Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya untuk
membimbing kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.Tujuan kami menyusun
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan
makalah seperti ini, rangkuman yang kami laksanakan dapat tercatat dengan rapi dan dapat kita
pelajari kembali pada kesempatan yang lain untuk kepentingan proses belajar kita terutama
dalam pemahaman dinamika pelaksanaan UUD 1945.
Penyusun dalam menyelesaikan makalah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini
penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Bahria Prentha,SH., MH. selaku dosen pembimbing.


2. Kepada teman – teman, khususnya mahasiswa fakultas hukum UMJ.

Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan
saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini dan untuk pelajaran
bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang.
Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan
kemajuan ilmu pengetahuan

Jakarta, Oktober 2017

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 3
Latar Belakang .......................................................................................................................................... 3
Rumusan Masalah ..................................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 4
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 10
Kesimpulan ............................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 11

2
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembahasan dalam materi ini bertujuan untuk memahami dinamika pelaksanaan UUD 1945,
yang meliputi hal-hal berikut ini.

1. Masa awal kemerdekaan.

2. Masa orde lama.

3. Masa orde baru.

4. Masa era global.

Undang-undang Dasar 1945 berlaku di Indonesia dalam dua kurun waktu. Pertama sejak
ditetapkannya oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus
1945, yang berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 tanggal 10 Oktober diberlakukan surat
mulai tanggal 17 Agustus 1945, sampai berlakunya Konstitusi RIS pada saat pengakuan
kedaulatan tanggal 27 Desember 1949. Kedua adalah dalam kurun waktu sejak diumumkannya
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 sampai sekarang, dan ini terbagi pula atas masa orde lama,
orde baru, dan masa era global. Dalam kurun waktu berlakunya Undang-Undang Dasar 1945
kita telah mencatat pengalaman tentang gerak pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan Undang-
Undang Dasar 1945. Berikut ini kita akan bahas pelaksanaan UUD 1945 dalam dinamika
ketatanegaraan RI.

Rumusan Masalah
1. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan

2. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde lama

3. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde baru

4. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa reformasi

3
BAB II PEMBAHASAN

1. Masa awal kemerdekaan

Undang-undang 1945 disahkan setelah proklamasi pada 18 agustus 1945 merupakan bukti UUD
1945 tersebut diakui sebagai konstitusi negara. UUD 1945 merupakan sumber motivasi dan
aspirasi perjuangan serta tekad bangsa indonesia. UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis dalam
gerak pelaksanaannya pada kurun waktu 1945-1949, jelas tidak dilaksanakan dengan baik,karena
kita memang sedang dalam masa pancaroba,dalam usaha membela dan mempertahankan
kemerdekaan yang baru saja diproklamirkan,sedangkan pihak colonial Belanda justru ingin
menjajah kembali Indonesia yang telah merdeka. Segala perhatian bangsa dan negara diarahkan
untuk memenangkan perang kemerdekaan. Oleh karena itu,dalam pelaksanaannya UUD 1945
terjadi penyimpangan-penyimpangan konstitusional.

Sistem pemerintahan dalam kelembagaan yang ditetapkan dalam UUD 1945 jelas belum dapat
dilaksanakan. Dalam masa ini sempat diangkat anggota DPA sementara, sedangkan MPR dan
DPR belum sempat dibentuk. Pada waktu itu masih diberlakukan ketentuan Aturan Peralihan
Masal IV yang menyatakan,“Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk melalui UUD ini, segala kekuasaanya
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional”. Penyimpangan Konstitusional yang
dapat dalam kurun waktu 1945-1949. Pertama, berubahnya komite nasional pusat dari pembantu
Presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislative dan ikut menentukan garis-garis
besar Haluan Negara berdasarkan Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 Oktober 1945.
Kedua, berdasarkan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer. Berdasarkan usul
Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BP-KNIP) tanggal 11 November 1945, yang kemudian
dinyatakan presiden dan diumumkan dengan Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945,
system cabinet presidensial berdasarkan UUD 1945 diganti dengan system cabinet parlementer.

a. Sistem Presidensial
Sistem pemerintahan RI menurut UUD 1945 tidak menganut suatu system dari negara manapun,
tetapi adalah suatu system khas bangsa Indonesia. Hal itu dapat diketahui dari isi baik
Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan, maupun dari pembicaraan-pembicaraan pada waktu
perencanaan, penetapan dan pengesahan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut. Menurut. UUD
1945, disamping berkedudukan sebagai kepala negara, Presiden juga sebagai kepala
pemerintahan. Presiden memegang kekuasaan pemerintahan tertinggi dibawah MPR. Presiden
adalah mandataris MPR. Kepala pemerintahan adalah presiden, sehingga menurut konstitusi
ketatanegaraan ini, pemerintah pada hakikatnya adalah Presiden. System ketatanegaraan yang
kepala pemerintahannya adalah presiden dinamakan system presidensial, UUD 1945
mempergunakan system presidensial. Sistwem presidensial ini berlangsung untuk pertama

4
kalinya pada tanggal 18 Agustus sampai dengan 14 November 1945.
b. Penyimpangan UUD 1945
Pasal 4 dan 17 UUD 1945 telah menunjukkan, bahwa UUD 1945 menganut system
pemerintahan presidensial. Presiden memegang kekuasaan pemerintah, mengangkat serta
memberhentikan para menteri. Para menteri bertanggung jawab kepada Presiden. Pada tanggal
11 november 1945, Badan Pekerja KNIP mengusulkan kepada Presiden agar sistem
pertanggungjawaban menteri kepada parlemen dengan pertimbangan sebagai berikut.
 Dalam UUD 1945 tidak terdapat satu pasal pun yang mewajibkan atau melarang menteri
bertanggung jawab.
 Pertanggungjawaban kepada badan perwakilan rakyat itu adalah suatu jalan untuk
memberlakukan kedaulatan rakyat.
Perkembangan pemerintah parlementer tidak berjalan sebagaimana diharapkan dalam Maklumat
Pemerintah 14 November 1945. Hal keadaan politik dalam negeri dan keamanan negara.
Keadaan politik ini memaksa Presiden kembali alih kekuasaan menjadi system pemerintahan
presidensial. • UUD 1945 sebagai UUD negara bagian
Berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menyatakan :
a. Didirikannya negara RIS,
b. Pengakuan kedaulatan oleh pemerintahan kerajaan Belanda kepada negara RIS,
c. Didirikannya uni antara RIS dan kerajaan Belanda.

• UUD 1945 tidak berlaku lagi


Terbentuknya negara RIS hanyalah sebuah siasat Belanda yang memecah-belah persatuan
bangsa. Akibatnya, negara yang berbentuk federal itu hanya tinggal tiga negara saja, yaitu :
a. Negara Republik Indonesia.
b. Negara Indonesia Timur.
c. Negara Sumatra Timur.

Pada tanggal 19 Mei 1950 tercapai kata sepakat antara RIS dan negara Republik Indonesia yang
dituangkan dalam suatu piagam persetujuan RI-RIS untuk membentuk negara kesatuan sebagai
penjelmaan dari negara Republik Indonesia berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945. Piagam
persetujuan itu ditanda tangantangani oleh kedua belah pihak, yaitu Perdana Menteri RIS Dr.
Moh. Hatta selaku pemegang mandate dari dua negara bagian dan pemerintah RI diwakili oleh
Mr. A. Halim.

2. Masa orde lama


Pada bulan September 1955 dan Desember 1955. Diadakan pemilihan umum, masing-masing
memilih anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Konstituante.Tugas
Konstituante adalah untuk membuat suatu rancangan UUD sebagai pengganti UUDS 1950, yang
menurut pasal 134 akan ditetapkan secepatnya bersama-bersama dengan pemerintah.

