Manusia, mahluk dan individu secara etimologi diartikan sebagai berikut: 1. Manusia berarti mahluk yang berakal budi dan mampu menguasai mahluk lain. 2. Makhluk yaitu sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan. 3. Individu mengandung arti orang seorang, pribadi, organisme yang hidupnya berdiri sendiri. Secara fisiologis ia bersifat bebas, tidak mempunyai hubungan organik dengan sesama. Kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta) atau mens (Latin) yang berarti berpikir, berakal budi, atau homo (Latin) yang berarti manusia. Istilah individu berasal dari bahasa Latin, yaitu individu, yang artinya sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau suatu kesatuan yang terkecil dan terbatas. Sedangkan dalam bahasa Inggris, individu berasal dari kata in dan devided. In salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Manusia sebagai makhluk individu artinya manusia sebagai makhluk hidup atau makhluk individu maksudnya tiap manusia berhak atas milik pribadinya sendiri dan bisa disesuaikan dengan lingkungan sekitar. Manusia individu adalah subyek yang mengalami kondisi manusia. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Secara kodrati, manusia merupakan mahluk monodualis. Artinya selain sebagai makhluk individu, manusia berperan juga sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk individu, manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri atas unsur jasmani (raga) dan rohani (jiwa) yang tidak dapat dipisahkan. Jiwa dan raga inilah yang membentuk individu Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Karena pada diri manusia selalu ada dorongan dan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain, tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak akan mungkin bisa berjalan dengan tegak dalam kehidupannya.Hal terpenting yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya. Manusia adalah ciptaan Tuhan dengan derajat paling tinggi di antara ciptaan- ciptaan yang lain. Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu: 1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial, 2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain, 3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain, 4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
2. Hakikat Manusia Sebagai Individu dan Makhluk Sosial
Hakikat manusia adalah sebagai berikut : 1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhankebutuhannya. 2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. 3. Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya. 4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya. 5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
3. Fungsi dan Peran Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Dalam berbagai kelompok sosial ini, manusia membutuhkan norma-norma pengaturannya. Terdapat norrma-norma sosial sebagai patokan untuk bertingkah laku bagi manusia di kelompoknya. Norma-norma tersebut ialah: a. Norma agama atau religi, yaitu norma yang bersumber dari Tuhan yang diperuntukkan bagi umat-Nya. b. Norma kesusilaan atau moral, yaitu norma yang bersumber dari hati nurani manusia untuk mengajak kepada kebaikan dan menjauhi keburukan. c. Norma kesopanan atau adat adalah norma yang bersumber dari masyarakat dan berlaku terbatas pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan. d. Norma hukum, yaitu norma yang dibuat masyarakat secara remi (negara) yang pemberlakuannya dapat dipaksakan. Norma hukum yang brsifat tertulis. Selain itu, norma dapat dibedakan pula menjadi empat macam berdasarkan kekuatan berlakunya dimasyarakat, yaitu: 1. Cara (usage); Cara adalah bentuk kegiatan manusia yang daya ikatnya sangat lemah. Norma ini lebih menonjol dalam hubungn antarindividu atau perorangan. Pelanggaran terhadap norma ini tidak mengakibatkan hukuman yang berat, tetapi sekedar celaan. Contohnya cara makan, ada yang makan sambil berdiri dan ada yang makan sambil duduk. 2. Kebiasaan (falkways); Kebiasaan adalah kegiatan atau perbuatan yang di ulang-ulang dalam bentuk yang sama oleh orang banyak kerana disukai. Norma ini lebih kuat daya ikatnya dari pada norma cara. Contohnya, kebiasaan salam bila bertemu. 3. Tata kelakuan (mores); Tata kelakuan adalah kebiasaan yang di anggap sebagai norma pengatur. Sifat norma ini disatu sisi sebagai pemaksa suatu perbuatan dan disisi lain sebagai suatu larangan. 4. Adat istiadat (custum); Adat istiadat adalah kelakuan yang telah menyatu kuat dalam pola- pola perilaku sebuah masyarakat.
