Manusia tercipta sebagai makhluk sosial. Membutuhkan orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya, dan harus berinteraksi dengan semua makhluk. Serta tak bisa hidup sendiri. Manusia adalah zoon politicon begitu kata Aritoteles. Akan tetapi secara sadar atau tidak kita sering berpikir jelek (negative thingking) pada orang lain, walaupun sebenarnya tak ada maksud buruk darinya. Jika kita sering menganggap remeh orang di sekitar kita, maka hasilnya tak lain ialah banyak orang akan menganggap remeh kita jua, pun mereka akan sulit percaya pada kita. Untuk itu kita harus percaya pada orang lain dan jangan selalu berburuk sangka pada mereka. Karena siapa saja yang berburuk sangka pada seseorang, niscaya mereka pun akan mudah berburuk sangka pada kita. Maka akan sulit menyakinkan orang tersebut bahwa perkataan kita itu benar. Jadi sering-seringlah kita berbaik sangka (berfikir positif) dalam mengarungi lautan kehidupan. Karena dengan positive thingking itulah tiada hal yang susah, tak ada masalah, dan semua urusan jadi lancar. Apalagi sekarang ini sedang musim ramadhan, kesempatan bagi umat muslim untuk memanen sebanyak-banyaknya “buah pahala” dengan cara berfikir positif. Pada hakikatnya, berbaik sangka tidak hanya pada seseorang saja. Kita juga perlu positive thingking untuk semua hal. Contoh gampangnya yaitu ketika seorang lelaki akan bertanding sepak bola, tapi sebelumnya sudah berpikiran bahwa timnya akan kalah. Maka saat bertanding, dia akan terbebani dengan problem itu dan kemenangan pun akan sulit digapai. Berbeda jika orang tersebut berprasangka timnyalah yang akan menang. Itu akan jadi tambahan spirit, dan piala kemenangan sudah menanti. “Saat kita berpikir positif pada dunia, dunia pun akan berpikir positif pada kita. Karena dunia itu bagai cermin yang selalu memantulkan bayangan kita.”
Agus sopar Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang