Anda di halaman 1dari 16

Kisi-Kisi Tes Panwaslu Kecamatan Tahun 2018

Pemilihan Gubernur (pilgub) sebentar lagi di laksanakan, tepatnya tahun 2018.


Namun persiapan pendaftaran Panwaslu Kecamatan sudah di buka mulai tahun ini,
2017. Untuk itu bagi yang menginginkan daftar menjadi panwaslu kecamatan harus
mempersiapkan diri supaya bisa lulus tes tulis dan tes wawancara.

Sementara ini, undang-undang yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan pilgub


2018 adalah UU Nomor 10 Tahun 2016. UU ini merupakan perubahan kedua atas
undang-undang nomor 1 tahun 2015tentang penetapan peraturan pemerintah
pengganti undang-undang Nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, bupati,
dan walikota menjadi undang-undang.

Mari kita pahami dahulu pengertian, tugas dan wewenang Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Bawaslu Kabupaten dan Panwaslu Kecamatan berdasarkan UU nomor 1 tahun 2015
dan UU nomor 10 Tahun 2016.

Kepanjangan Bawaslu, Bawasluprov, Bawaslukab dan Panwaslu Kecamatan


Bawaslu adalah Badan Pengawas Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut
Bawaslu adalah lembaga penyelenggara pemilihan umum yang bertugas mengawasi
penyelenggaraan pemilihan umum di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Bawaslu Provinsi adalah Badan Pengawas Pemilu Provinsi yang yang bertugas
untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilihan Gubernur di wilayah Provinsi.

Bawaslu Kabupaten adalah Badan Pengawas Pemilu Kabupaten yang bertugas


untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilihan Gubernur di wilayah kabupaten.

Panwaslu Kecamatan adalah Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan yang bertugas


untuk mengawasi penyelenggaran pemilihan gubernur di wilayah kabupaten

Ingat: Saat ini pengawas pemilu tingkat kabupaten sudah menjadi "Badan",
jadi bukan lagi disebut Panwas kabupaten tapi Bawaslu kabupaten. Ba =
Badan / Pa= Panitia
Kisi-Kisi Tes Panwaslu Kecamatan Tahun 2018
Kisi-kisi ini merupakan hasil analisis berdasarkan kemungkinan-
kemungkinan yang akan diujikan dalam tes tulis maupun tes wawancara
oleh panitia. Jadi bukan merupakan kisi-kisi baku yang dikeluarkan oleh
Bawaslu Kabupaten.

Akan tetapi berdasarkan pengalaman atas artikel sebelumnya, banyak yang


mengaku mendapat manfaat dari kisi-kisi yang saya buat, karena dianalisis
berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Kisi-kisi ini merupakan hasil analisis berdasarkan kemungkinan-
kemungkinan yang akan diujikan dalam tes tulis maupun tes wawancara
oleh panitia

Ada beberapa yang perlu diketahui oleh calon pendaftar Panwaslu


Kecamatan, yaitu mengetahui:

1. Struktur Organisasi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten.


Cobalah untuk mengetahui siapa nama ketua dari masing-masing
organisasi, baik dari tingkat pusat sampai tingkat bawah. Biasanya ini
dijadikan pertanyaan saat tes tulis. "Siapa nama ketua Bawaslu saat ini?

2. Apa Tugas dan Wewenang Panwaslu Kecamatan?


Berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 33 (klik untuk download) Tugas
dan wewenang Panwas Kecamatan dalam Pemilihan meliputi:
a. mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilihan di wilayah
Kecamatan yang meliputi:
1. pemutakhiran data Pemilih berdasarkan data kependudukan dan
penetapan Daftar Pemilih Sementara dan Daftar Pemilih Tetap;
2. pelaksanaan Kampanye;
3. perlengkapan Pemilihan danpendistribusiannya;
4. pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara hasil
Pemilihan;
5. penyampaian surat suara dari TPS sampai ke PPK;
6. proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh PPK dari seluruh
TPS; dan
7. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang,
Pemilihan lanjutan, dan Pemilihan susulan.
b. mengawasi penyerahan kotak suara tersegel dari PPK kepada KPU
Kabupaten/Kota;
c. menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap-tahapan
penyelenggaraan Pemilihan yang dilakukan
d. oleh penyelenggara Pemilihan sebagaimana dimaksud pada huruf a;
e. menyampaikan temuan dan laporan kepada PPK untuk ditindaklanjuti;
f. meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi
kewenangannya kepada instansi yang berwenang;
g. mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilihan;
h. memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan
laporan mengenai tindakan yang mengandung unsur tindak pidana
Pemilihan; dan
i. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan.
3. Apa Kewajiban Panwaslu Kecamatan?
Dalam UU Nomor 1 Tahun 2015 Pasal 34 (klik untuk download) berbunyi,
dalam Pemilihan Panwaslu Kecamatan wajib:
1. bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya;
2. menyampaikan laporan kepada Panwas Kabupaten/Kota berkaitan
dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya
tahapan penyelenggaraan Pemilihan di tingkat Kecamatan;
3. menyampaikan laporan pengawasan atas tahapan penyelenggaraan
Pemilihan di wilayah kerjanya kepada Panwas Kabupaten/Kota;
4. menyampaikan temuan dan laporan kepada Panwas Kabupaten/Kota
berkaitan dengan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh
PPK yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan
Pemilihan di tingkat Kecamatan; dan
5. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan
perundang-undangan
4. Berapa Jumlah Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten?
Pada dasarnya, tugas yang akan diemban oleh panwaslu kecamatan adalah
mengorganisisr panitia pengawas ditingkat bawahnya dan juga menjalin
kerjasama antar panwaslu kecamatan. Oleh karena itu, bagi pendaftar wajib
mengetahui jumlah kecamatan dan juga jumlah desa/kelurahan di masing-
masing kabupaten.

5. Apa Tugas, Kewajiban dan Wewenang PPK?


Karena tugas pokok dari pengawas adalah mengawasi, baik mengawasi
penyelenggara pilgub maupun mengawasi kampanye, maka pengetahuan
tentang tugas, kewajiban dan wewenang yang akan diawasi harus
diketahui. Karena tidak mungkin bisa mengawasi jika tidak tahu apa yang
dilakukan oleh yang diawasi.
6. Bagaimana Teknis Pemungutan suara?

Panduan Teknis Pelaksanaan Pemungutan Suara

PELAKSANAAN RAPAT PEMUNGUTAN SUARA

A. PERSIAPAN RAPAT PEMUNGUTAN SUARA

Selambat-lambatnya pukul 06.00 waktu setempat anggota KPPS harus berada di


TPS dengan tugas :
1. Memeriksa TPS dan perlengkapannya bersama saksi dan petugas keamanan TPS.
2. Memasang Daftar Pasangan Calon di tempat yang sudah ditentukan.
3. Menempatkan kotak suara yang berisi surat suara beserta kelengkapan
administrasinya di depan meja Ketua KPPS.
4. Mempersilahkan pemilih dan saksi untuk memasuki TPS secara tertib pada jam
6.50.
5. Memeriksa keabsahan pemilih (tinta, kartu pemilih dan surat pemberitahuan) dan
mempersilahkan menempati tempat duduk yang telah disediakan.

B. PROSEDUR RAPAT PEMUNGUTAN SUARA


Pukul 07.00 Ketua KPPS membuka Rapat Pemungutan Suara
Apabila rapat sudah dibuka namun pemilih belum ada yang hadir, rapat
pemungutan suara ditunda sampai dengan ada pemilih yang hadir.
Saksi yang datang setelah pukul 07.00 dianggap tidak hadir.

LANGKAH KE 1 – MEMANDU SUMPAH/JANJI ANGGOTA KPPS


Ketua KPPS memandu pengucapan sumpah/janji Anggota KPPS dengan
membaca sumpah/janji yang naskahnya disediakan oleh KPUK, dan diikuti seluruh
anggota KPPS.

LANGKAH KE 2 – MEMERIKSA DAN MEMPERLIHATKAN PERALATAN PEMILU


Ketua KPPS melakukan kegiatan :
1. Membuka kotak suara, mengeluarkan semua isinya, dan meletakkannya di atas
meja. Selanjutnya mengidentifikasi dan menghitung jumlah setiap jenis dokumen
dan kelengkapan administrasi dan dicatat dalam formulir Model C4-KWK.KPU.
2. Memperlihatkan kepada pemilih dan saksi bahwa kotak suara benar-benar
kosong.
3. Menutup kotak kembali, mengunci dan meletakkannya di tempat yang telah
ditentukan.

LANGKAH KE 3 – MENGHITUNG SURAT SUARA YANG DITERIMA UNTUK TPS


Ketua KPPS melakukan kegiatan :
1. Memperlihatkan kepada pemilih dan saksi yang hadir bahwa sampul yang berisi
surat suara masih tersegel.
2. Dibantu oleh anggota KPPS menghitung seluruh jumlah surat suara yang ada di
TPSnya termasuk surat suara cadangan sebanyak 2,5% dari jumlah pemilih yang
tercantum dalam DPT dan mengumumkannya, serta mencatat dalam berita
acara.
3. Mengumumkan jumlah pemilih yang namanya tercantum dalam daftar pemilih
tetap untuk TPS yang bersangkutan.

LANGKAH KE 4 – MENANDATANGANI BERITA ACARA PEMBUKAAN KOTAK


Ketua KPPS mengisi dan menandatangani berita acara sesuai dengan jenis dan
jumlah barang yang ada.

LANGKAH KE 5 – MEMBERIKAN PENJELASAN KEPADA PEMILIH DAN SAKSI


Ketua KPPS memberikan penjelasan tentang tatacara pemungutan dan
penghitungan suara di TPS. Saat memberikan penjelasan, Ketua KPPS membuka
dan memperlihatkan contoh surat suara. Penjelasan ini hanya dilakukan 1 (satu)
kali.

Cara memberikan suara dilaksanakan dalam bilik pemberian suara dengan cara :
1. Surat suara sebanyak 1 lembar dibuka dan diperiksa oleh pemilih untuk
meyakinkan bahwa surat suara tersebut dalam keadaan baik. Apabila rusak,
pemilih dapat meminta gantinya. Pergantian hanya dapat dilakukan 1 kali.
2. Pemilih yang telah menerima surat suara dari Ketua KPPS langsung menuju bilik
suara untuk memberikan suara (nyoblos).
3. Sebelum mencoblos, surat suara diletakkan dalam keadaan terbuka di atas alas
pencoblosan selanjutnya dicoblos dengan alat pencoblos.

