A. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan pada percobaan ini adalah untuk mengetahui cara penentuan kadar
multikomponen secara spektrofotometri UV-Vis.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Spektroskopi pada dasarnya adalah studi tentang hubungan antara materi
dan radiasi elektromagnetik. Saat ini, metode ini banyak digunakan untuk analisis
berbagai macam sampel. Ini dianggap sebagai salah satu alat efektif untuk studi
struktural baik atom maupun molekul (Mehmood dkk., 2015).
Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik yang paling sering
digunakan dalam analisis farmasi. Ini melibatkan pengukuran jumlah radiasi
ultraviolet atau visibel yang diserap oleh zat dalam larutan. Instrumen yang
mengukur rasio, atau fungsi rasio, intensitas dua berkas cahaya di daerah UV-Vis
disebut spektrofotometer Ultraviolet-Visible. Hukum dasar yang mengatur
analisis spektrofotometri kuantitatif adalah hukum Beer -Lambert. Hukum beer
menyatakan bahwa intensitas sinar radiasi monokromatik paralel menurun secara
eksponensial dengan jumlah molekul yang menyerap. Dengan kata lain,
absorbansi sebanding dengan konsentrasi. Hukum Lambert menyatakan bahwa
intensitas sinar radiasi monokromatik paralel menurun secara eksponensial saat
melewati media ketebalan homogen. Kombinasi kedua undang-undang ini
menghasilkan hukum Beer-Lambert (Behera dkk., 2012).
Metode spektroskopi UV adalah metode yang mudah dan sederhana untuk
perhitungan konstanta disosiasi. Spektroskopi UV-Vis melibatkan penyerapan
radiasi elektromagnetik dari kisaran 200-800 nm dan eksitasi elektron berikutnya
ke keadaan energi yang lebih tinggi. Penyerapan ultraviolet / cahaya tampak oleh
molekul organik terbatas pada kelompok fungsional tertentu (kromofor) yang
mengandung elektron valensi dari energi eksitasi rendah (Pathare dkk., 2014).
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah
berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu
larutan yang mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya.
Proses ini disebut “absorpsi spektrofotometri”, dan jika panjang gelombang yang
digunakan adalah gelombang cahaya tampak maka disebut sebagai “kolorimetri”,
karena memberikan warna (Lestari, 2010).
Biasanya larutan pembanding dalam spektrofotometri adalah pelarut murni
atau sesuatu macam larutan blanko yang mengandung sedikit zat yang akan
ditetapkan atau tidak sama sekali. Dengan menggunakan pembanding ini,
pengguna dapat menyetel suatu skala (Underwood, 2002).
Asetosal atau asam asetil salisilat merupakan jenis obat turunan salisilat.
Nama sistematis IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry)
asetosal adalah asam 2-asetilbenzoat asam asetat. Asetosal memiliki rumus
molekul C9H8O4 dengan berat molekul 180,16 g/mol, kelarutan dalam air 3
mg/mL (20°C) titik leleh 135°C merupakan kristal dengan pemerian serbuk
berwarna putih, tidak memiliki bau yang kuat (Kuntari dkk., 2017).
Parasetamol merupakan obat analgesik-antipiretik dengan sedikit efek
antiinflamasi yang digunakan secara luas di kalangan masyarakat. Dalam dunia
kedokteran, parasetamol dosis analgesik dinilai efektif dalam menangani nyeri
akut paska operasi derajat ringan sampai sedang.3 Tramadol adalah analgesik
opioid lemah yang bekerja sentral dengan cara berikatan dengan reseptor μ serta
menghambat reuptake serotonin dan norepinefrin. Tramadol sering digunakan
dalam menangani nyeri akut maupun kronis dengan derajat sedang sampai berat
(Dewi dan Taufik, 2016).
Kafein merupakan suatu senyawa berbentuk kristal. Penyusun utamanya
adalah senyawa turunan protein disebut dengan purin xantin. Senyawa ini pada
kondisi tubuh yang normal memang memiliki beberapa khasiat antara lain
merupakan obat analgetik yang mampu menurunkan rasa sakit dan mengurangi
demam. Akan tetapi, pada tubuh yang mempunyai masalah dengan keberadaan
hormon metabolisme asam urat, maka kandungan kafein dalam tubuh akan
memicu terbentuknya asam urat tinggi (Arwangga dkk., 2016).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Batang pengaduk
b. Erlenmeyer
c. Gelas kimia
d. Gelas ukur
e. Kertas perkamen
f. Labu ukur
g. Sendok tanduk
h. Spektrofotometer UV-Vis
i. Timbangan analitik
2. Bahan
a. Alkohol 70%
b. Aquades
c. Asetosal murni
d. Bintang toedjoe
e. Etanol 95%
f. Paracetamol
g. Kertas label
h. Tisu
D. PROSEDUR KERJA
Obat murni
Hasil pengamatan
Larutan standar
Hasil pengamatan
Sampel
Hasil pengamatan
3. Penentuan kadar asetosal, paracetamol dan kafein dalam sediaan
Sampel
1. Sampel murni
Asetosal murni
Konsentrasi Absorbansi
2 0,01
4 0,011
6 0,007
8 0,009
10 0,009
Asetosal murni
0.012
0.01
