan oleh

plasenta.

e. Sistem Kekebalan

Kadar imunoglobulin tidak berubah pada kehamilan.

Kadar anti bodi IgG ibu spesifik memiliki kepentingan

khusus karna kemampuan melintasi plasenta. IgG adalah

komponen utama dari imunoglobulin janin in utero dan

periode neonatal dini. IgG adalah satu-satunya

imunoglobulin yang menembus plasenta. Sistem imun

janin timbul secara dini. Limfosit muncul pada minggu ke-

7 dan pengenalan antigen terlihat pada minggu ke-12.

Produksi imunoglobulin bersifat progresif selama

kehamilan.

f. Sistem Persyarafan

21
Perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat

terjadi timbulnya gejala neorologis dan neuromuskular

sebagai berikut (Taufan dkk, 2014; h.30-31)

1. Kompresi syaraf panggul atau statis vaskuler akibat

pembesaran uterus dapat menyebabkan perubahan

sensori ditungkai bawah.

2. Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri

akibat tarikan pada syaraf atau kompresi akar syaraf.

3. Edema yang melibatkan syaraf periferdapat

menyebabkan carpal tunnes syndrome selama

trimester akhir kehamilan.

4. Akroestesia (rasa gatal di tangan) yang timbul akibat

posisi tubuh yang membungkuk berkaitan dengan

tarikan pada segmen fleksus barkialis.

1. Perubahan Psikologis Ibu Hamil

Perubahan psikologis berdasarkan umur kehamilan (Elisabeth, 2015;

h.64-67).

a. Trimester pertama

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode

penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap

kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan kenyataan

ini dan arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang

paling penting pada trimester pertama kehamilan.

Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivelen tentang

kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami

22
kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan.

Hingga kini masih diragukan bahwa seorang wanita lajang yang

bahkan telah merencanakan dan menginginkan kehamilan atau telah

berusaha keras untuk tidak hamil mengatakan pada dirinya sendiri

sedikitnya satu kali bahwa ia sebenarnya berharap tidak hamil.

Keseragaman kebutuhan ini perlu dibicarakan dengan wanita karena

ia cenderung menyembunyikan ambivalensi atau perasaan

negatifnya ini karena perasaan tersebut bertentangan dengan apa

menurutnya semestinya ia rasakan. Jika ia tidak dibantu memahami

dan menerima ambivalensi dan perasaan negative tersebut sebagai

suatu hal yang normal dalam kehamilan, maka ia akan merasa

santinya bersalah jika nantinya bayi yang dikandungnya meninggal

saat dilahirkan atau terlahir cacat atau abnormal. Ia akan mengingat

pikiran-pikiran yang ia miliki selama trimester pertama dan merasa

bahwa ialah penyebab tragedy tersebut. Hal ini dapat dihindari bila ia

dapat menerima pikiran-pikiran tersebut dengan baik.

Beberapa wanita, terutama mereka yang telah merencanakan

kehamilan atu telah berusaha keras untuk hamil, merasa suka cita

sekaligus tidak percaya bahwa dirinya telah hamil dan mencari bukti

kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya. Trimester pertama sering

menjadi waktu yang sangat menyenangkan untuk melihat apakah

kehamilan akan dapat berkembang dengan baik.

Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi

anatar wanita yanga satu dan yang lain. Meski beberapa wanita

mengalami peningkatan seksual, tetapi secara umum trimester

23
pertama merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini

memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap pasangan

masing-masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih sayang

yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umum sangat

dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara yang

membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran, dan masalah-

masalah lain yang merupakan normal pada trimester pertama.

b. Trimester kedua

Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan

yang baik, yakni ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari

segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun,

trimester kedua juga merupakan fase ketika wanita

menelusurkedalam dan paling banyak mengalami kemunduran.

Trimester kedua sebenarnya terbagi atas dua fase; pra-quickening

dan pasca-quickening. Quickening menunjukan kenyataan adanya

kehidupan yang terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita

dsalam melaksanakan tugas psikologis utamanya pada trimester

kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya

sendiri, yang berbeda dari ibunya.

Dengan timbulnya quickening muncul sejumlah perubahan

karena kehamilan telah menjadi jelas dalam pikirannya. Kontak

socialnya berubah, ia lebih banyak bersosialisasi dengan wanita

hamil atau ibu baru lainnya dan minat serta aktivitasnya berfokus

pada kehamilan, cara membesarkan anak, dan persiapan untuk

menerima pesan yang baru. Pergeseran nilai social ini menimbulkan

24
kebutuhan akan sejumlah proses duka cita, yang kemudian menjadi

katalis dalam memperkirakan peran baru. Duka cita tersebut timbul

karena ia harus merelakan hubungan, kedekatan, dan pristiwa

maupun aspek tertentu yang ia miliki dalam peran sebelumnya yang

akan terpengaruh denagn hadirnya bayi dan peran baru.

Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester

kedua, kurang lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata

dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester pertama

dan sebelum hamil. Trimester kedua relative terbebas dari segala

ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi

masalah besar, lubrikasi vagina semakin banyak pada masa kini,

kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya

menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda, dan ia telah

mengalami perubahan dari seorang menuntut kasih sayang dari

ibunya menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari

pasangannya, dan semua factor ini turut mempengaruhi peningkatan

libido dan kepuasan seksual.

c. Trimester ketiga

Trimester tiga sering disebut periode penantian dengan penuh

kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran

bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar

menanti kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was mengingat

bayi dapat lahir kapan pun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga

25
sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala

persalinan muncul.

Trimester ketiga merupakan wakti, persiapan yang aktif terlihat

dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara

perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan segera

dilahirkan. Pergerakan janin dan pembesaran uterus, keduanya

menjadi hal hal yang terus menerus mengingatkan tentang

keberadaan bayi. Orang-orang disekitarnya kini mulai membuat

rencana untuk bayi yang dinantikan. Wanita tersebut menjadi lebih

protektif terhadap bayi, mulai menghindari keramaian atau

seseorang atau apapun yang ia anggap berbahaya. Ia

membayangkan bahaya mengintip dalam dunia diluar sana. Memilih

nama untuk bayinya merupakan persiapan menanti kelahiran bayi. Ia

menghadiri kelas-kelas sebagai persiapan menjadi orang tua.

Pakaian-pakaian bayi mulai dibuat atau dibeli. Kamar-kamar disusun

atau dirapikan. Sebagian besar pemikiran difokuskan pada

perawatan bayi.

Sejumlah kekuatan muncul pada trimester ketiga. Wanita

mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya

sendiri, seperti; apakah nai bayinya akan lahir abnormal, terkait

persalianan dan pelahiran, apakah ia akan menyadari bahwa ia kan

bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah

luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera

akibat tendangan bayi. Ia kemudian menyibukan diri agar tidak

memikirkan hal-hal lain yang tidak diketahuinya.

26
Ia juga mengalami prosesduka lain ketika ia mengantisipasi

hilangnya perhatian dan hal istimewa khusus lain selama ia hamil,

perpisahan antara ia dan bayinya yang tidak dapat dihindarkan, dan

perasaan kehilangan karena uterusnya yang penuh tiba-tiba akan

mengempis dan ruang tersebut menjadi kosong.

Wanita kan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang

semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung,

jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang snagat besar

dan konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga,

peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya

akan menghilang karena abdomennya yangs emakin besar menjadi

halangan. Alternative posisi dalam berhubungan seksual dan metode

alternative untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat

menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa tidak nyaman

dengan cara-cara tersebut. Berbagi perasaan secara jujur dengan

perasaan dan konsultasi mereka dengan anda menjadi sangat

penting.

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan

a. Status Kesehatan

Selama kehamilan seorang wanita mengalami perubahan

secara fisik seperti uterus akan membesar karena di dalamnya telah

tumbuh janin, tentunya dengan adanya perubahan tersebut keadaan

kesehatan ibu akan berubah pula karena tubuh ibu dipersiapkan

27
untuk mendukung perkembangan dari kehidupan yang baru dan

untuk menyiapkan janin hidup di luar kandungan. Keadaan ini dapat

diperberat dengan adanya status yang buruk atau penyakit yang

diderita klien seperti penyakit jantung,dan diabetes. Status

kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan kehamilannya ke

pelayanan kesehatan terdekat.

Penyakit jantung dapat memperberat kehamilannya karena

jantung yang tidak normal tidak dapat menyesuaikan kerjanya

tehadap perubahan fisiologis seperti hipervolemia serta terdesaknya

jantung dan diafrgama karena pembesaran rahim. Oleh karena itu,

dapat dipahami bahwa kehamilan dapat memperbesar atau

memperberat penyakit jantung bahkan menyebabkan payah jantung

(dekompensasi kordis). Pegaruh penyakit jantung pada kehamilan

adalah dapat menyebabkan terjadinya abortus, prematuritas,

dismaturitas, lahir mati,dan IUFD.

Penyakit asma sering merupakan penyakit keturunan, dignosis

biasanya mudah didapat karena ibu tersebut telah sering berobat

kepada dokter atau pengobatan nonmedis. Asma dapat berkurang

atau bertambah dalam kehamilan , kehamilan akan berlangsung

tanpa gangguan kecuali apabila sering kambuh. Jika ibu sering

mengalami sesak napas, janin akan kekurangan oksigen hingga

menghambat proses tumbuh kembangnya. Oleh karena itulah ibu

hamil harus berupaya agar asmanya tidak kambuh dan apabila

kambuh dapat diberikan obat-obatan atau oksigen setelah

berkonsultasi dengan dokter.

28
Ibu hamil rawan mengalami kenaikan kadar gula darah yang

tidak pernah dialami sebelum hamil. Gangguan ini juga bisa dialami

ibu hamil yang sebelumnya tidak punya riwayat diabetes. Gejala

diabetes terhadap kehamilan dapat menyebabkan janin mengalami

kelainan kongenital, partus prematurus, hidramnion, preeklamsia,

kelainan letak janin, dan insufiensi plasenta.

b. Status Gizi

Status gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kehamilan. Banyak wanita yang tidak mengetahui manfaat gizi bagi

ibu hamil (diet ibu hamil). Masalah inilah yang menjadi tugas kita

sebagai seorang bidan untuk menerangkannya di setiap kunjungan

ibu. Meskipun bukan merupakan jaminan, dengan mengikuti anjuran

diet atau makanan yang terbaik bagi wanita hamil akan sangat

membantu mendapatkan kehamilan yang nyman, tidak saja ia akan

membantu mendapatkan kehamilan yang nyaman, tidak saja ia akan

membantu menghindari atau mengurangi rasa mual di pagi hari dan

gangguan pada pencernaan. Diet ini juga membantuibu mengurangi

rasa letih, mencegah susah buang air besar dan ambien/hemeroid,

mencegah infeksi pada sistem kemih, anemia,dan kejang pada kaki.

Kebutuhan ibu hamil akan nutrisi lebih tinggi dibandingkan saat

sebelum hamil dan kebutuhan tersebut semakin bertmbah pada saat

ibu menyusui bayinya. Kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan

kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badanya.

Untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi, maka ibu harus makan

makanan yang banyak mengandung gizi karena makanan tersebut

29
diperlukan untuk pertumbuhan janin, plasenta, buah dada, dan

kenaikan metabolisme. Apabila kekurangan dapat menyebabkan

terjadinya abortus (pada kehamilan trimester I) atau terjadinya partus

prematurus.

Ibu hamil tidak dianjurkan untuk minum kopi ataupun teh

karena kopi dan teh mengandung kafein yang dapat menyebabkan

iritasi lambung. Kafein bersifat diuretik sehingga ibu menjadi sering

BAK. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya jumlah mineral penting

seperti : kalium, kalsium, magnesium dalam tubuh. Kondisi ini

menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit tubuh, padahal

keseimbangan elektrolit tubuh berfungsi untuk menjaga kerja

jantung dan alat-alat tubuh lain dengan baik.

Mual dan muntah sering dialami wanita hamil pada awal-awal

kehamilan yang sering disebut dengan morning sickness. Penyebab

dari morning sickness tidak diketahui dengan jelas meskipun

sejumlah pendapat telah dikemukakan antara lain karena ada

perubahan kadar hormon, kadar gula darah yang rendah (mungkin

disebabkan karena pola makan tidak teratur), kelebihan asam

gastrik, peristaltik lambat, perubahan uterus, dan faktor emosional.

Sebenarnya mual muntah tersebut normalnya terjadi hanya pada

kehamilan trimester pertama.

c. Kebiasaan, Adat Istiadat

Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan

kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal

30
ini dengan bijaksana, jangan sampai menyinggung “ kearifan lokal “

yang sudah berlaku didaerah tersebut.

Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat melalui berbagai

teknik, misalnya melalui media massa, pendekatan tokoh

masyarakat, dan penyuluhan yang menggunakan media efektif.

Namun, tenaga kesehatan juga tidak boleh mengesampingkan

adanya kebiasaan yang sebenarnya menguntungkan bagi kesehtan.

Jika kita menemukan adanya adat yang sama sekali tidak

berpengaruh buruk terhadap kesehatan, tidak ada salhnya juka

memberikan respons yang positif dalam rangka menjalin hubungan

yang sinergis dengan masyarakat.

( Ari, 2012 )

d. Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap

kondisi kesehtan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil

dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan

mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula.

Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan

berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis

mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari

setelah bayinya lahir.

Ibu akan lebih fokus untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya

sebagai seorang ibu. Sementara pada ibu hamil dengan kondisi

ekonomi yang lemah maka ia kan mendaptkan banyak kesulitan,

terutama masalah pemenuhan kebutuhan primer. ( Ari, 2012 )

31
e. Gaya Hidup

Cara hidup yang serba sibuk dan terburu-buru seperti yang banyak

dijalani oleh para wanita pada masa kini seperti :

1. Aktivitas Seksual

Nasihat atau pendididikan kesehatan yang berkaitan

dengan aktivitas seksula ibu selama hamil sangat jarang

diberikan selama antenatal care. Bahkan ad sebagian

kalangan yang menganggap bahwa hal ini tabu untuk

dibicarakan. Beberapa pendapat mengenai hubungan seksual

selama hamil didasari pada beberapa konsep bahwa dalam

cairan sperma terkandung prostaglandin sehingga

merangsang munculnya kontraksi, dimungkinkan merangsang

mulainya persalinan, maka muncul pendapat bahwa coitus

mendekati usia kehamilan aterm menyebabkan kemungkinan

insiden kehamilan postterm atau serotinus. Namun menurut

konsep evidance based menyatakan bahwa pengaruh aktivitas

seksual selama masa kehamilan tidak terbukti signifikan

berhubungan dengan pristiwa mualinya persalinan. ( Suryati,

2011).

2. Pekerjaan atau Aktivitas Fisik

Menurut analisis profesional bahwa maksud

pekerjaan atau aktivitas bagi ibu hamil bukan hanya pekerjaan

keluar rumah, tetapi pekerjaan atau aktivitas sebagai ibu

rumah tangga di dalam rumah, termasuk pekerjaan sehari-hari

dirumah dan mengurus anak. Tidak ada rekonmendasi dalam

32
asuhan kehamilan dimana ibu hamil sama sekali tidak boleh

melakukan aktivitas pekerjaan rumah ataupun bekerja diluar

rumah, yang penting dilakukan adalah keseimbangan dan

tolern dalam pekerjaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pekerjaan atau aktivitasnya beresiko bagi kehamilan. Contoh

aktivitasnya yang beresiko bagi ibu hamil adalah aktivitas yang

meningkatkan stress, berdiri lama sepanjang hari mengangkat

sesuatu yang berat, paparan terhadap suhu atau kelembapan

yang ekstrim tinggi atau rendah, pekerjaan dengan paparan

radiasi. Nasihat yang penting disampaikan adalah bahwa ibu

hamil tetap boleh melakukan aktivitas atau pekerjaan tetapi

cermati apakah pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan

beresiko atau tidak untuk kehamilan dan ada perubahan dalam

aktivitas atau pekerjaan karena berhubungan dengan

kapasitas fisik ibu dan perubahan sistem tubuh, nasehatkna

pula dari sisi keuntungan dan resiko bagi ibu hamil. ( Suryati,

2011 )

3. Senam Hamil

Senam hamil memberi keuntungan untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik ibu hamil,

memperlancar pereradaran darah, mengurangi keluhan kram

atau pegal-pegal dan mempersiapkan pernafasan, aktivitas

otot dan panggul untuk mengahadapi proses persalinan.

33
Komponenen gerakan senam ada bebrapa hal yang perlu

diperhatikan, yaitu adanya pemanasan, latihan pernafasan,

latihan otot dan latihan panggul. Perhatikan mengenai

kontraindikasi untuk melakukan senam hamil, misalnya

kehamilan dengan abortus berulang, dengan penyakit

hipertensi atau kehamilan dengan penyakit tertentu sehingga

menimbulkan resiko bagi kehamilannya. ( Suryati, 2011 )

4. Subtance Abuse ( Konsumsi Alkohol)

Pada hakikatnaya semua wanita mengetahui akibat

dari meminum alkohol. Resiko dari minum alkohol yang terus-

menerus, tentunya juga berhubungan dengan dosis yang akan

menyebabkan berbagai masalah yang serius seperti

meningkatkan resiko keguguran, lahir prematur, berat lahir

yang rendah, kompilkasi selama masa persiapan kelahiran,

persalinan, dan Fetal Alkohol Effect ( FAE). Di Amerika Serikat,

penggunaan alkohol selama kehamilan merupakan penyebab

terbesar dari keterbelakangan mental dan cacat lahir. Makin

cepat seorang peminum menghentikan kebiasaannya selama

kehamilan akan lebih kecil resikonya pada bayi ( Suryati, 2011

).

5. Merokok

Terdapat bukti kuat ibu hamil yang merokok dapat

langsung mempengaruhi dan merusak perkembangan janin

dalam t=rahim seperti BBLR, apneu, da kemungkinan

meninggal karena Sudden Infant Death Sindrome (SIDS) atau

34
kematian di ranjang bayi ( Crib Death). Asap rokok dapat

menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi kepada janin melalui

plasenta berkurang.

e. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

Kebutuhan fisik pada ibu hamil sangat diperlukan, yaitu meliputi oksigen,

nutrisi, personal hygiene, Pakaian, Eliminasi, Seksual, Mobilisasi, Senam

hamil, Istirahat/tidur, Traveling, Persiapan laktasi, Memantau kesejahteraan

janin, pekerjaan. ( Elisabeth, 2015 )

a. Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada manusia

termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi saat

hamil sehingga akan mengaganggu pemenuhan kebutuhan oksigen

pada ibu yang akan berepengaruh pada bayi yang dikandung.Untuk

mencegah hal tersebut diatas dan untuk memenuhi kebutuhan oksigen

maka ibu hamil perlu melakukan :

1. Latihan nafas melalui senam hamil

2. Tidur dengan bantal yang lebih tinggi

3. Makan tidak terlalu banyak

4. Kurangi atau hentikan merokok

5. Konsul kedokter bila ada kelainan atau gangguan pernafasan

sepertia asma dan lain-lain.

b. Nutrisi

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung

nilai bermutu tinggi. Gizi pada waktu hamil harus ditingkTKn hingga 300

kalori perhari.

35
1. Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Trimester Pertama

a. Minggu 1 sampai minggu ke-4

Selama trimester 1 ibu harus mengonsumsi berbagai jeni

makanan berkalori tinggi untuk mencukupi kebutuhan

kalori yang bertambah 170 kalori. Tujuannya, agar tubuh

menghasilkan cukup energi yang diperlukan janin yang

tengah terbentuk pesat. Konsumsi minimal 2000 kilo

kalori/hari.

b. Minggu ke-5 agar asupan kalori terpenuhi, meski dilanda

mual dan mutah, makan dalam porsi kecil tapi sering.

Konsumsi makanan selagi segar atau panas.

c. Minggu ke-7

Konsumsi aneka jenis makanan sumber kalsium untuk

menunjang pembentukan tulang kerangka tubuh janin

yang berlangsung saat ini. Kebutuhan kalsium anda 1000

miligram/hari.

d. Minggu ke-9

Jangan lupa penuhi kebutuhan asam folat 0,6

miligram/hari diperoleh dari hati, kacang kering, telur,

brokoli, aneka produk whole grain, jeruk, dan jus jeruk.

Konsumsi juga vitamin C untuk pembentukan jaringan

tubuh janin, penyerapan zat besi.

e. Minggu ke-10

36
Saatnya makan banyak protein untuk memperoleh asam

amino bagi pembentukan otak janin, ditambah kolin dan

DHA untuk pembentukan sel otak baru.

d. Minggu ke-12

Sejumlah vitamin yang harus dipenuhi kebutuhanya

adalah A, B1, B2, B3, dan B6, semuanya untuk membantu

proses tumbuh kembang, vitamin B12 untuk membentuk

sel darah baru, vitamin C untuk penyerapan zat besi,

vitamin D untuk pembentukan tulang dan gigi, vitamin E

untuk metabolisme. Jangan lupa mengkonsumsi zat besi,

karen volume darah akan meningkat 50% yang berguna

untuk memproduksi sel darah merah untuk persiapan

berdenyut.

2. Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Hamil Trimester II

Di trimester II ibu dan janin mengalami lebih banyak lagi

kemajuan dan perkembangan. Kebutuhan gizi juga semakin

seiring dengan semakin beratnya kehamilan.

a. Minggu ke-13

Kurangi atau hindari minum kopi, sebab kafein nya

(terdapat di teh dan coklat) beresiko mengganggu

perkembangan sistem saraf pusat janin yang mulai

berkembang.

b. Minggu ke-14

37
Ibu perlu menambah asupan kalori 300 kalori/hari untuk

tambahan energi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang

janin. Penuhi antara lain dari 2 cangkir nasi atau

penggantinya. Dan juga harus lebih banyak ngemil, 3-4

kali/hari porsi sedang.

c. Minggu ke-17

Makan sayur dan buah serta cairan untuk mencegah

sembelit. Penuhi kebutuhan cairan tubuh yang meningkat.

Pastikan minum 6-8 gelas air setiap hari. Selain itu,

konsumsi sumber zat besi ( ayam, daging, kuning dan telur,

buah kering dan bayam)an vitamin C untuk mengoptimalkan

pembentukan sel darah merah baru, karena jantung dan

sistem peredaran darah janin sedang berkembang.

d. Minggu ke-24

Batasi garam, karena memicu tekanan darah tinggi dan

menerus kaki bengkak akibat menahan cairan tubuh.

e. Minggu ke-28

Konsumsi aneka jenis seafood untuk memenuhi kebutuhan

asam lemak omega-3 bagi pembentukan otak dan

kecerdasan janin. Vitamin E sebagai antioksidan harus

dipenuhi.

2. Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Pada Trimester III

38
Di trimester ke III, ibu hamil butuh bekal energi yang memadai.

Selain untuk mengatasi beban yang kian berat, juga sebagai

cadangan energi untuk persalinan kelak.

Berikut ini sederet zat gizi yang sebaiknya lebih diperhatikan

pada ke III ini, tentu tanpa mengabaikan zat gizi lainnya:

a. Kalori

Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah sekiar

70.000-80.000 kilo kalori (kkal), dengan pertambahan berat

badan sekitar 12,5 kg. Pertambahan kalori ini diperlukan

terutama pada 20 minggu terakhir. Untuk itu, tambahan

kalori yang diperlukan setiap hari adalah sekitar 285-300

kkal. Tambahan kalori diperlukan untuk pertumbuhan

jaringan janin dan plasenta dan menambah volume darah

serta cairan amnion. Selain itu, kalori juga berguna sebagai

cadangan ibu untuk keperluan melahirkan dan menyusui.

b. Vitamin B6 (Piridoksin)

Vitamin ini dibutuhkan untuk menjalankan lebi dari

100 reaksi kimia didalam tubuh yang melibatkan enzim.

Selain membantu metabolisme asam amino, karbohidrat,

lemak dan pembentukan sel darah merah, juga berperan

dalam pembentukan neurotransmitter. Semakin

berkembang otak janin, semakin maningkat pula

kemampuan untuk mengantarkan pesan.

39
Angka kecukupan vitamin B6 bagi ibu hamil adalah

sekitar 2,2 miligram/hari. Makanan hewani adalah sumber

yang kaya akan vitamin ini.

c. Yodium

Yodium dibutuhkan sebagai pembentuk senyawa

tiroksin yang berperan mengontrol setiap metabolisme sel

baru yang terbentuk. Bila kekurangan senyawa ini,

akibatnya proses perkembangan janin, termasuk otaknya

terhambat dan terganggu. Janin akan tumbuh kerdil.

