Anda di halaman 1dari 3

EKSEPSI

Terdakwa : SARIP bin SAMAD


Didakwa : Pasal 335 ayat (1) ke 1 KUHP.

Majelis Hakim dan Saudara Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati.
Setelah kami Tim Penasehat Hukum mempelajari Surat Dakwaan Jaksa PU tanggal 09 April 2002 terhadap
Terdakwa yang dibacakan oleh Jaksa PU dalam sidang tanggal 21 April 2002 - seminggu yang lalu, maka pada
sidang hari ini perkenankanlah kami Tim Penasehat Hukum mengajukan dan membacakan eksepsi yang
selengkapnya adalah sebagai berikut.

I. KEBERATAN PERTAMA.
Bahwa Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum adalah obacuur libel, tidak jelas dan kabur, dan oleh karenanya
tidak memenuhi syarat materiil surat dakwaan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP,
alasannya sebagai mana diurai berikut ini.
1. Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP menetapkan syarat tentang isi surat dakwaan ialah “harus berupa uraian
secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebut waktu dan
tempat tindak pidana dilakukan”.
2. Bahwa yang dimaksud dengan cermat, jelas dan lengkap, tidak saja menyebut seluruh unsur beserta dasar
hukum (pasal) dari peraturan perundang-undangan pidana yang didakwakan, melainkan juga menyebut secara
cermat, jelas dan lengkap tentang unsur-unsur tindak pidana pasal yang didakwakan yang harus jelas pula
kaitannya atau hubungannya dengan peristiwa atau kejadian nyata yang didakwakan.
3. Bahwa di dalam surat dakwaan tidaklah jelas atau kabur antara unsur-unsur tidak pidana Pasal 335 ayat (1) butir
1 KUHP yang didakwakan dengan peristiwa yang didakwakan. Atau dengan kata lain unsur-unsur pasal yang
didakwakan yang dimuat dalam surat dakwaan tidak nyambung dengan peristiwa yang didakwakan.
4. Untuk lebih jelasnya Pasal 335 ayat (1) butir 1 KUHP terdapat unsur sebagai berikut:
a. Perbuatannya: memaksa (dwingen) orang;
b. Supaya orang itu: 1) melakukan sesuatu;
2) tidak melakukan sesuatu;
3) membiarkan sesuatu;
c. Caranya dengan: 1) a) kekerasan (geweld); atau
b) perbuatan lain (dari kekerasa);
c) perlakuan tidak menyenangkan;
2) a) ancaman kekerasan (bedreiging met
geweld); atau
b) perbuatan lain (dari ancaman kekerasan);
c) perlakuan yang tidak menyenangkan;
d. terhadap orang itu sendiri maupun orang lain.
5. Bahwa di dalam surat dakwaan Jaksa PU, seluruh unsur pasal 335 (1) butir 1 yang didakwakan tidak jelas, baik
wujudnya maupun kaitannya atau hubungannya dengan peristiwa apa yang didakwakan Jaksa PU tersebut,
terutama mengenai perbuatan memaksa, ialah:
a. Apa wujud perbuatan memaksa yang dilakukan terdakwa itu ?
b. Dengan cara apa perbuatan memaksa itu dilakukan ? Apakah dengan kekerasan ataukah dengan ancaman
kekerasan ataukah dengan cara perbuatan lain yang tidak menyenangkan, atau dengan cara apa yang lain ?
c. Kepada siapa perbuatan memaksa itu dilakukan ?
Surat dakwaan dikatakan jelas, apabila tiga pertanyaan diatas dapat dijawab atau ada jawabannya dalam
surat dakwaan. Tetapi kenyataannya, dalam surat dakwaan – pertanyaan tersebut tidaklah jelas jawabannya atau
tidak dapat dijawab di dalam surat dakwaan. Mengapa tidak jelas? Oleh karena peristiwa yang menjadi
peristiwa dakwaan adalah Terdakwa menyewa tanah yang kemudian setelah habis masa sewanya tidak
mengosongkan tanah sewanya. Peristiwa ini tidak ada hubungannya dan kaitannya dengan semua unsur-unsur
tindak pidana Pasal 335 ayat (3) KUHP yang didakwakan. Karena peristiwa tersebut adalah peristiwa perdata
dan bukan peristiwa pidana atau tindak pidana.
Dalam surat dakwaan, seharusnya dijelaskan tentang wujud perbuatan memaksanya, termasuk juga
bagaimana caranya memaksa, atau dengan cara bagaimana dalam melakukan perbuatan memaksa, kalau
dengan kekerasan wujudnya apa, apakah dengan memukul, atau kalau dengan ancaman kekerasan apakah
dengan hendak memukul atau mengalungi clurit, atau dengan cara yang lain? Lalu perbuatan memaksa dan
wujud cara kekerasan atau ancaman kekerasan atau perbuatan yang tidak menyenangkan seperti itu ditujukan
kepada siapa? Semua tidak jelas. Surat dakwaan yang tidak jelas seperti ini terancam batal demi hukum (Pasal
143 ayat 3 KUHAP).
Ada kemungkinan saudara Jaksa PU memang tidak memahami makna norma rumusan dari Pasal 335 (1)
KUHP ini secara baik dan benar, sehingga isi surat dakwannya kabur dan tidak jelas seperti ini. Mohon diingat
pak Jaksa, bahwa perlakuan tidak menyenangkan (wel met eene onaangenamen) bukan kualifikasi kejahatan,
atau juga bukan unsur perbuatan materill (perbuatan yang dilarang) dalam Pasal 335 ayat (1) KUHP, akan tetapi
salah satu cara dari melakukan perbuatan memaksa (dwingen). Pak Jaksa, mana perbuatan memaksanya
dalam dakwaan? Tidak ada bukan?, alias tidak jelas apa wujud dari perbuatan memaksa yang bapak dakwakan
itu? Surat dakwaan yang obscuur libel seperti ini harus dinyatakan batal demi hukum.

