Anda di halaman 1dari 10

 1.

Fokal infeksi
Fokal infeksi adalah suatu infeksi lokal yang biasanya dalam jangka waktu
cukup lama (kronis), dimana hanya melibatkan bagian kecil dari tubuh, yang
kemudian dapat menyebabkan suatu infeksi atau kumpulan gejala klinis pada
bagian tubuh yang lain. Contohnya, tetanus yang disebabkan oleh suatu pelepasan
dari eksotoksin yang berasal dari infeksi lokal. Teori tentang fokal infeksi sangat
erat hubungannya dengan bagian gigi, dimana akan mempengaruhi fungsi
sistemik seseorang seperti sistem sirkulasi, skeletal dan sistem saraf. Hal ini
disebabkan oleh penyebaran mikroorganisme atau toksin yang dapat berasal dari
gigi, akar gigi, atau gusi yang terinfeksi.
Menurut W.D Miller (1890), seluruh bagian dari sistem tubuh yang utama
telah menjadi target utama dari infeksi yang berasal dari mulut, terutama bagian
pulpa dan periodontal. Organisme yang berasal dari mulut tersebut dapat
menyebar ke daerah sinus (termasuk sinus darah kranial), saraf pusat dan perifer,
sistem kardiovaskuler, mediastinum, paru-paru dan mata.

Faktor-faktor Penyebab

a. Faktor Agen
o Meliputi jenis bakteri dan virulensinya.
o Dapat menyebar secara cepat dan difusi melauli jaringan
o Infeksi ini dapat disebabkan oleh anaerob dengan coccus Gram (-)
o Menyebar dengan masuk pembuluh darah dan membentuk penyebaran
sistemik dari komples imun, komponen dan produk bakteri.
b. Faktor Pejamu
o Meliputi pertahanan tubuh terhadap penetrasi bakteri dari plak gigi ke
jaringan yaitu penghalang fisik yang dibentuk oleh permukaan epitel,
defesins (antibiotik peptida yang dibentuk pejamu di mucosa
epitelium), penghalang elektrik, penghalang imunologis sel pembentuk
antibodi dan sistem retikuloendotelial (penghalang fagosit)
o Mekanisme dapat menyebar dan menyebabkan infeksi akut dan kronik
c. Oral Hygiene yang Buruk
o Jumlah bakteri yang berkolonisasi di gigi (supragingiva) meningkat 2-
10 x lipat dan memungkinkan lebih banyak bakteri melewati jaringan
dan masuk ke pembuluh darah, menimbulkan peningkatan prevalensi
dan besarnya bakteremia.
d. Faktor Lingkungan meliputi status sosioekonomi
o Dilihat dari asupan gizinya serta kebersihan diri yang tidak terjaga.

Mekanisme Terjadinya Fokal Infeksi


Ada 2 cara :
o Kuman terbawa aliran darah atau aliran getah bening ke bagian tubuh
yang lain.
o Toksin dari kuman yang terbawa aliran darah/ aliran getah bening dari
fokus infeksi ke bagian tubuh yang lain.

Penyebarannya melalui 3 jalan :

o Tissue/Fascial planes dan spaces


Kepala dan leher diselubungi oleh fascial plames (lembaran-
lembaran fascia) yang normalnya di pisahkan oleh jaringan ikat jarang.
Spacia spasium merupakan area yang dibatasi oleh fascia, tidak dijumpai
pada orang sehat, berpotensi terisi eksudat purulen ketika terjadi infeksi.
Dapat menghambat dan melokalisir penyebaran infeksi, namun karena
berhubungan, infeksi dapat meluas ke spasium yang saling berhubungan.

Ada 2 spaces :

 Primary maxilar
 Caninus space : bengkak di anterior wajah, drainase spontan di
inferior medial chantus mata
 Buccal space : bengkak dibawah lengkung zigomatic dan di atas
tepi inferior mandibula
 Secondary fascial
 Masseteric space : bengkak di daerah ramus dan angulus
 Pterygomandibular space
o Sistem Limfatik
Alat pertahanan local dan sistemikterhadap infeksidan invasi
mikroorganisme. Limfadenitis regional merupakan tanda infeksi ini dan
telah lalu.
o Peredaran darah
Cavernosus sinus thrombosis terjadi akibat perluasan infeksi
odontogen kea rah superior melalui pembuluh darah. Bakteri berjalan dari
maksila ke posterior melalui plexus dan v. emisari/ ke anterior melalui v.
ansularis, dan inferior/ superior v. opthamlmik ke sinus cavernosus.
2. Fokus infeksi