5
Untuk mengambil keputusan mengenai UUD, maka pasal 137 UUDS 1950 menyatakan sebagai
berikut :
a) Untuk mengambil putusan tentang rancangan UUD baru, maka sekurang-kurangnya 2/3
jumlah anggota konstituante harus hadir.
b) Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
yang hadir.
c) Rancangan yang telah diterima oleh konstituante, dikirimkan kepada Presiden untuk disahkan
kepada pemerintah.
d) Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera, serta mengumumkan UUD itu
dengan keluhuran.
Lebih dari dua tahun bersidang, Konstituante belum berhasil merumuskan rancangan UUD baru.
Perbedaan pendapat yang telah terjadi perdebatan-perdebatan didalam gedung konstituante
mengenai dasar negara yang telah menjalar ke luar gedung konstituante dan diperkirakan pula
akan menimbulkan ketegangan-ketegangan politik dan fisik dikalangan masarakat.
Saran untuk kembali pada UUD 1945 itu pada hakikatnya dapat diterima para anggota
konstituante, namun dengan berbagai pandangan. Pertama, menerima saran kembali kepada
UUD 1945 secara utuh. Kedua, menghendaki kembalinya kepada UUD 1945 dengan suatu
amandemen, yaitu dimasukanya lagi tujuh kata “Dengan kewajiban menjalankan syariat islam
bagi pemeluk-pemeluknya”. Sehubungan tidak memperoleh kemufakatan antara dua pandangan
itu, maka konstituante mengadakan pemungutan suara terhadap usul pemerintah untuk kembali
kepada UUD 1945. Pertama-tama diadakan kembali pemungatan suara terhadap usul
amandemen, dan dilaksanakan 29 Mei 1959. Usul amandemen itu tidak memperoleh suara dua
pertiga dari anggota yang hadir.
Selanjutnya, dilaksanakan pemungutan suara terhadap usul pemerintah untuk kembali ke UUD
1945 secara utuh. Pemungutan suara dilakukan sebanyak tiga kali. Tanggal 30 Mei 1959
diadakan pemungutan suara yang pertama dengan hasil 269 suara yang setuju dan 199 suara
yang tidak setuju. Karena persyaratan formal yaitu, 2/3 dari jumlah anggota yang hadir sesuai
dengan ketentuan Pasal 137 UUDS 1950 tidak terpenuhi, maka tanggal 1 Juni 1959
diselenggarakan pemungutan suara yang kedua. Hasilnya adalah 264 suara setuju menerima usul
untuk kembali ke UUD 1945 dan 204 suara menolak, yang juga tidak memenuhi kourum.
Pemungutan suara ketiga dilangsungkan tanggal 2 Juni 1959 dan secara rahasia dengan hasil 263
suara setuju dan 203 menolak, sehingga persyaratan formal juga tidak terpenuhi.
Untuk mencegah timbulnya permasalahan bagi bangsa Indonesia, maka Presiden mengeluarkan
Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 tentang kembali kepada UUD 1945.
Dekrit Presiden berbunyi sebagai berikut.
a. Menetapkan pembubaran konstituante.
b. Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 sudah tidak berlaku lagi.
c. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang terdiri atas anggota-anggota

6
Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-
golongan, serta Dewan Pertimabangan Agung Sementara akan diselenggarakan dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya.