Tatacara mencoblos agar surat suara yang dicoblos dinyatakan sah adalah
sebagai berikut :
1. Surat suara ditanda tangani oleh Ketua KPPS dan
2. Tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kolom yang memuat satu pasang
calon, atau
3. Tanda coblos terdapat dalam salah satu kolom yang memuat nomor, foto, dan
nama pasangan calon yang telah ditentukan, atau
4. Tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih dalam salah satu kolom yang memuat
nomor, foto dan nama pasangan calon, atau
5. Tanda coblos terdapat pada salah satu garis kolom yang memuat nomor, foto dan
nama pasangan calon, serta
6. Surat suara yang dicoblos adalah surat suara yang ditetapkan KPUK.
7. Menggunakan alat pencoblos surat suara yang telah disediakan,
8. Lubang hasil pencoblosan terdapat pada surat suara yang tidak rusak, dan
9. Pada surat suara tidak terdapat tulisan atau catatan.
10. Tanda coblos tembus secara garis lurus (simetris) sehingga mengakibatkan surat suara terdapat
dua hasil pencoblosan tetapi tidak mengenai kolom pasangan calon lain.
Setelah pemilih mencoblos, surat suara dilipat kembali seperti semula sehingga
tandatangan ketua KPPS tetap dalam keadaan terlihat dan hasil pencoblosan
tidak dapat dilihat.

LANGKAH KE 6 – MEMASUKI TPS


Anggota KPPS ke 4 mengambil posisi dekat pintu masuk dan melakukan :
1. Memeriksa jari tangan pemilih – apakah ada bekas tinta khusus atau tidak.
Bila ada, tidak diijinkan masuk TPS.
2. Memeriksa pemilih apakah membawa kartu pemilih dan undangan untuk
memberikan suara atau tidak. Apabila pemilih yang terdaftar dalam DPT tidak
membawa kartu pemilih, pemilih yang bersangkutan menyerahkan surat
undangan (pemberitahuan) serta memperlihatkan kartu identitas yang sah
kepada Ketua KPPS.
3. Mencatat nama pemilih di kertas yang dibuat sendiri, dan menuliskan nomor urut
kehadiran pada surat undangan pemilih dan mempersilahkan duduk di tempat
yang sudah disiapkan.
4. Mencatat jenis kelamin pemilih.
5. Meminta kartu pemilih atau surat keterangan pindah memilih bagi pemilih dari
TPS lain.

LANGKAH KE 7 – MENANDAI SALINAN DAFTAR PEMILIH TETAP DAN


MEMBERIKAN SURAT SUARA
A. Ketua KPPS memanggil pemilih dengan menyebutkan nomor urut kehadirannya.
B. Pemilih mendatangi meja Ketua KPPS dan memperlihatkan kartu pemilih dan
surat undangan/pemberitahuan untuk memberikan suara.
C. Anggota KPPS ke 2 melakukan kegiatan :
1. Mencari nama dan nomor pemilih pada salinan DPT.
2. Memberi tanda centang (“V”) di sebelah nama pemilih sebagai tanda bahwa
pemilih tersebut telah memilih.
3. Memeriksa Kartu Pemilih dan undangan untuk memberikan suara untuk
memastikan keabsahannya.
4. Mengembalikan Kartu Pemilih kepada pemilih.
5. Mencatat nama pemilih, nomor pemilih, dan asal TPS terhadap pemilih dari TPS
lain dalam formulir Model C8-KWK.KPU.
D. KPPS dalam kegiatan pemungutan suara di TPS, wajib mendahulukan
melayani terhadap pemilih yang namanya tercantum dalam DPT untuk TPS.
E. Pemilih dari TPS lain dapat dilayani dengan ketentuan:
a. Apabila surat suara di TPS yang bersangkutan masih tersedia.
b. Apabila surat suara di TPS yang bersangkutan tidak tersedia, pemilih yang
bersangkutan dapat memberikan suara di TPS terdekat yang masih tersedia.

LANGKAH KE 8 – PEMILIH MENERIMA SURAT SUARA


A. Anggota KPPS ke 3 memberikan surat suara kepada Ketua KPPS.
B. Ketua KPPS membubuhkan tanda tangannya dibagian yang disediakan dalam
surat suara, dan memberikannya kepada pemilih.
Jika ternyata surat suara rusak (berlubang, robek, ada tulisan/coretan cetakan
kurang sempurna), atau pemilih melakukan kesalahan dalam mencoblos, maka
pemilih mengembalikan surat suara kepada Ketua KPPS untuk menerima surat
suara baru. Dan penggantian hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali. Kemudian Ketua
KPPS menulis kata “Rusak” pada surat suara tersebut dan dimasukkan dalam
sampul khusus.

LANGKAH KE 9 – PEMILIH MENCOBLOS SURAT SUARA DI DALAM BILIK


SUARA
Anggota KPPS ke 5 melakukan kegiatan :
1. Mempersilahkan pemilih untuk memasuki bilik suara yang sudah kosong.
2. Membantu pemilih penyandang cacat atau tunanetra bila diminta oleh
pemilih dengan ketentuan:
a. Dibantu oleh anggota KPPS ke 6.
b. Pemilih yang tidak dapat berjalan, Anggota KPPS ke 5 dan ke 6 membantu pemilih
menuju bilik pemberian suara, dan pencoblosan surat suara dilakukan pemilih
sendiri.
c. Pemilih yang tidak mempunyai keduabelah tangan dan pemilih tunanetra,
anggota KPPS ke 5 membantu melakukan pencoblosan surat suara sesuai
kehendak pemilih dengan disaksikan oleh anggota KPPS ke 6.
d. Pemilih tunanetra, tunadaksa, atau yang memiliki halangan fisik lain dapat
meminta bantuan orang lain (selain anggota KPPS ke 5 dan ke 6) dengan
ketentuan pencoblosan dilakukan oleh pemilih sendiri dengan bantuan orang lain
tersebut.
e. Anggota KPPS atau orang lain yang membantu pemilih tunanetra, tunadaksa,
atau yang memiliki halangan fisik lain, wajib merahasiakan pilihan pemilih yang
bersangkutan, dengan menandatangani surat pernyataan dengan menggunakan
formulir Model C7-KWK.KPU.