II. KEBERATAN KEDUA.


Keberatan kedua, ialah bahwa peristiwa yang menjadi dakwaan Jaksa PU ini adalah peristiwa yang tidak
termasuk dalam ruang lingkup perkara pidana atau tindak pidana, melainkan masuk ruang lingkup perkara perdata,
sebagaimana diurai dibawah ini.
1. Bahwa menurut isi surat dakwaan Jaksa PU, bahwa terdakwa menyewa tanah seluas 28 M2 pada almarhum
Ngatemun. Sebelum masa sewa berakhir, tanah dijual oleh ahli waris Ngatemun kepada Sdr. RUSMAN
JUARSA. Namun kemudian terdakwa tidak hendak mengosongkan tanah yang disewa yang telah habis masa
sewanya itu. Begitulah peristiwa yang didakwakan oleh Jaksa PU. Jika isi surat dakwaan seperti itu, atau
peristiwa seperti itu yang didakwakan, maka peristiwa tersebut adalah seratus persen adalah peristiwa perdata,
adalah berupa wanprestasi, bukan berupa tindak pidana, lebih-lebih lagi tindak pidana sebagaimana yang
dirumuskan dalam Pasal 335 ayat (1) KUHP. Jelas dan nyata sekali bahwa peristiwa yang menjadi dakwaan
Jaksa PU ini tidak nyambung dengan Pasal 335 (1) KUHP atau ketentuan pidana manapun juga.
2. Bahwa baik jugalah kami jelaskan bahwa sebenarnya peristiwa perdata yang didakwakan juga salah sasaran
alias tidak kena, karena tanah yang menjadi obyek perjanjian sewa adalah tanah yang lain dari yang
dimaksudkan oleh JPU dalam surat dakwaan. Dalam hal ini JPU memang tidak memahami tentang isi dan seluk
beluk perjanjian ini, sebagaimana juga tidak memahami mengenai norma kejahatan Pasal 335 KUHP.
Sebagaimana yang sesungguhnya terjadi ialah perjanjian sewa tanah antara terdakwa dengan Ngatemun
dilakukan dua kali terhadap dua obyek tanah yang berbeda, ialah:
a. Yang pertama terhadap obyek pekarangan teras rumah yang berakhir tanggal 1-11- 2000; akan tetapi--------
----
b. Yang kedua terhadap obyek tanah yang kini didirikan warung yang ditempati terdakwa, perjanjian sewanya
adalah akan berakhir dalam tahun 2005, dan obyek tanah mana kini yang tidak dikosongkan oleh
terdakwa, karena terdakwa berhak atasnya sampai tahun 2005 (persisnya tanggal 5-4-2005).
Bahwa menurut hukum hak penyewaan yang terbit dari perjanjian sewa menyewa tidak berakhir atau hapus
oleh sebab barang obyek sewa dijual oleh pemilik pada pihak ketiga.
3. Bahwa oleh karena itu kami Tim Penasehat Hukum Terdakwa menyarankan pada saudara JPU untuk
menyarankan pada orang yang bernama RUSMAN JUARSA atau si pemilik perusahaan dimana terdakwa
bekerja atau orang-orang suruhannya atau wakilnya yang sah, untuk menggunakan upaya hukum yang benar
apabila dia hendak minta pengosongan tanah sengketa dari tangan terdakwa, ialah dengan gugatan perdata.
4. Oleh sebab itu dengan ini kami Tim Penasehat Hukum tidak salah apabila kami menyampaikan bahwa cara-cara
pengusaha untuk memutuskan hubungan kerja (PHK) buruhnya dengan membuat kondisi seolah-olah buruh
telah melakukan tindak pidana, seperti pada terdakwa ini sering dilakukan oleh banyak pengusaha. Kami
khawatir cara inipun telah digunakan oleh Pengusaha untuk memecat terdakwa dari pekerjaannya. Maksudnya
agar dalam hal memutuskan hubugan kerja (PHK) terhadap buruhnya tersebut, sang pengusaha/majikan dapat
terbebas dari melaksanakan kewajiban-kewajiban terhadap buruh yang di PHKnya, seperti pesangon dan uang
lain-lain yang menjadi haknya.
Berdasarkan atas dua keberatan sebagaimana yang telah diuraikan tersebut diatas, maka dengan ini kami Tim
Penasehat Hukum Terdakwa, mohon agar Majelis Hakim tentang eksepsi ini memutus sbb.:
1. Menerima eksepsi Tim Penasehat Hukum Terdakwa dengan alasan-alasannya;
2. Menyatakan bahwa peristiwa yang didakwakan oleh Jaksa PU dalam surat dakwaan adalah peristiwa perdata
dan tidak mengandung muatan tindak pidana;
3. Menyatakan bahwa surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum Nomor 181/APB/EPO.I/IV/2002 tanggal 09 April
2002 yang dibacakan dalam sidang tanggal 21 April 2002 adalah batal demi hukum; atau setidak-tidaknya;
4. Membatalkan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum No. 181/APB/EPO.1/IV/2002 tanggal 9 April 2002 yang
dibacakannya dalam sidang tanggal 21 April 2002; dan
5. Mengembalikan berkas perkara (BAP) pada JPU.
6. Memulihkan hak terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, harkat dan martabatnya sebagai orang yang tidak
bersalah yang telah dicemarkan nama baiknya oleh adanya penuntutan Jaksa Penuntut Umum ini.
Demikian eksepsi kami Tim Penasehat Hukum Terdakwa.
Bangil, 28 April 2002.
Hormat kami Tim Penasehat Hukum.
BKBH Fakultas Hukum Universitas Brawijya,

Anda mungkin juga menyukai