Penyimpangan-penyimpangan pada masa orde lama :


a. MPR, dengan ketetapan, No.1/MPRS/1960 telah mengambil putusan menetapkan pidato
Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul ”Penemuan Kembali Resolusi Kita” yang lebih
dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia (MANIPOL) sebagai GBHN bersifat tetap.
Hal ini jelas bertentangan dengan ketentuan UUD 1945.
b. MPRS mengambil putusan mengangkat Ir.Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Hal ini
bertentangan dengan UUD 1945 yang menetapkan masa presiden lima tahun.
c. Hak budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 pemerintaah tidak mengajukan
rangcangan Undang-Undang APBN untuk mendapat persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun
anggaran yang bersangkutan.
d. Pimpinan lembaga-lembaga negara dijadikan menteri-menteri negara, sedangkan presiden
menjadi anggota DPA, yang semuanya tidak sesuai dengan Undang-Undang 1945.
Penyimpangan ini jelas bukan hanya mengakibatkan tidak berjalannya system yang ditetapkan
dalam UUD 1945, melainkan juga telah mgengakibatkan memburuknya keadaan politik dan
keamanan serta terjadinya kemerosotan ekonomi yang mencapai puncaknya dengan
pemberontakan G-30-PKI. Dan pemberontakan tersebut dapat digagalkan oleh rakyat Indonesia
terutama oleh generasi muda.

Dengan dipelopori oleh pemuda, pelajar, dan mahasiswa rakyat Indonesia menyampaikan Tritula
(Tri Tuntutan Rakyat) yang meliputi,
a. Bubarkan PKI.
b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga presiden tidak mampu lagi
mengembalikannya ,maka keluarlah surat perintah 11 maret 1966 yangmemberikan kepada
Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil langkah-langkah dalam mengembalikan keamanan
negara. Sejak peristiwa inilah sejarah ketatanegaraan Indonesia dikuasai oleh kekuasaan Orde
Baru.

3. Masa Orde Baru


Masa Orde Baru lahir sejak munculnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) yang diberikan
Presiden kepada Letnan Jendral TNI Soeharto. Inti dari Supersemar berisi memberikan
wewenang kepadanya untuk mengambil langkah-langkah pengamanan yang dianggap perlu
untuk menyelamatkan keadaan. Orde Baru lahir dengan tekad awalnya adalah untuk
mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia atas dasar pelaksanaan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

7
Pengemban Supersemar telah membubarkan PKI dan ormas-ormasnya dan dan mengadakan
koreksi terhadap penyimpangan dalam berbagai bidang selama pemerintahan Orde Lama dengan
konstitusional, yaitu melalui siding MPRS yang telah menghasilkan berikut ini.

a. Pengukuhan Supersemar (Tap. No. IX/MPRS/1966).


b. Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya (Tap. No. XXY/MPRS/1966).
c. Penegasan Kembali Landasan Kebijakan Politik Luar Negeri RI (Tap. No. XII/MPRS/1966).
d. Pembaharuan Kembali Landasan Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan (Tap. No.
XXIII/MPRS/1966).
e. Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presideb Soekarno (Tap. No.
XXXIII/MPRS/1966).
f. Pengangkatan Soehato sebagai Presideb sampai terpilihnya Presiden oleh MPR hasil pemilihan
umum (Tap. No XLIV/MPRS/1966).

Dalam pelaksanaan demokrasi sepanjang pemerintahan orde baru peranan UUD 1945 cenderung
berpihak kepada rezim yang berkuasa dari pada upaya menegakkan kedaulatan rakyat, sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945. Permerintahan orde baru telah
banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pemilu-pemilu, antara lain
sebagai berikut.
a. Campur tangan birokrasi terlalu besar.
b. Panitia pemilu tidak independen (memihak).
c. Kompetisi antarkontestan tidak leluasa.
d. Rakyat tidak bebas berdiskusi dan menentukan pilihan.
e. Penghitungan suara tidak jujur.
f. Kontestan tidak bebas kampanye.

Berikut ini penyebab penyimpangan dalam pelaksaan pembangunan Orde Baru.


a. Bidang ekonomi, pelaksanaannya masih cenderung monopolistik.
b. Bidang politik. Mekanisme hubungan pusat dan daerah cenderuung menganut sentralisasi
kekuasaan.
c. Bidang hukum. Undang-undang tentang pembatasan presiden belum memadai sehingga
memberi peluang terjadinya korupsi, kolusi, nepotisme.