LANGKAH KE 10 – MEMASUKKAN SURAT SUARA KE KOTAK SUARA


A. Pemilih : Setelah mencoblos surat suara, pemilih melipat kembali surat suara
seperti semula sehingga tanda tangan Ketua KPPS tetap terlihat dan tanda
coblosnya tidak dapat dilihat.
Pemilih menuju ke tempat kotak suara dan memperlihatkan kepada Ketua KPPS
bahwa surat suara dalam keadaan terlipat, kemudian surat suara dimasukkan ke
dalam kotak suara.
B. Anggota KPPS ke 6 : Wajib senantiasa mengawasi dan memastikan pemilih
memasukkan surat suaranya ke dalam kotak suara tanpa menyentuhnya.

LANGKAH KE 11 – MENCELUPKAN SALAH SATU JARI TANGAN KE TINTA


Anggota KPPS ke 7 :
Menandai pemilih dengan tinta khusus dengan cara memberi tanda atau
mencelupkan salah satu jari tangan ke botol tinta khusus yang tersedia.
Dengan dibantu oleh petugas keamanan, mempersilahkan pemilih meninggalkan
lingkungan yang dibatasi di dalam TPS.

LANGKAH KE 12 – PENUTUPAN PEMUNGUTAN SUARA


Ketua KPPS :
1. Menjelang pukul 13.00 waktu setempat, Ketua KPPS mengumumkan bahwa rapat
pemungutan suara akan ditutup.
2. Seluruh pemilih yang berada di sekitar TPS yang belum mendaftar, diminta
mendaftarkan diri. Siapapun tidak diperbolehkan memberikan suara setelah
penutupan pukul 13.00 kecuali :
a. Pemilih yang telah menunggu giliran dan sudah mendapat nomor urut.
b. Anggota KPPS
c. Saksi dan petugas keamanan TPS yang membawa surat pemberitahuan untuk
memberikan suara di TPS yang bersangkutan.
d. Pemilih dari TPS lain.
3. Setelah pemilih memberikan suara, Ketua KPPS mengumumkan bahwa
pemungutan suara telah selesai dan akan dilanjutkan dengan Rapat Penghitungan
Suara.
4. Memberitahukan bahwa pemilih, saksi, pemantau, wartawan dan lain-lain
diundang untuk menyaksikan penghitungan suara (tanpa mengganggu proses
pelaksanaannya).

LANGKAH KE 13 – MENGAMANKAN SURAT SUARA YANG TIDAK TERPAKAI


DAN RUSAK
Anggota KPPS ke 3 : mengamankan surat suara yang tidak digunakan dan
surat suara yang rusak/keliru coblos.
7. Bagaimana Perhitungan Perolehan Suara?
Mekanisme Pemungutan Dan Penghitungan Suara Pemilu
Hompimpers, saat ini disemua berita dalam media cetak dan elektronik seakan terpusat pada event
yang diselenggarakan oleh negara pada tanggal 15 Februari 2017 (Pilkada) terutama Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, dalam media sosial pun demikian, bahkan efek dari
Pilkada ini bagi sebagian orang (diluar wilayah pemilihan) membuat tidak nyaman. Sebelum kita
membahas hasil pemungutan suara atau 'siapakan yang akan menjadi bupati, gubernur, atau presiden ?'
sebaiknya kita meluangkan waktu sejenak untuk mempelajari bagaimana mekanisme KPU
mengkonversi dari suara menjadi sebuah hasil pemilu dalam suatu daerah.
Pemungutan Suara
Adalah proses memberikan suara dari seorang pemilih kepada pada salah satu calon atau partai, jalan
seseorang untuk dapat memilih cukup panjang ceritanya, dari pendataan hingga masuk dalam DPT
kemudian dapat memberikan suara. Pemungutan suara biasa dilakukan pada saat jam 07.00 s/d 13.00
dalam hari libur atau diliburkan. Berikut beberapa kriteria sehingga sebuah suara dianggap sah untuk
dihitung, antara lain :

1. Tanda coblos pada nomor urut pasangan calon.


2. Tanda coblos pada foto pasangan calon.
3. Tanda coblos pada nama pasangan calon.
4. Tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada pasangan yang sama.
5. Tanda coblos pada garis kotak pasangan calon
6. Tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada nomor urut pasangan calon yang sama.
7. Tanda coblos lebih dari 1 (satu kali pada foto pasangan calon yang sama.
8. Tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada nama pasangan calon yang sama.

Pemungutan suara biasanya akan ditutup pada jam 13.00, dan selesai dilakukan apabila Ketua KPPS
telah menutup TPS, kemudian dilanjutkan dengan penghitungan suara (setelah biasanya istirahat 30
menit).

Penghitungan Suara Di TPS


Proses penghitungan suara biasanya dimulai dengan membuka gembok yang tersegel didepan para
saksi calon dan pengawas lapangan, kemudian mengeluarkan seluruh surat suara dan kemudian
menghitungnya satu persatu. Salah satu petugas KPPS mengambil suara satu-persatu, kemudian surat
suara dan membacakan hasilnya salah satu petugas KPPS yang lainnya mencatat hasil tersebut kedalam
sebuah Form C1 Plano yang ditulis dengan menggunakan tally.
Dalam Form C1 Plano selain terdapat perolehan suara dalam bentuk tally, dibagian akhir terdapat
rekapitulasi perolehan suara calon dalam 1 TPS dalam bentuk angka dan huruf (terbilang), hasil dari
yang tertuls dalam Form C1 Plano yang diangkap paling sakral dan benar karena beberapa dokumen
yang tertulis selain dalam Form C1 Plano rawan akan kekeliruan, karena sifatnya menyalin (dan jumlah
yang banyak).