Sumber (fokus infeksi) yaitu pusat atau suatu daerah didalam tubuh dari
mana kuman atau basil – basil dari kuman tersebut dapat menyebar jauh ketempat
lain dalam tubuh dan bisa menyebabkan penyakit. Jadi apabila dikatakan gigi
sebagi sumber (fokus) infeksi berarti bahwa pusat atau sumber infeksi dari salah
satu organ tubuh berasal dari gigi. Adapun salah satu jalan penjalaran kuman dari
pusat infeksi sampai keorgan tubuh tersebut, dibawa melalui aliran darah / limfe
atau dapat pula secara kontaminasi (Moestopo, 1982).
Sumber (fokus) infeksi dalam rongga mulut, terutama yang berhubungan erat
dengan gigi dapat berada di jaringan – jaringan (Moestopo, 1982) :

o Periodontium
yaitu jaringan untuk mengikat gigi didalam tulang alveolus, kalau serabut
periodontium ini rusak, gigi akan goyang, dan kuman – kuman akan lebih
mudah mencapai daerah ujung akar gigi dan masuk saluran darah.
Keadaan ini yang biasa disebut pyorhoeayaitu gejala keluarnya nanah dari
saku gusi yang berasal dari peradangan karena rusaknya periodontium.
o Periapikal, yaitu ujung akar gigi
o Pulpa gigi.

Bahkan dapat berasal dari kuman – kuman penyakit didaerah gusi, juga
sisa – sisa fragmen gigi yang tertinggal, gigi dan lubang – lubang baru setelah
pencabutan, bekas akar gigi (socket) dapat pula merupakan fokus infeksi.
Cara dari kuman – kuman tersebut dapat menembus masuk kedalam aliran
darah, haruslah melalui lubang / perlukaan pada pembuluh darah atau kelenjar
limfe (getah bening), yaitu melalui lesi (kerusakan) yang ditimbulkan oleh
trauma mekanis, misalnya pada tindakanpencabutan gigi, gerakan mengunyah
pada gigi yang rusak dan goyang, sehingga pada keadaan ini selain terjadi
trauma mekanis juga timbul gerakan memompa yang dengan sendirinya akan
mempermudah penularan dengan memompakan kuman – kuman dari
sekeliling akar gigi ke dalam aliran darah dan kelenjar getah bening melalui
pembuluh darah (Moestopo, 1982).

 3. Infeksi Odontogen
Infeksi odontogenik merupakan infeksi akut atau kronis yang berasal dari
gigi yang berhubungan dengan patologi. Mayoritas infeksi yang bermanifestasi
pada region orofacial adalah odontogenik. Infeksi odontogenik merupakan
pemyakit yang paling umum sedunia dan merupakan alasan mencari perawatan
dental (Fragiskos , 2007)
Infeksi terbanyak di regio maxila dan mandibula disebabkan oleh infeksi
odontogenik antara lain infeksi periapikal dan periodontal, kista, fraktur akar,
infeksi residual dan poket perikoronal (Archer, 1975).
Penyebabnya adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut, yaitu
bakteri dalam plak, dalam sulkus ginggiva, dan mukosa mulut. Yang ditemukan
terutama bakteri kokus aerob gram positif, kokus anaerob gram positif dan batang
anaerob gram negative. Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan karies,
gingivitis, dan periodontitis. Jika mencapai jaringan yang lebih yang lebih dalam
melalui nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi
odontogen. Yang penting adalah infeksi ini disebabkan oleh bermacam-macam
bakteri, baik aerob maupun anaerob.
Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuitatum, hematogen
dan limfogen, yang disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal
dari gigi gangren, dan periodontitis marginalis.
Penjalaran infeksi odontogen yang menyebabkan abses dibagi dua yaitu
penjalaran tidak berat (yang memberikan prognosa baik) dan penjalaran berat
(yang memberikan prognosa tidak baik, di sini terjadi penjalaran hebat yang
apabila tidak cepat ditolong akan menyebabkan kematian). Adapun yang
termasuk penjalaran tidak berat adalah serous periostitis, abses sub periosteal,
abses sub mukosa, abses sub gingiva, dan abses sub palatal. Sedangkan yang
termasuk penjalaran yang berat antara lain abses perimandibular, osteomielitis,
dan phlegmon dasar mulut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebaran dan kegawatan
infeksi odontogenik adalah :
 Jenis dan virulensi kuman penyebab.
 Daya tahan tubuh penderita.
 Jenis dan posisi gigi sumber infeksi.
 Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot.
 Adanya tissue space dan potential space.

KLASIFIKASI / TIPIKAL INFEKSI

Berdasarkan tipe infeksinya, infeksi odontogen bisa dibagi menjadi :

1. Infeksi odontogen lokal / terlokalisir, misalnya: Abses periodontal akut; peri implantitis.
2. Infeksi odontogen luas/ menyebar, misalnya: early cellulitis, deep-space infection.
3. Life-Threatening, misalnya: Facilitis dan Ludwig's angina.

Pada umumnya infeksi gigi termasuk karies gigi, infeksi dentoalveolar


(infeksi pulpa dan abses periapikal), gingivitis (termasuk NUG), periodontitis
(termasuk pericoronitis dan peri-implantitis), Deep Facial Space Infections dan
osteomyelitis. Jika tidak dirawat, infeksi gigi dapat menyebar dan memperbesar
infeksi polimikrobial pada tempat lain termasuk pada sinus, ruang sublingual,
palatum, system saraf pusat, perikardium dan paru-paru.
Jenis-jenis Infeksi Odontogen

o Periodontitis Marginalis
Infeksi dari marginal gusi, umumnya berjalan kronis
Inflamasi dimulai dari gingivitis marginalis :
 Gusi hiperemis
 Edema
 Mudah berdarah
 Kalkulus
 Hilangnya puncak tulang muscular
 Terbentuknya Poket
o Pericoronitis
 Infeksi pada jaringan lunak perikoronal (opercula) yang bagian paling
besar/ utama dari jaringan lunak tersebut berada di atas/ menutupi
mahkota gigi.
 Disebabkan oleh adanya mikroorganisme dan debris yang
terperangkap diantara mahkota gigi dan jaringan lunak di atasnya

Pericoronitis dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

 Pericoronitis Akut
Rasa sakit spontan (rasa sakit tekan memancar), tidak ada pengaruh suhu/
ransangan, menelan sakit, bengkak sekitar gigi dan berwarna merah.
 Pericoronitis Subakut
Tidak ada pembengkakan pipi, tidak ada trismus, untuk gerakan
mengunyah sakit, ada pus dari poket, operculum dan jaringan sekitarnya
bengkak serta sakit, dan terkadang ada ulserasi (abses perikoroner)
 Pericoronitis Kronis
 Bergaranulasi
Bengkak kecil pada pipi dan rahang. Bila palpasi terasa elastic
dan seperti berpasir-pasir (pseudofluktuasi).
 Berosifikasi
Bengkak kecil pada pipi dan rahang. Bila dipalpasi terasa
keras, bentuknya bulat.
o Abses Periodontal
 Inflamasi pada jaringan periodontal yang terlokalisasi dan mempunyai
daerah yang virulen
 Perkembangan abses terjadi ketika poket menjadi bagian dari sumber
infeksi. Type dari infeksi ini biasanya dimulai pada gingival crevice
pada permukaan akar, sering sampai ke permukaan apeks. Merupakan
serangan yang tiba-tiba dan sakit yang teramat sangat.
 Suatu proses periodontal dapat dihubungkan dengan gigi nonvital atau
trauma. Abses periodontal dapat meluas dari gigi penyebab melalui
tulang alveolar ke gigi tengtangga, dan menyebabkan goyangnya gigi
tersebut.
o Abses Periapikal (Dentoalveolar)
 Dimulai di region periapikal dari akar gigi, dan sebagai akibat dari
pulpa yang nonvital/ pulpa yang mengalami degenerasi. Dapat juga
terjadi setelah adanya trauma jaringan pulpa baik langsung terjadi atau
beberapa waktu kemudian.
 Dapat terjadi eksasebasi akut (kambuh lagi) yang diikuti dari gejala-
gejala dari infeksi akut.
o Phlegmon
 Selulitis akut, hebat, toksik, melibatkan secara bilateral, spasia
submandibula, submental, sublingual.
 Terjadi karena gigi posterior rahang bawah dan fraktur mandibula
Gejalanya :
 Pembengkakan keras
 Sakit
 Berwarna kemerahan
 Lidah terangkat
 Trismus
 Hipersalivasi

Faktor-faktor yang berperan terjadinya infeksi

o Virulensi dan Quantity

Di rongga mulut terdapat bakteri yang bersifat komensalis. Apabila


lingkungan memungkinkan terjadinya invasi, baik oleh flora normal
maupun bakteri asing, maka akan terjadi perubahan dan bakteri bersifat
patogen. Patogenitas bakteri biasanya berkaitan dengan dua faktor yaitu
virulensi dan quantity. Virulensi berkaitan dengan kualitas dari bakteri
seperti daya invasi, toksisitas, enzim dan produk-produk lainnya.
Sedangkan Quantity adalah jumlah dari mikroorganisme yang dapat
menginfeksi host dan juga berkaitan dengan jumlah faktor-faktor yang
bersifat virulen.

o Pertahanan Tubuh Lokal

Pertahanan tubuh lokal memiliki dua komponen. Pertama barier


anatomi, berupa kulit dan mukosa yang utuh, menahan masuknya bakteri
ke jaringan di bawahnya. Pembukaan pada barier anatomi ini dengan cara
insisi poket periodontal yang dalam, jaringan pulpa yang nekrosis akan
membuka jalan masuk bakteri ke jaringan di bawahnya. Gigi-gigi dan
mukosa yang sehat merupakan pertahanan tubuh lokal terhadap infeksi.
Adanya karies dan saku periodontal memberikan jalan masuk untuk invasi
bakteri serta memberikan lingkungan yang mendukung perkembangbiakan
jumlah bakteri.
Mekanisme pertahanan lokal yang kedua adalah populasi bakteri
normal di dalam mulut, bakteri ini biasanya hidup normal di dalam tubuh
host dan tidak menyebabkan penyakit. Jika kehadiran bateri tersebut
berkurang akibat penggunaan antibiotik, organisme lainnya dapat
menggantikannya dan bekerjasama dengan bakteri penyebab infeksi
mengakibatkan infeksi yang lebih berat.

o Pertahanan Humoral
Mekanisme pertahanan humoral, terdapat pada plasma dan cairan
tubuh lainnya dan merupakan alat pertahanan terhadap bakteri. Dua
komponen utamanya adalah imunoglobulin dan komplemen.
Imunoglobulin adalah antibodi yang melawan bakteri yang menginvasi
dan diikuti proses fagositosis aktif dari leukosit. Imunoglobulin diproduksi
oleh sel plasma yang merupakan perkembangan dari limfosit B.Terdapat
lima tipe imunoglobulin, 75 % terdiri dari Ig G merupakan pertahanan
tubuh terhadap bakteri gram positif. Ig A sejumlah 12 % merupakan
imunoglobulin pada kelenjar ludah karena dapat ditemukan pada membran
mukosa. Ig M merupakan 7 % dari imunoglobulin yang merupakan
pertahanan terhadap bakteri gram negatif. Ig E terutama berperan pada
reaksi hipersensitivitas. Fungsi dari Ig D sampai saat ini belum diketahui.

Komplemen adalah mekanisme pertahanan tubuh humoral lainnya,


merupakan sekelompok serum yang di produksi di hepar dan harus di
aktifkan untuk dapat berfungsi. Fungsi dari komplemen yang penting adalah
yang pertama dalam proses pengenalan bakteri, peran kedua adalah proses
kemotaksis oleh polimorfonuklear leukosit yang dari aliran darah ke daerah
infeksi. Ketiga adalah proses opsonisasi, untuk membantu mematikan
bakteri. Keempat dilakukan fagositosis. Terakhir membantu munculnya
kemampuan dari sel darah putih untuk merusak dinding sel bakteri.

o Pertahanan Seluler

Mekanisme pertahanan seluler berupa sel fagosit dan limfosit. Sel


fagosit yang berperan dalam proses infeksi adalah leukosit
polimorfonuklear. Sel-sel ini keluar dari aliran darah dan bermigrasi e
daerah invasi bakteri dengan proses kemotaksis. Sel-sel ini melakukan
respon dengan cepat, tetapi sel-sel ini siklus hidupnya pendek, dan hanya
dapat melakukan fagositosis pada sebagian kecil bakteri. Fase ini diikuti
oleh keluarnya monosit dari aliran darah ke jaringan dan disebut sebagai
makrofag. Makrofag berfungsi sebagai fagositosis, pembunuh dan
menghancurkan bakteri dan siklus hidupnya cukup lama dibandingkan
leukosit polimorfonuklear. Monosit biasanya terlihat pada infeksi lanjut
atau infeksi kronis.