4. Masa Reformasi
Pada masa ini sering terjadi pergantian kepemimpinan dalam pemerintah. Tercatat pada masa ini
terdapat empat kali pergantian Presiden yaitu BJ Habibie, Abdurahman Wahid, dan Megawati
Soekarnoputri. Yang paling terasa pada pelaksanaan UUD 1945 pada masa ini terutama pada
masa Presiden Megawati adalah terjadi perubahan-perubahan pada batang tubuh UUD 1945 atau

8
yang akrab kita dengar dengan istilah amandemen. Tujuannya adalah menyempurnakan aturan
dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai denagn perkembangan aspirasi dan
kebutuhan bangsa. Tercatat telah terjadi empat kali Amandemen UUD 1945 selama kurun waktu
1999-2002 diantaranya:
• Sidang Umum MPR, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama
• Sidang Tahunan MPR, tanggal 7-21 Agustus 2000 Perubahan Kedua
• Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga
• Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat

Menurut Soetanto ( 2004: 93-94 ) ada beberapa alasan dari segi materi muatan, mengapa UUD
1945 setelah berbagai perubahan perlu disempurnakan dalam rangka reformasi hukum,
diantaranya:
o Alasan Histories, bahwa sejarah mencatat pembentukan UUD 1945 memang didesain para
pendiri negara (BPUPKI & PPKI) sebagai UUD yang sifatnya sementara dan butuh
penyempurnaan lebih lanjut.
o Alasan Filosofis, bahwa dalam UUD 1945 terdapat percampuradukan beberapa gagasan yang
saling bertentangan.
o Alasan Teoritis, bahwa dari sudut pandang teori konstitusi, keberadaan konstitusi bagi suatu
negara hakikatnya adalah untuk membatasi kekuasaan negara agar tidak sewenang-wenang tetapi
justru UUD 1945 kurang menonjolkan hal tersebut.
o Alasan Yuridis, sebagaimana lazimnya konstitusi tertulis yang selalu memuat adanya klausula
perubahan didalam naskahnya, begitupun UUD 1945 yang didasari akan ketidaksempurnaan
didalamnya dikarenakan UUD 1945 itu sendiri merupakan hasil pekerjaan manusia.
o Alasan Politis Praktis, bahwa secara sadar atau tidak, langsung atau tidak langsung, dalam
praktik politik sebenarnya UUD 1945 sudah sering mengalami perubahan yang menyimpang dari
teks aslinya.

9
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

UUD 1945 merupakan peraturan perundang-undangan tertinggi dalam Negara dan menjadi
hukum dasar tertulis Negara, yang bersifat mengikat dan berisi aturan yang harus ditaati oleh
setiap warga Negara.
Pelaksanaan UUD 1945 dari awal kemerdekaan sampai dengan sekarang masih sering terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang dapat menimbulkan korupsi, kolusi, nepotisme. Seperti yang
terjadi sekarang ini yang paling menojol ialah krisis ekonomi. Seharusnya UUD 1945 sebagai
landasan hukum tertinggi bisa melaksanakan peranannya dengan baik secara tranfaran.
Seperti didalam pembukaan UUD 1945 “penjajahan diatas dunia harus dihapuskan” pernyataan
seperti ini sebenarnya bukan hanya ditujukan kepada negara lain tetapi kepada negara sendiri.
Sebaiknya kita sebagai warna negara yang memiliki UUD 1945 sebagai hukum tertinggi bisa
meresapi, memaknai dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan bersosial.

10
DAFTAR PUSTAKA

Syahrial Syarbani. 2014. PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI. Bogor.


Ghalia Indonesia
Aim Abdulkarim, 2013. PANCASILA AND CIVIC EDUCATION I. Bandung. Grafindo Media
Pratama.
Kaelan, 2016. PENDIDIKAN PANCASILA. Yogyakarta. Paradigma Yogyakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai