Anda di halaman 1dari 4

DAMPAK PENURUNAN TARIF PAJAK TERHADAP BISNIS UMKM

Pemerintah telah merivisi PP Nomor 46 Tahun 2013 tentang pajak UKM menjadi PP
Nomor 23 Tahun 2018 mengenai tarif baru untuk PPh Final UMKM.Tarif yang sebelumnya 1
% berubag menjadi setengahnya 0,5%,hal ini tentu menjadi kabar gembira untuk pelaku
UMKM sehinnga mereka tidak takut lagi membayar pajak karena tarif pajaknya telah
diturunkan.Tarig 0,5 % tersebeut dipotong beradsarkan peredaran omet bruto.Wapaulun telah
diturunkan,namun ada ketentuan yang harus diikuti oleh wajib pajak yang ingin mendapatkan
tarif 0,5% dengan rincian sebagai berikut:

1. Wajib Pajak Orang Pribadi bisa menikmati tarif PPh Final 0,5% dalam jangka waktu
tujuh tahun.
2. Wajib Pajak Badan seperti koperasi,persekutuan komanditer ( CV), dan Firma hanya
bisa menikmati tarif PPh Final 0,5% dalam janka waktu empat tahun.
3. Sedangkan untuk Wajib Pajak Perseroan Terbatas ( PT) hanya bisa menkmati tarif
PPh Final 0.5% dalam jangka waktu tiga tahun.

Untuk mendapatkan tarif pajak setengah persen, pemerintah mewajibkan pelaku usaha
untuk membuat pembukuan.Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi kecurangan dan
pemanfaatan peraturan yang dibuat.Dari pembukuan tersebut akan terlihat berapa omzet
usaha tersebut dan pemerintah dapat menentukan usaha mana saja yang bisa mendapatkan
tarif pajak 0.5%.

Pemberlakuan tarif baru diharapkan mampu mendorong masyarakat dalam kegiatan


ekonomi dengan memberikan kemudahan dan kesederhanana,paa pelaku UMKM untuk
melaksanakan kewajiban perpajakannya.Diberlakukannya tarif yang lebih rendah dapat
merangsang pertumbuhan UMKM sehingga mampu bersaing secara langsung dengan
produk-produk dari luar negeri.Adanya pertumbuhan usaha yang signifikan tentu akan
berbanding lurus dengan besaran penerimaan paak yang akan diterima negara.Walaupun
secara penerimaan rupiah menurun akibta penurunan tarif,tetapi jumlah wajib pajak UKM
bertambah.

Menurut Ketua Asosiasi UMKM Indonesia Muhammad Iksan Ingrabatan dengan


penurun tarif,tingkat kepatuhan pajak para pelaku UMKM cukup baik.Tingkat kepatuhan
ini dibuktikan dengan penerimaan negara yang berasal dari UMKM sebesar Rp8.400
Triliun dari total penerimaan pajak sebesar Rp14.000 Triliun.Pada tahun 2018 kontribusi
UMKM bukan hanya berdasrkan pemasukan pajak.UMKM berhasil myerap 121 juta
tenga kerja.Angka terebut sekitar 96 % daritotal serapan tenaga kerja Indonesia di 2018
sebesar 170 juta.

Namun dalam upaya UMKM menikmati tarif pajak 0,5 % masih diselimuti kendala
dalam proses mengurus pajak yaitu pemahaman sadar pajak yang dinilai masih
kurang.Semestinya tak hanya sekedar dikomunikasikan kepada pelaku UMKM sebagai
kewajiban semesta.Lebih jauh,pajak pajak perlu dipandang juga bermanfaat untuk
menarik investor makin melirik usaha UMKM itu sendiri.Penekanan komunikasi lebih
intens antara petugas pajak dan pelaku usaha bisa mendorong UMKM untuk lebih sadar
dan secara sukarela membayar pajak.

Hambatan lainnya UMKM ialah proses pembayarn pajak yang dinilai


merepotkan.Belum sema pengusaha UMKM sadar dirinya merupakan wajib pajak.Oleh
karena itu,penting bagi pelaku usaha untuk memahami teknis,tentang pajak,mulai dari
jenis-jenis pajak,administrasi hingga cara membayarnya.Jika usaha UMKM tumbuh
seirng kepatuhan membayar pajak,mereka bisa menjadi role model dimasyarakat.

Kendala lainnya berkaitan dengan edukasi dan intensif,guna medorong UMKM


membayar pajak tepat waktu.Intensif yang diberikan dapat berupa akses
permodalan.Pasalnya sekecil apapun tarif pajak yang dikenakan tetap akan memberatkan
jika pelaku suaha masih kesulitan mendapatkan modal untuk mengembangkan
bisnis.Pemerintah perlu lebih erat mengandeng perbankan guna memberikan kredit modal
usaha dengan bung murah.Pasalnya,kepatuhan membayar pajak selama ini tidak serta
merta menjadi modal yang tokcer membuat UMKM bisa mndapatkan kredit.Insentif lainn
dapat berupa penjamin akses atas pengadaan barang dan jasa.