Komponen yang kedua dari pertahanan seluler adalah populasi dari


limfosit, seperti telah di sebutkan sebelumnya limfosit B akan berdifernsiasi
menjadi sel plasma dan memproduksi antibodi yang spesifik seperti Ig G.
Limfosit T berperan pada respon yang spesifik seperti pada rejeksi graft
(penolakan cangkok) dan tumor suveillance (pertahanan terhadap tumor).

 4. Infeksi Non Odontogen

Jenis-jenis Infeksi Non Odontogen

o Osteomilitis

Keadaan infeksi akut/ kronik pada tulang rahang, biasanya disebabkan oleh
bakteri dan terkadang jamur.

Gejalanya :

 Sakit gigi dan terjadi pembengkakan disekitar pipi dan akhirnya


bersifat kronik membentuk fistel
 Kelelahan dan nyeri pada sendi/ edema

Penyebabnya :

 Penyakit periodontal seperti gingivitis, pyorrhea/ periodontitis, serta


sariawan
 Gangren radiks
 Trauma patah tulang

o Candidiasis

Gejala :

Plak putih dan rapuh yang melekat pada lidah, mukosa gigi, gingiva dan
palatum dengan eritema dibawahnya

Penyebabnya :

 Terjadi di lingkungan yang abnormal tergantung pada kelembapan/


panas
 Antiibiotik sistemik

o Actynomikosis

Menyebabkan abses di beberapa tempat.

Gejala :

 (Disebut juga Lumpy Jaw), dimulai sebagai pembengkakan kecil,


datar dan keras di dalam mulut, kulit leher/ bawah rahang.
Menimbulkan nyeri
 Terbentuk daerah lunak yang menghasilkan cairan yang
mengandung butiran belerang bulat dan kecil berwarna kekuningan.

Penyebab : Bakteri Achynomyces israelli

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kontrol infeksi


Tujuan utama kontrol infeksi adalah untuk menghilangkan atau mengurangi
penyebaran infeksi dari semua jenis mikroorganisme. Merupakan kewajiban operator
untuk melakukan kontrol infeksi yang efektif untuk melindungi pasien lain dan seluruh
anggota dental team.

Ada dua faktor yang penting dalam control infeksi :

o Mencegah penyebaran mikroorganisme dari hostnya.


o Membunuh atau menghilangkan mikroorganisme dari objek dan
permukaannya.

Jalur penyebaran infeksi :

o Patient to Dental Health Care Worker.


Penyebaran dapat melalui kontak langsung pada luka di kulit atau kontak
langsung dengan membrane mukosa tenaga kesehatan. Dapat juga melalui
kontak tidak langsung melalui instrumen tajan dan jarum spuit.
o Dental Health Care Worker to Patient.
Penyebaran dapat melalui kontak langsung pada luka di kulit atau kontak
langsung dengan membrane mukosa tenaga kesehatan. Dapat juga melalui
kontak tidak langsung melalui instrumen tajan dan jarum spuit.
o Patient to Patient.
Penyebaran terjadi melalui penggunaan instrumen yang terkontaminasi
dan nondisposable.
o Dental Office to Community.
Penyebaran terjadi ketika cetakan terkontaminasi atau alat terkontaminasi
lain mengkontaminasi teknisi laboratorium dental.
o Community to Patient.
Penyebaran melibatkan masuknya mikroorganisme ke suplai air dental
unit. Mikroorganisme ini berkoloni di dalam air dan karenanya
membentuk biofilm yang bertanggung jawab untuk menyebabkan infeksi.

Terdapat beberapa strategi yang harus diikuti untuk mengurangi risiko


infeksi dan penyebarannya dikarenakan patogen pada darah seperti HBV dan
HIV. Prosedur control infeksi yang harus diikuti dan dilakukan pada semua pasien
itu yang dinamakan “Universal Precaution”, meliputi :

 Imunisasi. Semua anggota dental team harus divaksin hepatitis B.


 Gunakan barrier perlindungan, seperti gaun bedah, masker, kaca mata,
sarung tangan, dll.
 Menjaga kebersihan tangan.

Anda mungkin juga menyukai