Sebaliknya, jika tiroksin berlebih, sel-sel baru akan

tumbuh secara berlebihan sehingga janin tumbuh

melampaui ukuran normal. Angka ideal untuk konsumsi

yodium adalah 175 mikrogram/hari.

d. Tiamin (vitamin B1), Riboflavin (B2), dan Niasin (B3)

Deretan vitamin ini akan membantu enzim untuk

mengatur metabolisme sistem pernafasan dan energi. Ibu

hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi Tiamin sekitar 1,2

miligram/hari, Riboflavin sekitar 1,2 miligram/hari dan Niasin

11 miligram/hari. Ketiga vitamin B ini bisa didapatkan dari

keju, susu, kacang-kacangan, hati dan telur.

e. Air

Kebutuhan ibu hamil di trimester III inu bukan hanya

dari makanan tapi juga cairan. Ari sangat penting untuk

pertumbuhan sel-sel baru, mengatur suhu tubuh,

40
melarutkan dan mengatur proses metabolisme zat-zat gizi,

serta mempertahankan volume darah yang meningkat

selama masa kehamilan. Sebaiknya minum 8 gelas air

putih/hari. Selain air putih bisa pula dibantu dengan jus

buah, makanan berkuah dan buah-buahan.

b. Personal Hygiene

Kebersihan diri selama kehamilan penting untuk dijaga oleh seorang ibu

hamil. Personal hygiene yang buruk dapat berdampak terhadap kesehatan

ibu dan janin.

1. Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan pakaian minimal 2 kali

sehari.

2. Menjaga kebersihan alat genital dan pakaian dalam

3. Menjaga kebersihan payudara

1. Pakaian

Pakaian yang baik bagi wanita hamil adalah :

a. Longgar, nyaman, dan mudah dikenakan

b. Gunakan kutang/BH dengan ukran sesuai ukuran payudara dan

mampu menyangga seluruh payudara.

c. Untuk kasus kehamilan menggantung, perlu disangga dengan

stagen atau kain bebat dibawah perut

d. Tidak memakai sepatu tumit tinggi. Sepatu berhak rendah baik

untuk punggung dan postur tubuh dan dapat mengurangi tekanan

pada kaki.

2. Eliminasi

41
Ibu hamil sering buang air kecil terutama pada trimester pertama

dan ketiga kehamilan. Sementara frekuensi buang air besar menurun

akibat adanya konstipasi. Kebutuhan ibu hamil akan rasa nyaman

terhadap masalah eliminasi juga perlu mendapat perhatian.

a. Ibu hamil akan sering kekamar mandi terutama saat malam

sehingga mengganggu tidur, sebaiknya intake cairan sebelum tidur

dikurangi.

b. Gunakan pembalut untuk mencegah pakaian dalam yang basah

dan lembab sehingga memudahkan masuk kuman.

c. Setiap habis BAB dan BAK, cebok dengan baik.

3. Seksual

Wanita hamil dapat tetap melakukan hubungan seksual dengan

suaminya sepanjang hubungan seksual tersebut tidak menganggu

kehamilan. Ada beberapa tips untuk wanita hamil yang ingin

berhubungan seksual dengan suaminya :

a. Pilih posisi yang nyaman dan tidak menyebabkan nyeri bagi wanita

hamil.

b. Sebaiknya gunakan kondom, karena prostaglandin yang terdapat

dalam semen bisa menyebabkan kontraksi.

c. Lakukan dalam frekuensi yang wajar ± 2-3 kali seminggu.

4. Mobilisasi

Pertumbuhan rahim yang membesar akan menyebabkan

peregangan ligmen-ligmen atau otot-otot sehingga pergerakan ibu hamil

menjadi terbatas dan kadangkala menimbulkan rasa nyeri. Mobilisasi

42
dan bodi mekanik untuk ibu hamil harus memperhatikan cara-cara yang

benar antara lain :

a. Melakukan latihan/senam hamil agr otot-otot tidak kaku

b. Jangan melakukan gerakan tiba-tiba/spontan

c.Jangan mengangkat secara langsung benda-benda yang cukup berat,

jongkoklah terlebih dahulu baru kemudian mengangkat benda.

d. Apabila bangun tidur, miring dulu baru kemudian bangkit dari

tempat tidur.

5. Senam Hamil

Senam hamil merupakan suatu program latihan fisik yang

sangat penting bagi calon ibu untuk mempersiapkan saat persalinan.

Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu

hamil, secara fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman dan

spontan.

Keuntungan :

a. Melenturkan otot

b. Memberikan kesegaran

c. Meningkatkan self extem dan self image

d. Sarana berbagi informasi

Waktu yang tepat melakukan senam hamil :

a. Jika kandungan mencapai 6 bulan keatas, lakukan senam hamil,

kecuali ada kelainan tertentu pada kehamilan. Sebelm

43
memutuskan mengikuti senam hamil, diskusikan kondisi kehamilan

dengan dokter atau bidan.

b. Perempuan hamil yang mengikuti senam hamil diharapkan dapat

menjalani persalinan dengan lancar, dapat memanfaatkan tenaga

dan kemampuan sebaik-baiknya sehingga proses persalinan

normal berlangsung relatif cepat.

c. Sebelum memualai senam hamil, lakukan dulu gerakan

pemanasan sehingga peredaran darah dalam tubuh akan

meningkat dan oksigen yang diangkut keotot-otot dan jaringan

tubuh bertamabah banyak, serta dapat mengurangi kemungkinan

terjadinya kejang/luka karena telah disiapkan sebelumnya untuk

melakukan gerakan yang lebih aktif.

6. Istirahat/tidur

Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahta/tidur yang cukup.

Kurang istirahat/tidur, ibu hamil akan terlihat pucat, lesu dan kurang

gairah. Usahakan tidur malam ±8 jam dan tidur siang ± 1 jam.

Umumnya ibu mengeluh susah tidur karena rongga dadanya terdesak

perut yang membesar atau posisi tidurnya jadi tidak nyaman. Tidur yang

cukup dapat membuat ibu menjadi relaks, bugar dan sehat.

7. Pekerjaan

1. Pekerjaan rumah tangga

a. Pekerjaan rutin dapat dilaksanakan

b. Bekerjalah sesuai kemampuan

c. Makin dikurangi dengan semakin tua kehamilan

2. Wanita pekerja diluar rumah

44
a. Wanita hamil boleh bekerja, tapi jangan terlalu berat

b. Istirhat sebanyak mungkin

c. Menurut UU perburuhan, wanita hamil berhak mendapat

cuti hamil selama 3 bulan, yaitu 1,5 bulan selama bersalin

dan 1,5 bulan sesudah bersalin

d. Selama hamil perhatikan hal-hal yang dapat

membahayakan kandungan dan segera memeriksakan diri

e. Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, beritahukan

tanda-tanda permulaan persalinan.

f. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan

a. Perdarahan Pervaginam

Perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada

trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan,dikatakan

tidak normal jika darah berwarna merah, banyak, dan kadang-kadang,

tetapi tidak selalu,disertai dengan rasanyeri. Perdarahan sepertiini bisa

menandakan adanya plasenta previa atau abrupsio placenta (Asrinah

dkk, 2010).

Ada beberapa jenis perdarahan antepartum pada kehamilan lanjut yaitu:

1. Plasenta Previa

Adanya plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi

sebagian/seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang

normal adalah pada dinding depan dan belakang rahim atau di

daerah fundus uteri. Gejala-gejalanya adalah:

a. Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri,biasterjadi

secara tiba-tiba dan kapan saja.

45
b. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada

bagian bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat

mendekati pintu atas panggul.

c. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka

plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak.

2. Solusio Plasenta

Adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal

plasenta terlepas setelah anak lahir. Tanda dan gejalanya adalah:

a. Darah dari tempat plasenta keluar dari serviks dan terjadilah

perdarahan keluar atau perdarahan tampak.

b. Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul di belakang plasenta

(perdarahan tersembunyi/ perdarahan ke dalam).

c. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan

tanda yang lebih khas (rahim keras seperti papan) karena seluruh

perdarahan tertahan di dalam. Umumnya berbahaya karena jumlah

perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok.

d. Perdarahan di sertai nyeri.

e. Nyeri abdomen pada saat di pegang.

f. Palpasi sulit di lakukan.

g. Fundus uteri makin lama makin naik.

h. Bunyi jantung biasanya tidak ada

3. Keluar Cairan Pervaginam

Keluarnya cairan berupa air dari vagina pada trimester 3, air

tersebut bisa jadi berasal dari ketuban yang pecah. Pecahnya

selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum

46
kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm, ketuban

dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan

berlangsung, normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I

atau awalkala II.

4. Gerakan Janin tidak Terasa

Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke

5 atau ke 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih

awal. Ketika bayi tidur maka gerakannya akan melemah, gerakan

bayi akan mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika

ibu makan dan minum dengan baik. Biasanya tanda dan gejala nya

adalah gerakan bayi kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam.

5. Nyeri Abdomen yang Akut

Nyeri abdomen yang berhubungan dengan persalinan normal

adalah normal, nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan

masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat,

menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti

apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul,

persalinan preterm, gastritis, penyakit kantung empedu, uterus yang

iritable, abrupsio plasenta, ISK atau infeksi lain.

6. Anemia

Anemia merupakan gangguan kesehatan yang paling sering di

jumpai pada kehamilan, diagnosa anemia dalam kehamilan

47
ditegakkan bila kadar hemoglobin (Hb) <11g/dL (7,45mmol/L) dan

hematokrit <0,33.

1 Anemia dalam kehamilan

a. Definisi Anemia dalam kehamilan

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan kadar hemoglobin di

bawah 11gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5gr% pada trimester 2,

nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil,

terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Saifuddin, 2014).

Anemia dalam kehamilan adalah anemia kekurangan besi, jenis anemia

yang pengobatannya mudah bahkan murah (Manuaba, 2013).

Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang tidak diimbangi dengan jumlah plasma

menyebabkan pengenceran darah. Plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.

Kejadian anemia pada ibu hamil

1) Patologis

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena

perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan

payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan, dan

maksimum terjadi pada trimester III dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit

menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang

meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan

peningkatan sekresi aldesteron.

b. Tanda dan gejala

Menurut (Solihah, 2014 ; Saifuddin, 202015)

48
Cepat lelah, lesu, mata berkunang, pusing, gampang pingsan, sesak nafas saat

beraktivitas atau berolahraga berat, permukaan kulit dan wajah pucat, mual muntah

lebih hebat dari hamil muda, jantung berdebar – debar.

c. Klasifikasi anemia pada kehamilan

Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan merupakan

kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia.Pemeriksaa

49
darah minimal 2 kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III (Dep.Kes RI, 2014)

Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah

berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya.

Klasifikasi menurut WHO dan Dep.Kes RI

1) Normal : Kadar Hb dalam darah ≥ 11 gr%

2) Anemia Ringan : Kadar Hb dalam darah 8 - 10 gr%

3) Anema berat : Kadar Hb dalam darah < 8 gr%

50
d. Diagnosis

1) Anamnesa

Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata

berkunang – kunang, dan keluhan sering mual muntah lebih hebat pada hamil

muda.

2) Pemeriksaan fisik

a) Penderita terlihat lemah.

b) Kurang bergairah.

3) Pada inspeksi muka, conjungtiva, bibir, lidah, selaput lendir

dan dasar kuku kelihatan pucat.

4) Pada pemeriksaan palpasi kemungkinan didapatkan splenomegali dan

takhirkardi.

5) Pada pemeriksaan auskultasi dapat terdengar bising jantung.

6) Pemeriksaan Laboratorium (Kadar

Hb) 9-10 gr% : anemia ringan

7-8 gr% : anemia sedang

51
<7 gr% : anemia berat

(Manuaba, 1998 : (Sediaoetama AP, 1999)

52
e. Pengaruh anemia pada ibu hamil, bersalin, dan nifas

mengemukakan pengaruh anemia pada hamil, bersalin dan nifas adalah:

1) Keguguran.

2) Partus prematurus.

3) Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah.

4) Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan.

5) Syok.

6) Afibrinogen dan hipofibrinogen.

7) Infeksi intrapartum dan dalam nifas.

8) Bila terjadi anemia gravis ( Hb dibawah 4 gr% ) terjadi payah jantung yang bukan

saja menyulitkan kehamilan dan persalinan tapi juga bisa fatal.

Menurut (Manuaba, 1998) pengaruh anemia di bagi menjadi 2 yaitu

1) Bagi ibu

53
a) Bahaya selama

kehamilan (1)Dapat

terjadi abortus

(2)Persalinan

prematuritas

(3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

(4) Mudah terjadi infeksi

(5) Ancaman dekompensasi kordis ( Hb < 6 gr% )

(6) Mola hidatidosa

(7) Hiperemesis gravidarum

(8) Perdarahan antepartu

54
(9) Ketuban pecah dini (KPD)

f. Pencegahan anemia pada ibu hamil

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis rendah

30 mg pada trimester III ibu hamil non anemik Hb ≥ 11 gr/dl, sedangkan untuk hamil

dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen sulfat 325 mg 1-2 kali sehari.

Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari

atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin

B12 100-200 mcg/hari (Budiarti, 2009)

Kepandaian dalam mengatur pola makan dengan mengkombinasikan menu

makanan serta mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin C pada

waktu makan bisa membuat tubuh terhindar dari anemia. Mengindari makanan yang

dapat menghambat penyerapan zat besi yaitu kopi dan teh.

1) Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau,

kacang – kacangan, protein hewani, terutama hati.

2) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat, mangga dan

lain – lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi (Mei, 2013)

Penderita anemia sedang sebaiknya tidak menggunakan suplemen zat besi. Lebih

cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya dengan konsumsi

makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati,

55
ikan, daging, kacang – kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna

hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah – buahan (jeruk, jambu biji

dan pisang). Selain itu dibiasakan pula menambahkan substansi yang mendahulukan

penyerapan zat besi sperti vitamin C, air jeruk, daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi

penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari (Anonim, 2003).

g. Pengobatan anemia pada ibu hamil

Bagi penderita anemia karena kekurangan zat besi, sebaiknya mengkonsumsi

makanan yang mengadung zat besi seperti sayuran yang berwarna hijau tua yaitu bayam.

Dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung kaya akan zat besi di imbangi dengan

makanan yang dapat membantu penyerapan zat besi yaitu yang mengandung vitamin C

seperti jeruk, tomat, mangga dan jambu. Sebab kandungan asam askorbat dalam vitamin

C tersebut dapat meningkatkan penyerapan zat besi.

g. Penatalaksanaan Dalam Kehamilan

Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “14 T”

a. (Timbang) Berat Badan dan Tinggi badan

Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ). Dalam keadaan normal kenaikan

berat badan ibu dari sebelu hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang

berkisar anatar 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang

266
tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Pengukuran

tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap

kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul.

Tabel 2.4 Interval dan Lama Perlindungan Tetanus Toxoid

Imunisasi TT Selang Waktu Lama Perlindungan

minimal pemberian

Imunisasi TT

TT1 - Langkah awal pembentukan

kekebalan tubuh terhadap

penyakit Tetanus.

TT2 1 bulan setelah TT1 3 Tahun

TT3 6 bulan setelah TT2 6 Tahun


b. T
TT4 12 Bulan setelah TT3 10 Tahun
inggi

Fundus TT5 12 Bulan setelah TT4 ≥ 25 Tahun


Uteri

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah

menentukan umur kehamilan berdasarkan minggudan hasilnya bisa di

bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan

kapan gerakan janin mulai dirasakan.

267
Tabel. 2.5 Perubahan Tinggi Fundus Uteri

Usia Kehamilan sesuai minggu Jarak dari simfisis

22 – 28 Minggu 24-25 cm

28 Minggu 26,7 cm

30 Minggu 29,5 – 30 cm

32 Minggu 31 cm

34 Minggu 32 cm

36 Minggu 33 cm

40 Minggu 37,7 cm

c. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan

d. (Tes) terhadap penyakit Menular Seksual

e. Pemeriksaan HB

Pada Bumil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28.

bila kadar Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan Anemia, maka harus diberi

suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi 11 gr% atau

lebih.

268
f. Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab.)

Pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali di ambil

spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. apabila hasil test positif maka

dilakukan pengobatan dan rujukan

g. Pemeriksaan Protein urine

Dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine mengandung protein atau

tidak untuk mendeteksi gejala pre-eklampsi.

h. Pemeriksaan Urine Reduksi

Untuk Bumil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti

pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya DMG.

i. Senam Hamil

j. Pemberian Obat Malaria

Diberikan kepada Bumil pendatang dari daerah malaria juga kepada bumil

dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan

darah yang positif.

k. Pemberian Kapsul Minyak Yodium

diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah

endemis yang dapat berefek buruk terhadap Tumbuh kembang Manusia.

l. (Temu) wicara dalam rangka persiapan rujukan

269
2. Konsep Dasar Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan

lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan. (Retno, 2013 )

Sedangkan definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan

yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap

demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam

presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42minggu

lengkap.

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan

lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan. (Retno, 2013; h. 2). Persalinan normal

menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah

pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan

secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37

hingga 42 minggu lengkap.

Secara umum persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir

dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan 37-42 minggu lahir spontan, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun janin, disusul dengan pengeluaran plasenta dan

selaput janin dari tubuh ibu. ( Tando, 2013; h. 1-2 ).

270
b. Tanda-tanda Persalinan

Tanda-tanda persalinan menurut ( Retno, 2013 ) yaitu :

a. Lightening

Beberapa minggu sebelum persalinan, ibu merasakan

keadaan lebih ringan (Lightening), tidak lagi merasakan sesak, tapi

lebih sulit saat berjalan, seiring nyeri pada anggota badan, dan

sering kencing. Pada perabaan, epigastrum kendor, fundus lebih

rendah menjadi antara prosesus xypoideus dengan pusat.

Kedudukan kepala janin mulai masuk pintu atas panggul, sehingga

adanya penekanan pada kandung kemih yang menyebabkan ibu

sering kencing.

b. His Pendahuluan Atau His Palsu

Sekitar 3-4 minggu sebelum persalinan, ibu merasakan

adanya his pendahuluan ini yang merupakan peningkatan dari

kontraksi Braxton hicks. His pendahuluan ini bersifat :

1. Nyeri yang terasa diperut bagian bawah

2. His terjadi tidak teratur

3. Durasi his pendek dan tidak bertambah kuat

4. Bila untuk berjalan maka his justru berkurang

5. His yang dirasakan tidak berpengaruh pada pembukaan servik.

c. Perubahan Fisiologis dan Psikologi Ibu Bersalin

271
1. Perubahan Fisiologis pada Ibu Bersalin

Perubahan fisiologis pada ibu bersalin menurut ( Retno, 2013 ).

a. Perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan.

1. Keadaan segmen atas dan bawah rahim pada persalinan hamil

lanjut, uterus terdiri atasdua bagian yaitu segmen atas rahim yang

dibentuk oleh corpus uteri dan segmen bawah rahim yang dibentuk

oleh istmus uteri.

2. Kontraksi otot rahim mempunyai sifat yang khas.

3. Setelah kontraksi maka otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke

keadaan sebelum kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek

walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi (retraksi).

4. Kontraksi tidak sama kuatnya, tapi palingkuatdii daerah fundus uteri

dan berangsur-angsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada

segmen bawah rahim (SBR).

5. Sebagian dari isi rahim keluar dari segmen atas dan diterima oleh

segmen bawah.Jadi segmen atas makin lama makin mengecil

sedangkan segmen bawah rahim makin diregang dan makin tipis dan

isi rahim sedikit demi sedikit pindah kesegmen bawah.

Karena segmen atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis

maka batas antara segmen atas dan bawah lingkaran reaksi yang

fisiologis.Kalau segmen bawah sangat direngang maka lingkaran

retraksi lebih jelas dan naik mendekat pusat lingkaran retraksi yang

patologis/lingkaran bandle.

b. Perubahan Bentuk Rahim

272
Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjang

sedangkan ukuran melintang maupun muka belakang berkurang.

Hal yang diatas dapat terjadi karena ukuran melintang berkurang

artinya tulang punggung menjadi lebih lurus dan dengan demikian

kutup atas anak tertekan pada fundus sedangkan kutub bawah ditekan

kedalam PAP.

c. Perubahan Pada Serviks

Agar bayi dapat keluar dari rahim maka perlu terjadi pembukaan dari

serviks.Pembukaan dari serviks ini biasanya didahului oleh pendataran

dari serviks.

Pendataran serviks adalah : pendekatan dari kanalis servikalis berupa

sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi satu lubang saja

dengan pinggir yang tipis.Pembukaan dari serviks adalah pembesaran

dari OUE yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter

beberapa milimeter menjadi lubang yang dapat dilalui anak kira-kira 10

cm diameternya.

d. Perubahan Vaginal Dan Dasar Panggul

Dalam kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina yang sejak

kehamilan mengalami perubahan sedemikian rupa, sehingga dapat

dilalui oleh anak.

Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar

panggul diregang menjadi saluran dengan dinding yang tipis.

273
Waktu kepala sampai divulva, lubang vulva menghadap kedepan atas.

Dari luar perenggangan oleh bagian depan nampak pada perineum

yang menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka.

e. Tekanan Darah

Tekanan darah meningkat selama kontraksi.Rasa sakit, takut, dan

cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.Ada beberapa faktor

yang mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah yang menurun pada

arteri uterus akibat kontraksi, diarahkan kembali ke pembuluh darah

perifer. Timbul tahanan perifer, tekanan darah meningkat dan frekuensi

denyut nadi melambat. Oleh karena itu pemeriksaan tekanan darah

diantara kontraksi memberi data yang lebih akurat.

f. Metabolisme

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob meningkat secara

berangsur. Ditandai dengan peningkatan suhu, nadi, kardiak output,

pernafasan dan cairan yang hilang. Metabolsme karbohidrat aerob dan

anaerob akan meningkat secara berangsur-angsur disebabkan karena

kecemasan, dan aktivitas otot skeletal. Peningkatan ini ditandai dengan

adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output,

pernafasan dan cairan yang hilang.

g. Suhu Tubuh

Meningkatkan selama persalinan terutama selama dan segera setelah

persalinan.Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh

agak sedikit meningkat selama persalinan terutama selama dan segera

setelah persalinan. Peningkatan ini jangan melebihi 0,5-1ºC.

274
h. Detak Jantung

Detak jantung secara dramatis naik selam kontraksi.Antar kontraksi

sedikit meningkat dibandingkan sebelum persalinan.

i. Pernafasan

Terjadi sedikit peningkatan laju pernafasan dianggap

normal.Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa

menyebabkan alkologis

j. Perubahan Pada Ginjal

1. Poliuria

2. Peningkatan filtrasi glomelurus dan peningkatan aliran plasma

ginjal.

3. Proteinuria yang sedikit dianggap biasa

4. Pada trimester kedua, kandung kemih menjadi organ abdomen.

Apabila terisi, kandung kemih dapat teraba diatas simpisis pubis.

Selama persalinan wanita dapat mengalami kesulitan untuk

berkemih secara spontan akibat berbagai alasan : edema jaringan

akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi dan

rasa malu. Protein urin 1+ dapat dikatakan normal dan hasil ini

merupakan respon rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama

persalinan.

k. Perubahan Gastrointestinal

1. Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat berkurang.

2. Pengurangan getah lambung berkurang.

3. Pengosongan lambung menjadi sangat lambat.

275
l. Perubahan Hematologi

Hemoglobin meningkat sampai 1,2 ge/100 ml, selama persalinan dan

akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah

pasca salin kecuali ada perdarahan postpartum.

2. Perubahan Psikologi Ibu Bersalin

Perubahan psikologi selama persalinan perlu diketahui oleh penolong

persalinan dalam melaksakan tugasnya sebagai pendampingnya atau

penolong persalinan.

a. Perubahan Psikologi Pada Kala I

Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan, terutama pada

ibu yang pertama kali melahirkan, yaitu:

1. Perasaan tidak enak

2. Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi

3. Memperlihatkan ketakutan atau kecemasan yang menyebabkan

wanita mengartikan ucapan pemberi perawatan atau kejadian

persalinan secara pesimistik atau negative

4. Mengajukan banyak pertanyaan atau sangat waspada terhadap

sekelilingnya

5. Memperlihatkan tingkah laku sangat membutuhkan

6. Memperlihatkan tingkah laku minder, malu atau tidak berharga

7. Memperlihatkan reaksi keras terhadap kontraksi ringan atau terhadap

pemeriksaan

8. Menunjukkan ketegangan otot dalam derajat tinggi

276
9. Tampak menuntut, tidak mempercayai, marah atau menolak terhadap

para petugas

10. Menunjukkan kebutuhan yang kuat untuk mengontrol tindakan

pemberi perawatan

11. Tampak lepas kontrol dalam persalinan seperti saat nyeri hebat,

menggeliat kesakitan, panik, menjerit, tidak merespon saran atau

pertanyaan dari petugas

12. Merasa diawasi

13. Merasa diperlakukan tanpa hormat, merasa diabaikan atau dianggap

remeh.

14. Respon “Melawan atau menghindar” yang dipicu oleh adanya bahaya

fisik, ketakutan, kecemasan dan bentuk distress lainnya.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut (Retno, 2013;h.7-11).

a. Pessage (Jalan Lahir)

Adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul,

dasar panggul, serviks dan vagina.Agar janin dan placenta dapat melalui jalan

lahir tanpa adarintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.

1. Rongga-rongga panggul yang normal

2. Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinana dapat menyebabkan

hambatan persalinan apabila: panggul sempit seluruhnya, panggul sempit

sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, ada tumor dalam

panggul.

277
3. Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk

dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-otot harus lemas dan

mudah meregang, apabila terdapat kekuatan pada jaringan, maka otot-otot

ini akan mudah ruptur.

4. Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang

kaku.

b. Power (Kekuatan)

Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik. Kelainan

his dan tenaga meneran dapat disebabkan oleh :

1. Kelainan kontraksi rahim

2. inersia uteri primer dan sekunder

3. tetania uteridapat mengakibatkan partus presipitatus, asfiksia intrauterin

sampai kematian janin dalam rahim.

4. Inkoordibasi kontraksi otot rahim yang disebabkan karena usia terlalu tua,

pimpinan persalinan salah, induksi persalinan, rasa takut dan cemas.

5. Kelainan tenaga meneran

6. Kelelahan

7. Salah dalam pimpinan meneran pada kala II

c. Passanger

1. Passanger terdiri dari janin dan plasenta

2. Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin yang paling penting

adalah kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang paling besar,

90% bayi dilahirkan dengan letak kepala.

278
3. Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah

kelaianan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun

anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi,

kelainan letak kedudukan anak seperti kedudukan lintang ataupun letak

sungsang.

d. Psyche (Pikologis)

Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab

lamanya persalinan dan menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan

berpengaruh terhadap kontraksi rahim.

e. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

Ada lima kebutuhan dasar ibu bersalin menurut (Retno, 2013).

a. Asuhan fisik dan psikologis

Asuhan ini berorientasi pada tubuh ibu selama dalam proses persalinan, hal

ini juga dapat menghindarkan dari ibu dari infeksi. Adapun asuhan yang

dapat diberikan yaitu :

1. Menjaga kebersihan diri

2. Berendam

3. Perawatan mulut

4. Pengipasan

b. Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus

279
c. Pengurangn rasa sakit

d. Penerimaan atas sikap dan perilakunya

e. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman

f. Penatalaksanaan Dalam Proses Persalinan Kala I-IV dan 2 Jam Post Partum

Pengertian asuhan persalinan normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan

aman dari setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala satu sampai dengan kala

empat dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan,

hipotermi serta asfiksia pada bayi baru lahir (JNPK-KR, 2013).

Menurut JNPK-KR (2013), asuhan persalinan normal memiliki tujuan yaitu

mengupayakan kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi

bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta

dengan intervensi yang minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan

tetap terjaga pada tingkat yang optimal.

Asuhan Persalinan Normal (APN) terdiri dari 60 langkah, sebagai berikut :

1. Melihat adanya tanda persalinan kala dua.

2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan

ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah

partus set.

3. Memakai celemek plastik.

4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan degan sabun dan

air mengalir.

5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan

untuk pemeriksaan dalam.

280
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan

oksitosin dan letakan kembali ke dalam wadah partus set.

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva

ke perineum.

8. Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan

selaput ketuban sudah pecah).

9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin

0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5%.

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 – 160 x/menit).

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta

ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada

saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa

nyaman.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran.

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman,

jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala

bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.

281
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan.

18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang

handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.

20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.

21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut

gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah

arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu

belakang.

23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas

untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.

24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin).

25. Melakukan penilaian selintas : (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan? (b) Apakah bayi bergerak aktif ?

26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah

dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut ibu.

282
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.

28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali

pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),

dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.

32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci

pada sisi lainnya.

33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.

34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.

35. Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk

mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal.

Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat

dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.

37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,

minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai

283
dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial).

38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-

hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan

lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah

robeknya selaput ketuban.

39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4

jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,

dan masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam.

43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin

0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan

rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5 % selama sepuluh menit. Cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan dengan tissue

atau handuk pribadi yang bersih dan kering. Kemudian pakai sarung tangan

untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.

44. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit

1 jam.

284
45. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.

46. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral.

47. Celupkan tangan dilarutan klorin 0,5% ,dan lepaskan secara terbalik dan

rendam, kemudian cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir,

keringkan dengan handuk bersih dan pakai sarung tangan.

48. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

49. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

50. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

51. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1

jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca

persalinan.

52. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.

53. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.

54. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan

ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan

kering.

56. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila

ibu ingin minum.

57. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

285
58. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

59. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

60. Melengkapi partograf

3. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat lahir2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI,

2005).

b. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi

dengan lingkungan luar atau di kenal dengan kehidupan ekstra uteri. Sebelum nya

bayi cukup hanya beradaptasi dengan kehidupan intra uteri. Perubahan fisiologis

bayi baru lahir, diantaranya sebagai berikut :

a. Sistem Pernapasan

Perubahan sisitem ini di awali dari perkembangan organ paru itu sendiri

dengan perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, serta alveolus yang terbentuk

dalam proses kehamilan sehingga dapat menentukan proses pematangan dalam

sistem pernapasan. Proses perubahan bayi baru lahir adalah dalam hal pernapasan

yang dapat di pengaruhi oleh keadaan hipoksia pada akhir persalinan dan

rangsangan fisik ( lingkungan) yang merangsang pusat pernapasan medula

oblongata di otak. Selain itu juga jadi tekanan rongga dada karena kompresi paru

selama persalinan,sehingga merangsang masuknya udara ke dalam paru,kemudian

286
timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat interaksi sistem pernapasan itu sendiri

dengan sisitem kardiovaskuler dan susunan saraf pusat. Selain itu adanya surfaktan

dan upaya resfirasi dalam pernapasan dapat berfungsi untuk mengeluarkan cairan

dalam paru serta mengembangkan jaringan alveolus paru agar dapat berfungsi.

Surfaktan tersebut dapat mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu

menstabilkan diding alveolus untuk mencegah kolaps ( Betz dan Sowden, 2002 ).

1. Perkembangan Paru-Paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang

bercabang kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan

bronkus, proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8tahun, sampain

jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun

janin memperlihatkan adanya gerakan nafas selama trimester dua dan

trimester tiga. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan

hudip BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini di sebabkan karena

keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kaviler, paru-

paru yang tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

2. Awal Adanya Nafas

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi

adalah :Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar

rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak. Tekanan terhadap

rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan,

yang merangsang masuknya udara, ke dalam paru-paru secara

mekanis.Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan susunan

287
saraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan

serta denyut yang di perlukan untuk kehidupan.

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang

bercabang kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan

bronkus, proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8tahun, sampain

jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun

janin memperlihatkan adanya gerakan nafas selama trimester dua dan

trimester tiga. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan

hudip BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini di sebabkan karena

keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kaviler, paru-

paru yang tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

3. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar

rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.

4. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru

selama persalinan, yang merangsang masuknya udara, ke dalam paru-paru

secara mekanis.Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan

susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan

berkesinambungan serta denyut yang di perlukan untuk kehidupan.

5. Penimbunan Karbondioksida ( CO2)

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan

merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan

nafas janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan

tingkat gerakan pernapasan janin.

6. Perubahan Suhu

288
Keadaan dingin akan merangsang pernafasan.

7. Surfaktan dan Upaya Resfirasi Untuk Bernafas

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk : Mengeluarkan

cairan dalam paru-paru, mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk

pertama kali.

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan ( lemak

lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi

surfaktan di mulai pada 20 minggu kehamilan, yang jumlahnya meningkat

sampai paru-paru matang ( sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi

surfaktan adalah untuk mengurangi tekan permukaan paru dan membantu

untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir

pernapasaan.

Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat

akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan

kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa.

Bebagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi uyang sebelumnya

sudah terganggu.

8. Dari Cairan Menuju Udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat

beyi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini di

peras keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang di lahirkan secara SC

kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita

289
paru-paru basah dalam jangka waktu yang lebih lama. Dengan beberapa

kali tarikan nafas yang pertama udara memenuhi ruangan trakhea dan

brokus BBL. Sisa cairan di paru-paru di keluarkan dari paru-paru dan di

serap oleh pembuluh limpe dan darah.

9. Fungsi Sistem Pernafasan Dan Kaitannya Dengan Fungsi Kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting

dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat

hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal

ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima

oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan

oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.Peningkatan darah

paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan

membantu menghilangkan cairan paru-paru dan akan merangsang

perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

b. Sistem Peredaran Darah

Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada bayi baru

lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses pengantaran oksigen ke seluruh

jaringan tubuh, maka terdapat perubahan,yaitu penutupan foramen ovale pada

atrium jantung dan penutupan duktus ateriosus anatara arteri paru dan aorta.

Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh

darah,dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah

tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi. Perubahan tekanan

sistem pembuluh darah dapat terjadi saat tali pusat di potong, resistensinya akan

meningkat dan tekanan atrium kanan akan menurun karena suplai darah ke atrium

290
kanan berkurang yang dapat menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga

menurun. Proses tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi ualng,

pada saat terjadi pernafasan pertama dapat menurunkan resistensi dan

meningkatkan atrium kanan. Kemudian oksigen pada pernapasan pertama dapat

menimbulkan relaksi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru yang dapat

menurunkan resistensi pembuluh darah paru. Terjadinya peningkatan sirkulasi paru

mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan, dengan

meningkatkan tekanan pada atrium kanan akan terjadi penurunan atrium kiri,

foramen ovale akan menutup, atau dengan pernafasan kadar oksigen dalam darah

akan meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami kontriksi dan

menutup. Perubahan lain adalah menutupnya vena umbilikus, dutus venosus, dan

arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit

setelah tali pusat di klem dan penutupan jaringan fibrosa membutuhkan waktu sekitar

2-3 bulan ( Betz dan Sowden, 2002 )

c. Tanda-tanda Bayi Baru Lahir Normal

Tanda-tanda bayi baru lahir menurut (lyndon, 2014) yaitu :

a) Berat badan : 2500 - 4000 gram

b) Panjang badan : 48-52 cm

c) Lingkar kepala : 33-35 cm

d) Lingkaar dada : 30-38 cm

e) Masa kehamilan : 37-42 cm

f) Denyut jantung : Pada menit-menit pertama 180x/menit, kemudian

turun120x/m

291
g) Respirasi : Pada menit-menit pertama cepat,yaitu 80 kali/menit,

kemudian turun menjadi 40x/menit.

h) Kulit : Berawrna kemerahan dan licin karena jaringan

subkutan cukup terbentuk dan dilipati verniks kaseosa

i) Kuku : Agak panjang dan lemas

j) Genetalia : Apabila jenis kelamin perempuan maka labia mayor

sudah menutupi labia minor. Sedangkan pada laki-laki

testis sudah turun dalam skrotum

k) Refleks : Refleks menghisap dan menelan, refleksmoro, refleks

menggenggam sudah baik; jika dikagetkan bayi akan

memperlihatkan gerakan seperti memeluk ( rekfleks moro ); jika diletakan

suatu benda ditelapak tangan bayi, bayi akan menggenggam ( refleks

menggenggam ) /grasping refleks.

l) Eliminasi : Eliminasi baik urine dan mekonium keluar dalam 24 jam

pertama.

m) Suhu : 36,5-37ºC

d. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir

Dalam merawat bayi kebutuhan yang harus dipenuhi antara lain :

1. Kebutuhan rasa hangat

2. Makanan pokok yaitu ASI

3. Cairan

a) Kebutuhan cairan

292
Hari I : 60 cc/kg BB/hari

Hari II : 90 cc/kg BB/hari

Hari III : 120 cc/kg BB/ hari

Hari IV : 150 cc/kg BB/hari

b) Frekuensi pembesaran cairan tergantung pada berat badan bayi

Berat badan < 1250 gr : 24x/hari tiap 1 jam

Berat badan 1250 – 2000 gr : 12x/hari tiap 2 jam

Berat badan > 2000 : 8x/jam tiap 3 jam

4. Istirahat dan tidur

5. Udara yang bersih

6. Latihan gerak badan

7. Kasih sayang orang tua

8. Perlindungan

9. Kebersihan dan sterilisasi

e. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir

Penatalaksanaan bayi baru lahir menurut (Lyndon, 2014; h.47-54) yaitu :

a) Menjaga bayi agar tetap hangat

b) Membersihkan saluran nafas

c) Mengeringkan tubuh bayi

a) Memotong dan mengikat tali pusat

b) Melakukan inisiasi menyusui dini (IMD)

c) Memberikan identitas diri

d) Memberikan suntikan vitamin K

293
e) Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata

f) Memberikan imunisasi

g) Melakukan pemeriksaan fisik

4. Konsep Dasar Nifas

a. Pengertian Masa Nifas

Beberapa pengertian masa nifas (Elisabeth, Endang. 2015; h.1-2).

a) Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-

alat reproduksi pulih seperti sebelum hamildan secara normal masa nifas

berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambrawati, 2010).

b) Periode perinatal adalah waktu penyerahan dari selaput dan plasenta

(menandai akhir dari periode intrapartum) menjadi kembali ke saluran

reproduktif wanita pada masa sebelum hamil. Periode ini jugadisebut

puerperium (Varney, 1997).

c) Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, placenta, serta

selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti

sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).

d) Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai

pulihnya kembali alat-alat kandungan sepertisebelum hamil. Lamnaya masa

nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu (Abitdin, 2011).

e) Masa nifas adalah masasesudah persalinan, masa perubahan,penyembuhan

dan pengembalian alat-alat kandungan. Proses masa nifas berkisar anatara 6

minggu atau 40 hari (Jenny Sr,2006).

294
f) Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1jam setelah lahirnya ta sampai

dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Saifuddin, 2009).

g) Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2000)

b. Tahapan Masa Nifas

a) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan.

b) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruhnya alat-alat genital.

c) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

semprna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan,

atau tahun. Perubahan-perubahan dan adaptasi fisiologi dan psikologi ibu nifas

c. Perubahan-perubahan dan Adaptasi Fisiologi dan Psikologis Ibu Nifas

1. Perubahan Fisiologi Ibu Nifas

a) Sistem Kardiovaskuler

Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah

melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang

mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan

haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh

darah kembali ke ukuran semula.

b) Volume Darah

295
Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa variabel.

Contohnya kehilangan darah selama persalinan, mobilisasi dan

pengeluaran cairan ekstravaskular. Kehilangan darah mengakibatkan

perubahan volume darah tetapi hanya terbatas pada volume darah total.

Kemudian, perubahan cairan tubuh normal mengakibatkan suatu

penurunan yang lambat pada volume darah. Dalam 2 sampai 3 minggu,

setelah persalinan volume darah seringkali menurun sampai pada nilai

sebelum kehamilan.

c) Cariac Output

Cardiac output terus meningkat selama kala I dan kala II persalinan.

Puncaknya selama masa nifas dengan tidak memeperhatikan tipe

persalinan dan penggunaan anestesi. Cardiac output tetap tinggi dalam

beberapa waktu sampai 48 jam postpartum, akibat dari peningkatan

venosus return, bradicardi terlihat selama waktu ini. Cardiac output akan

kembali pada keadaan semula seperti sebelum hamil dalam 2-3 minggu.

d) Sistem Haematologi

a. Hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasenta sedikit

menurun, tetapi drah lebih kental dengan peningkatan viskositas

sehingga meningkatkan pembekuan darah. Haematokrit dan

haemoglobin pada hari ke 3-7 setelah persalinan. Masa nifas bukan

masa penghancuran sel darah merah tetapi tambahan – tambahan

akan menghilang secara perlahan sesuai dengan waktu hisup sel

darah merah. Pada keadaan tidak ada komplikasi, keadaan

296
haematokritdan haemoglobin akan kembali pada keadaan normal

seperti sebelum hamil dalam 4-5 minggu post partum.

b. Leukosit meningkat, dapat mencapai 15000/mm selama persalinan

dan tetap tinggi dalam beberapa hari postpartum. Jumlah sel darah

putih normal rata-rata pada wanita hamil kira-kira 12000/mm. Selama

10-12 hari setelah persalinan umumnya berniali antara 20000-

25000/mm, neutropil berjumlah lebih banyak dari sel darah putih,

dengan konsekuensi akan berubah. Sel darah putih, bersama

dengan peningkatan normal pada kadar sedimen eritrosit, mungkin

sulit diinterpretasikan jika terjadi infeksi akut pada waktu ini.

c. Faktor pembekuan, yakni suatu aktivasi faktor pembekuan darah

terjadi setelah persalinan. Aktivasi ini, bersamaan dengan tidak

adanya pergerakan, trauma atau sepsis, yang mendorong terjadinya

tromboemboli. Keadaan produksi tertinggi dari pemecahan fibrin

mungkin akibat pengeluaran dari tempat plasenta.

d. Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda

trombosis ( nyeri, hangat dan lemas, vena bengkak kemerahan yang

dirasakan keras dan padat saat disentuh.

e. Varices pada kaki dan sekitar anus (haemoroid) adalah umum pada

kehamilan. Varices pada vulva umumnya kurang dan akan segera

kembali stelah persalinan.

e) Sistem Reproduksi

a. Uterus

297
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (Involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

b. Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea

1. Lochea rubra (cruenta) berisis darah segar dan sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan

mekonium, selama 2 hari post partum.

2. Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir,

hari 3-7 post partum.

3. Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi,

pada hari ke 7-14 post partum.

4. Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu

5. Lochea purulenta : terjadi infeksi, seperti berbau busuk

c. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah

persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari

tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.

b. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa

hari pertama sesusah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada

dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali

kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara

298
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi

lebih menonjol.

c. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak

maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan

kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur

daripada keadaan sebelum melahirkan.

d. Payudara

Kadar prolaktin yang disekresi oleh kelenjar hypofisis anterior

meningkat secara stabil selama ke hamilan, tetapi hormon plasenta

menghambat produksi ASI dimulai. Suplai darah ke payudara

meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular sementara.

Air susu, saat diproduksi, disimpan di alveoli danharus dikeluarkan

dengan efektif dengan cara diisap oleh bayi untuk pengadaan dan

keberangsungan laktasi.

f) Sistim Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat

spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami

kompresi anatara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine

dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah

melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang

bersifat manahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.

299
Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali

normal dalam tempo 6 minggu.

g) Sistem Gastrointestinal

Kerapkali diperlukan waktmal. meskipun 3-4 hari sebelum faal usus

kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan,

namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua

hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika

sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit sisaerah perineum dapat

mengahalangi keinginan ke belakang.

h) Sistem Endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum.

Progesteron turun pada hari ke3 post partum. Kadar prolaktin dalam darah

beragsur-angsur hilang.

i) Sistem Muskuloskeletal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi dini

sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses

involusi

2. Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas

a. Adaptasi psikologis pada masa nifas

Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin setelah melahirkan,

ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut :

1) Masa Taking in (Fokus pada Diri Sendiri)

300
Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru akan melahirkan

bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya (trauma), segala

energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang badannya.

2) Masa Taking On (Fokus pada Bayi)

Masa inni terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir akan

kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawabnya sebagai

ibu dalam merawat bayi semakin besar. Ibu berupaya untuk menguasai

keterampilan perawatan bayinya. Selain itu, perasaan yang sangat sensitif

sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.

3) Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa Bantuan

NAKES)

Masa ini biasanya terjadi bila ibu sudahpulang dari RS dan melibatkan

keluarga. Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil

langsung tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia harus

menyesuaikan diri dengan tuntutan ketergantungan bayinya dan terhadap

interaksi sosial.v Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan

ketergantungan. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat

pada fase ini.

b. Post Partum Blues

Postpartum blues atau sering juga disebut maternity blues atau sindrom

ibu baru, dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada

301
minggu pertama setelah persalinan dengan ditandai gejala-gejala berikut

ini.

a) Reaksi depresi/sedih/disforia

b) Sering menangis

c) Mudah tersinggung

d) Cemas

e) Labilitas perasaan

f) Cenderung menyalahkan diri sendiri

g) Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan

h) Kelelahan

i) Mudah sedih

j) Cepat marah

k) Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih, dan cepat pula

menjadi gembira.

l) Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya, serta

bayinya.

m) Perasaan bersalah

n) Pelupa

Puncak dari postpartum blues ini 3-5 hari setelah melahirkan dan

berlangsung dari beberapa hari sampai 2 minggu. Oleh karena begitu

umum, maka diharapkan tidak dianggap sebagai penyakit. Postpartum

blues tidak mengganggu kemampuan sorang wanita untuk merawat

bayinnya sehingga ibu dengan postpartum blues masih bisa merawat

302
bayinnya. Kecenderungan untuk mengembangkan postpartum blues tidak

berhubungan dengan penyakit mental sebelumnya dan tidak disebabkan

oleh stres. Namun stres dan sejarah depresi dapat mempengerahi apakah

postpartum blues terus menjadi depresi besar, oleh karena itu postpartum

blues harus segera ditindaklanjuti. Adapun beberapa cara untuk mengatasi

post partum blues adalah sebagai berikut :

a) Persiapan diri yang baik selama kehamilan untuk menghadapi

masa nifas.

b) Komunikasikan segala permasalahan atau hal yang ingin

disampaikan

c) Selalu membicarakan rasa cemas yang dialami

d) Cukup istirahat

e) Menghindari perubahan hidup yang drastis

f) Berolahraga ringan

g) Berikan dukungan dari semua keluarga, suami,. Atau saudara

h) Konsultasikan pada tenanga kesehatan atau orang yang

profesiona agar dapat memfasilitasi faktor resiko lainnya selama

masa nifas dan membantu dalam melakukan upaya pengawasan.

( Dewi d an sunarsih, 2013;h. 67-68).

c. Kesedihan dan Duka Cita

Penelitian menunjukkan 10% ibu mengalami depresi setelah

melahirkan dan 10%-nya saja yang tidak mengalami perubahan emosi.

Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa kasus

303
terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi. Penyebab depresi terjadi

karena reaksi terhadap rasa sakit yang muncul saat melahirkan dan karena

sebab-sebab yang kompleks lainnya.

Beberapa gejala-gejala depresi berat adalah sebagai berikut :

a) Perubahan pada mood

b) Gangguan pada pola tidur dan pola makan

c) Perubahan mental dan libido

d) Dapat pula muncul fobia, serta ketakutan akan menyakiti dirinya

sendiri dan bayinya.

Depresi berat akan terjadi biasanya pada wanita/keluarga yang pernah

mempunyai riwayat kelainan psikiatrik. Selain itu, kemungkinan dapat

terjadi pada kehamilan selanjutnya.

Berikut ini adalah penatalaksanaan depresi berat

a) Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar

b) Terapi psikologis dari psikiater

c) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan antidepresan (perlu

diperhatikan pemberian antidepresan pada wanita hamil dan

menyusui)

d) Jangan ditinggal sendirian dirumah

e) Jika diperlukan lakukan perawatan di rumah sakit

f) Tidak dianjurkan rawat gabung (rooming in) dengan bayinya pada

penderita depresi berat. (Dewi dan Sunarsih, 2013).

304
d. Kunjungan Masa Nifas

Frekuensi kunjungan pada masa nifas (Elisabeth, Endang. 2015).

1. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)

Tujuan:

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika

perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga,

bagaimana mecegah perdarahab masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal.

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi hipotermi.

g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan

ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau

sampai ibu dan bayi dalam stabil.

2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

Tujuan :

305
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi

dengan baik, fundus dibawah umbikulus, tidak ada perdarahan

abnormal atau tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal.

c. Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperlihatkan tanda-

tanda penyakit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan

Tujuan : sama dengan kunjungan II yaitu :

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi

dengan baik, fundus dibawah umbikulus, tidak ada perdarahan

abnormal atautidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal.

c. Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperlihatkan tanda-

tanda penyakit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

306
4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

Tujuan :

a. Menanyakan pada ibu, penyulit yang ia atau bayi alami.

b. Memberikan konseling KB secara dini.

e. Tanda Bahaya Masa Nifas

Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas adalah :

a) Demam tinggi melebihi 38ºC

b) Perdarahan vagina luar biasa/tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan

haid biasa/bila memerlukan penggantian pembalut 2x dalam setengah jam),

disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk.

c) Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, serta ulu

hati.

d) Sakit kepala parah/terus menerus dan masalah penglihatan.

e) Pembengkakan wajah, jari-jari atau tangan.

f) Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis atau kaki.

g) Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam.

h) Puting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk menyusui.

i) Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih atau nafas

terengah-engah.

j) Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama

k) Tidak bisa buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit waktu buang air

kecil.

l) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau diri sendiri.

307
m) Depresi pada masa nifas.

f. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

a) Kebutuhan Nutrisi

Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya.

Kebutuahn gizi pada masa nifas teruatama bila menyusui akan meningkat 25%,

karena berguna untuk proses kesembuahan karena sehabis melahirkan dan

untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi semua itu

akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.

Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi,bergizi dan cukup kalori. Kalori

bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, proses

pembentukan ASI. Vitamin dan mineral yang paling mudah menurun

kandungannya dalam makanan adalah vit B6, asam folat, kalsium, seng da

magesium. Kadar Vit B6, dan asam folat dalam air susu langsung berkaitan

dengan diet atau asupan suplemen yang dikonsumsi ibu. Asupan vitamin yang

tidak memadai akan mengurangi cadangan dalam tubuh ibu da mempengaruhi

kesehatan ibu maupun bayi.

b) Kebutuhan Cairan

Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh.

Miumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Asupan tablet

tambah darah dan zat besi diberikan selama 40 hari postpartum. Mium kapsul

Vit.A (200.000 unit). Kegunaan cairan bagi tubuh menyangkut beberapa fungsi

berikut :

1) Fungsi sistem perkemihan

308
2) Keseimbangan dan keselaraan berbagai proses didalam tubuh

3) Sistem urinarius

c) Kebutuhan Ambulasi

Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan

usai. Aktivitas tersebut amat berguna bagis semua sistem tubuh, terutama

fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga

membantu kemajuan ibu dari ketergantunga peran sakit menjadi sehat.

Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas

dan istirahat. Dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah bisa melakukan

mobilisasi. Dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap. Dapat dilakukan

dengan miring kanan atau kiri terlebih dahulu, kemudian duduk dan berangsur-

angsur untuk berdiri dan jalan.

d) Kebutuhan Elimiasi BAK atau BAB

Miksi hendaknya dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita

mengalami sulit kencing, sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme

oleh iritasi musculus spinchter selama persalinan, juga karea adanya edema

kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila dalam 3 hari ibu tidak dapat

berkemih, dapat dilakukan rangsangan untuk berkemih dengan mengkompres

vesica urinaria dengan air hangat, jika ibu belum bisa melakukan maka ajarkan

ibu untuk berkemih sambil membuka kran air, jika tetap belum bisa melakukan

juga maka dapat dilakukan katerisasi.

Buang air besar akan biasa setelah sehari, kecuali bila ibu takut dengan luka

episiotomi. Bila sampai 3-4 hari belum buang air besar, sebaiknya dilakukan

diberikan obat rangsangan peroral atau per rektal, jika masih belum bisa

309
dilakukan klisma untuk meragsang buang air besar sehingga tidak mengalami

sembelit dan meyebabkan jahitan terbuka.

e) Kebersihan Diri (Persoal Hygiene)

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan

perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan

cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas

tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar

dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan antiseptik

dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang.

Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada

luka jahitan maupun kulit.

f) Kebutuhan Istirahat Dan Tidur

1) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan

2) Sarankan ibu untuk melakukan kembali kegiatan rumah tangga secara

bertahap, tidur siang atau segera istirahat ketika bayi tidur.

3) Kurang istirahat mempengaruhi ibu dalam beberapa hal (mengurangi

produksi ASI, memperlambat prosesinvolusio uterus dan memperbanyak

perdarahan, memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan

ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

g) Kebutuhan Seksual

Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami-istri begitu darah berhenti

dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri.

310
Begitu darah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, inilah saat

aman untuk memuali melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai

waktu tertentu. Misalnya , setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.

Keputusan mulainya hubungan seksual bergantung pada pasangan yang

bersangkutan.

h) Latihan Senam Nifas

Orang-orang tubuh wanita akan kembali seperti semula sekitar 6 minggu. Oleh

karena itu, ibu akan berusaha memulihkan dan mengencangkan bentuk

tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara latihan senam nifas.

Senam nifas dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada

komplikasi atau penyulit masa nifas atau diantara waktu makan. Sebelum

melakukan senam nifas, persiapan yang dapat dilakukan adalah:

1) Mengenakan baju yang nyaman untuk olahraga

2) Minum banyak air putih

3) Dapat dilakukan di tempat tidur

4) Dapat diiringi musik

5) Perhatikan keadaan ibu

g. Penatalaksanaan Masa Nifas

Penatalaksanann masa nifas meliputi (saleha : 2013)

1) Kunjungan Pertama (6-8 jam setelah persalinan)

311
Tujuan dari kunjungan pertama ini ialah :

a) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan

memberikan rujukan jika perdarahan berlanjut.

c) Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.

d) Mengajarkan ibu untuk mempererat hubungan antara ibu dan bayi

baru lahir.

e) Menjaga bayi tetap hangat dengan cara mencegah hipotermi.

2) Kunjungan Kedua (6 hari setelah persalinan)

Tujuan dari kunjungan kedua ini ialah :

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterusberkontraksi, fundus

di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada

bau.

b) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca

melahirkan.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik tidak ada tanda – tanda

penyulit.

312
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara

merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.

3) Kunjungan Ketiga (2 minggu setelah persalinan)

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan baik,

fundus dibawah umbikulus, tidak ada perdarahan abnormal atautidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

c) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperlihatkan tanda-tanda penyakit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga

bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

4) Kunjungan Keempat.

Tujuan dari kunjungan keempat ini ialah :

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit – penyulit yang dialami atau

bayinya.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

5. Konsep Dasar Keluarga Berencana

a. Pengertian Keluarga Berencana

Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1992, program KB adalah upaya

peningkatan kepedulian masayarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang

313
bahagia sejahtera. Keluarga sejahtera merupakan keluarga yang sah menurut

agama dan undang-undang serta memiliki ketahanan (baik secara fisik maupun non-

fisik), mampu memperbaiki dan meningkatkan kondisi mental, fisik, dan social

keluarga serta mampu menanamkan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan agama.

Menurut WHO, program KB adalah tindakan yang membantu individu atau

pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang

tidak di inginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak

didalam keluarga. Pengaturan jumlah keluraga dengan pembatasan yang bisa

dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran

seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga

yang diaanggap ideal adalah dua.

Menurut Sarwono Prawirohardjo KB adalah menjarangkan kehamilan yang

diusahakan mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dengan

menggunakan alat kontrasepsi. Kontrasepsi adalah usaha–usaha untuk mencegah

terjadinya kehamilan. Usaha–usaha itu dapat bersifat sementara,dapat juga bersifat

permanen.Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada

priavasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi

ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) dapat di percaya; 2) tidak

menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan; 3) daya kerjanya dapat diatur

menurut kebutuhan (Sarwono, 2008).

Alat kontrasepsi Kontrasepsi Menurut Buku Petugas Fasilitas Pelayanan

Keluarga Berencana (Depkes RI, 2005). Berasal dari kata Kontra berarti

mencegah atau melawan,sedangkan Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

(selwanita) yang matang dan sel sperma (selpria) yang mengakibatkan kehamilan.

314
Sedangkan alat kontrasepsi suntik menurut BKKBN adalah kontrasepsi dengan

hormon progesterone yang disuntikan kebokong atau otot panggul setiap 3 bulan

sekali, atau dengan hormoneestrogen yang disuntikan setiap 1 bulan sekali.

Keluarga Berencana (KB) adalah membatasi jumlah anak hanya 2, 3 dan

lainnya. Keluarga berencana yang dibolehkan syariat adalah suatu usaha

pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan

sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk

kepentingan (maslahab) keluarga, masyarakat maupun negara. Dengan demikian

KB disini mempunyai arti yang sama dengan tanzim al-nasl (pengaturan

keturunan). Penggunaan istilah “keluarga berencana“ juga sama artinya dengan

istilah yang umum dipakai di dunia internasional yakni “family planning” atau

parenthood, seperti yang digunakan oleh International Planned Parenthood

Federation (IPPF), nama sebuah organisasi Kb internasional yang berkedudukan di

London (Koes Irianto, 2014).

b. Jenis dan Cara Kerja Alat Kontrasepsi

1. Kontrasepsi Sederhana

a. Kondom

Carakerjakondom yaitu mencegah spermatozoa mencapai saluran genital

wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk wanita, angka

kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.

Macam-macam Kondom :

1) Kondom Wanita

315
Cara kerja kondom wanita sama halnya dengan cara kondom pria,

yaitu mencegah sperma masuk ke dalam alat reproduksi wanita.

Tingkat efektifitas kondom wanita akan tinggi apabila cara

menggunakannya benar.

2) Kondom Pria

Cara kerja kondom pria sama halnya dengan cara kondom wanita,

yaitu mencegah sperma masuk ke dalam alat reproduksi wanita.

b. Coitus Interuptus

Cara kerja coitus interuptus yaitu alat (penis) dikeluarkan sebelum

ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke vagina dan kehamilan dapat

dicegah.(koes irianto,2014)

c. KB Alami

KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur,

dasar utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat

ovulasi ada 3 cara, yaitu: metode kalender,suhu basal,dan metode lendir

serviks.

Macam-macam KB alami :

1. Metode Kalender

2. Metode Suhu Basal

3. Diafragma

Cara kerja diafragma yaitu menahan sperma agar tidak

316
mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian

atas (uterus dan tuba fallopi) dan sebagai obat tempat

spermisida.

4. Spermisida

Cara kerja spermasida yaitu menyebabkan sel membrane sperma

terpecah, memperlambat gerakan sperma, dan menurunkan

kemampuan pembuahan sel telur.

2. Kontrasepsi Hormonal

1) Pil KB

Cara kerja pil kb yaitu mencegah pengeluaran hormon dari kelenjar

pituitaria yang perlu untuk ovuliasi, menyebabkan perubahan pada

endometrium dan menambah kekentalan lendir serviks sehingga menjadi

lebih pekat dan tidak mudah ditembus oleh spermatozoa. (koes

irianto,2014)

Jenis-jenis pil KB secara umum antara lain:

a) Pil kombinasi, yaitu pil KB yang mengandung estrogen dan

progesteron

b) Minipil, yaitu pil KB yang mengandung progesteron

c) Pil seksual, pil ini dibuat seperti urutan hormone yang dikeluarkan

ovarium pada tiap siklus

d) Once a moth pill, yaitu pil hormon yang mengandung estrogen

e) Morning after pill, merupakan pil yang mengandung hormone

estrogen dosis tinggi

317
2) Suntik KB

Cara kerja KB suntik yaitu :

a) Kontrasepsi suntikan hanya berisi progesterone dan tidak

mengandung esterogen.

b) Progesterone yang mempunyai daya lama dapat diberikan dengan

suntikan IM setiap 3 bulan.

c) Progesteron ini mempengaruhi pengeluaran hormon dari glandula

pituitaria yang mengatur ovulasi, dan menyebabkan lendir serviks

menjadi lebih kental sehingga lebih susah ditembus oleh

spermatozoa.

Jenis-jenis KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:

1. Suntikan / 1 bulan (contoh : cyclofem)

2. Suntikan / 3 bulan (contoh: Depo

MedroksiprogesteronAsetat dan Depo Noretisteron Enantat

(Depo Noristerat)

Mekanisme Kerja :

1. Mencegah ovulasi

2. Mengentalkan lendir serviks dan menjadi sedikit sehingga

menurunkan kemampuan penetrasi sperma

3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi

4. Menghambat transportasi gamet dan tuba

5. Mengubah endometrium menjadi tidak sempurna untuk

implantasi hasil konsepsi.

318
3) Implant

a. Jenis Implant

1. Norplant (6 kapsul)

2. Implanol (1 kapsul)

3. Jadena (2 kapsul)

b. Cara Kerja

1. Menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur dari

indung telur

2. Mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sel mani tidak masuk

ke dalam rahim

3. Menipiskan endommetrium sehingga tidak nidasi (Koes irianto,

2014; h.191).

1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD

a) Jenis-jenis AKDR/IUD

(1) IUD yang terbuat dari plastic (Lippes loop) atau baja anti karat

(cincin cina), mempunyai tingkat kegagalan tahun pertama

tertinggi yaitu 2-6 per wanita.

(2) IUD yang mengandung obat, yakni hormon steroid seperti IUD

progestasert yang mengandung progesterone dan yang baru

dikembangkan IUD Levo Nova mengandung levonorgestrel,

mempunyai tingkat kegagalan sedang yaitu 1-3 per 100 wanita).

(3) IUD yang mengandung tembaga, seperti cupper T (Cu T 380A

dan200C), Multiload (MICu 250 dan 375) dan Nova T,

mempunyai tingkat kegagalan 1 atau kurang. (Handayani,

319
2010).

b) Cara kerja AKDR/IUD

(1) AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga

menimbulkan reaksi benda asing dengan timbulnya leukosit,

makrofag, dan limfosit.

(2) AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan,

prostaglandin, yang menghalangi kapasitasi spermatozoa.

(3) Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit

menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh makrofag dan

blastokis tidak mampu melakukan nidasi.

(4) Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan

gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi

kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.

2) Metode Kontrasepsi Mantap (Kontap)

a) Tubektomi

Tubektomi adalah setiap tindakan yang dilakukan pada kedua saluran

telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan

mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini digunakan untuk jangka

panjang, walaupun kadang-kadang masih dapat dipulihkan kembali

seperti semula. Cara tubektomi dapat dibagi atas beberapa bagian

antara lain saat oprasi, cara mencapai tuba, dan cara penutupan tuba

(Sulistyawati, 2011).

Metode ini dilakukan atas dasar sukarela dalam rangka keluarga

berencana. Seminar Kuldoskopi Indonesia pertama di Jakarta (18-19

320
Desember 1972) mengambil kesimpulan sebaiknya tubektomi

dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat-syarat berikut : unur

termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup, umur sekitar 30 tahun

dengan 3 anak hidup, umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup.

Pada konferensi khusus perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela

Indonesia di Medan (3-5 Juni 1976) dianjurkan pada umur antara 25-

40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut : Umur antara 25-30

tahun dengan 3 anak atau lebih, umur antara 30-35 tahun dengan 2

anak atau lebih, umur antara 35-40 tahun dengan 1 anak atau lebih.

Umur suami hendaknya sekurang-kurangnya 30 tahun, kecuali

apabila jumlah anak telah melebihi jumlah yang telah diinginkan oleh

pasangan itu.

(1) Efektifitas

(a) Sangat efektif, angka kegagalan sedikit lebih rendah

(b) Sangat efektif post – operatif (Hartanto, 2004).

(2) Keuntungan

Vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium dalam

suasana alami (Sulistyawati, 2011).

(3) Kontra Indikasi

(a) Peradangan dalam rongga panggul

(b) Peradangan liang senggama akut

(c) Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat, atau penyakit

paru lain yang tidak memungkinkan akseptor berada dalam posisi

genupektorial.

321
(d) Obesitas berlebihan

(e) Bekas lapartomi (Mochtar, 2005).

(4) Efek Samping

(a) Resiko trauma internal sedikit lebih tinggi.

(b) Kemungkinan infeksi serius lebih tinggi.

(c) Sedikit sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi

(Hartanto, 2004).

b) Vasektomi

Vasektomi adalah Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi

merupakan suatu metode operatif minor pada pria yang sangat aman.

Sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang sangat

singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Hartanto, 2004).

Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa

pasangan suami-isteri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak

suami bersedia tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya.

Sebetulnya tidak ada kontraindikasi untuk vasektomi, hanya apabila

ada kelainan lokal atau umum yang dapat mengganggu sembuhnya

luka operasi, kelainan itu harus disembuhkan dahulu.

(1) Keuntungan

(a) Efektif

(b) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.

(c) Sederhana.

(d) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.

322
(e) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal

saja.

(f) Biaya rendah.

(g) Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita

merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia

dokter wanita dan paramedis wanita (Hartanto, 2004).

(2) Kerugian

(a) Diperlukan tindakan operatif.

(b) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau

infeksi.

(c) Belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa,

yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi

vas deferens, dikeluarkan.

(d) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual

mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang

menyangkut sistem reproduksi pria (Hartanto, 2004).

(3) Efek Samping

Efek samping tubektomi jarang terjadi dan bersifat sementara misalnya

bengkak, nyeri, dan infeksi pada luka operasi. Pada vasektomi infeksi

dan epididimitis terjadi pada 1-2% pasien. Pada tubektomi perdarahan,

infeksi, kerusakan organ lain dan komplikasi karena anastesi dapat

terjadi.

c. Indikasi dan Kontraindikasi Alat Kontrasepsi

323
1) KB Alami

a. Indikasi KB Alami

1. Semua wanita selama reproduksi

2. Wanita gemuk/kurus

3. Wanita yang merokok

4. Wanita dengan alasan kesehatan tertentu

5. Pasangan yang dari segi usia dan paritas

6. Wanita sebelum mendapatkan haid

b. Kontraindikasi KB Alami

1. Siklus haid yang tidak teratur

2. Riwayat siklus haid yang anovulatori

3. Kurva suhu badan yang tidak teratur

2) Kontrasepsi Sederhana

a. Indikasi Kondom

Semua pasangan usia subur yang ingin berhubungan seksual dan belum

menginginkan kehamilan.

b. Kontraindikasi Kondom

a) Apabila secara psikologis pasangan tidak dapat menerima metode ini

b) Malposisi penis

c) Apabila salah satu dari pasanan alergi terhadap karet lateks

3) Kontrasepsi Hormonal

a. Indikasi

1. Suntik

Usia reproduksi (20-30), telah memiliki anak ataupun yang belum,

324
ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi,

menyusui ASI pasca persalinan lebih dari 6 bulan, anemia, nyeri

haid hebat, haid teratur, riwayat KET.

2. Pil

Siklus haid tidak teratur, usia subur, telah memiliki anak, anemia

karena haid yang berlebihan, nyeri haid yang hebat.

b. Kontraindikasi

1. Suntik

Tersangka hamil, perdarahan akibat kelainan ginekologi, adanya

tanda-tanda tumor/ keganasan, adanya riwayat penyakit jantung,

hati, tekanan darah tinggi, kencing manis.

2. Pil

Menyusui, kecuali mini pil, sakit jantung, tumor, kelainan jantung,

varises, darah tinggi, perdarahan pervaginam, migrain, penyakit

hepatitis

4) Implant

a. Indikasi

Usia reproduksi, sudah memiliki atau belum memiliki anak, post

partum/menyusui, pasca keguguran, tidak ingin memiliki anak lagi tapi

menolak steril, tekanan darah <180/110 mmHg, kontraindikasi terhadap

kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen, sering menggunakan

pil.

b. Kontraindikasi

Hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginamyang belum jelas

325
penyebabnya, riwayat kanker payudara, diabetes melitus, penderita

penyakit hati, kelainan jiwa, riwayat KET, kardiovaskuler,

5) IUD (AKDR)

a. Indikasi

Usia reproduktif, keadaan nulipara, menginginkan menggunakan

kontrasepsi jagka panjang, menyusui, abortus dan tidak terlihat adanya

infeksi, resiko rendah dari IMS, tidak menghendaki metode hormonal,

sering lupa minum pil, gemuk ataupun kurus.

b. Kontraindikasi

Belum pernah melahirkan, diduga hamil, kelainan alat kandungan bagian

dalam, perdarahan vagina yag tidak diketahui, menderita infeksi alat

genetalia, kelainan bawaan uterus, penyakit trommfoblas yang ganas.

6) Kontrasepsi Mantap

1. Tubektomi

a) Indikasi

Usia >26 tahun, paritas >2, akan menimbulkan resiko yang serius

apabila hamil, pasca persalinan, pasca keguguran,

2. Vasektomi

a) Indikasi

Menunda kehamilan, mengakhiri kesuburan, membatasi kehamilan,

pria yang tidak ingin menambah anak

b) Kontraindikasi

Peradangan kulit atau jamur, peradangan pada alat kelamin pria,

326
penyakit kencing manis, kelainan mekanisme pembekuan darah,

infeksi didaerah testis dan penis, hernia verikokel (varises pada

pembuluh darah balik buah zakar), buah zakar membesar, penyakit

kelainan pembuluh darah.

d. Efek Samping dan Penanganan Alat Kontrasepsi

1) Pil Kombinasi

Tabel 2.6 Efek Samping dan Penanganan Kontrasepsi Pil Kobinasi

Efek Samping Penanganan

Periksa dalam atau tes kehamilan, bila tidak hamil dan klien minum

pil dengan benar, tenanglah. Tidak datang haid kemungkinan besar

karena kurang adekuatnya efek estrogen terhadap endometrium.

Amenorea (tidak ada Tidak perlu pengobatan khusus. Coba berikan pil dengan dosis

perdarahan, atau spotting) estrogen 50 µg. Atau dosis estrogen tetap, tetapi dosis progestin

dikurangi. Bila klien hamil intrauterin, hentikan pil, dan yakinkan

pasien, bahwa pil yang telah diminumnya tidak punya efek pada

janin.

Mual, pusing atau muntah Tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologik. Bila tidak hamil,

(akibat reaksi anafilaktik disarankan minum pil saat makan malam, atau sebelum tidur.

Tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologik. Sarankan minum pil

Perdarahan pada waktu yang sama. Jelaskan bahwa perdarahan

pervaginam/spotting pervaginam/spotting hal yang biasa terjadi pada 3 bulan pertama,

dan lambat laun akan berhenti. Bila perdarahan tetap saja terjadi,

327
ganti pil dengan dosis estrogen lebih tinggi (50 µg) sampai

perdarahan teratasi, lalu kembali ke dosis awal. Bila perdarahan

timbul lagi, lanjutkan dengan dosis 50 µg atau ganti dengan metode

kontrasepsi yang lain.

Sumber : BKKBN, 2013

2) Pil Proestin

Tabel 2.7 Efek Samping dan Penanganan Kontrasepsi Pil Progestin

Efek Samping Penanganan

Pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil, tidak perlu tindakan

khusus. Cukup konseling saja. Bila amenorea berlanjut atau

membuat klien khawatir, rujuk ke klinik. Bila hamil, hentikan pil, dan

kehamilan dapat dilanjutkan. Jelaskan kepada klien bahwa pil


Amenorea
progestin dangat kecil menimbulkan kelainan pada janin. Bila diduga

kehamilan ektopik, klien perlu dirujuk, jangan memberikan obat-

obatan hormonal untuk menimbulkan haid. Kalaupun diberikan tidak

akan ada gunanya.

Perdarahan tidak Bila tidak menimbulkan masalah kesehatan/tidak hamil, tidak perlu

teratur/spotting tindakan khusus. Bila klien tetap saja tidak dapat menerima kejadian

328
tersebut, perlu dicari metode kontrasepsi lain.

Sumber : BKKBN, 2013

3) Suntik Kombinasi

Tabel 2.8Efek Samping dan Penanganan Kontrasepsi Suntik Kombinasi

Efek Samping Penanganan

Singkirkan kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan dan tidak perlu

diberi pengobatan khusus. Jelaskan bahwa darah haid tidak

berkumpul dalam rahim. Anjurkan klien untuk kembali ke klinik bila


Amenorea
tidak datangnya haid masih menjadi masalah. Bila klien hamil, rujuk

klien. Hentikan penyuntikan, dan jelaskan bahwa hormon progestin

dan estrogen sedikit sekali pengaruhnya pada janin.

Pastikan tidak ada kehamilan. Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil,

Mual, pusing atau muntah informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam

waktu dekat.

Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil cari penyebab perdarahan yang

Perdarahan lain. Jelaskan bahwa perdarahan yang terjadi merupakan hal biasa.

pervaginam/spotting Bila perdarahan berlanjut dan mengkhawatirkan klien, metode

kontrasepsi lain perlu dicari.

Sumber : BKKBN, 2013

329
4) Suntik Progestin

Tabel 2.9 Efek Samping dan Penanganan Kontrasepsi Suntik Kombinasi

Efek Samping Penanganan

1. Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan bahwa

darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Nasihati untuk kembali

ke klinik.

