SAP Terapi Bermain
SAP Terapi Bermain
TERAPI BERMAIN
RUANG ANGGREK RUNAH SAKIT RAFLESIA
SUB POKOK BAHASAN : Mengenal warna, huruf, mengenal nama buah dan hewan.
PELAKSANA : Kelompok 3
A. Latar Belakang
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa
dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan melalui
Setelah melakukan survei di Ruang Anggrek sebagian besar anak-anak tersebut berusia 3 - 5
1
tahun sebanyak 5 anak. Klasifikasi dalam permainan ini adalah social affective play dimana
anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain terhadap respon yang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selam 45 menit, anak dapat mengikuti permainan
2. Tujuan Khusus
a. Mengenal warna
b. Mewarnai gambar
1. Metode
Bermain mengenal warna dan mewarnai gambar dengan anak yang telah disebutkan dan di
diskripsikan.
2. Media
Buku warna
2
D. Kegiatan
1. Pengorganisasian
Septrianti
Keterangan :
: Pemimpin bermain
: Moderator
: Observer
: Fasilitator
: Anak
3
3. Kegiatan bermain
E. Evaluasi
Setelah dievaluasi apakah anak mau berkenalan dan bersalaman dengan perawat tanpa rasa
takut. Apakah anak dapat mengenal warna dan buku mewarnai yang telah di siapkan oleh
perawat.
4
Materi
TERAPI BERMAIN
A. Pengertian Bermain
1. Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak
disadari (Wholey and Wong, 1991).
2. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk
memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
3. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).
4. Bermain adalah ungkapan bahasa secara alami pada anak yang diekspresikan melalui bio-
psiko-sosio anak yang berhubungan dengan lingkungan (CindySmith).
5. Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan konflik
dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan
melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa mempertimbangkan
hasil akhir.
B. Kategori Bermain
1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau kegembiraan
timbul dari apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain pasif/hiburan
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat),
kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan support, menonton
televisi.
C. Jenis Permainan
1. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun. Contoh: petak
umpet, dakon, kejar-kejaran.
5
2. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan prasekolah.
Contoh: menendang bola.
3. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi dan penjahat.
4. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
Contoh: sepakbola, kasti, lari.
5. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan. Contoh:
main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.
D. Ciri-Ciri Bermain
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik, sifat interaksi
3. Selalu dinamis, berkembang
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu.
E. Klasifikasi Bermain
1. Menurut Isi
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain terhadap respon
yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua
berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat
bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya, dengan bermain
dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir, mengenal rasa, bau.
6
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan tertentu dan anak
melakukan secara berulang-ulang, misalnya mengendarai sepeda roda tiga.
d. Dramatika play (Role play)
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.
2. Menurut Karakteristik Sosial
A. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang
bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita todler.
B. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai
mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak
saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak todler dan pre school. Contoh :
bermain balok.
C. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapi
belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain
sesukanya, satu sama lain kadang saling meminjamkan.
D. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan terencana dan
ada aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan tertentu. Biasanya dilakukan
oleh anak usia sekolah dan adolescent.
F. Fungsi Bermain
1. Perkembangan Sensorik Motorik
Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan fisiknya. Bayi
dengan penglihatan, taktil, dan rangsangan. Todler dan pra sekolah melalui gerakan
tubuh, dimana kematangan dan maturitas akan membedakan masing-masing usia.
2. Perkembangan Kognitif/intelektual
7
Membantu mengenal benda sekitar(warna, bentuk, kegunaan). Perkembangan ini
diperoleh melalui eksplorasi dan manipulasi benda disekitarnya baik dalam hal warna,
ukuran, dan pentingnya benda tersebut. Contoh: bermain mengisi teka-teki silang.
3. Kreatifitas
Anak mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru, bermain dengan semua media, puas
dengan kreatifitas baru, dan minat terhadap lingkungan tinggi. Misalnya menyusun balok.
4. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari peran dalam
kelompok, belajar memberi dan menerima, belajar benar salah, dan mampu mengenal
tanggungjawab.
5. Kesadaran Diri (Self awarness)
Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahan dan tingkah laku terhadap orang
lain.
6. Perkembangan Moral
Diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran.
7. Terapi
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak
enak, misalnya: marah, takut, benci.
8. Perkembangan Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapatmengatakan
secara verbal, misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.
8
6. Intelegensia.
7. Status sosial ekonomi.
9
b. Auditori : anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama, remas kertas didekat
telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.
c. Taktil : beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.
d. Kinetik : bantu tengkurap, sokong waktu duduk.
4. Bayi (6-9 bulan)
a. Visual : mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”, beri kertas untuk
dirobek-robek.
b. Auditori : panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan bagian tubuh, beri tahu
yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana.
c. Taktil : meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air mengalir,
berenang.
d. Kinetik : letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk mengambilnya.
5. Bayi (9-12 bulan)
a. Visual : perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai tempat, bermain
bola, tunjukkanbangunan agak jauh.
b. Auditori : tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara binatang.
c. Taktil : beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas dan hangat.
d. Kinetik : beri mainan yang dapat ditarik dan didorong.
Mainan yang dianjurkan untuk bayi 6-12 bulan:
a. Blockies warna-warni jumlah, ukuran.
b. Buku dengan gambar menarik.
c. Balon, cangkir dan sendok.
d. Boneka bayi.
e. Mainan yang dapat didorong dan ditarik.
6. Todler (2-3 tahun)
a. Mulai berjalan, memanjat, berlari.
b. Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya.
c. Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu.
d. Perhatiannya singkat.
e. Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
f. Karakteristik bermain “Paralel Play”
10
g. Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu.
h. Senang musik/irama.
Mainan untuk toddler:
a. Mainan yang dapat ditarik dan didorong.
b. Alat masak.
c. Malam, lilin.
d. Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat dipukul,
krayon, kertas.
7. Pra Sekolah (4-5 tahun)
a. Dapat melompat, berlari, bermain dan bersepeda.
b. Sangat energik dan imaginatif.
c. Mulai terbentuk perkembangan moral.
d. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok
e. Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play.
f. Laki-laki aktif bermain di luar, perempuan didalam rumah.
Mainan untuk pra sekolah:
a. Peralatan rumah tangga.
b. Sepeda roda tiga.
c. Papan tulis/kapur.
d. Lilin, boneka, kertas.
e. Drum, buku dengan kata sederhana, kapal terbang, mobil, truk.
8. Usia Sekolah (6-12 tahun)
a. Bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama.
b. Dapat belajar dengan aturan kelompok.
c. Belajar independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.
d. Karakteristik “Cooperative Play”.
e. Laki-laki: Mechanical, perempuan : Mother Role.
Mainan untuk anak usia sekolah:
a. 6-8 tahun
Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat, sepeda.
b. 8-12 tahun
11
Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah raga
bersama, sepeda, sepatu roda.
9. Remaja ( 13-18 tahun)
a. Bermain dalam kelompok seperti sepak bola, basket, bulutangkis.
b. Senang mendengarkan musik, melihat TV, mendengarkan radio.
c. Membaca majalah, buku.
12
c. Kognitif: buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna.
d. Bahasa: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, televisi.
e. Menolong diri sendiri: gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki.
f. Tingkah laku sosial: alat permainan yang dapat dipakai bersama seperti bola, tali,
dakon.
5. Kesalahan dalam Pemilihan Alat
a. Memberikan sekaligus banyak mainan.
b. Alat permainan dianggap bagus atau perlu oleh orang tua tapi kontradiksi bagi anak
c. Alat terlalu mahal.
d. Terlalu lengkap dan sempurna.
e. Tidak sesuai dengan umur anak.
f. Terlalu banyak mainan dengan tipe yang sama.
g. Tidak teliti keamanannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Foster and Humsberger. 1998. Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders
Markum, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. IDI. Jakarta
Merenstein, et al. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta
Whaley and Wong.1991. Nursing Care infants and children. Fourth Edition. Mosby Year Book.
Toronto. Canada
14