Form C1 & Lampiran C1 (Sertifikat Hasil


Penghitungan Suara)
Salah satu hasil dari penghitungan suara di TPS adalah C1 dan Lampiran C1, kita mengenal form ini
pada saat ada www.kawalpemilu.org yang sangat ramai dibicarakan pada saat Pilpres, walaupun
sebetulnya KPU sendiri memiliki aplikasi yang sama namun kelihatannya kurang ramai dibicarakan.
Sebetulnya C1 dan lampiran C1 adalah hasil salinan dari C1 Plano yang telah kita bahas diatas, Nah...
formulir C1 ini harus didistribusikan setidaknya sejumlah 6 buah + jumlah saksi calon, karena
jumlahnya yang banyak dan proses menyalin inilah 'kadang-kadang' menyebabkan form C1 salah
dalam menulis dan/atau menjumlah, seperti berikut

Kepedulian kita untuk mengawasi hasil pemilu dan mengawal 1 suara pemilu dapat dilakukan dengan
cara memantau hasil penghitungan suara di TPS masing-masing, melalui website resmi KPU
(pilkada2017.kpu.go.id/) atau melalui media eksternal seperti kawalpemilu.org atau kawalpilkada.id.

Bagaimana Apabila Ada Kesalahan Dalam C1


Dan Lampiran ?
Apa yang tertulis dalam C1 dan Lampiran bukanlah merupaan hasil final, kebijakan KPU yang
merelease hasil C1 Scan adalah untuk menjawab keinginan masyarakan terhadap hasil pemilu yang
cepat dan transparan. Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan C1 dan Lampiran dapat dilakukan
perubahan (dengan Berita Acara) pada saat pleno ditingkat atasnya (PPS/PPK). Siapa saja yang
menemukan kesalahan mulai dari calon, saksi, pengawas pemilu, PPS, bahkan KPPS sendiri dapat
melaporkan dan memberikan klarifikasi.

Rekapitulasi Hasil Suara Di Kecamatan (PPK)


Rekapitulasi penghitungan suara ditingkat kecamatan adalah next step dari perjalanan penghitungan
suara setelah ditingkat TPS (sebelumnya terdapat pleno ditingkat desa, namun sekarang dihilangkan),
penghitungan suara tingkat PPK dilakukan dengan rapat pleno terbuka dihadapan saksi calon, tokoh
masyarakat, pps, dan semua stake holder, penghitungan suara dimulai dengan membuka satu-satu kota
suara yang berisi C1 plano, C1, dan Lampiran C1 dari TPS, dibacakan oleh ketua PPK dan disalin
dalam Formulir DA atau formulir hasil penghitungan suara tingkat Kecamatan oleh PPK, selanjutnya
Formulir DA tersebut menjadi dasar rekapitulasi tingkat Kabupaten. Apabila ada kesalahan penulisan
dan/atau penjumlahan dalam formulir ini dapat diperbaiki di rapat pleno penghitungan suara tingkat
diatasnya.

Rekapitulasi Penghitungan Suara Tingkat


Kabupaten.
Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Bupati/Walikota) rekapitulasi tingkat kabupaten/kota adalah tingkat
terakhir dari perjalanan suara. Mekanisme penghitungan suara ditingkat Kabupaten sama dengan
tingkat sebelumnya yaitu dilakukan dalam sebuah rapat Pleno terbuka dihadapan stake holder, hasil
rekapitulasi tingkat kabupaten tertulis dalam formulir DB, form DB ini menjadi dasar penentuan siapa
yang mendapatkan perolehan suara terbanyak dan sebagai pemenang dalam Pilkada, apabila calon
tidak puas terhadap hasil rekapitulasi maka dapat dituliskan dalam form keberatan serta melakukan
gugatan hasil pemilu ke MK (Mahkamah Konstitusi).

9. Bagaimana Rekapitulasi Perhitungan Perolehan Suara?

Rekapitulasi Penghitungan Suara di


Kecamatan (pilpres)
Rekapitulasi Penghitungan Suara di Kecamatan
Pasal 141
(1) PPK membuat berita acara penerimaan hasil penghitungan
suara Pasangan Calon dari TPS melalui PPS.
(2) PPK melakukan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan
suara Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam rapat yang dihadiri saksi Pasangan Calon dan Panwaslu
kecamatan.
(3) Rekapitulasi penghitungan suara dilakukan dengan membuka
kotak suara tersegel untuk mengambil sampul yang berisi
berita acara pemungutan suara dan sertifikat hasil
penghitungan suara, kemudian kotak ditutup dan disegel
kembali.
(4) PPK membuat berita acara rekapitulasi hasil penghitungan
perolehan suara Pasangan Calon dan membuat sertifikat
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara.
(5) PPK mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan
perolehan suara Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) di tempat umum.
(6) PPK menyerahkan berita acara rekapitulasi hasil
penghitungan perolehan suara Pasangan Calon dan sertifikat
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara tersebut
kepada saksi Pasangan Calon, Panwaslu kecamatan, dan KPU
kabupaten/kota.
Pasal 142
(1) Panwaslu kecamatan wajib menyampaikan laporan atas
dugaan adanya pelanggaran, penyimpangan, dan/atau
kesalahan dalam pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan
perolehan suara Pasangan Calon kepada PPK.
(2) Saksi Pasangan Calon dapat menyampaikan laporan dugaan
adanya pelanggaran, penyimpangan, dan/atau kesalahan
dalam pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan
suara Pasangan Calon kepada PPK.
(3) PPK wajib langsung menindaklanjuti laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pada hari pelaksanaan
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pasangan
Calon.
Pasal 143 . . .
– 65 –
Pasal 143
(1) Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di PPK
dituangkan ke dalam berita acara rekapitulasi hasil
penghitungan perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi hasil
penghitungan perolehan suara Pasangan Calon dengan
menggunakan format yang ditetapkan dalam peraturan KPU.
(2) Berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara
dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara
Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh seluruh anggota PPK dan saksi Pasangan
Calon yang hadir.
(3) Dalam hal terdapat anggota PPK dan saksi Pasangan Calon
yang hadir, tetapi tidak bersedia menandatangani
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berita acara rekapitulasi
hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat rekapitulasi
hasil penghitungan perolehan suara Pasangan Calon
ditandatangani oleh anggota PPK dan saksi Pasangan Calon
yang hadir yang bersedia menandatangani.
Pasal 144
PPK wajib menyerahkan kepada KPU kabupaten/kota surat suara
Pasangan Calon dari TPS dalam kotak suara tersegel serta berita
acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan
sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara
Pasangan Calon di tingkat PPK yang dilampiri berita acara
pemungutan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara dari
TPS.
Pasal 145
(1) PPLN melakukan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan
suara Pasangan Calon dari seluruh KPPSLN di wilayah
kerjanya serta melakukan penghitungan perolehan suara yang
diterima melalui pos dengan disaksikan oleh saksi Pasangan
Calon yang hadir dan Pengawas Pemilu Luar Negeri.
(2) PPLN wajib membuat dan menyerahkan berita acara
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan sertifikat
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dari seluruh
KPPSLN di wilayah kerjanya kepada KPU.
Bagian Ketiga . . .

10. dan Pengetahuan Kewilayaahan.

17 Peukan Baro Mesjid Dua Paya


Cot Meulu
Dayah Bubue
Tanjong Hagu
Sumboe Buga
Rambayan Kupula
Rambayan Lueng
Guci Rumpong Cempala Kuneng
Peunayong
Leuhop
Kumbang Waido
Gampong Waido
Mee Krukon
Mee Lampoh Saka
Meunasah Lueng
Dayah Seumideun
Mesjid Guci Rumpong
Reuba Waido
Bambi Dayah Tungku
Jurong Raya
Balee Restong
Lueng Mesjid
Teungoh Baroh
Mee Hagu
Dayay Sukon
Pineung Blang Raya
Balee
Menjee Mesjid
Me Tanoh
Sialet-alet
Bluk Arab
Pu’uk
Dayah Muara
Sawiet
Ulee Tutue
Jim
Keutapang
Meuleuweuk
Jurong
Meunasah Raya
Meunasah Sukon
Mee Kr. Seumideun
Meunasah Blang
Meunasah Krumbok
Ulee Cot Seupeng
Meunasah Kabat
Meunasah Gampong

Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Panwaslu


Kabupaten Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 2017
Tugas, wewenang, dan kewajiban Panwaslu Kabupaten/Kota berpedoman pada ketentuan Pasal 101, pasal
102, dan pasal 103 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
TUGAS BAWASLU
Bawaslu Kabupaten/Kota memiliki tugas sesuai Pasal 101:
 melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah kabupaten/ kota terhadap pelanggaran pemilu dan
sengketa proses Pemilu.
 mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota, yang terdiri atas:
1. Pemutakhiran data pemilih, penetapan daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tetap;
2. Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan anggota DPRD
kabupaten/kota;
3. Penetapan calon anggota DPRD kabupaten/kota;
4. Pelaksanaan kampanye dan dana kampanye;
5. Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;
6. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu;
7. Pengawasan seluruh proses penghitungan suara di wilayah kerjanya;
8. Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertilikat hasil penghitungan suara dari
tingkat TPS sampai ke PPK;
9. Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota dari seluruh kecamatan;
10. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan; dan
11. Proses penetapan hasil Pemilu anggota DPRD kabupaten/kota;
 Mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah kabupaten/kota;
 Mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini;
 Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan di wilayah kabupaten/kota, yang terdiri atas:
1. Putusan DKPP;
2. Putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan sengketa Pemilu;
3. Putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/ Kota;
4. Keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota; dan
5. Keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta
dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang ini.
 Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta melaksanakan penlrusutannya berdasarkan jadwal
retensi arsip sesuai dengan ketenhran peraturan perundang-undangan;
 Mengawasi pelaksanaan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota;
 Mengevaluasi pengawasan Pemilu di wilayah kabupaten/kota; dan
 Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sementara itu, Pasal 102 menyebutkan:
 Dalam melakukan pencegahan pelanggaran Pemilu dan pencegahan sengketa proses Pemilu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 huruf a, Bawaslu Kabupaten/Kota bertugas:
1. mengidentilikasi dan memetakan potensi pelanggaran Pemilu di wilayah kabupaten/kota;
2. mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing, memantau, dan mengevaluasi Penyelenggaraan
Pemilu di wilayah kabupaten/ kota;
3. melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah dan pemerintah daerah terkait; dan
4. meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu di wilayah kabupaten/kota.
 Dalam melakukan penindakan pelanggaran Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 huruf a,
Bawaslu Kabupaten/ Kota bertugas:
1. menyampaikan hasil pengawasan di wilayah kabupaten/kota kepada Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi
atas dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu dan/atau dugaan tindak pidana Pemilu di wilayah
kabupaten/kota;
2. menginvestigasi informasi awal atas dugaan pelanggaran Pemilu di wilayah kabupaten/kota
3. memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran Pemilu di wilayah kabupaten / kota;
4. memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran administrasi Pemilu; dan
5. merekomendasikan tindak lanjut pengawasan atas pelanggaran Pemilu di wilayah kabupaten/kota
kepada Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi.
 Dalam melakukan penindakan sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 huruf
a, Bawaslu Kabupaten/ Kota bertugas:
1. menerima permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah kabupaten/kota;
2. memverifikasi secara formal dan materiel permohonan sengketa proses Pemilu di wilayah
kabupaten/kota;
3. melakukan mediasi antar pihak yang bersengketa di wilayah kabupaten/ kota;
4. melakukan proses adjudikasi sengketa proses Pemilu di wilayah kabupaten/kota apabila mediasi belum
menyelesaikan sengketa proses Pemilu; dan
5. memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah kabupaten/kota.
KEWENANGAN PANWASLU
Kewenangan Panwaslu Kabupaten/Kota tertuang dalam Pasal 103 menyebutkan, Bawaslu Kabupaten/Kota
berwenang:
1. menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan pelanggaran terhadap
pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Pemilu;
2. memeriksa dan mengkaji pelanggaran Pemilu di wilayah kabupaten/kota serta merekomendasikan hasil
pemeriksaan dan pengkajiannya kepada pihak-pihak yang diatur dalam Undang-Undang ini;
3. menerima, memeriksa, memediasi atau mengadjudikasi, dan ‘ memuhrs penyelesaian sengketa proses
Pemilu di wilayah kabupaten/kota;
4. merekomendasikan kepada instansi yang bersangkutan mengenai hasil pengawasan di wilayatr
kabupaten/kota terhadap netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini;
5. mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban Panwaslu Kecamatan setelah
mendapatkan pertimbangan Bawaslu Provinsi apabila Panwaslu Kecamatan berhalangan sementara akibat
dikenai sanksi atau akibat lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. meminta bahan keterangan yang dibuhrhkan kepada pihak terkait dalam rangka pencegatran dan
penindakan pelanggaran Pemilu dan sengketa proses Pemilu di wilayah kabupaten/kota;
7. membentuk Panwaslu Kecamatan dan mengangkat serta memberhentikan anggota Panwaslu
Kecamatan dengan memperhatikan masukan Bawaslu Provinsi, dan
8. melaksanakan wewenang lain sesuai dengal ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 104
Sementara itu, berdasarkan Pasal 104, Bawaslu Kabupaten/Kota berkewajiban:
1. bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenangnya;
2. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pengawas Pemilu pada tingkatan
di bawahnya;
3. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Bawaslu Provinsi sesuai dengan tatapan Pemilu
secara periodik dan/ atau berdasarkan kebutuhan;
4. menyampaikan temuan dan laporan kepada Bawaslu Provinsi berkaitan dengan dugaan pelanggaran
yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tatrapan
Pemilu di tingkat kabupaten/kota;
5. mengawasi pemutakhiran dan pemeliharaan data pemilih secara berkelanjutan yang dilakukan oleh
KPU Kabupaten/Kota dengan memperhatikan data kependudukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
6. mengembangkan pengawasan Pemilu partisipatif; dan
7. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tugas, Wewenang Panwas Kecamatan, PPL dan Pengawas TPS


Berdasarkan Undang Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang Undang
Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang Undang
Pasal 33
Tugas dan wewenang Panwas Kecamatan dalam Pemilihan meliputi :
a. mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilihan di wilayah Kecamatan yang meliputi:
1. pemutakhiran data Pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan Daftar Pemilih
Sementara dan Daftar Pemilih Tetap;
2. pelaksanaan Kampanye;
3. perlengkapan Pemilihan dan pendistribusiannya;
4. pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara hasil Pemilihan;
5. penyampaian surat suara dari TPS sampai ke PPK;
6. proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh PPK dari seluruh TPS; dan;
7. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilihan lanjutan, dan
Pemilihan susulan;
b. mengawasi penyerahan kotak suara tersegel kepada KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota;
c. menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap tahapan penyelenggaraan Pemilihan yang
dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan sebagaimana dimaksud pada huruf a;
d. menyampaikan temuan dan laporan kepada PPK untuk ditindaklanjuti;
e. meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi
yang berwenang;
f. mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilihan;
g. memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan laporan mengenai
tindakan yang mengandung unsur tindak pidana Pemilihan; dan
h. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh peraturan perundang-
undangan.
Pasal 34
Dalam Pemilihan, Panwas Kecamatan wajib:
a. bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya;
b. menyampaikan laporan kepada Panwas Kabupaten/Kota berkaitan dengan adanya dugaan
tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilihan di tingkat
Kecamatan;
c. menyampaikan laporan pengawasan atas tahapan penyelenggaraan Pemilihan di wilayah
kerjanya kepada Panwas Kabupaten/Kota;
d. menyampaikan temuan dan laporan kepada Panwas Kabupaten/Kota berkaitan dengan
adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh PPK yang mengakibatkan terganggunya
penyelenggaraan tahapan Pemilihan di tingkat Kecamatan; dan
e. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.
Pasal 35
Tugas dan wewenang PPL meliputi:
a. mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilihan di tingkat Desa atau sebutan
lain/Kelurahan yang meliputi:
1. pelaksanaan pemutakhiran data Pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan
Daftar Pemilih Sementara, daftar Pemilih hasil perbaikan, dan Daftar Pemilih Tetap;
2. pelaksanaan Kampanye;
3. perlengkapan Pemilihan dan pendistribusiannya;
4. pelaksanaan pemungutan suara dan proses penghitungan suara di setiap TPS;
5. pengumuman hasil penghitungan suara di setiap TPS;
6. pengumuman hasil penghitungan suara dari TPS yang ditempelkan di sekretariat PPS;
7. penyampaian surat suara dari TPS sampai ke PPK; dan
8. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilihan lanjutan, dan
Pemilihan susulan.
b. menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap tahapan penyelenggaraan Pemilihan yang
dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. meneruskan temuan dan laporan dugaan pelanggaran terhadap tahapan penyelenggaraan
Pemilihan sebagaimana dimaksud pada huruf b kepada instansi yang berwenang;
d. menyampaikan temuan dan laporan kepada PPS dan KPPS untuk ditindaklanjuti;
e. memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan laporan tentang
adanya tindakan yang mengandung unsur tindak pidana Pemilihan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
f. mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilihan; dan
g. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh Panwas Kecamatan.
Pasal 36
Dalam Pemilihan, PPL wajib:
a. bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya;
b. menyampaikan laporan kepada Panwas Kecamatan berkaitan dengan adanya dugaan
tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilihan di tingkat
Desa atau sebutan lain/Kelurahan;
c. menyampaikan temuan dan laporan kepada Panwas Kecamatan berkaitan dengan adanya
dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh PPS dan KPPS yang mengakibatkan terganggunya
penyelenggaraan tahapan Pemilihan di tingkat Desa atau sebutan lain/Kelurahan;
d. menyampaikan laporan pengawasan atas tahapan penyelenggaraan Pemilihan di wilayah
kerjanya kepada Panwas Kecamatan; dan
e. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh Panwas Kecamatan.
Pasal 27 ayat (3) Tugas dan wewenang Pengawas TPS: a. mengawasi persiapan pemungutan
dan penghitungan suara; b. mengawasi pelaksanaan pemungutan suara; c. mengawasi
persiapan penghitungan suara; d. mengawasi pelaksanaan penghitungan suara; e.
menyampaikan keberatan dalam hal ditemukannya dugaan pelanggaran, kesalahan, dan/atau
penyimpangan administrasi pemungutan dan penghitungan suara; dan f. menerima salinan
berita acara dan sertifikat pemungutan dan penghitungan suara. (4) Kewajiban Pengawas
TPS: a. menyampaikan laporan hasil pengawasan pemungutan dan penghitungan suara; b.
menyampaikan laporan dugaan pelanggaran pidana pemilihan yang terjadi di TPS kepada
Panwas Kecamatan melalui PPL; c. menyampaikan dokumen hasil pemungutan dan
penghitungan suara kepada PPL; dan d. melaksanakan kewajiban lain yang diperintahkan
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan Ketentuan Pasal 6 Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik


Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas
Pemilihan Umum Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum
1. (4) Panwaslu Kecamatan melakukan pengawasan terhadap :
a. tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan atau nama lain yang meliputi:
1. pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan daftar
pemilih sementara dan daftar pemilih tetap;
2. verifikasi partai politik calon Peserta Pemilu;
3. proses pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan serta
verifikasi faktual dukungan calon perseorangan gubernur, bupati atau walikota;
4. pelaksanaan kampanye di wilayah kerjanya;
5. perlengkapan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;
6. pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara;
7. pergerakan surat suara dari TPS sampai ke PPK;
8. proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh PPK dari hasil rekapitulasi di seluruh
PPS; dan
9. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu
susulan.
b. menindaklanjuti Emuan dan Laporan Pelanggaran Pemilu;
c. pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu;
d. pelaksanaan tindaklanjut rekomendasi Pengawas Pemilu; dan
e. pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud huruf a, huruf b, dan huruf c
berdasarkan perintah Panwaslu Kabupaten/Kota.
2. (5) Pengawas Pemilu Lapangan melakukan pengawasan terhadap :
a. tahapan penyelenggaraan Pemilu di tingkat desa atau nama lain/kelurahan yang
meliputi:
1. pelaksanaan pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan
penetapan daftar pemilih sementara, daftar pemilih hasil perbaikan, dan daftar pemilih
tetap;
2. verifikasi partai politik calon Peserta Pemilu;
3. verifikasi faktual dukungan calon perseorangan gubernur, bupati atau walikota;
4. pelaksanaan kampanye di wilayah kerjanya;
5. perlengkapan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;
6. pelaksanaan pemungutan suara dan proses penghitungan suara di setiap TPS;
7. pengumuman hasil penghitungan suara di setiap TPS;
8. pengumuman hasil penghitungan suara dari TPS yang ditempelkan di sekretariat PPS;
9. pergerakan surat suara dari TPS sampai ke PPK; dan
10. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu
susulan.
b. menindaklanjuti Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilu;
c. pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu;
d. pelaksanaan tindaklanjut rekomendasi Pengawas Pemilu; dan
e. pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf
d berdasarkan perintah Panwaslu Kabupaten/Kota melalui Panwaslu Kecamatan.
3. (5a) Pengawas TPS dalam membantu PPL dalam melakukan pengawasan
mempunyai tugas dan wewenang :
a. mengawasi persiapan pemungutan dan penghitungan suara;
b. mengawasi pelaksanaan pemungutan suara;
c. mengawasi persiapan penghitungan suara;
d. mengawasi pelaksanaan penghitungan suara;
e. menyampaikan keberatan dalam hal ditemukannya dugaan pelanggaran, kesalahan,
dan/atau penyimpangan administrasi pemungutan dan penghitungan suara;
f. menerima salinan berita acara dan sertifikat pemungutan dan penghitungan suara; dan
g. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh PPL sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Subyek Penanggungjawab Pemilihan
1. Pengawasan penyelenggaraan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati menjadi
tanggungjawab bersama antara Bawaslu, Bawaslu Propinsi, Panwas Kabupaten, Panwas
Kecamatan, PPL dan Pengawas TPS.
2. Masyarakat Publik terdiri dari Pemilih, Peserta, Pemantau, LSM, Perguruan Tinggi
serta masyarakat umum

Anda mungkin juga menyukai