Terlepas dari kendala yang dihadapi dengan pemberlakua tarif baru tersebut.Meski
demikian, penetapan PPh Final tersebut turut mendulang manfaat positif untuk para
pelaku UMKM.Penurunan tarif dari 1% menjadi 0,5% diyakini mengurangi beban
pajak para pelaku UMKM. Sisa hasil usaha dengan penurunan pembayaran pajak ini
diharapkan bisa digunakan pengusaha untuk ekspansi usahanya atau melakukan
investasi. Dengan demikian, diharapkan bisa menaikkan kelas UMKM.Tarif yang
rendah diharapkan dapat mendorong masyarakat berbondong-bondong terjun ke
dunia usaha tanpa risau diberatkan oleh tarif pajak.
Selain itu, tarif rendah juga mendorong kepatuhan perpajakan meningkat
sehingga menguatkan basis data perpajakan Direktorat Jenderal Pajak. Dengan
demikian, pelaku UMKM semakin berperan dalam menggerakkan roda ekonomi
untuk memperkuat ekonomi formal. Kepatuhan UMKM membayar pajak juga dapat
memperluas kesempatan para pelaku usaha untuk memperoleh akses terhadap
dukungan finansial. Terlebih lagi, setelah tarif PPh final diberlakukan, jumlah wajib
pajak dari sisi jenis penerimaan diharapkan terus naik.

Memberikan waktu bagi pelaku UMKM untuk mempersiapkan diri sebelum wajib
pajak tersebut melaksanakan hak dan kewajiban pajak secara umum, sesuai dengan
ketentuan UU Pajak Penghasilan.Penurunan tarif PPh final mengharuskan UMKM
menyusun pembukuan.Selama ini, UMKM hanya memiliki catatan keuangan
sederhana. Jika harus membuat pembukuan, selain kurang paham, juga membutuhkan
biaya minimal Rp5 juta untuk menyewa akuntan.Padahal, nominal itu bisa digunakan
untuk tambahan modal.Meskipun banyak pelaku usaha yang mengeluh, justru hal ini
bisa menjadi salah satu pembelajaran agar pelaku usaha mampu menyusun
pembukuan tanpa menyewa akuntan.Tentu saja, pemerintah tetap harus memberikan
stimulus lanjutan, seperti pelatihan penyusunan pembukuan seperti yang tertuang
dalam PPh final yang baru.

Penurunan tarif pajak penghasilan (PPh) final bagi pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) dari 1 persen menjadi 0,5 persen dinilai bisa membuat arus kas
usaha UMKM lebih terjaga dan bisa mengembangkan usaha.Dengan tarif istimewa itu
diharapkan mendorong kepatuhan UMKM dalam membayar pajak serta meningkatkan
basis wajib pajak. Tarif yang rendah juga diharapkan dapat membuat masyarakat semakin
terdorong terjun ke dunia usaha. Selain itu, tarif rendah juga bisa mendorong kepatuhan
perpajakan meningkat sehingga basis data perpajakan Direktorat Jenderal Pajak semakin
kuat.

Dengan pemberlakuan tarif baru ini maka beban pajak yang ditanggung oleh pelaku
UMKM menjadi lebih kecil,sehingga pelaku UMKM memiliki kemampuan ekonomi
yang lebih besar untuk mengembangkan usaha dan melakukan investasi. Selain itu,
kebijakan ini memberikan kesempatan kepada pelaku UMKM untuk semakin berperan
dalam menggerakkan roda ekonomi formal dan memperluas kesempatan guna
memperoleh akses terhadap dukungan finansial.
Kebijakan ini juga diharapkan mampu memberikan waktu bagi pelaku UMKM untuk
mempersiapkan diri sebelum WP tersebut melaksanakan hak dan kewajiban pajak secara
umum sesuai dengan ketentuan UU Pajak Penghasilan.Penurunan pajak dibayar ini juga
akan meningkatkan keuntungan bersih sekaligus meningkatkan kemampuan berusaha
UMKM sehingga daya saing UMKM akan menjadi lebih baik. Insentif yang demikian ini
juga diharapkan bisa mendorong terciptanya semakin banyak UMKM di Indonesia.

Dengan tarif pajak yang tidak memberatkan, diharapkan semakin banyak orang mau
menjalankan UMKM dan berwirausaha. Para pelaku UMKM juga secara tidak langsung
akan didorong untuk menjalankan pembukuan secara transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Untuk mendorong literasi pelaku usaha mengenai pajak,[emerintah juga tidak bisa
tinggal diam.Pemrintah harus membuat pajak yang atraktif bagi pelaku
UMKM.Diharapkan pemerintah bukan hanya regulator tapi juga fasilitator yang
membantu memberikan akses mudah pemodalan bagi para pelaku UMKM.

Anda mungkin juga menyukai