Amenorea (tidak ada 2. Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan penyuntikan.

perdarahan, atau spotting) 3. Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.

4. Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan

karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak

terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.

1. Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal

ini bukanlah masalah serius, dan biasanya tidak memerlukan

pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut

dan ingin melanjutkan suntikan, maka dapat disarankan 2 pilihan


Perdarahan
pengobatan :
pervaginam/spotting
a. siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg etinilestradiol),

ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hari untuk 5 hari), atau obat

sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil

kontrasepsi kombinasi dapat rerjadi perdarahan. Bila terjadi

330
perdarahan banyak selama pemberian suntikan ditangani

dengan pemberian 2 pil kontrasepsi kombinasi/hari selama 3-

7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal,

atau diberi 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen

konjugasi ntuk 14-21 hari.

Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan sebanyak 1-2

Meningkatnya/menurunnya kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat

berat badan badan terlalu mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan

suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.

Sumber : BKKBN, 2013

5) AKDR

Tabel 2.10 Efek Samping dan Penanganan Alat Kontrasepsi dalam Rahim

Efek Samping Penanganan

Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepaskan AKDR,

lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea apabila dikehendaki.

Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR apabila talinya

terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat,
Amenorea
atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepaskan. Apabila klien

sedang hamil jelaskan risiko adanya kemungkinan terjadinya kegagalan

kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati

dan diperhatikan.

331
Pastikan dan tegaskan adanya Penyakit Radang Panggul dan penyebab lain

Kejang dari kekejangan. Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri analgesik berat,

lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi lain.

Pikirkan kemungkinan terjadi infeksi dan beri pengobatan yang sesuai. Jika

kramnya tidak parah dan tidak ditemukan penyebabnya, cukup berikan

Kram analgesik saja. Jika penyebabnya tidak dapat ditemukan dan menderita

kram berat, cabut AKDR, kemudian ganti dengan AKDR baru atau cari

metode kontrasepsi lain.

Sering ditemukan terutama pada 3-6 bulan pertama. Singkirkan infeksi

panggul atau kehamilan ektopik, rujuk klien bila dianggap perlu. Bila tidak

ditemukan kelainan patologik dan perdarahan masih terjadi, dapat diberikan


Perdarahan
ibuprofen 3 x 800 mg selama 1 minggu untuk mengurangi perdarahan dan
pervaginam yang
berikan tablet besi setiap hari selama 1 sampai 3 bulan. AKDR
hebat dan tidak
memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila klien telah
teratur
memakai AKDR lebih dari 3 bulan dan diketahui menderita anemia (HB

<7gr%) anjurkan untuk melepas AKDR dan bantulah memakai metode lain

yang sesuai.

Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR terlepas.

Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan kondom. Periksa

talinya dalam saluran endoserviks dan kavum uteri (apabila memungkinkan


Benang yang hilang
adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid berikutnya. Apabila

tidak ditemukan rujuklah ke dokter, lakukan X-ray atau pemeriksaan USG.

Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah

332
AKDR baru atau bantulah klien menentukan metode lain.

Pastika pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemukan


Adanya
menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi klamidia,
pengeluaran cairan
lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP, obati dan lepas AKDR
dari vagina/
sesudah 48 jam. Apabila AKDR dikeluarkan, beri metode lain sampai
dicurigai PRP
masalahnya teratasi.

Sumber : BKKBN, 2013

333
B. Tinjauan Teori Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Menurut Varney

Langkah-langkah Manajemen Kebidanan (Varney,1997) :

Gambar 2.1 Langkah Manajemen Kebidanan

i. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk mengumpulkan

semua data yang di perlukan guna mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Data terdiri

atas data subjektif dan data objektif. Data subjektif dapat diperoleh melalui anamnesa

langsung, maupun meninjau catatan dokumentasi asuhan sebelumnya, dan data objektif

di dapatkan dari pemeriksaan langsungpada pasien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan

semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

334
ii. Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini, data dasar yang sudah di kumpulkan di interpretasikan sehingga

ditemukan diagnosis yang sfesifik (sesuai dengan “nomenklatur standar diagnosa”) dan

atau masalah yang menyertai. Dapat juga dirumuskan kebutuhan klien berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Masalah dan diagnosis

keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosis,

tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan

terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasi oleh

bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa

“kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang berhubungan dengan diagnose ini adalah

bahwa wanita tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya.

iii. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnose yang sudah di identifikasi. Langkah ini I membutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Contoh: seorang wanita

yang hamil pertama kali, tetapi letak janinnya tidak normal (misalnya : bayi letak sungsang),

yang harus diantisipasi adalah terhadap kemungkinan kelahiran bayi tersebut apabila ingin

dilahirkan pervaginam, maka bidan harus dipertimbangkan besarnya janin dan ukuran

panggul ibu, juga harus dapat mengantisipasi terjadinya persalinan macet (after coming

head) pada waktu melahirkan kepala.

335
iv. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan

Segera.

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai

kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin akan memerlukan konsultasi

atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi

atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu

mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi

yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.

v. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah- langkah

sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnose atau

masalah yang telah di identifikasi atau diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi/data

dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya

meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa

yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan

apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-

ekonomi, kultural atau masalah psikologis.

Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang

berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana haruslah disetujui oleh kedua belah

pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksankan dengan efektif karena klien

336
merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini

tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana

bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

vi. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah

kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan

atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim

kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung

jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah

tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan dalam manajemen asuhan

bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama

yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu dari asuhan klien.

vii. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi ke efektifan dari asuhan yang sudah diberikan,

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

dengan sebagaimana telah di identifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut

dapat dianggap efektif jika memang sesuai dengan masalah dan diagnosis klien, juga benar

dalam pelaksanaannya. Disamping melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang telah

diberikan, bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses asuhan yang telah

diberikan. Dengan harapan, hasil evaluasi proes sama dengan hasil evaluasi secara

keseluruhan.

337
2) SOAP

a. Definisi SOAP

SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan tertulis. Metode 4 langkah

yang dinamakan SOAP ini disarikan dari proses pemikiran penatalaksaan kebidanan.

Dipakai untuk mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekaman medis pasien sebagai

catatan kemajuan. Model SOAP sering digunakan dalam catatan perkembangan pasien.

Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali dia bertemu dengan pasiennya.

Selama antepartum, seorang bidan bisa menulis satu catatan SOAP untuk setiap kunjungan,

sementara dalam masa intrapartum, seorang bidan boleh menulis lebih dari satu catatan

untuk satu pasien dalam satu hari.

b. Pembagian SOAP

Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari proses pemikiran

penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk mendokumenkan asuhan pasien dalam rekaman

medis pasien sebagai catatan kemajuan.

Bentuk SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien, dengan cara

penulisannya adalah sebagai berikut.

S (subjektif) : Data subektif Berisi data dari pasien melalui anamnesis (wawancara)

yang merupakan ungkapan langsung.

O (objektif) : Data objektif Data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik.

A (assesment) : Analisis dan interpretasi Berdasarkan data yang terkumpul kemudian

dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau

masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.

338
P (plan) : Perencanaan Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan

termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau labolatorium,

serta konseling untuk tindak lanjut.

c. Pentingnya Pendokumentasian SOAP

a. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan kebidanan yang diberikan kepada

pasien.

b. Kemungkinan berbagai informasi diantara para pemberi asuhan.

c. Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan.

d. Memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan.

e. Memberikan data untuk catatan nasional, riset, dan statistic mortalitas morbiditas.

f. Meningkatkan pemberian asuhan yang lebih aman, bermutu tinggi pada klien.

Alasan SOAP Digunakan untuk Pendokumentasian

a. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan progesi informasi yang systematis yang

mengorganisir penemuan dan konklusi bidan menjadi suatu rencana asuhan.

b. Metode ini merupakan penyulingan inti sari dari proses penatalaksanaan kebidanan

untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan.

c. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan dalam mengorganisir

pikiran bidan dan memberikan asuhan yang menyeluruh.

C. Dasar Hukum Kewenangan Bidan dalam Melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif

(Kehamilan, Persalinan, Nifas, Keluarga Berencana, Bayi Baru Lahir)

1. Permenkes 1464/X/Menkes/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

a) Pasal 9

339
Bidan dalam menyelenggarakan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang

meliputi :

(1) Pelayanan kesehatan ibu.

(2) Pelayanan kesehatan anak.

(3) Pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana.

a) Pasal 10

(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 1 diberikan

pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui

dan masa antara dua kehamilan.

(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi :

(a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil.

(b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal.

(c) Pelayanan persalinan normal.

(d) Pelayanan ibu nifas normal.

(e) Pelayanan ibu menyusui.

(f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.

(3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2

berwenang untuk :

(a) Episiotomi.

(b) Penjahitan luka jalan lahir derajat I dan II.

(c) Penanganan kegawatdaruratan dan dilanjutkan dengan perujukan.

(d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil.

(e) Pemberian Vit. A dosis tinggi pada ibu nifas.

(f) Bimbingan iisiasi menyusu dini dan promosi ASI eksklusif.

340
(g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan postpartum.

(h) Penyuluhan dan konseling.

(i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil.

(j) Pemberian surat keterangan kematian.

(k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin.

b) Pasal 11

(1) Pelayanan kesehatan anak yang sebagaiman dimaksud dalam pasal 9 ayat 2

diberikan kepada bayi baru lahir, bayi, anak balita dan anak pra sekolah.

(2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud

pada ayat 1 berwenang untuk :

(a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan

hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vit. K 1, perawatan bayi baru lahir

pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat.

(b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.

(c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.

(d) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.

(e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah.

(f) Pemberian konseling dan penyuluhan.

(g) Pemberian surat keterangan kelahiran.

(h) Pemberian surat keterangan kematian.

c) Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 3 berwenang untuk :

341
(1) Memberikan penyuluhan dan konseling; kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana.

(2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

d) Pasal 13

(1) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10,11 dan 12, bidan

yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan

kesehatan meliputi :

(a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim dan alat

kontrasepsi bawah kulit.

(b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis

tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter.

(c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan.

(d) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan

anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan.

(e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah, dan

anak sekolah.

(f) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.

(g) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap

Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom dan penyakit

lainnya.

(h) Pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya

(NAPZA) melalui informasi dan edukasi.

(i) Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah.

342
(2) Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi,

penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk

dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan

penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan

zat adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah dilatih

untuk itu.

2. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

369/KEMENKES/SK/3/2007 TENTANG STANDART PROFESI BIDAN MENTERI

KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa sebagai pelakasanaan ketentuan pasal 21 peraturan pemerintah nomor

32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan dipandang perlu menetapkan strandar profesi bagi

bidan dengan keputusan menteri kesehatan.

Mengingat :

(a) Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(b) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara

Tahun 2005 Nomor 108 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548).

343
(c) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional

(Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3547).

(d) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3637).

(e) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah

dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun

2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952).

(f) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan

Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara No 4090).

(g) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1464/X/MENKES /2009 tentang Registrasi

dan Praktik Bidan.

(h) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

344
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL CARE

PADA NY “S” G II PI A0 USIA 23 TAHUN UMUR KEHAMILAN 34 MINGGU

DI PUSKESMAS JAYAPURA UTARA

No. Register : 01.00530

Hari/Tanggal : Kamis, 25 April 2019

Jam : 10.45 wit

Tempat Pengkajian : Puskesmas Jayapura Utara ( Ruang KIA)

Oleh Mahasiswi : Novaniar Burian

LANGKAH I : PENGUMPULAN DATA DASAR

A. Data Subyektif
1. Identitas / Biodata
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. A

Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun

Suku/Bangsa : Sulawesi Tengga Suku/Bangsa : Sulawesi Tengga

Agama : Islam Agama : Islam

345
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Sekuriti

Alamat : Apo Bukit Barisan Alamat : Apo Bukit Barisan

2. Kunjugan Ke :4
3. Alasan kunjungan : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
4. Keluhan utama : Ibu mengatakan sakit di bagian bawah perut
5. Riwayat keluhan utama : Ibu mengatakan merasa sering sakit di bagian bawah perut
6. Riwayat perkawinan :
a. Umur waktu nikah : 19 tahun
b. Lama : 3 tahun
c. Perkawinan ke :1
7. Riwayat obstetri
a. Riwayat menstruasi
1. Menarche : 13 tahun
2. Siklus :28 hari
3. Lama : 7 hari
4. Jumlah : 2-3 x ganti pembalut
5. Warna : Merah Darah
6. Bau : Amis
7. Keluhan : Tidak ada
8. Gangguan haid : Tidak ada

b. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu :


Penyulit/ Jenis Jenis Penyulit /
Hamil Tgl lahir BB Keadaa Nifas
komplika kelamin persalina komplikas Penolong
ke anak lahir n anak
si anak n i
1 Tidak Perempua Baik
Normal Tidak ada Bidan 3200 Baik
ada n
Hamil h a m i l i n i

346
sekar \
ang

c. Riwayat persalinan sekarang :


1) Hamil yang keberapa :2
2) HPHT : ? – 8 - 2018
3) Usia kehamilan : 34 minggu
4) Periksa/control kehamilan sebelumnya di Puskesmas Jayapura utara, sebanyak
3x
5) Gerakan janin pertama dirasakan pada umur kehamilan 5 bulan, dan gerakan
janin sekarang terasa kuat

6) Keluhan
Trimester 1 : Mual.
Trimester 2 : Pilek dan pusing
Trimester 3 : Sakit di bagian bawah perut dan sakit di bokong
7) Imunisasi TT
- TT1 : sudah
- TT2 : sudah
8) Therapy/obat-obatan yang dikonsumsi : Tablet Sf, Kalk, vit c
9) Penyuluhan/nasehat yang telah didapat : Istirahat yang cukup, lengkapi nutrisi
ibu hamil dengan makan-makanan bergizi
10) Rencana Persalinan
a. Dibantu oleh : Bidan ( RSUD Dok II
Jayapura)
b. Dana persalinan disiapkan oleh : Suami
c. Kendaraan oleh : Keluarga
d. Metode KB setelah melahirkan : Suntik 3 bulan
e. Sumbangan darah dibantu oleh : Keluarga
8. Riwayat KB : tidak ada

347
9. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
1. Jantung : tidak ada sakit jantung
2. Asma : tidak ada
3. Hipertensi : tidak ada
4. Hepatitis : tidak ada
5. Tubercolusis : tidak ada
6. Ginjal : tidak ada sakit ginjal
7. Diabetes militus : tidak ada
8. Malaria : tidak ada
9. HIV/ AIDS : tidak ada
10. Riwayat kesehatan keluarga
1. Jantung : tidak ada sakit jantung
2. Asma : tidak ada
3. Hipertensi : tidak ada
4. Hepatitis : tidak ada
5. Tubercolusis : tidak ada
6. Ginjal : tidak ada sakit ginjal
7. Diabetes militus : tidak ada
8. Malaria : tidak ada
9. HIV/ AIDS : tidak ada

10. Psikososial Spiritual Kultural


a. Komunikasi : Baik
b. Keadaan emosional : Baik
c. Hubungan dengan suami,keluarga dan tetangga : Baik
d. Tanggapan dan dukungan keluarga terhadap persalinan : Keluarga sangat mendukung
e. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
f. Tanggapan ibu atas kelahiran bayi : Ibu merasa senang
g. Tanggapan keluarga atas kelahiran bayi : keluarga merasa senang
h. Ketaatan beribadah : Ibu taat dalam beribadah

348
i. Latar belakang budaya : Ibu dan suami berasal dari daerah yang sama
Sulawesi Tenggara
j. Latar belakang ekonomi : Ibu dari keluarga dengan ekonomi cukup
k. Lingkungan yang berpengaruhi
Tinggal dengan : suami
Hewan peliharaan : tidak ada

11. Pola kebutuhan sehari-hari :

SEBELUM TRIMESTER
POLA KEBUTUHAN TRIMESTER I TRIMESTER II
SEHARI-HARI HAMIL III

a. Pola Nutrisi
Frekuensi 3x/hari 3x/hari 3x/hari 3x/hari

Nafsu Makan Teratur Kurang Teratur Teratur Teratur

Makanan Pantangan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

±7-8 gelas/hari ±7-8 gelas/hari ±7-8 gelas/hari 7-8 gelas/hari


Jumlah Minum
(Gelas 200cc) (Gelas 200cc) (Gelas 200cc) (Gelas 200cc)

Gangguan Minum Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

b. Pola Eliminasi
- BAB

Frekuensi 2x/hari 1x/hari 1x/hari 1x/hari

Bau Khas feses Khas feses Khas fases Khas fases

Warna Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan Kuning

Konsistensi Lunak Lunak Lunak Lunak

Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tiak ada

-BAK

Frekuensi ±5-6x / hari ±5-6x / hari ± 3-4x / hari ±5-6x / hari

349
Bau Khas Urine Khas Urine Khas urine Khas urine

Warna Kuning Muda Kuning Muda Kuning Kuning

Konsistensi Cair Cair Cair Cair

Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Melakukan Melakukan Melakukan Melakukan


c. Pola aktifitas
pekerjaan pekerjaan pekerjaan pekerjaan
pekerjaan yang
dikerjakan rumah tangga rumah tangga rumah tangga rumah tangga
dalam sehari sehari-hari sehari-hari sehari –hari

d. Pola Istirahat
Tidur
±1-2 jam, tidak ±1-2 jam, tida
±1-2 jam, tidak ±1-2 jam, tidak
Tidur siang, gangguan ada gangguan ada
ada gangguan ada gangguan
gangguan

±4-5 jam, ±4-5 jam,


±7-8 jam, tidak ±7- 8 jam, tidak
Tidur malam, gangguan merasa gelisah merasa
ada gangguan ada ganguan
gelisah

e. Personal
Hygiene
2x/hari, 2x/hari, 2x/hari, 2x/hari
Fekuensi Mandi,
menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
menggunakan
sabun sabun sabun sabun

3x/minggu, 3x/minggu, 3x/minggu, 3x/minggu,


Keramas, menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
shampoo shampoo shampoo shampoo

2x/hari, 2x/hari, 2x/hari, 2x/hari,


Sikat gigi, menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
pasta gigi pasta gigi pasta gigi pasta gigi

Gunting kuku 1x/minggu 1x/minggu 1x/minggu 1x/minggu

2x/hari, saat 2x/hari, saat 2x/hari, saat 2x/hari, saat


Ganti Pakaian Dalam
basah/lembab basah/lembab basah/lembab basah/lembab

2x/minggu 2x/sebulan 1x/ sebulan Tidak di


f. Pola seksual

350
lakukan

g. Kebiasaan yang
mempengaruhi
Minum alcohol Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah

Jamu-jamuan Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah

Merokok Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah

Obat Penenang Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah

351
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Status emosional : Tenang
d. TB : 156 cm
e. BB saat hamil : 60 kg
f. BB sebelum hamil : 52 kg
g. Lila : 23 cm
h. HPL : ?-05-2019

2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


1) TD : 100/80 mmHg
2) N : 80 kali/menit
3) R : 20 kali/menit
4) SB : 36.7 °C
3. Pemeriksaan fisik/status present
1) Kepala
Bentuk : Bulat
Kebersihan : Bersih
Rambut : Lurus
Benjolan : Tidak ada
2) Muka
Oedema : Tidak ada
Cloasma gravidarum : Tidak ada
3) Mata
Bentuk : Simetris ka/ki
Kebersihan : Bersih
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Tidak ikterik
Penglihatan : Normal ka/ki

352
4) Hidung
Kebersihan : Bersih
Sekret : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada
5) Telinga
Bentuk : Simetris ka/ki
Keadaan telinga luar : Normal
Pendengaran : Baik
Kebersihan : Bersih
6) Mulut
Kebersihan : Bersih
Stomatitis : Tidak ada
Lidah : Bersih
7) Leher
Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
Vena jugularis : Tidak ada pembesaran
8) Dada
Bentuk : Simetris ka/ki
Pergerakan dada : Normal
Irama pernapasan : Teratur
9) Payudara
a. Inspeksi
Bentuk : Simetris ka/ki
Kebersihan : Bersih
Pembesaran : Tidak ada
Areola mamae : Ada
Putting susu : Menonjol ka/ki
b. Palpasi

353
Pengeluaran colostrum : Ada
Pembesaran kelenjar aksila : Tidak ada
Massa : Tidak ada

10) Abdomen
Pembesaran : Tidak ada
Striea gravidarum : Ada (gravidarum)
Luka bekas operasi : Tidak ada
Jaringan Parut : Tidak ada
Striea : Tidak ada
Linea nigra/alba : Linea nigra
11) Ekstermitas Atas
Bentuk : Simetris
Oedema : Tidak ada
Pergerakan : Normal ka/ki
12) Ektermitas Bawah
Oedema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Pergerakan : Normal ka/ki
Reflex Patella : Ada ka/ki

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Palpasi secara leopold
Leopold I : TFU 30 cm, teraba bagian bulat tidak keras dan tidak melenting
Leopold II : Teraba pungung kanan
Leopold III : Teraba bagian keras, bulat, dan melenting
Leopold IV : Bagian terendah belum masuk PAP
b. Auskultasi :
Denyut Jantung Janin : 138x/menit
c. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 7,5 gr%

354
Golongan darah :O
DDR : Negatif (-)
HbsAg : Negatuf (-)
HIV : Non Reaktif (-)
Syfilis : Negatif (-)

Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Diagnosa
Ibu : Ny. S, umur 23 tahun, G2 P0 A0 Umur Kehamilan 34 minggu
Janin : jani tunggal,hidup, intra uterine, Aterem,pugung kanan dan presentasi kepala

Data

Subyektif :

1. Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya


2. Ibu mengatakan ini kehamilan keduanya

Obyektif :

1. Keadaan umum : baik


2. Kesadaran : composmentis
3. TTV :
Tekanan Darah : 100/80mmHg N : 80x/menit R : 20 x/menit S : 36,7 C
DJJ : 138x/menit
4. Pemeriksaan abdomen : TFU 1 jari dibawah px yaitu 30 cm, dan bagian terendah janin belum
masuk PAP
Masalah : Tidak ada

Kebutuhan : Tidak ada

355
Langkah III : Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah IV : Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah V : Rencana Asuhan Menyeluruh

1. Beritahu hasil pemeriksaan ibu dan janin kepada keluarga


2. Beritahu ibu KIE tablet Fe dan Kalk
3. Beritahu ibu tentang pola nutrisi.
4. Beri ibu dukungan atau support mental.
5. Beritahu ibu tentang pola istirahat dan personal hygine.
6. Kontrak waktu dengan ibu untuk kunjungan rumah
Langkah VI : Implementasi

Tanggal : 25 April 2019 Jam : 10.45 WIT Oleh : Mhs. Kebidanan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kondisi ibu dan janinnya kepada keluarga.


2. Memberikan tablet SF, Kalk dan vit c. Dengan aturan menganjurkan untuk minum Tablet Fe
1x1 malam sebelum tidur. Dan kalk, malam hari 1x1
3. Memberikan dukungan dan semangat pada ibu.
4. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bernutrisi seperti banyak mengandung vitamin,
protein, dan tinggi karbohidrat
5. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat dan cara menjaga personal hygine.
6. Kontrak waktu dengan ibu untuk kunjungan rumah

Langkah VII : Evaluasi

356
Tanggal : 25 April 2019 Jam : 10.45 WIT Oleh : Mhs. Kebidanan

1. Keluarga pasien memahami dan mengerti tentang keadaan pasien, dengan hasil yaitu :
 Keadaan umum : baik
 Kesadaran : composmentis
 TTV :
 Tekanan Darah : 100/80mmHg Nadi : 80x/menit Respirasi : 20 x/menit
Suhu Badan : 36,7 C DJJ : 138x/menit
 Pemeriksaan abdomen : TFU 1 jari dibawah PX, dan bagian terendah janin belum masuk
PAP
 Pemeriksaan Laboratorium :
HbsAg : Negatif (-)
Hb : 7,5 gr%
Golongan Darah : “O”
DDR : Negatif (-)
Syfilis : Negatif (-)
HIV : Non Reaktif (-)

2. Ibu telah bersedia minum tablet SF, kalk dan vit c. Dengan aturan menganjurkan untuk minum
Tablet Fe 2x1 tablet, kalk 1x1 tablet
3. Ibu telah mengerti dengan dukungan yang diberikan.
4. Ibu telah mengerti dan memahami makan-makanan yang bernutrisi tinggi protein, vitamin dan
karbohidrat dan cara menjaga personal hygine.
5. Ibu telah bersedia untuk istirahat yang cukup
6. Ibu bersedia dikunjungi tanggal 27 April 2019

357
DATA PERKEMBANGAN I

Hari/Tanggal Pengkajian :27-04-2019

Jam :10.45

Oleh Mahasiswi : Novaniar Burian

Tempat : Rumah pasien

Subyektif :

ibu : mengatakan nyeri di bagian simpisis, kram di bagian vulva

Objektif :

1. Keadaan umum : baik


2. Kesadaran : composmentis
3. TTV :
Tekanan Darah : 100/80mmHg N : 80x/menit R : 20 x/menit S : 36,7 C
DJJ : x/menit
4. Pemeriksaan Leopold
1) Leopold I : TFU 30 cm.
2) Leopold II : teraba punggung kanan
3) Leopold III : kepala
4) Leopold IV : belum masuk 5/5

358
Assesment :

Ny. S umur 23 tahun GII PI AO, Umur kehamilan 34 minggu, janin tunggal, hidup intra uteri, letak
memajang, punggung kanan, presentasi kepala, bagian terbawah janin belum masuk panggul.

Planning :

1. Memberikan asuhan pola makan yang bergizi


2. Mengkomsumsi tablet SF
3. Istirahat yang cukup
4. Tanda – tanda persalinan dan tanda bahaya persalinan
5. Persiapan persalinan
6. Pemeriksaan Hb ulang tanggal 2 Mei 2019 di Puskesmas

359
DATA PERKEMBANGAN II

Hari/Tanggal Pengkajian :02-05-2019

Jam :9.00 wit

Oleh Mahasiswi : Novaniar Burian

Tempat :Puskesmas jayapura utara

Subyektif : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya karena perutnya mulai terasa sakit dan
memeriksa HB,

Objektif :

1. Keadaan umum : baik


2. Kesadaran : composmentis
3. TTV :
4. Tekanan Darah : 110/70mmHg N : 80x/menit R : 20 x/menit S : 36,7 C
5. DJJ : 138 x/menit
6. Pemeriksaan Leopold
1. Leopold I : TFU 32 cm.
2. Leopold II : teraba punggung kanan
3. Leopold III : kepala
4. Leopold IV : belum masuk 5/5
7. Pemeriksaan Hb : 11,4 gr%

360
Assesment :

Ny. S umur 23 tahun GII PI AO, Umur kehamilan 34 minggu, janin tunggal, hidup intra uteri, letak
memajang, punggung kanan, presentasi kepala, bagian terbawah janin belum masuk panggul.

Planning :

1. Surat rujukan
2. Tanda tanda persalinan
3. Persiapan diri, istirahaat yang cukup.
4. Pola makan yang baik.

361
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN INTRA NATAL CARE
PADA NY “S” KALA II FASE AKTIF
DI RUANG VK

No. Registrasi : 01.00530

Tanggal Masuk RS : 03 Mei 2019


Tanggal Pengkajian : 03 Mei 2019
Oleh : Mhs. Novaniar Burian

KALA I
LANGKAH I : PENGUMPULAN DATA DASAR
DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. A
Umur : 23 Tahun Umur : 25 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : SATPAM
Suku/bangsa : Sulawesi Tengah Suku/bangsa : Sulawesi Selatan
Nikah ke : 1
Lama Nikah : 3 Tahun
Alamat : APO Bukit Barisan

2. Data Biologis/Fisiologis
a. Keluhan Utama : sakit atas sympisis tembus tulang belakang di sertai keluar lendir darah
dan ibu mengatakan pergerakan anak kuat.
b. Riwayat Keluhan Utama : ibu mengatakan perut terasa sakit seja tadi pagi tanggal 03-05-
2019 jam 5.29 WIT di sertai pengeluaran lendir bercampur darah

362
c. Riwayat kehamilan sekarang
1. Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke : GIIPIA0
2. HPHT : ?-08-2018
3. TP : 03-05-2019
4. ANC : yang ke 4x di PKM jayapura utara
5. Imunisasi TT
TT I : Sudah
TT II : Sudah
TT III : Lengkap
6. Gerakan janin pertama kali dirasakan ibu : Bulan ke 5
7. Umur kehamilan : 38 minggu
8. Ibu mengatakan gerekan janin aktif : Bulan ke 5
9. Obat-obatan yang diminum selama hamil : Sf, Kalak, Vitamin C
d. Riwayat keluarga berencana
● Anak ke-1 (KB ??) : Ibu mengatakan tidak menggunakan KB
e. Riwayat Reproduksi
1) Menarche :13 tahun
2) Siklus haid : 28 hari (teratur)
3) Durasi haid : 7 hari
4) Banyaknya : 2-3x ganti pembalut tiap hari
5) Bau/warna : bau amis/merah segar
6) Sifat darah haid : cair
7) Dismenorhoe : tidak ada
f. Riwayat kesehatan lalu
1. Penyakit waktu anak-anak : tidak ada
2. Riwayat opname : tidak ada
3. Riwayat operasi : tidak ada
4. Penyakit seriuis saat ini : tidak ada
g. Riwayat kesehatan keluarga
1. Penyakit menular dalam keluarga : tidak ada
2. Penyakit keturunan dalam keluarga : tidak ada

363
3. Riwayat persalinan kembar
○ Pihak suami : tidak ada
○ Pihak istri : tidak ada
h. Keadaan psikososial
1. Klien : ibu merasakan gelisa
2. Suami : turut mengkhawatirkan keadaan istrinya
3. Keluarga : kedua bela pihak mencemaskan keadaan ibu
dan janinnya

i. Latar belakang sosial budaya : ibu mengatakan, ibu tidak terikat dalam latar belakang budaya
j. Dukungan keluarga : keluarga sangat mendukung kehamilannya

k. Keadaan sosial ekonomi : ibu mengatakan sosial ekonominya cukup

l. Masalah-masalah selama kehamilan


No. Masalah Trimester I Trimester II Trimester III
1 Mual Muntah Ada Tidak ada Tidak ada
2 Nyeri ulu hati Tidak ada Tidak ada Tidak ada
3 Perut kembung Tidak ada Tidak ada Tidak ada
4 Sakit perut Tidak ada Tidak ada Tidak ada
5 Pusing-pusing Tidak ada Tidak ada Tidak ada
6 Mudah Lelah Ada Tidak ada ada
7 Sakit kepala Tidak ada Tidak ada Tidak ada
8 Gangguan pernafasan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
9 Nyeri pinggang Tidak ada Tidak ada Tidak ada
10 Obstipasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
11 Kram otot Tidak ada Tidak ada Tidak ada
12 Sakit gigi/caries Tidak ada Tidak ada Tidak ada
13 Ngilu-ngilu Tidak ada Tidak ada Tidak ada
14 Haemoroid Tidak ada Tidak ada Tidak ada

364
15 Leukorea Tidak ada Tidak ada Tidak ada
16 Polyuria/dysuria Tidak ada Tidak ada Tidak ada
17 Oedem Tidak ada Tidak ada Tidak ada

m. Riwayat aktivitas sehari-hari


No. Kegiatan Trimester I Trimester II Trimester III
1. Pola Nutrisi
a. Pola makan baik 3-4x/hari 3-4x/hari
b. Frekuensi makan 1-2 x/sehari Baik Kurang
c. Nafsu makan Kurang Semua jenis Semua jenis
d. Makanan kesukaan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
e. Minum/hari 6-8 gelas/hari 6-8 gelas/ hari 6-8 gelasperhari
2. Eliminasi
a. BAB 1x sehari
1. Frekuensi 1x sehari 1x sehari Bau busuk
2. Bau/warna Bau busuk Bau busuk Lembek
3. Konsistensi Lembek Lembek
b. BAK 6-7x/ perhari
1. Frekuensi 4-5x/ perhari 4-5x/ perhari Amoniak/kuning
2. Bau/warna Amoniak/kuning Amoniak/kuning
3. Pola tidur dan istirahat 2 jam
a. Tidur siang 2 jam 2 jam 7-8 jam
b. Tidur malam 7-8 jam 7-8 jam
4. Olahraga dan rekreasi jarang
a. Rekreasi jarang jarang jarang
b. Olah raga jarang jarang
5. Kebersihan diri 2x sehari
a. Frekuensi mandi 2x sehari 2x sehari Iya
b. Pakai sabun mandi Iya Iya Iya

365
c. Dikeringkan dengan handuk Iya Iya
d. Frekuensi sikat gigi 2x sehari
e. Sikat gigi dengan pasta gigi 2x sehari 2x sehari Iya
f. Frekuensi keramas Iya Iya
g. Memakai shampoo 2x seminggu
Kebiasaan yang mempengaruhi 2x seminggu 2x seminggu Iya
kehamilan Iya Iya
6. a. Merokok
b. Obat penenang Tidak ada
c. Minuman beralkohol Tidak ada Tidak ada Tidak ada
d. Jamu dan obat-obatan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
tradisional Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada

366
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Baik
c. Penampilan : Baik
d. Ekspresi wajah : Baik
e. Tanda-tanda vital

 Tensi darah : 120/80 mmHg


 Denyut nadi : 108x/menit
 Pernafasan : 21x/menit
 Suhu tubuh : 36˚C
f. Berat badan dan tinggi badan
1) Berat badan sebelum hamil : 52 kg
2) Berat badan sekarang : 60 kg
3) Kenaikan berat badan : 8 kg
4) Tinggi badan : 156 cm

2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
1) Keadaan : baik
2) Rambut : lurus
b. Muka
1) Ekspresi : segar
2) Odema : tidak ada
3) Cloasma gravidarum : tidak ada
c. Mata
1) Bentuk : simetris
2) Konjungtiva : tidak anemis
3) Sclera : tidak ikterik
4) Penglihatan : baik
5) Kebersihan : baik

367
d. Hidung
1) Polip : tidak ada
2) Sinusitis : tidak ada
3) Pengeluaran cairan : tidak ada
4) Kebersihan : bersih
5) Penciuman : baik
6) Keluhan : tidak ada
e. Telinga
1) Pengeluaran : tidak ada
2) Pendengaran : baik
3) Kebersihan : bersih
4) Keluhan : tidak ada
f. Mulut/gigi
1) Stomatitis : tidak ada
2) Mukosa mulut : tidak ada
3) Caries : tidak ada
4) Epulis : tidak ada
5) Kebersihan : bersih
6) Labioscisis : tidak ada
7) Keluhan : tidak ada
g. Leher
1) Pembesaran Kelenjar thyroid : tidak ada
2) Pembesaran Kelenjar limfe : tidak ada
3) Pembesaran Vena jugularis : tidak ada
4) Nyeri saat menelan : tidak ada
h. Dada
1) Bentuk dada : simetris ka/ki
2) Pergerakan dada : normal
3) Pernafasan : teratur
4) Tarikan dinding dada : baik
i. Payudara

368
Inspeksi
1) Simetris : iya
2) Hyperpigmentasi areola : iya
3) Putting susu : menonjol
4) Kebersihan putting : bersih

Palpasi

1) Pengeluaran : tidak ada


2) Nyeri tekan : tidak ada
j. Massa/benjol : tidak ada
k. Abdomen
Inspeksi
1) Perut : baik
2) Striae : ada
3) Bekas operasi : tidak ada

Palpasi

1) Spleno megali : Tidak ada


2) Hepato megali : Tidak ada
3) Keluhan : Tidak ada
l. Vulva dan vagina
1) Kebersihan : Bersih
2) Flour albus : tidak ada
3) Varices : tidak ada
4) Pengeluarah : lendir campur darah
5) Kelainan : tidak ada
6) Keluhan : tidak ada
m. Ekstremitas atas
1) Oedema : tidak ada
2) Pucat pada telapak tangan : tidak ada
3) Pucat pada kuku : tidak ada

369
n. Ekstremitas bawah
1) Oedema : tidak ada
2) Varices : tidak ada
3) Reflex patella : normal

3. Pemeriksaan obstetri
a. Palpasi secara Leopold
1) Leopold I : TFU 28 CM
2) Leopold II : teraba punggung kanan
3) Leopold III : kepala
4) Leopold IV : sudah masukm PAP 4/5
b. Auskultasi
1) Denyut jantung janin (DJJ) : 145 x/m
2) Frekuensi : teratur
3) Irama : teratur
c. His
1) Frekuensi : 6x
2) Durasi : 45-55
3) Kekuatan : kuat
4) Relaksasi : dalam 10 menit
d. Pemeriksaan dalam
Tanggal : 03 Mei 2019
Jam : 9.35 wit
Oleh : bidan
Hasil :
1) Vulva/vagina : tidak ada kelainan
2) Portio : Tidak teraba
3) Pembukaan : 6 cm
4) Ketuban : U (utuh)
5) Presentase : kepala
6) Petunjuk : UUK kiri depan

370
7) Penurunan : Hotge II
8) Ukuran panggul dalam : cukup
4. Pengeluaran
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium tanggal
1) Urin
a) Protein : tidak ada
b) Reduksi : tidak ada
2) Darah
a) Golongan darah :O
b) DDR : Negatif (-)
c) HB : 11,9
d) Leukosit : 12,77
e) Trombosit : 308
f) HbsAg : Negatif (-)
3) USG : Bayi letak normal

LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosa

Ibu : Ny. S, Umur 23 Tahun GII PII A0, Usia kehamilan 38 Minggu, Impartu Kala 1 fase aktif
normal.

Janin : Intra uterik, tunggal, hidup, presentasi kepala, normal.

Dasar

Data Subjektif :

1. Ibu mengatakan sakit bagaimana bawa perut hingga tulang belakang


2. ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah dari kemaluan
3. ibu mengatakan ini kehamilan ke dua

371
4. ibu mengatakan gerakan janin aktif

Data Objektif :

a. Keadaan umum : baik


b. Kesadaran : baik
c. TTV
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 89x/m
Respirasi : 21x/m
Suhu badan : 36
d. Palpasi secara Leopold
Leopold I : TFU 28 cm
Leopold II : Terabah punggung pada sisi sebelah kiri dan bagian-bagian
terkecil janin sebelah kanan.
Leopold III : Terabah kepala yaitu keras, bulat dan melenting.
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP

LANGKAH III : MASALAH POTENSIAL

1. Potensi terjadi gawat janin

LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA

tidak ada

LANGKAH V : RENCANA ASUHAN

1. Beritahu hasil pemeriksaan ibu dan keluarga tentang kondis ibu

2. observasi his, djj dan nadi tiap 30 menit

3. observasi suhu badan dan tekana darah tiap 4 jam

4. lakukan pemeriksaan dalam ulang 4 jam berikutnya

372
5. berikan dukungan psikologi pada ibu

6. anjurkan ibu melakukan relaksasi pernafasan

7. anjurkan ibu tidur posisi miring kiri

8. berikan ibu nutrisi yang ade kuat

9. buat dan pantau persalinan dengan menggunakan partograf

10. siap partus set, obat uterotonika, air dtt dan klorin

11. siapkan pakain ibu dan bayi, kain bersih

LANGKAH VI : IMPLEMENTASI

Tanggal : 03 mei 2019 Pukul : 09.45 oleh : Mhs. Novaniar Burian

1. memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga yaitu

a. tanda – tanda vital

tekanan darah : 130/80 mmHg

suhu badan : 360c

respirasi : 21 x/menit

nadi : 82x/menit

b. hasil VT

vulva/ vagina : tidak ada kelainan

pembukaan : 6 cm

ketuban : utuh

2. mengobservasi HIS dalam 10 menit frekuensi dan durasinya tiap 30 menit ( HIS 4x dalam 10
menit, durasi 60 detik)

373
3. Mengobservasi DJJ dan nadi tiap 30 menit ( DJJ : 134x/menit, nadi : 84x/menit)

4. mengobservasi suhu badan dan tekana darah tiap 4 jam ( suhu badan : 360c , 130/80 mmHg)

5. memberi dukungan ibu

6. menganjurkan ibu untuk relaksasi pernafasan ( menariknafas dari hidung dan keluar secara
perlahan dari mulut)

7. menganjurkan ibu tidur mirin kiri untuk memperlancar peredaraahn darah

8. memberikan ibu teh manis dan makanan agar ibu ada tenaga saat mengedan

9. mengisi partograf serta memantau kemajuan persalinan ibu

10. menyiapkan partus set, obat uterotonika, air DTT dan air klorin 0,5%

11. menyiapkan pakaian ibu dan bayi

LANGKKAH VII : EVALUASI

Tanggal : 03 mei 2019 Pukul : oleh : Mhs : novaniar burian

1. ibu me

374
MANAJEMEN ASHUAN KEBIDANAN INTRA NATAL CARE

PADA NY “S” KALA II DENGAN PERSALINAN NORMAL

DI RUANG VK

LANGKAH I : PENGKAJIAN

Tanggal : 03 mei 2019 Pukul : 10.35 WIT Oleh : Novaniar Burian

DATA SUBJEKTIF

1. ibu mengatakan ingin meneran


2. ibu Mengatakan ingin merasa BAB
3. ibu mengeluh sakit semakin sering dan kuat

DATA OBJEKTIF

1. keadaan umum baik


2. kesadaran compos mentis
3. Nampak vulva dan anus membuka
4. Perenium meregang
5. HIS
a. Frekunsi : 4x /10 menit
b. Durasi : 40-50 detik
c. Relaksasi : baik
d. Kekuatan : kuat dan teratur
6. Djj : 134x/menit
7. Hasil pd jam 10.30 wit
a. Vilva/vagina : tidak ada kelainan
b. Portio : sudah tidak teraba
c. Pembukaan : 10 cm

375
d. Ketuban : jernih
e. Presentasi : kepala
f. Penunjuk : tidak di ketahui
g. Penurunan : hodge IV
h. Kesan panggu : cukup

LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosa :

Ibu : Umue 23 tahun, GII PI A0 umur kehamilan 38 minggu, inpartu kala II, normal

Janin : intra uteri, tunggal, hidup, presentasi kepala, normal.

DS :

1. Ibu merasa sakit tulang belakang dan di bawah pusat semakin kuat dan sering
2. Ibu ingin merasakan BAB
3. Ibu ingin mengedan

DO :

1. keadaan umum : baik


2. kesadaran : composmentis
3. His
a. Frekunsi : 4x /10 menit
b. Durasi : 40-50 detik
c. Relaksasi : baik
d. Kekuatan : kuat dan teratur

LANGKAH III : DIAGNOSA POTENSIAL

1. Potensial terjadinya partus lama

376
LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA

1. pimpin ibu mengedan

LANGKAH V : RENCANA ASHUNAN

1. beritahu ibu pembukaan sudah lengkap

2. letakkan handuk bersih ( untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter 5-6 cm

3. letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu

4. buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

5. pakai celemek

6. cuci tangan 7 langkah

7. pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

8. dekatkan partus set

9. anjurkan ibu menekuk dan merangkul paha

10. pimpin ibu mengedan saat his

11. lindungi perineum denga kain bersih saat kepala nampak diameter 5-6 cm depan vulva dan bantu
lahirkan kepala

12. cek lilitan tali pusat saat kepala bayi lahir

13. biarkan kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

14. bantu lahirkan bahu dan seluruh badan bayi

15. setelah bahu bayi lahir segera melakukan sanggah da susur untuk melahirkan seluruh badan bayi

16. letakkan bayi diatas perut ibu

377
17. jepit tali pusat 3 jari dari bayi dan 2 jari dari klem tali pusat, potong tali pusat

LANGKAH VI : IMPLEMENTASI

Tanggal :03 mei 2019 Pukul :9.35 WIT Oleh : Mhs. Novaniar

1. memberitahu ibu kalau pembukaan sudah lengkap

2. meletakkan handuk bersih ( untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter 5-6 cm

3. meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu

4. membuka partus set dan mengecek kembali kelengkapan alat dan bahan

5. memakain celemek

6. mencuci tangan 7 langkah

7. memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

8. mendekatkan partus set

9. menganjurkan ibu menekuk dan merangkul paha

10. memimpin ibu mengedan saat his yaitu : rangkul paha, kepala angkat lihat perut, gig ketemu gigi
dan mengedan seperti ingin buang air besar

11. setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm vulva membuka maka lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. tangan yang lain menahan kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. anjurkan ibu untuk meneran
perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

12. periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat & ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan
segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

378
a. jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

b. jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di 2 tempat, dan potong diantara 2
klem tersebut

13. tunggu kepala bayi melakukan paksi luar secara spontan

14. setelah melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparenteral, anjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah da distal hingga bahu depan muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

15. setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri & memegang lengan dan siku
sebelah atas.

16. setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai
dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata
kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

17. setelah melahirkan bahu, sanggah dan susur untuk melahirkan seluruh badan bayi

18. meletakkan bayi di atas perut ibu

19. melakukan penilaian sepintas

LANGKAH VII : EVALUASI

Tanggal : 03 Mei 2019 Pukul :10.35 WIT Oleh : Mhs. Novaniar burian

1. tanggal 03 mei 2019, pukul 10.35 WIT bayi lahir lengkap spontan pervaginam, letak belakang
kepala, jenis kelamin perempuan, A/S 8/9, BB 3400 gram, panjang badan 47 cm, cacat (-), caput (-)

2. keadaan umum ibu baik dan kesadaran composmentis

3. dokumentasi

379
MANAJEMEN ASHUAN KEBIDANAN INTRA NATAL CARE

PADA NY “S” KALA III DENGAN (CONTOH KASUS)

DI RUANG VK

LANGKAH I : PENGKAJIAN

Tanggal :03 mei 2019 Pukul :

DATA SUBJEKTIF :

2. Ibu mengatakan perut mules

3. plasenta belum lahir

DATA OBJEKTIF :

1. Keadaan umun : baik


2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda- tada vital
Tekanan darah : 110/70mmHg
Respirasi : 20x/menit
Suhu badan : 36oc
4. Kontraksi uterus : baik
5. TFU : Setinggi pusat
6. Pendarahan pervaginam : ± 150cc
7. Tali pusat nampak memanjang
8. keluar semburan darah

LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosa
ibu : Ny. S umur 23 tahun PII A0, inpartu kala III, Normal
DS
1. ibu merasa perut mules

380
DO
1. Plasenta belum lahir
2. Talipusat nampak memanjang
3. Kontraksi uterus baik
4. pendarahan ± 150cc

LANGKAH III : DIAGNOSA POTENSIAL

Tidak ada

LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

LANGKAH V : RENCANA ASHUNAN

1. Cek fundus uteri


2. Beri injeksi oxytocin 10 UI (1 ampul) IM
3. Lakukan peregangan tali pusat terkendali
4. Pindahkan klem 5-10 cm depan vulva
5. Lahirkan plasenta dengan pergerakan tali pusat terkendali (PTT)
6. Lakukan massase uterus
7. Periksa kelengkapan plasenta
8. Memeriksa jalan lahir
9. Nilai kontraksi uterus
10. Anjurkan ibu cara massase uterus
11. Ukur pendarahan kala III
12. Perksa TTV

LANGKAH VI : IMPLEMENTASI

Tanggal :03 mei Pukul : WIT Oleh : Mhs. Novaniar Burian

LANGKAH VII : EVALUASI

381
Tanggal : 03 mei 2019 Pukul : 11.30 WIT Oleh : Mhs. Novaniar Burian

1. Mengecek fundus uteri ( bayi tunggal )

2. memberikan injeksi oxytosin 10 UI secara IM di paha sebelah kanan

3. melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)

4. memindahkan klem di depan vulva

5. Melakukan plasenta dengan peregangan tali pusat terkendali

h. Letakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis untuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat

382
MANAJEMEN ASHUAN KEBIDANAN INTRA NATAL CARE

PADA NY “” KALA IV DENGAN (CONTOH KASUS)

DI RUANG VK

LANGKAH I : PENGKAJIAN

Tanggal : 03 mei 2019 Pukul :12. 35 wit

DATA SUBJEKTIF

1. Ibu merasa senang karena plasenta telah lahir


2. Ibu mengatakan perut terasa mules dan nyeri pada jalan lahir

DATA OBJEKTIF

Tanggal : 03 mei 2019 jam : 12.35 wit

1. Plasenta lahir spontan, lengkap denga kotiledon dan selaputnya


2. Jumlah darah 50 cc
3. Kontraksi uterus baik ( keras )
4. TFU 2 jari di bawah usus
5. Kandung kemih kosong
6. TTV ( TD : 110/70 mmHg, N: 99x/m, R: 24x/m, SB : 36 )

LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosa :

Ibu umur 23 thun, PII A0 partus kala IV, normal

Dasar :

DS: ibu nampak lemas

DO:

1. Keadaan umum : baik

383
2. Kesadaran : Composmentis

3. Kontraksi Uterus : keras (baik)

4. TFU : 2 Jari di bawa pusat

5. Pendarahan kala III : kurang lebih ± 150cc

6. Tanda- tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 99x/menit

Respirasi : 21x/menit

Suhu badan : 36oC

Perenium : utuh

LANGKAH III : DIAGNOSA POTENSIAL

Tidak ada

LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

LANGKAH V : RENCANA ASHUNAN

1. Bersikan ibu dari sisa-sisa darah dan ganti pakaian ibu


2. Periksa :
a. TTV 15 menit pada jam pertama
b. Kontraksi
c. Pendarahan, kandung kemih tiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke 2
3. Berikan asupan makan dan minum
4. Anjurkan menyusui bayi
5. Anjurkan pengosongan kandung kemih

384
6. Dekotaminasi alat-alat bekas pakek dalam clorin 05% 10 menit, cuci, bilas lalu sterilkan
7. Buat laporan dan lengkapi patograf

LANGKAH VI : IMPLEMENTASI

1. Membersikan ibu dan memakaikan pakaian


2. Memeriksa :
a. TTV setiap 15 menit pada 1 jam dan 30 metin pada jam ke 2
( TD: 110/70 mmHg, N: 80x/m, R: 22x/m, SB: 36 )
a. Kontraksi baik
b. Pendarahan : sedikit
c. Kandung kemih kosong
3. Memberikan asuhan makan dan minum
4. Mengajarkan ibu menyusui bayi
5. Mengajarkan mengkosongkan kadong kemih
6. Mendekontaminasi alat alat bekas pakai dalam larutan clorin 05% 10 menit
7. Membuat laporan dan mengisi patograf

LANGKAH VII : EVALUASI

Tanggal : 03 mei 2019 Pukul : 12.45 WIT Oleh : Mhs. Novaniar

1. Keadaan umum : baik


2. TTV ( TD : 110/70 mmHg, ND: 99x/m, R: 23x/ m, SB: 36 )
3. Palpasi :
a. TFU 2 jari di bawah pusat
b. Kontraksi : baik (keras)
c. Kandung kemih : kosong
4. Ibu sudah makan dan minum
5. Ibu sudah menyusui bayinya
6. Alat dekontaminasi, di cucibilas dan di sterilkan
7. Laporan patograf sudah di buat atau di lengkapi
8. Jam 12.45 wit ibu sudah di pindahkan di rawat gabung

385
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN POST NATAL CARE
PADA NY “S”POST PARTUM 6 JAM
DI PUSKESMAS JAYAPURA UTARA

Tanggal pengkajian : 03 Mey 2019 Pukul : 14.00 WIT


Lokasi pengkajian : Puskesmas jayapura utara
Oleh : Mhs. Novaniar Burian

LANGKAH I : PENGUMPULAN DATA DASAR


I. DATA SUBJEKTIF
A. Biodata
Nama : ny S Nama Suami : Tn Y.W
Umur : 23 Tahun Umur : 62 Tahun
Agama : islam Agama : KP
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Suku/bangsa : Biak Suku/bangsa : Sentani
Nikah : ya
Lama Nikah : 3 Tahun
Alamat Rumah : Apo Bukit Barisan

B. Data Biologis
1. Keluhan Utama :
2. Riwayat Keluhan Utama : sejak proses persalinan 6jam yg lalu
3. Riwayat kehamilah sekarang : GII PII AO
4. Keluhan selama kehamilan
a. Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
b. Pernah opname : Tidak ada

386
c. Pernah mmenderita penyakkit menahun : Tidak ada
d. Pernah menderita pennyakit menular : Tidak ada
5. Riwayat persalinan sekarang
a. Jenis persalinan : Normal Spontan
b. Lama persalinan
Kala I : berlangsung 8jam
Kala II : Berlangsung 15menit bayi lahir segera menangis
Kala III : Berlangsung 7menit plasenta lahir lengkap dengan selaputnya
Kala IV : Berlangsung 2jam pemantauan post partum
Jenis kelamin : Perempuan
c. Plasenta lahir : lengkap dengan selaputnya
d. Jumlah perdarahan kala III : 400cc
e. Jumlah perdarahan kala IV : 150cc
f. Ada robekan jalan lahir : Tidak ada
g. Keluhan selama persalinan : Sakit pada sympisis samapi ke tulang belakang
6. Kebutuhan dasar nifas
No. Kebutuhhan Dasar Masa Nifas
1. Nutrisi
- Makan yang terakhir dimakan Nasi kuning ikan
- Jumlah 1Porsi
- Jenis menu Nasi kuning
- Suplemen Vit A 1 kapsul Sudah diberikan
- Suplemen SF Sudah diberikan
- Minuman atau cairan yang diminum Air putuh dan Teh hangat
- Lain-lain Tidak ada
2. ELIMINASI BAB
- Terakhir kapan Tidak ada
- Ada gangguan Tidak ada

387
ELIMINASI BAK
- Terakhir BAK 3jam post partum
- Ada kesulitan BAK Tidak ada
KERINGAT
- Malam hari Tidak ada
- Siang hari Ada
3. AMBULANSI
- Sudah menggerakan tubuh setelah Ya sudah
persalinan
- Bangun /turun dari tempat tidur Ya sudah
- Aktifitas lain Menyusui
4. KEBERSIHAN DIRI
- Mandi 2x/hari,
- Pakaian Sudah di ganti
- Perineum Utuh
5. ISTIRAHAT
- Cukup waktu istirahat Ya
- Ada gangguan tidur/istirahat Tidak ada

7. Riwayat KB
Pernah berKB : tidak
Berapa lama : -
Jenis alat kontrasepsi : -
Pengetahuan tentang KB : -
8. Seksual : Tidak melakukan
9. Latihan/senam nifas : belum dilakukan
Senam otot dasar panggul : belum dilakukan
10. Data psikososial

388
a. Perasaan ibu
1) Leher/capek : ya
2) Rasa nyaman : ya
3) Perasaan menerima bayi : senang
4) Perasaan menolak bayi : tidak ada
5) Alasan menolak : Tidak ada
6) Sedih atau duka : Tidak ada
7) Kesepian (tanpa bayi) : Tidak
8) Pengetahuan ibu
Fisiologis nifas : Normal
Menyusui : Ya
Perawatan bayi : sudah dilakukan
b. Perasaan ayah
1) Penerimaan bayi : Ya
2) Penolakan bayi : Tidak
c. Perasaan kakak kandung
Respon : Sangat senang atas kehadiran adiknya
d. Perasaan keluarga
Respon : keluarga senang
Alasan : karena bertama 1 perempuan penerus keluarga/marga

II. DATA OBJEKTIF


A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Keadaan emosional : Stabil
4. Pemeriksaan fisik
o. Kepala
3) Keadaan : Baik

389
4) Rambut : Bersih
p. Muka
4) Ekspresi : Tenang
5) Odema : Tidak ada
6) Cloasma gravidarum : Tidak ada
q. Mata
6) Bentuk : Simetris
7) Konjungtiva : Merah muda
8) Sclera : Putih
9) Penglihatan : Jelas
10) Kebersihan : Bersih
r. Hidung
7) Secret : Tidak ada
8) Polip : Tidak ada
9) Kebersihan : Bersih
s. Telinga
5) Bentuk : Simertis
6) Pendengaran : Jelas
7) Kebersihan : Bersih
t. Mulut
1) Gigi
 Keadaan gigi : Baik
 Caries : Tidak ada
2) Gusi
 Warna : Merah
 Peradangan: Tidak ada
3) Lidah : Bersih
4) Bibir
 Mukosa mulut : Kering
 Sariawan : Tidak ada
 Kebersihan : Bersih
u. Leher
5) Kelenjar thyroid :Tidak ada pembesaran
6) Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
7) Vena jugularis : Tidak ada kelainan
v. Dada
 Tarikan dinding dada : Tidak ada
Inspeksi

390
 Pernafasan : Reguler
w. Abdomen
 Uterus teraba : Ya
 TFU : 2jari di bawah pusat
 Kontraksi uterus : keras
 Kandung kemih : Kosong
 Tungkai
Oedema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
x. Genitalia
 Kebersihan vulva Perineum : Bersih
 Pengeluaran lochea : ada
 Warna : merah
 Bau Lochea : Amis darah
 Perdarahan tidak banyak : Ya 150cc
 Luka robekan : Tidak ada
 Keadaan luka : tidak ada
 Tanda-tanda infeksi : Tidak ada

B. Tanda-tanda Vital
1. Keadaan umum : Baik
2. Tekanan darah : 120/60 mmHg
3. Suhu badan : 36,5
4. Nadi : 90x/menit
5. Pernafasan : 20x/menit

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
HB : 11,9 gr %
DDR : Negatif
b. Pemeriksaan urin : Protein urine (-)
c. Pemeriksaan feses : Tidak dilakukan
2. Pemeriksaan USG : Tidak dilakukan

LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR

391
Diagnosa
Ibu Ny.S, umur 23 Tahun PII A0, Nifas 2jam Post partum normal
DS :
- Ibu umur 23 Tahun, Nyeri pada perineum
DO :
- Pengeluaran darah kurang lebih 150cc
- Pemantaun TTV
TD : 100/80 mmHg
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
SB : 36,5
TFU : 2jari di bawah pusat
Kontraksi uterus : Keras

LANGKAH III : MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

LANGKAH V : RENCANA ASUHANUN

1. Lakukan monitoring TTV


2. Periksa kontraksi dan TFU
3. Periksa pengeluaran pervaginam
4. Ajarkan ibu perawatan payudara
5. Ajarkan ibu cara menyususi dan menyendawakan bayi
6. Anjurkan ibu istirahat yang cukup

392
LANGKAH VI : IMPLEMENTASI

Tanggal : Jam : WIT

LANGKKAH VII : EVALUASI

Tanggal : Jam : WIT

393
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien: No. RM Ruang:


Umur: Tanggal:
Tanggal/Jam: Catatan Perkembangan Nama dan Paraf

(SOAP)

394
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
PADA BY.NY.S NORMAL
DI RSUD DOK II JAYAPURA

No. Register : 01.00530 Pukul : 18.35 WIT

Tanggal pengkajian : 03 Mei 2019


Tempat pengkajian : RS DOK 2 JAYAPURA
Oleh : Mhs. Novaniar Burian

LANGKAH I : PENGUMPULAN DATA DASAR


I. Data Subjektif
1. Identitas bayi
Anak ke : ke 2
Nama bayi :-
BB lahir : 3400
Tanggal lahir : 03 mei 2019
PB : 47 cm
LK : 37 cm
LD : 38 cm
Jenis kelamin : Perempuan
2. Identitas orang tua
Nama ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. A
Umur : 23 Tahun Umur : 25 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : satpam
Suku/bangsa : Sulteng Suku/bangsa : Sulteng
Nikah ke :1

395
Lama menikah : 3 Tahun Alamat : APO BB

396
3. Keadaan waktu lahir
Usia kehamilan : 38 minggu
Proses persalinan : normal / spontan
Letak bayi waktu lahir : normal
Cara lahir : normal
A/S : 7/8
Penolong persalinan : bidan
Tempat persalinan : RS dok II jayapura
Tindakan lanjut : tidak ada
Cacat/caput : tidak ada
4. Keadaan kesehatan sekarang
Minum : baik
Muntah : tidak ada muntah
Istirahat : sudah
BAK : sudah
Keamanan : baik

II. Data Objektif


1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Warna kulit : merah
TTV
a) Jantung : baik
b) Pernafasan : baik
c) Suhu badan : 36 ˚c
2. Pemeriksaan fisik
Kepala
Dada dan perut : baik
Punggung dan bokong : baik
Keadaan tali pusat
● Warna : putih

397
● Bau : todak ada
Ektremitas : normal
Genetalia : tidak ada kelainan
Refleks : normal
 Mencari : baik
 Menghisap : baik
 Menelan : baik

Data pertumbuhan dan perkembangan


a. Pertumbuhan
 PB : 47 cm
 BB : 3400 kg
 LILA : 11 cm
 LIDA : 38 cm
b. Perkembangan
 Gerak kasar : baik
 Gerak halus : baik
 Bicara/bahasa/kecerdasan : baik
 Sosial kemandirian : baik

LANGKAH II INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosa : Bayi Ny. S , neonates cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 0 bulan

Dasar

DS :-

DO :

- Berat badan : 3400 kg


- Panjang badan : 47 cm
- Lingkar kepala : 38 cm

398
- Jenis kelamin : Perempuan
- Tanggal lahir : 03 Mei 2019
- Jenis persalinan : Spntan pervaginam

399
LANGKAH III : MASALAH POTENSIAL

1. Potensial terjadi hypotermi


Dasar : bayi baru lahir
2. Potensial terjadi infeksi tali pusat
Dasar : Tali pusat masi basah

LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA

tidak ada

LANGKAH V : RENCANA ASUHAN

1. Ajari ibu cara perawatan tali pusat


2. Konseling tanda-tanda infeksi tali pusat
3. Konseling tentang perawatan bayi
4. Ajari ibu cara menyusui yang baik
5. Ajarkan ibu untuk sering menyusui bayinya
6. Anjurkan ibu untuk memberi bayinya ASI eksklusif
7. Konseling tanda-tanda bahaya pada bayi
8. Anjurkan ibu untuk mengganti popok yang sudah basah/kotor

LANGKAH VI : IMPLEMENTASI

Tanggal : 03 Mei 2019 Pukul : 10.35 WIT Oleh : Mhs. Novaniar Burian

1. Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat


2. Memberikan konseling tentang tanda-tanda infeksi tali pusat yaitu bau kemerahan dan
pendarahan pada tali pusat
3. Memberikan konseling tentang perawatan bayi

400
4. Mengajari ibu cara menyusui yang baik
5. Menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya
6. Menganjurkan ibu untuk memberikan bayinya ASI eksklusif
7. Memberikan konseling tanda-tanda bahaya pada bayi
8. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok yang sudah basa/ kotor

LANGKKAH VII : EVALUASI

Tanggal : 03 Mei 2019 Pukul : 10.35 WIT Oleh : Mhs. Novaniar Burian

1. Ibu sudah di ajarkan cara perawatan tali pusat


2. Ibu sudah mengerti tanda tanda infeksi pada tali pusat
3. Ibu sudah paham cara perawatan pada bayi
4. Ibu sudah di ajarkan cara menyusui yang benar
5. Ibu paham dan mau untuk lebih sering menyusui bayinya
6. Ibu sudah dianjurkan untuk dan ibu mau untuk memberi bayinya ASI eksklusif
7. Ibu sudah mengerti tentang tanda-tanda bahaya pada bayi
8. Ibu bersedia mengganti popok bayinya apabila telah basah/kotor

401
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien: Bayi Ny. S No. RM Ruang: Rumah Ny. S


Umur: 14 hari Tanggal : 15 Mei 2019
Tanggal/Jam: 03 mei 2019 Catatan Perkembangan Nama dan Paraf

(SOAP)

402
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA
PADA IBU “S” KB SUNTIK 3 BULAN
DI PUSKESMAS JAYAPURA UTARA

No. Register : 01.00530

Tanggal pengkajian : 15 Juni 2019 Pukul : 9.15 WIT


Tempat pengkajian : Puskesmas Jayapura utara
Oleh : Mhs. Novaniar Burian

LANGKAH I : PENGUMPULAN DATA DASAR


III. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. A
Umur : 23 Tahun Umur : 25 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Sapam
Suku/bangsa : sulawesi tengah Suku/bangsa : Sulawesi tengah
Nikah : ke 1
Lama Nikah : 5 tahun
Alamat Rumah : Apo Bukit Barisan

2. Data Biologis/fisiologis
11. Keluhan Utama : Tidak da
12. Riwayat Keluhan Utama : ibu partus tanggal 03 mei 2019 jam 10.35 WIT, PII A0, Nifas 40
hari

403
13. Riwayat reproduksi
Menarche : 13 Tahun
Siklus : Teratur
Durasi : 28 Hari
Sifat darah : Cair
Warna darah : Merah Segar
Bau : Amis
Dimenorea : Tidak ada
14. Riwayat obtretrik
Riwayat kehamilan :
Riwayat persalinan : Normal/Spontan
Riwayat nifas :
15. Riwayat ginekologi
Gangguan sistem reproduksi : Tidak ada
Section caesarea : Tidak ada
Abortus : Tidak ada
Riwayat KB : Tidak ada
16. Keadaan kesehatan sekarang
Hamil atau diduga hamil : Hamil
Penyakit hati akut : Tidak ada
Menyusui < 6 bulan : Iya
Perdarahan pervaginam : Tidak ada
Penyakit jantung : Tidak ada
Stroke : Tidak ada
Hipertensi (>80/110 mmHg) : Tidak ada
Keganasan payudara : Tidak ada
Tromboemboli : Tidak ada
Kelainan pembuluh darah : Tidak ada
Migrain : Tidak ada
17. Riwayat kesehatan lalu
Penyakit yang diderita : Tidak ada

404
Riwayat opname : Tidak ada
Riwayat operasi : Tidak ada
18. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakir menular : Tidak ada
Penyakit penahun : Tidak ada
Penyakit menurun : Tidak ada
19. Keadaan psikologi : Normal
20. Latar belakang sosial budaya : Tidak terikat
21. Keadaan keagamaan : Taat beribadah
22. Keadaan sosial ekonomi : Cukup
23. Masalah-masalah reproduksi : Tidak ada
24. Pola kegiatan sehari-hari
1) Nutrisi
Frekuensi makan : 2-3x/hari
Jenis makanan : Nasi
2) Kebiasaan yang mempengaruhi
Merokok : Tidak ada
Minuman keras : Tidak ada
Obat penenang : Tidak ada
Jamu : Tidak ada
3) Pola eliminasi
BAB
 Frekuensi : 1x/ hari
 Bau : Amis
 Warna : Cokelat
 Konsistensi : Lunak
 Gangguan : Tidak ada
BAK
 Frekuensi : 2-5x/hari
 Bau : Amoniak
 Warna : Kuning

405
 Gangguan : Tidak ada
4) Pola tidur
Tidur siang : 2 Jam per hari
Tidur malam : 8 Jam per hari
5) Olahraga dan rekreasi : Ibu tidak
6) Hygiene perorangan
Frekuensi mansi : 2X/ hari
Sikat gigi : 2x / hari
Cuci rambut : 3x/ seminggu
Kebersihan kuku : Bersih
Pakaian dalam : 2x/ hari
Pekerjaan tambahan : Tidak ada

B. DATA OBJEKTIF
5. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Baik
BB : 48 kg
Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/70 mmHg
b. Nadi : 82x/m
c. Respirasi : 21x/m
d. Suhu badan : 360 C
6. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Rambut : Panjang
Warna : Hitam
Kebersihan : Bersih
b. Wajah
Ekspresi : Baik
Simetris : Iya

406
Oedema : Tidak ada
c. Mata
Simetris : Iya
Kebersihan : Bersih
Secret : Tidak ada
Conjungtiva : Tidak anemi
Sclera : Tidak ikterik
Penglihatan : Baik
d. Hidung
Secret : Tidak ada
Polip : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
e. Kulit
Kebersihan : Bersih
Turgor : Tidak ada
f. Mulut dan gigi
Kebersihan : Bersih
Stomatitis :
Caries : Tidak ada
Lidah : Lembab
Mukosa mulut : Bersih
g. Telinga
Simetris : Iya
Kebersihan telingah luar : Bersih
Canalis : Tidak ada
Pendengaran : Normal
h. Leher
Kelenjar thyroid : Tidak ada
Kelenjar limfe : Tidak ada
Vena jugularis : Tidak ada
i. Payudara

407
Bentuk : Simetris
Kebersihan : Bersih
Benjolan : Tidak ada
j. Paru-paru
Frekuemsi pernafasan : Baik

k. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada
Palpasi : Tidak ada
l. Aksila
Inspeksi : Tidak ada
Palpasi : Tidak ada
m. Ekstremitas
Atas : Normal
Bawah : Normal

7. Pemeriksaan ginekologi
HB : Tidak dilakukan
DDR : Tidak dilakukan
Protein Urine : Tidak dilakukan
Eduksi Urine : Tidak dilakukan
USG : Tidak dilakukan

LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosa

Ny. S Umur 23 Tahun Akseptor KB suntik 3 bulan (Depo Progestin)

DS :

- Ibu mengatakan 23 Tahun

408
- Ibu mengatakan ingin memakai KB Suntik 3 Bulan
- Ibu mengatakan ini adalah kunjungan pertama KB
- Ibu mengatakan ingin menyuntikan KB 3 Bulan

DO :

- Keadaan umum : Baik


- Kesadaran : Baik
- TTV
TD : 110/70
Nadi : 80x/m
Suhu badan : 36,20C
- Masalah : Tidak ada
- Kebutuhan : Tidak ada

LANGKAH III : MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

LANGKAH V : RENCANA ASUHAN

1. Beri tahu ibu hasil pemeriksaan


2. Siapkan alat dan obat KB suntik 3 bulan
3. Berikan injeksi KB 3 bulan
4. Anjurkan ibu untuk dating kembali pada tanggalnya
5. Lakukan dokumentasi tindakan

LANGKAH VI : IMPLEMENTASI

409
Tanggal : 15 Juni 2019 Jam : 09.00 WIT Oleh : Novaniar Burian

1. Melakukan pemeriksaan TTV, tekanan darah 110/70, nadi 80x/m, suhu badan 36,20C,
respirasi 20x/m.
2. Menyiapkan alat kontrasepsi KB Suntik 3 bulan.
3. Memberikan suntikan KB 3 bulan pada 1/3 bagian dari spina illiaka interior superior.
4. Menganjurkan ibu untuk suntik ulang pada tanggal 7 bulan September 2011
5. Mendokumentasi hasil tindakan

LANGKKAH VII : EVALUASI

Tanggal : Jam : WIT

1. Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan


2. Peralatan dan obat sudah disiapkan
3. Pasien sudah di suntik KB suntik 3 bulan
4. Ibu telah mengerti dan bersedia untuk dating kembali pada tanggal 7 September 2019
5. Hasil telah ditulis.

410
BAB IV

PEMBAHASAN

Manajemen Asuhan Kebidanan yang dilakukan pada kasus ini menggunakan manajemen 7

langkah varney dan dengan catatan perkembangan menggunakan metode SOAP. Pada pembahasan

Studi Kasus ini penulis mencoba menyajikan pembahasan yang membandingkan antara teori dengan

pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil, persalinan normal, bayi baru lahir dan nifas yang

diterapkan pada klien Ny.S G2P1A0. Sehingga dapat menyimpulkan apakah asuhan tersebut telah

sesuai dengan teori atau tidak. Dalam pembahasan juga dibahas mengapa kasus yang ada (diambil

oleh mahasiswa) sesuai atau tidak sesuai dengan teori, menurut argumentasi penulis yang didukung

oelh teori-teori yang ada.

2 4.1 Masa Kehamilan

Asuhan yang diberikan pada ibu saat kehamilan, sebelum memberikan asuhan pada ibu

terlebih dahulu dilakukan informed consent pada ibu dalam bentuk komunikasi yang baik juga

dilakukan penulis terhadap keluarga sehingga saat pengumpulan data ibu bersedia memberikan

informasi penting tentang kondisi kesehatannya.

Cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan

mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.

411
412

Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin

semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan atau asuhan antenatal.

Pemantauan selama kehamilan sangat diperlukan karena menurut teori setiap

kehamilan dapat berkembang atau menjadi masalah dan komplikasi setiap saat, itu sebabnya

wanita hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya, oleh karena itu setiap

kehamilan minimal memerlukan 4 kali kunjungan selama periode antenatal/kehamilan yaitu

satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan

ketiga (Saifuddin 2014 )

Dari teori tersebut penulis mencoba menerapkannya pada Ny. S karena studi kasus ini

dimulai pada kehamilan 34 minggu maka ibu hamil dianjurkan minimal 4 kali memeriksakan

kehamilannya, tetapi Ny. S melakukan 4 kali periksa kehamilan, hal ini bertujuan untuk

melakukan pengawasan yang lebih ketat agar dapat mendeteksi diri komplikasi yang terjadi

dan memantau kemajuan serta pertumbuhan janin. Hal ini tidak bertentangan dengan teori

(Saifuddin,2013)

- Satu Kali Kunjungan Selama Trimester Ke 1 : Sebelum 14 Minggu.

- Satu Kali Kunjungan Selama Trimester Ke 2 : 14-28 Minggu

- Dua Kali Kunjungan Selama Trimester ke 3 : 28-36 Minggu Dan Sesudah Minggu ke 36

Minggu

Kehamilan ibu direncanakan, Ny. S mengatakan tidak mengharapkan jenis kelamin,

ibu berharap kelak bayinya lahir dalam keadaan sehat dan tidak cacat. Kesimpulan tersebut

didapat langsung dari keterangan Ny. S dalam Menjalani masa kehamilannya Ny. S sangat

memperhatikan kesejahteraan janin dengan mengkonsumsi vitamin dan makan makanan

yang telah dianjurkan oleh penulis, serta melakukan asuhan perkunjungan secara rutin.

Pelayanan asuhan standar minimal termasuk “10T” menurut Depkes 2013:


413

1) Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan

Selama kehamilan Ny. S bertambah berat badan sebesar 13 kg, dan tinggi

badan Ny. S 156 cm, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek.

2) Ukur tekanan darah

Ny. S memiliki tekanan darah normal dari mulai 110/70 mmHg – 120/70

mmHg, sehingga tidak ada kesenjangan.

3) Status gizi

IMT pada Ny. S adalah 23,75 termasuk dalam kategori normal maka tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktek.

4) Ukur tinggi fundus uteri

Selama hamil TFU Ny. S pada K1 30 cm, K2 31 cm, K3 31 cm, K4 32 cm dan

K5 34 cm. sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

5). Presentasi janin dan dengarkan DJJ

Selama kehamilan Ny. S memiliki DJJ yang normal tidak kurang dari 130x/menit

dan tidak lebih dari 160x/menit.

6). Imunisasi Tetanus Toxoid

Ny. S sudah melakukan imunisasi TT pada saat umur kehamilan 18 minggu dan 22

minggu.

7). Tes Laboratorium

Ny. S telah melakukan pemeriksaan glukosa dan reduksi urine dengan hasil negatif

dan melakukan test Hb pada kunjungan pertama dan keempat dengan ada

perubahan hasil dari 7,5 gr% menjadi 11,4 gr%, harusnya dilakukan pemeriksaan
414

ulang pada kunjungan kedua karena ketebatasan alat maka ada kesenjangan

antara teori dan praktek.

8). Pemberian Tablet Fe

Pemberian tablet Fe pada Ny. S selama kehamilan sudah 90 tablet terhitung dari

mulai TM I, II dan III.

9). Temu Wicara

Setiap kunjungan temu wicara telah dilakukan seperti memberikan penkes yang

dibutuhkan, tetapi ada keterbatasan klien sehingga menyulitkan penulis untuk

memberikan konseling.

10). Konseling

Setiap kunjungan konseling dilakukan dengan keluarga klien karena keterbatasan

klien untuk mengerti penjelasan dari penulis.

2.1 4.1.3 ANC III


Kunjungan ANC III pada tanggal 28-04-2019 jam 10.00 WIB, ibu

mengatakan tidak ada keluhan. Pertambahan berat badan Ny. S selama kehamilan

mengalami kenaikan 11 kg pada kunjungan ANC III yaitu 52 kg. Ternyata Ny. S

mengalami kenaikan berat badan dalam batas yang normal dengan rekomendasi

kenaikan berat badan yang dibutuhkan selama kehamilan 6,5-16,5 kg tidak ada

kesenjangan dengan teori (Wiknjasastro, 2014).

Periksa kehamilan tekanan darah Ny. S adalah 110/80 mmHg, tekanan

darah dalam batas normal tidak ada kesenjangan teori.

Pada saat kunjungan ANC III memeriksakan Tinggi Fundus Uteri pada

Ny. S adalah 34 cm. Hal ini tidak menjadi masalah dikarenakan masih dalam batas
415

normal bila dihitung dengan rumus Neagle, taksiran berat janin >2500 gram, tidak

ada kesenjangan dengan teori.

Pada Ny. S didapati DJJ pada ANC III yaitu 138x/menit, hal ini sesuai

dengan teori dan tidak ada kesenjangan dengan teori.

Pada Trimester I sudah mendapatkan terapi vitonal F dan Calc, dan Ny.

S mau meminum tablet zat besi sesuai dengan anjuran yang diberikan, tidak ada

kesenjangan dengan teori.

Pada ANC III tidak dilakukan pemeriksaan Hb karena ketebatasan alat

yang digunakan. Jadi ada kesenjangan dengan teori karena hasil pemeriksaan pada

kunjungan awal yaitu anemia ringan.

Pada ANC III tidak dilakukan pemeriksaan urine dan pada ANC II tidak

dilakukan pemeriksaan urine, karena pada ANC I dilakukan pemeriksaan urine Ny. S

hasilnya adalah negatif, jadi tidak ada kesenjangan dengan teori.

2.2 4.1.4 ANC IV


Kunjungan ANC IV di ruhah ibu Ny. S pada tanggal 02-05-2019 jam

10.30 WIB, ibu mengatakan keluhan sering BAK sejak 2 hari yang lalu. Diberikan

penkes bahwa sering BAK yang ibu alami saat ini adalah normal dan hal yang wajar

karena janin yang semakin besar dan kepala bayi yang menekan untuk turun ke

bawah, dan menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan tidak meminum

minuman yang bersoda.

Pertambahan berat badan Ny. S selama kehamilan mengalami

kenaikan 13 kg pada kunjungan ANC IV yaitu 53 kg. Ternyata Ny. M mengalami

kenaikan berat badan dalam batas yang normal dengan rekomendasi kenaikan berat
416

badan yang dibutuhkan selama kehamilan 6,5-16,5 kg tidak ada kesenjangan

dengan teori.

Periksa kehamilan tekanan darah Ny. S adalah 110/80 mmHg, tekanan

darah dalam batas normal tidak ada kesenjangan teori.

Pada saat kunjungan ANC IV memeriksakan Tinggi Fundus Uteri pada

Ny. S adalah 35 cm. Hal ini tidak menjadi masalah dikarenakan masih dalam batas

normal bila dihitung dengan rumus Neagle, taksiran berat janin >2500 gram, tidak

ada kesenjangan dengan teori.

Pada Ny. S didapati DJJ pada ANC IV yaitu 138x/menit, hal ini sesuai

dengan teori dan tidak ada kesenjangan dengan teori.

Pada Trimester I sudah mendapatkan terapi vitonal F dan Calc, dan Ny.

S mau meminum tablet zat besi sesuai dengan anjuran yang diberikan, tidak ada

kesenjangan dengan teori.

Pada ANC IV dilakukan pemeriksaan Hb, pada ANC II dan ANC III tidak

dilakukan karena keterbatasan alat, pada ANC III dilakukan dan hasilnya normal,

11,4 gr%. Jadi, tidak ada kesenjangan dengan teori. Pada ANC IV tidak dilakukan

pemeriksaan urine dan pada ANC II dan ANC III tidak dilakukan pemeriksaan urine,

karena pada ANC I dilakukan pemeriksaan urine Ny. S hasilnya adalah negatif, jadi

tidak ada kesenjangan dengan teori.

2.3 4.1.5 ANC V


Kunjungan ANC V pada tanggal 02-05-2019 jam 09.30 WIB, ibu

mengatakan masih sering BAK sejak 2 hari yang lalu. Diberikan penkes bahwa
417

sering BAK yang ibu alami saat ini adalah normal dan hal yang wajar karena janin

yang semakin besar dan kepala bayi yang menekan untuk turun ke bawah, dan

menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan tidak meminum minuman yang

bersoda.

Pertambahan berat badan Ny. S selama kehamilan mengalami

kenaikan 13 kg pada kunjungan ANC V yaitu 54 kg. Ternyata Ny. S mengalami

kenaikan berat badan dalam batas yang normal dengan rekomendasi kenaikan berat

badan yang dibutuhkan selama kehamilan 6,5-16,5 kg tidak ada kesenjangan

dengan teori.

Periksa kehamilan tekanan darah Ny. S adalah 110/80 mmHg, tekanan

darah dalam batas normal tidak ada kesenjangan teori.

Pada saat kunjungan ANC IV memeriksakan Tinggi Fundus Uteri pada

Ny. S adalah 36 cm. Hal ini tidak menjadi masalah dikarenakan masih dalam batas

normal bila dihitung dengan rumus Neagle, taksiran berat janin >2500 gram, tidak

ada kesenjangan dengan teori.

Pada Ny. S didapati DJJ pada ANC IV yaitu 136x/menit, hal ini sesuai

dengan teori dan tidak ada kesenjangan dengan teori.

Pada Trimester I sudah mendapatkan terapi vitonal F dan Calc, dan Ny.

S mau meminum tablet zat besi sesuai dengan anjuran yang diberikan, tidak ada

kesenjangan dengan teori.

Pada ANC IV tidak dilakukan pemeriksaan Hb dan urin karena pada

kunjungan sebelumnya sudah dilakukan dan hasilnya normal, sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek


418

Berdasarkan data-data yang terkumpul dari anamnesa, pemeriksaan

fisik pemeriksaan khusus kebidanan secara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi

tidak temukan adanya masalah dengan demikian kehamilan Ny. S adalah kehamilan

normal. Kehamilan normal adalah kehamilan dengan ibu yang sehat, tidak ada

riwayat obstetrik yang buruk serta pemeriksaan fisik dan laboratorium normal.

(Saifuddin,2013).

3 4.2 Masa Persalinan

Menjelang akhir kehamilannya Ny. S mengalami proses tanda-tanda persalinan

seperti : mules-mules yang frekuensinya semakin sering, durasinya semakin lama, keluar

darah bercampur lendiryang berjalan normal, sesuai dengan teori tanda-tanda persalinan.

Pada masa tersebut penolong berusaha memberikan asuhan yang optimal, diantaranya

dengan melibatkan keluarga, berupa dukungan dan memberikan kesempatan pada ibu

untuk mendampingi selama proses persalinan. Asuhan sayang ibu pada saat persalinan

diberikan sesuai kebutuhannya, diantaranya mencoba memberikan posisi yang nyaman

pada proses persalinan serta memberikan nutrisi dan cairan sehingga ibu dapat meneran

dengan baik tanpa adanya hambatan. Mengosongkan kandung kemih agar tidak

menganggu kemajuan persalinan. Pencegahan infeksi dalam menurunkan kesakitan ibu.

Cairan yang cukup selama persalinan akan lebih banyak memberikan energi dan mencegah

dehidrasi.
419

3.1 4.2.1 Kala I


Kala I Ny. S dimulai sejak tanggal 03-05-2019, pukul 9.35WIB, ibu datang

dengan keluhan mules-mules yang sering sudah keluar lendir darah dan belum

keluar air-air, ibu datang ke RS DOK II. kala 1 dimulai dari jam 09.35 WIB, dengan

hasil VT 6 cm dan pada pukul 10.30 VT ulang Pada jam 10.37 WIB ibu mengatakan

mules seperti akan BAB dan kemudian dilakukan VT ulang dengan hasil pembukaan

10 cm (lengkap). Jadi dapat dihitung kala I Ny. S yaitu ± 3 jam terhitung dari

pembukaan 6 cm karena pemantauan atau pemeriksaan dimulai dari pembukaan 6

cm, dikarenakan ibu segera ke klinik ketika merasakan mules dengan alasan mules

yang semakin sering. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada kesenjangan antara

teori dan praktek karena menurut teori Mochtar, 2013 kala 1 pada multigravida

berlangsung ±9 jam. Kerentangan waktu menurut teori tersebut berlangsung dalam 7

jam, karena his ibu dan janin yang cukup besar sehingga berlangsung lebih lama

(Rohani, dkk 2014).

Asuhan sayang ibu yang diberikan, telah memberikan hasil yang cukup baik

selama proses persalinan.menurut teori APN 2012 pada kala I diberikan asuhan

yaitu: mengobservasi TTV, pengeluaran pervaginam, kemajuan persalinan 4 jam,

mengobservasi his, nadi, DJJ setiap 30 menit, memberikan nutrisi dan cairan yang

cukup, menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK, menghadirkan pendamping

persalinan, ibu kelihatan semangat, dapat memberikan rasa nyaman, mobilisasi dan

support mental. Semua asuhan ibu dilakukan oleh penulis.

3.2 4.2.2 Kala II


Pada kala II, waktu yang diperlukan Ny. S dimulai dari pembukaan lengkap

sampai lahirnya bayi yaitu 13 menit. Hal ini dikatakan normal karena Ny. S adalah

Multigravida. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Menurut

teori menyebutkan bahwa pada Primigravida kala II berlangsung rata - rata 1 jam
420

dan pada Multigravida rata - rata 0,5 jam (Prawirohardjo, 2013). Melakukan asuhan

sayang ibu pada kala II (APN, 2008) seperti mengosongkan kandung kemih,

memposisikan ibu dan membimbing ibu meneran.

Setelah terlihat adanya tanda gejala kala II, maka ibu dianjurkan untuk

mengambil posisi yang nyaman, ibu memilih berbaring telentang yang tidak sesuai

dengan teori APN 2012, maka terjadi kesenjangan, mengajarkan teknik - teknik yang

baik, dan pimpin persalinan Setelah 13 menit dipimpin pada pukul 10.35 WIB Bayi

lahir jenis kelamin perempuan. Langsung dilakukan penilaian bayi diantaranya bayi

segera menangis, kulit kemerahan, gerak aktif. Setelah itu bayi langsung diletakkan

di dada ibu untuk dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

3.3 4.2.3 Kala III


Pada asuhan sayang ibu kala III,waktu yang diperlukan Ny. S selama kala

III yaitu dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta selama 7 menit. Hal ini

sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa lama kala III yaitu 10 menit. (Ai yeyeh,

2014). Setelah bayi lahir dilakukan palpasi untuk memastikan tidak ada janin kedua

lalu dilakukan menejemen aktif kala III diantaranya penulis memberikan suntikan

oksitoksin 10 unit injeksi IM dilakukan untuk membuat kontraksi uterus agar kuat dan

efektif, selanjutnya peregangan tali pusat terkendali dilakukan saat kontraksi sampai

plasenta lahir, kemudian melakukan massase fundus uteri dengan mengajarkan

pada ibu karena dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah pendarahan

postpartum. Penanganan dapat menghasilkan kontraksi yang efektif sehingga dapat

memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah

dibandingkan penatalaksanaan fisiologis (APN, 2012). Semua tindakan ini dilakukan

pada Ny. S dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
421

3.4 4.2.4 Kala IV


Pada akhir kala IV melakukan asuhan sayang ibu kala IV memeriksa

perdarahan, kontraksi uterus baik, perineum utuh, tanda-tanda post partum setelah

placenta lahir, tinggi fundus uteri dalam batas normal, yaitu 2 jari dibawah pusat.

Kala IV disebut juga dengan kala pengawasan. Pengawasan yang dilakukan

dimulai dari lahirnya plasenta sampai sampai 2 jam pertama post partum.

Pemantauan dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama, dan setiap 30 menit

pada 1 jam kedua. Hal - hal yang perlu di observasi yaitu keadaan umum ibu,

tekanan darah, suhu, nadi, tinggi fundus uteri, kontraksi rahim, kandung kemih,

perdarahan. Hal tersebut penulis lakukan pada Ny. S sampai 2 jam post partum,

hasil observasi pada 15 menit pertama diantaranya adalah keadaan umum baik,

tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 x/menit, suhu 36,5 0C, pernapasan 20 x/menit,

tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih

kosong, perdarahan 50 cc. Pada 15 menit kedua hasil observasi juga baik, keadaan

umum baik, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,5 0C,

pernapasan 20 x/menit, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus

baik, kandung kemih kosong, perdarahan 30 cc. Pada 15 menit jam ketiga tekanan

darah 120/70 mmHg, nadi 78 x/menit, respirasi 18 x/menit, tinggi fundus uteri 2 jari

dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih 50 cc, perdarahan 20cc. Pada

15 menit jam keempat tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 78 x/menit, respirasi 18

x/menit, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung

kemih kosong, perdarahan 20 cc. Selanjutnya pada 30 menit pertama pada jam

kedua hasil observasi yang diperoleh keadaan umum baik, tekanan darah 110/80

mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,60C, pernapasan 21 x/menit, tinggi fundus uteri 2

jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan 20 cc.

Pada 50 menit kedua masih dalam batas normal keadaan umum ibu baik, TTV
422

normal, kontraksi uterus baik tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, perdarahan 20

cc.

Sesuai dengan hasil yang didapat terlihat kontraksi uterus yang selalu dalam

dalam kondisi baik, sehingga keadaan TFU juga baik. Diperoleh dalam pemantauan

jam kedua tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, hal ini sesuai dengan teori. Yang

mengatakan setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat dalam hal

ini proses proses involusi uterus berjalan dengan baik. Selain itu jumlah perdarahan

dalam 2 jam post partum ini juga masih dalam keadaan normal yaitu ± 185 cc, hal ini

sama dengan teori yang menyatakan perdarahan masih dianggap normal jika jumlah

perdarahan tidak melebihi 400 -500 cc (Sarwono, 20).14

4 4.3 Masa Nifas

Menurut teori Saiffudin, 2013 dikatakan bahwa Selama masa nifas kunjungan

dilakukan sebanyak 4 kali yaitu kunjungan I pada 6-8 jam, kunjungan II 6 hari post partum,

kunjungan III 2 minggu post partum, kunjungan IV pda 6 minggu post partum. Proses masa

nifas berjalan dengan normal tidak ditemui tanda-tanda bahaya. Perencanaan dan

pengawasan involusi uterus dan pengeluaran lochea dimulai pada 6 jam post partum hingga

40 hari masa nifas.

4.1 4.3.1 Kunjungan nifas 1

Pada kasus Ny. S tidak ditemui tanda-tanda bahaya dan keluhan yang

mengganggu kondisi ibu dan bayinya. Perencanaan dan pengawasan involusi uterus

dan pengeluaran lochea dimulai pada 6 jam postpartum hingga 40 hari postpartum.

Pada masa nifas ini penulis melakukan kunjungan ke ruangan RG untuk

memberikan asuhan selama masa nifas sesuai kebutuhan ibu, selama pengawasan
423

masa nifas sejak 6 jam postpartum keadaan involusi uterus baik, tinggi fundus uteri 2

jari dibawah pusat, ini adalah pengaruh oksitoksin yang dikeluarkan kelenjar hipofisis

posterior yang berpengaruh pada otot uteri dan buah dada,dan sesuai dengan teori

bahwa setelah plasenta lahir TFU berkurang 2 jari dibawah pusat (Mochtar, 2014).

Asuhan kebidanan yang diberikan 6 jam post partum yaitu diantaranya: mengajurkan

ibu untuk mobilisasi,personal hygine yang baik, tidak menahan BAK dan BAB,

memberikan ASI sesegera mungkin dan selalu menjaga kehangatan bayi. Hal ini

sejalan dengan teori bahwa salah satu program dan kebijakan teknis yang dilakukan

pada kunjungan pertama adalah pemberian ASI awal dan menjaga bayi tetap sehat

dengan cara mencegah hipotermi (Saifuddin, 2014). Saat pemeriksaan fisik penulis

tidak melakukan pemeriksaan hematoma karena keterbatasan penulis.

Pada kunjungan I nifas Ny. S tidak diberikan vitamin A karena kebijakan RS

DOK II , maka ada kesenjangan antara teori Saleha 2014 kapsul vit.A diberikan 2x

setelah bayi baru lahir dan 24 jam kemuadian. sehingga ada kesenjangan antara

teori dan praktek.

4.2 4.3.2 Kunjungan nifas 2

Kunjungan II nifas dilakukan 12 hari setelahnya. Penolong memberikan

asuhan dengan menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin,

mengingatkan ibu memberikan ASI kepada bayinya serta memberikan penkes

mengenai pola nutrisi, hari post partum hal yang harus dinilai yaitu dengan

memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, dan cairan,meyakinkan ibu

memberikanASI untuk bayinya, dan memberikan konseling pada ibu mengenai

asuhan pada bayi salah satunya yaitu menjaga bayi agar tetap hangat (Saifuddin,

2010).
424

4.3 4.3.4 Kunjungan nifas 4

Pada kunjungan ke II nifas ini juga melakukan kunjungan untuk

penyelesaian study kasus selama masa nifas. Ibu mengatakan bahwa ibu ingin

berKBsuntik 3 bulan, dan penulis memberikan KB suntik 3 bulan.

Asuhan yang diberikan selama masa nifas sesuai dengan teori walaupun

terdapat beberapa kesenjangan Penulis melakukan asuhan pada Ny. S selama

masa nifas sebanyak II kali pada saat 6 jam post partum, nifas 12 hari.

5 4.4 Bayi Baru Lahir

5.1 4.4.1 KN 1

Melakukan pengawasan pada bayi baru lahir sejak jam-jam pertama

kehidupan diluar rahim sampai 6 jam usia bayi. Dilakukan pemantauan mengenai

penilaian awal dengan jenis kelamin perempuan, berat badan 3400 gr, panjang

badan 47 cm, hal ini masih tergolong normal, karena berat badannya diantara 2500-

4000 gr dan tidak ditemukan adanya kelainan bawaan, ketika bayi lahir segera

menangis kuat dengan warna kemerahan, ini sangat berpengaruh sebagai indikator

kesehatan bayi secara umum. Seorang bayi yang normal, menangis kuat, berat

badan menunjukan bahwa bayi lahir cukup bulan. Hal-hal yang mendasar pada bayi

baru lahir seperti hipotermia, asfiksia, sionosis. Bayi tidak diberikan injeksi Vitamin K

pada saat segera setelah bayi baru lahir secara IM di paha kiri bayi bagian

anterolateral sebanyak 1 mg dan pemberian salap , setelah 15 menit suntik

Hepatitis B di paha sebelah kanan. Pada pengamatan selama satu jam pertama bayi

baru lahir sampai pada masa transisi berumur sekitar 6 jam, yang penulis amati, bayi

tampak dalam keadaan yang normal dan tidak menunjukan perubahan atau masalah

yang disebut diatas. Dan peristaltic segera berfungsi dengan sudah keluarnya
425

meconeum pada saat setelah bayi lahir, adanya meconeum menunjukan bahwa

peristaltic sudah ada. Hal ini menunjukan bahwa anus mempunyai lubang dan fungsi

ginjal sudah ada dengan keluarnya miksi setelah 2-3 jam bayi lahir. Pada asuhan

bayi baru lahir Ny. S berjalan lancar dan tidak ditemukan adanya kelainan-kelainan

selama satu jam pertama sampai periode transisi.

4.4.3 KN 2

Pada kunjungan BBL II, yang penulis lakukan pada asuhan bayi baru lahir 2

minggu yaitu : memantau perkembangan berat badan dengan cara menimbang BB ,

bayi mau menyusui dengan adekuat, menganjurkan ibu memberiakan ASI selama 6

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan dari mulai kehamilan, persalinan, bayi baru lahir,

nifas pada Ny. S yang di mulai dari April 2019 sampai Mei 2019 penulis dapat

memberikan kesimpulan sebagai berikut:


426

1. Pada kehamilan trimester III ibu telah melakukan 2 kali kunjungan yaitu pada tanggal

14 ferbuari 2019, dan 14 maret 2019. Dari hasil pemeriksaan yang di lakukan pada

kunjungan kehamilan pertama di temukan bawah ibu mengalami Anemia sedang

HB (7,5 gr/dl ). Setelah di lakukan penatalaksanaan sesuai dengan kebutuhan ibu

pada kunjungan ke empat Anemia ibu dapat teratasi dan pada kunjungan ke empat

tafsiran berat janin ±2800 gr dari BB sebelum hamil 39 kg sampai dengan menjelang

persalinan BB 56 kg

2. ibu bersalin pada tanggal 03 mei 2019 dengan usia kehamilan 36 minggu

3. bayi lahir normal pada tanggal 03 mei 2019 pukul 10.35 wit PB 47 cm, dan BB 3400

kg, ibu memberikan ASI sampai keadaan umum bayi baik.

4. kunjungan pada masa nifas 2 kali pada tanggal 03 mei 2019 dan pada tanggal 15

mei 2019, dengan hasil tanda tanda fital normal, TFU pertengahan pusat-simfisis,

lochea sanguninolenta, HB ibu 11,5 gr/dl

5. ibu menggunakan KB suntik tiga bulan depo progestin

B. Saran

1. Bagi petugas

a. Meningkatkan kemampuan dan kemandirian petugas kesehatan khususnya

bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif.

b. Mempertahankan meningkatkan pelayanan yang bermutuh dan baik.

2. Bagi insitusi

dapat di jadikan bahan bacaan dan refirensi bagi mahasiswa kebidanan dalam

memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, persalinan, bayi baru

lahir, dan masa nifas.

Anda mungkin juga menyukai