y = -0.0002x + 0.0104
Absorbansi
0.008
R² = 0.1818
0.006
Series1
0.004
0.002 Linear (Series1)
0
0 5 10 15
Konsentrasi
Perhitungan:
y = -0,000x + 0,010
- Absorbansi 1
Absorbansi = 0,01
y = -0,000x + 0,010
0,01 = -0,000x + 0,010
-0,000x = 0
x =0
- Absorbansi 2
Absorbansi = 0,011
y = -0,000x + 0,010
0,011 = -0,000x + -0,010
-0,000x = -0,001
x =0
- Absorbansi 3
Absorbansi = 0,007
y = -0,000x + 0,010
0,007 = -0,000x + 0,010
-0,000x = 0,017
x =0
- Absorbansi 4
Absorbansi = 0,009
y = -0,000x + 0,010
0,009 = -0,000x + 0,010
-0,000x = 0,001
x =0
- Absorbansi 5
Absorbansi = 0,009
y = -0,000x + 0,010
0,009 = -0,000x + 0,010
-0,000x = 0,001
x =0
Paracetamol murni
Konsentrasi Absorbansi
2 0,009
4 0,011
6 0,007
8 0,011
10 0,06
PCT Murni
0.07
0.06
0.05 y = 0.0051x - 0.011
R² = 0.5072
Absorbansi
0.04
0.03 Series1
0.02 Linear (Series1)
0.01
0
-0.01 0 5 10 15
Konsentrasi
Perhitungan :
y = 0,005x – 0,011
- Absorbansi 1
Absorbansi = 0,009
y = 0,005x – 0,011
0,009 = 0,005x – 0,011
0,005x = -0,02
x = -4 ppm
- Absorbansi 2
Absorbansi = 0,011
y = 0,005x – 0,011
0,011 = 0,005x – 0,011
0,005x = -0,022
x = -4,4 ppm
- Absorbansi 3
Absorbansi = 0,007
y = 0,005x – 0,011
0,007 = 0,005x – 0,011
0,005x = -0,018
x = -3,6 ppm
- Absorbansi 4
Absorbansi = 0,011
y = 0,005x – 0,011
0,011 = 0,005x – 0,011
0,005x = -0,022
x = -4,4 ppm
- Absorbansi 5
Absorbansi = 0,06
y = 0,005x – 0,011
0,06 = 0,005x – 0,011
0,005x = -0,017
x = -3,4 ppm
Kafein murni
Konsentrasi Absorbansi
2 0,008
4 0,01
6 0,01
8 0,009
10 0,009
Kafein Murni
0.012
0.01
R² = 0.0357
0.006
Series1
0.004
Linear (Series1)
0.002
0
0 5 10 15
Konsentrasi
Perhitungan:
2. Sampel sediaan
Aspirin 0,003
Procol 0,016
Sampel Sediaan
0.02
0.015
Absorbansi
y = 0.002x + 0.0047
R² = 0.0902
0.01
Series1
0.005 Linear (Series1)
0
0 1 2 3 4
Sampel
Perhitungan:
y = 0,002x + 0,004
- Aspirin = 0,003
y = 0,002x + 0,004
0,002x = 0,001
x = 0,5 ppm
- Procol = 0,016
y = 0,002x + 0,004
x = -6 ppm
y = 0,002x + 0,004
0,002x = -0,003
x = -1,5 ppm
G. PEMBAHASAN
Spektrofotometer Uv-Vis merupakan alat dengan teknik spektrofotmeter
pada daerah ultraviolet dan sinar tampak. Alat ini digunakan untuk mengukur
serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk
larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang
diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Spektrofotometri UV-
Multikomponen merupakan suatu pengukuran untuk analisis 2 atau lebih
komponen senyawa dengan menggunakan metode simultan atau metode derifatif.
Prinsip dasar dari analisis multi komponen dengan spektrofotometri adsorpsi
molekuler yaitu bahwa total absorpsi larutan adalah jumlah absorpsi dari tiap–tiap
komponennya.
Tujuan percobaan ini dilakukan yaitu untuk menentukan kadar campuran
multikomponen asetosal, parasetamol, dan kafein yang terdapat dalam sediaan
obat dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Percobaan ini menggunakan
bahan yaitu asetosal murni, kafein murni, sediaan obat puyer Bintang Toedjo®,
FeCl3, akuades, dan etanol.
Larutan standar asetosal dan kafein murni serta sampel sediaan obat dibuat
dengan melarutkan masing-masing bahan ke dalam etanol terlebih dahulu
kemudian dicukupkan dengan akuades. Etanol digunakan sebagai kosolven yang
betujuan untuk untuk mengurangi tegangan antarmuka partikel bahan dan
permukaan air yang tidak saling melarut. Dimana sampel asetosal dan kafein
merupakan zat yang tidak dapat larut dalam air.
Percobaan ini dibuat larutan standar untuk menentukan panjng gelombang
maksimum dari tiap komponen sampel (Asetosal dan kafein) sehingga diperoleh
panjang gelombang maksismum 350 nm. Kemudian, dibuat kurva kalibrasi
dengan variasi konsentrasi (2, 4, 6, 8, dan 10 ppm) dari larutan standar asetosal
dan kafein yang telah dibuat sebelumnya kemudian diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 350 nm. Langkah selanjutnya
adalah membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan absorbansi (A). konsentrasi
larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan
diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis
lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi linear pada kurva
kalibrasi. Selain pembuatan larutan standar, dibuat juga larutan blanko.
Pembuatan larutan blanko ini sama dengan pembuatan larutan standar tetapi tanpa
menggunakan sampel. Sebelum pengukuran absorbansi, baik larutan standar, seri
standar dan larutan sampel uji terlebih dahulu ditambahkan reagen FeCl3,
penambahan reagen ini bertujuan untuk memberi warna pada larutan yang jernih
selain itu dapat membentuk komplek sehingga dapat diukur absorbansinya.
H. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA