Majelis Hakim dan Saudara Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati.
Setelah kami Tim Penasehat Hukum mempelajari Surat Dakwaan Jaksa PU tanggal 09 April 2002 terhadap
Terdakwa yang dibacakan oleh Jaksa PU dalam sidang tanggal 21 April 2002 - seminggu yang lalu, maka pada
sidang hari ini perkenankanlah kami Tim Penasehat Hukum mengajukan dan membacakan eksepsi yang
selengkapnya adalah sebagai berikut.
I. KEBERATAN PERTAMA.
Bahwa Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum adalah obacuur libel, tidak jelas dan kabur, dan oleh karenanya
tidak memenuhi syarat materiil surat dakwaan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP,
alasannya sebagai mana diurai berikut ini.
1. Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP menetapkan syarat tentang isi surat dakwaan ialah “harus berupa uraian
secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebut waktu dan
tempat tindak pidana dilakukan”.
2. Bahwa yang dimaksud dengan cermat, jelas dan lengkap, tidak saja menyebut seluruh unsur beserta dasar
hukum (pasal) dari peraturan perundang-undangan pidana yang didakwakan, melainkan juga menyebut secara
cermat, jelas dan lengkap tentang unsur-unsur tindak pidana pasal yang didakwakan yang harus jelas pula
kaitannya atau hubungannya dengan peristiwa atau kejadian nyata yang didakwakan.
3. Bahwa di dalam surat dakwaan tidaklah jelas atau kabur antara unsur-unsur tidak pidana Pasal 335 ayat (1) butir
1 KUHP yang didakwakan dengan peristiwa yang didakwakan. Atau dengan kata lain unsur-unsur pasal yang
didakwakan yang dimuat dalam surat dakwaan tidak nyambung dengan peristiwa yang didakwakan.
4. Untuk lebih jelasnya Pasal 335 ayat (1) butir 1 KUHP terdapat unsur sebagai berikut:
a. Perbuatannya: memaksa (dwingen) orang;
b. Supaya orang itu: 1) melakukan sesuatu;
2) tidak melakukan sesuatu;
3) membiarkan sesuatu;
c. Caranya dengan: 1) a) kekerasan (geweld); atau
b) perbuatan lain (dari kekerasa);
c) perlakuan tidak menyenangkan;
2) a) ancaman kekerasan (bedreiging met
geweld); atau
b) perbuatan lain (dari ancaman kekerasan);
c) perlakuan yang tidak menyenangkan;
d. terhadap orang itu sendiri maupun orang lain.
5. Bahwa di dalam surat dakwaan Jaksa PU, seluruh unsur pasal 335 (1) butir 1 yang didakwakan tidak jelas, baik
wujudnya maupun kaitannya atau hubungannya dengan peristiwa apa yang didakwakan Jaksa PU tersebut,
terutama mengenai perbuatan memaksa, ialah:
a. Apa wujud perbuatan memaksa yang dilakukan terdakwa itu ?
b. Dengan cara apa perbuatan memaksa itu dilakukan ? Apakah dengan kekerasan ataukah dengan ancaman
kekerasan ataukah dengan cara perbuatan lain yang tidak menyenangkan, atau dengan cara apa yang lain ?
c. Kepada siapa perbuatan memaksa itu dilakukan ?
Surat dakwaan dikatakan jelas, apabila tiga pertanyaan diatas dapat dijawab atau ada jawabannya dalam
surat dakwaan. Tetapi kenyataannya, dalam surat dakwaan – pertanyaan tersebut tidaklah jelas jawabannya atau
tidak dapat dijawab di dalam surat dakwaan. Mengapa tidak jelas? Oleh karena peristiwa yang menjadi
peristiwa dakwaan adalah Terdakwa menyewa tanah yang kemudian setelah habis masa sewanya tidak
mengosongkan tanah sewanya. Peristiwa ini tidak ada hubungannya dan kaitannya dengan semua unsur-unsur
tindak pidana Pasal 335 ayat (3) KUHP yang didakwakan. Karena peristiwa tersebut adalah peristiwa perdata
dan bukan peristiwa pidana atau tindak pidana.
Dalam surat dakwaan, seharusnya dijelaskan tentang wujud perbuatan memaksanya, termasuk juga
bagaimana caranya memaksa, atau dengan cara bagaimana dalam melakukan perbuatan memaksa, kalau
dengan kekerasan wujudnya apa, apakah dengan memukul, atau kalau dengan ancaman kekerasan apakah
dengan hendak memukul atau mengalungi clurit, atau dengan cara yang lain? Lalu perbuatan memaksa dan
wujud cara kekerasan atau ancaman kekerasan atau perbuatan yang tidak menyenangkan seperti itu ditujukan
kepada siapa? Semua tidak jelas. Surat dakwaan yang tidak jelas seperti ini terancam batal demi hukum (Pasal
143 ayat 3 KUHAP).
Ada kemungkinan saudara Jaksa PU memang tidak memahami makna norma rumusan dari Pasal 335 (1)
KUHP ini secara baik dan benar, sehingga isi surat dakwannya kabur dan tidak jelas seperti ini. Mohon diingat
pak Jaksa, bahwa perlakuan tidak menyenangkan (wel met eene onaangenamen) bukan kualifikasi kejahatan,
atau juga bukan unsur perbuatan materill (perbuatan yang dilarang) dalam Pasal 335 ayat (1) KUHP, akan tetapi
salah satu cara dari melakukan perbuatan memaksa (dwingen). Pak Jaksa, mana perbuatan memaksanya
dalam dakwaan? Tidak ada bukan?, alias tidak jelas apa wujud dari perbuatan memaksa yang bapak dakwakan
itu? Surat dakwaan yang obscuur libel seperti ini harus dinyatakan batal demi hukum.