4. Dinamika Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubunganhubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi waktu dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas. Hall membagi ruangan dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Selain aturan mengenai ruang Hall juga menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat. Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial yaitu : 1. Imitasi; Imitasi yaitu tindakan meniru orang lain. 2. Sugesti; Sugesti ini berlangsung apabila seseorang memberikan pandangan atau sikap yang dianutnya, lalu diterima oleh orang lain. 3. Identifikasi; yaitu merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan). 4. Simpati yaitu merupakan suatu proses dimana seorang merasa tertarik kepada pihak lain. Melalui proses simpati orang merasa dirinya seolah-olah dirinya berasa dalam keadaan orang lain. 5. Empati yaitu merupakan simpati yang menfdalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang. Syarat terjadinya interaksi adalah : 1. Adanya kontak sosial Kata kontak dalam bahasa inggrisnya “contack”, dari bahasa lain “con” atau “cum” yang artinya bersama-sama dan “tangere” yang artinya menyentuh . Kontak sosial memiliki sifat- sifat sebagai berikut; 1. Kontak sosial bisa bersifat positif dan bisa negative, 2. Kontak social dapat bersifat primer dan bersifat skunder. Dan terakhir atau yang ke-3 Komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak kepihak yang lain dalam rangka mencapai tujuan bersama. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu : 1. Komunikator yaitu orang yang menyampaikan informasi. 2. Komunikan yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, informasi. 3. Pesan yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. 4. Media yaitu alat untuk menyampaiakn pesan. 5. Efek/feed back yaitu tanggapan atau perubahan yang diharapkan. Ada tiga tahapan penting dalam komunikasi : 1. Encoding; Pada tahap ini gagssaan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar. 2. Penyampaian; Pada tahap ini istilah atau gagasan yang telah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar disampaiakan . 3. Decoding; Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima menuruy pengalaman yang dimiliki. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Bentuk-bentuk interaksi sosial yang berkaitan dengan proses asosiatif dapat terbagi atas bentuk kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan suatu usaha bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan, di mana terjadi keseimbangan dalam interaksi antara individu-individu atau kelompok-kelompok manusia berkaitan dengan norma- norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Usaha-usaha itu dilakukan untuk mencapai suatu kestabilan. Sedangkan Asimilasi merupakan suatu proses di mana pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok. Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan, kontravensi, dan pertentangan. Untuk tahapan proses-proses asosiatif dan disosiatif Mark L. Knapp menjelaskan tahapan interaksi sosial untuk mendekatkan dan untuk merenggangkan. Tahapan untuk mendekatkan meliputi tahapan memulai (initiating), menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating) dan mempertalikan (bonding). Sedangkan tahapan untuk merenggangkan meliputi membeda- bedakan (differentiating), membatasi (circumscribing), memacetkan (stagnating), menghindari (avoiding), dan memutuskan (terminating). Bentuk – Bentuk interaksi yang mendorong terjadinya lembaga, kelompok dan organisasi sosial . 1. Bentuk Interaksi sosial menurut jumlah pelakunya . a. Interaksi antara individu dan individu. b. Interaksi antara individu dan kelompok. c. Interaksi antara Kelompok dan Kelompok 2. Bentuk Interaksi Sosial Menurut Proses Terjadinya. Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Pertikaian mungkin akan mendapatkan suatu penyelesaian, namun penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi. Ini berarti kedua belah pihak belum tentu puas sepenuhnya. Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial : 1. Proses-proses yang Asosiatif 1. Kerja Sama (Cooperation) Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaituin-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan : 1. Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta 2. Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan hasil perintah atasan atau penguasa 3. Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu 4. Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial. Macam – macam bentuk kerjasama : 1. Bargaining, Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih 2. Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan 1. Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktut yang tidak sama antara satu dengan lainnya. 2. Akomodasi (Accomodation), menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan- hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Bentuk-bentuk Akomodasi: 1. Cornecio, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan 2. Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. 3. Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri 4. Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama. 5. Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. 6. Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. 7. Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan 3. Asimilasi Proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha untuk mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok manusia dan juga meliputi usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak , sikap, dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya asimilasi adalah : 1. Toleransi yakni menghargai perbedaan yang ada 2. Proses Disosiatif/ kerjasama adapun proses disosiatif dibedakan dalam 3 bentuk: a. Persaingan b. Kontraversi c. Perbedaan kepentingan
1.6 Dilema Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat
Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan 2 pandangan yang berkembang menjadi paham bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu kelompok masyarakat. 1. Pandangan individualisme Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah mahluk individu yang bebas. Pandangan indivualisme berpendapat bahwa kepentingan individu yang harus diutamakan. 2. Pandangan Sosialisme Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat produksi.