Anda di halaman 1dari 23

BAB IX

ISLAM DAN DAKWAH

A. Pengertian dan Tujuan Dakwah dalam Islam


1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi (bahasa) dakwah berasal dari kata da’wah yang
bersumber pada kata da’â-yad’û-da’watan yang berarti panggilan, ajakan
atau seruan dan undangan atau do’a. 1 Dijelaskan pula oleh Abdul Aziz
bahwa dakwah bisa berarti memanggil, menyeru, menegaskan atau
membela sesuatu, perbuatan atau perkataan untuk menarik manusia kepada
sesuatu dan memohon atau meminta.2
Sedangkan dakwah secara terminologi atau istilah telah banyak
dirumuskan oleh para ahli. Walaupun berbeda susunan redaksinya, namun
maksud dan makna hakikinya sama. Berikut akan penulis kemukakan
beberapa definisi dakwah menurut para ahli ilmu dakwah.
a) Menurut Prof. Toha Yahya Omar, M.A.
Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan
yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk keselamatan dan
kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.3
b) Menurut Prof. A. Hasjmy
Dakwah ialah mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan
aqidah dan syari’ah Islamiyah yang terlebih dahulu telah diyakini dan
diamalkan oleh pendakwah sendiri.4
c) Menurut M. Natsir
Dakwah ialah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada
prorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang
pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi al-

1
H. Tata Sukayat, M.Ag., Quantum Dakwah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 1
2
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah; Studi atas Berbagai Prinsip dn Kaidah yang Harus
dijadikan Acuan dalam Dakwah Islamiyah, Surakarta: Era Adicitra Intermedia, 2010, h. 24-
25
3
Prof. Toha Yahya Omar, M.A., Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1979, h. 1
4
Prof. A. Hajsmy, Dustur Dakwah Menurut Alqur’an, Jakarta: Bulan Bintang, 1884, h. 18

248
amar bi al-ma’ruf an-nahyu an al-munkar dengan berbagai macam cara
dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya
dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara.5
d) Menurut Dr. M. Quraish Shihab
Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha
mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik
terhadp pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar
usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan
hidup saja, akan tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi
pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju kepada
pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai
aspek.6
e) Menurut Ibnu Taimiyah
Dakwah merupakan suatu proses usaha untuk mengajak agar orang
beriman kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah diberitakan
oleh Rasul serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah
seakan-akan melihat-Nya.7

Walaupun terdapat perbedaan redaksi, namun dari beberapa definisi


yang disampaikan oleh para pakar tersebut dapat disimpulkan cakupan
pemahaman dakwah sebagai berikut:
a) Dakwah itu merupakan suatu aktivitas mengajak, menyeru,
menyampaikan yang dialakukan secara sadar dan sengaja
b) Usaha dakwah dilakukan dengan amar ma’ruf nahi munkar
c) Tujuannya ialah untuk mencapai cita-cita dakwah yakni menuju
kebahagiaan dunia akhirat.

5
M. Natsir, “Fungsi Dakwah Perjuangan” dalam Drs. Syamsul Munir Amin, M.A., Ilmu Dakwah,
Jakarta: Amzah, 2009, h. 3
6
Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan Alqur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, cetakan 22, Bandung: Mizan, 2001, h. 194
7
Ibnu Taimiyah, “Majmu Al-Fatawa” dalam Drs. Syamsul Munir Amin, M.A., Ilmu Dakwah,
Jakarta: Amzah, 2009, h. 5

249
Dalam Al-Qur`an surat An Nahl ayat 125 disebutkan bahwa dakwah
adalah mengajak umat manusia ke dalam kebaikan.

   


 
  
    
     
   
 

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhamu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebihmengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.

2. Tujuan Dakwah dalam Islam


Proses penyelenggaraan dakwah dilaksanakan dalam rangka
mencapai nilai tertentu. Nilai tertentu yang diharapkan dapat diperoleh
dengan jalan melakukan aktifitas dan realisasi dakwah itu disebut tujuan
dakwah. Tujuan dakwah merupakan salah satu tujuan umum dakwah,
sehingga bisa dikatakan apabila unsur ini tidak ada maka penyelenggaraan
dakwah tidak akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan atau semua
usaha akan sia-sia. Mengenai konteks tujuan dakwah ini, para pakar
memberikan definisi yang berbeda-beda. Namun perbedaan pendapat
tersebut hanyalah dalam tataran redaksi bahasa. Substansinya sesungguhnya
sama yaitu demi kemaslahatan hidup manusia di dunia dan kehidupan di
akhirat. Muhammad Natsir mengemukakan bahwa tujuan dakwah adalah:8

8
M. Natsir, “Dakwah dan Tujuan” dalam Dr. Thohir Luth, M. Natsir; Dakwah dan pemikirannya,
cetakan I, Jakarta: Gema Insani Press, 1999, h. 70

250
a. Memanggil manusia kepada syari’at untuk memecahkan persoalan
hidup, baik persoalan hidup perorangan ataupun rumah tangga,
berjamaah, bermasyarakat, bersuku-suku, berbangsa-bangsa dan
bernegara.
b. Memanggil manusia kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah Swt di
muka bumi, menjadi pelopor, pengawas, pemakmur, pembesar
kedamaian bagi umat manusia.
c. Memanggil manusia kepada tujuan hidup yang hakiki yaitu menyembah
Allah Swt. sebagai satu-satunya zat Pencipta.

Mengenai tujuan dakwah, Hamka mengutip surat Al-Anfal ayat 24


dan Ibrahim ayat 1 sebagai landasan dari tujuan dakwah.

  


  
    
   
  
  


Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan


seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi
kehidupan kepada kamu, Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah
membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah
kamu akan dikumpulkan”.

    


  
  
   
  

251
Artinya : “Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang kami turunkan kepadamu
supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya
terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan
yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”.

Dalam dua ayat di atas jelas ditegaskan bahwa tujuan dari dakwah itu ialah
menyadarkan manusia akan arti yang sebenarnya dari hidup ini dan
mengeluarkan manusia dari gelap gulita menuju terang benderang.9
Sedangkan Asmuni Syukir membagi tujuan dakwah ke dalam dua
bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.10
a. Tujuan Umum (mayor objective)
Tujuan umum dakwah adalah mengajak ummat manusia meliputi orang
mukmin maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar dan
diridhai Allah Swt. agar mau menerima ajaran Islam dan
mengamalkannya dalam dataran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik
yang bersangkutan dengan masalah pribadi, maupun sosial
kemasyarakatan agar mendapat kehidupan di dunia dan di akherat.
b. Tujuan Khusus (minor objective)
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian
dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam
pelaksanaan aktifitas dakwah dapat diketahui arahnya secara jelas,
maupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa
berdakwah dan media apa yang dipergunakan agar tidak terjadi miss
comunication antara pelaksana dakwah dengan audience (penerima
dakwah) yang hanya disebabkan karena masih umumnya tujuan yang
hendak dicapai.
Adapun tujuan khusus itu sebagai berikut :

9
Prof. Dr. hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1990, h.
50
10
Asmuni Syukir, “Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam” dalam Drs. Syamsul Munir Amin, M.A.,
Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009, h. 59-64

252
1) Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk
selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah Swt. Artinya mereka
diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah Allah Swt,
dan selalu mencegah atau meninggalkan perkara yang dilarangnya
seperti yang terkandung dalam al-Qur`an surat al- Maidah (5) ayat
2;

 
  
  
  
  
  
  
   
 
  
  
  
 
  
 
   
  
 
    
  

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan
bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-
ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu

253
orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah
menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum Karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah
kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

Tujuan khusus dakwah ini secara operasional dapat dibagi menjadi


beberapa tujuan lebih khusus, yakni:
a. Menganjurkan dan menunjukkan perintah-perintah Allah.
Perintah Allah secara garis besar ada dua, yakni Islam dan Iman.
b. Menumjukkan larangan-larangan Allah. Larangan ini meliputi
larangan-larangan yang bersifat perbuatan dan perkataan.
c. Menunjukkan keuntungan-keuntungan bagi kaum yang mau
bertaqwa kepada Allah.
d. Menunjukkan ancaman Allah bagi kaum yang ingkar kepada-
Nya.

2) Membina mental agama Islam bagi kaum yang masih muallaf.


Muallaf artinya orang yang baru masuk Islam atau masih lemah
keislaman dan keimanannya dikarenakan baru beriman.
Penanganan terhadap masyarakat yang masih muallaf jauh berbeda
dengan kaum yang sudah beriman kepada Allah, sehingga rumusan
tujuannya tidak sama, artinya disesuaikan dengan kemampuan dan
keadaan. Sebagaimana tujuan khusus yang lain, pada bagian ini
dibagi pula beberapa tujuan yang lebih khusus. Antara lain:
a. Menunjukkan bukti-bukti ke-Esaan Allah dengan beberapa
ciptaan-Nya.

254
b. Menunjukkan keuntungan bagi orang yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah.
c. Menunjukkan ancaman Allah bagi yang ingkar kepada-Nya.
d. Menganjurkan untuk berbuat baik dan mencegah berbuat
kejahatan.
e. Mengajarkan syari’at Allah berbuat dengan cara bijaksana
f. Memberikan beberapa tauladan dan contoh yang baik kepada
mereka (muallaf).

3) Mengajak manusia agar beriman kepada Allah (memeluk agama


Islam).
Tujuan ini berdasarkan firman Allah SWT:

  


  
   
 
Artinya : “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu
bertakwa”.

juga firman Allah SWT:

   


   
 
    
  
   
   
  

255
Artinya : “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah
hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al
Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka,
Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang
kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya”.

4) Mengajar dan mendidik anak agar tidak menyimpan dari fitrahnya.


Tujuan ini didasarkan pada al-Qur`an surat ar-Rûm (30) ayat 30

  


   
  
    
   
  
   
30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Kemudian abdul Kadir Muhammad mengemukakan bahwa tujuan


dakwah dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Mengajak manusia seluruhnya agar menyembah Allah yang
Maha Esa tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu dan
tidak pula bertuhan kepada selain Allah
2) Mengajak kaum muslimin agar mereka ikhlas beragama karena
Allah dan mengajak suapay amal perbuatnnya jangan
bertentangan dengan iman.

256
3) Mengajak manusia untuk menerapkan hukum Allah yang akan
mewujudkan kesejahteraan dan keselamatan bagi umat manusia
seluruhnya.11

Meskipun definisi tentang tujuan dakwah bervariasi, namun pada


hakekatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang
dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman, dalam
bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur, untuk
mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada
dataran kenyataan individual serta kultural dalam rangka kehidupan
manusia, dengan menggunakan cara tertentu. Dengan demikian, dari semua
tujuan-tujuan tersebut di atas, merupakan penunjang daripada tujuan akhir
aktifitas dakwah. Tujuan akhir aktifitas dakwah ini adalah terwujudnya
kebahagiaan dan kesejahteraan manusia lahir dan bathin di dunia dan di
akherat nanti

B. Strategi Dakwah Rasulullah


Rasulullah Saw adalah contoh terbaik dalam menggerakkan dan
mengelola dakwah. Keberhasilannya dalam mengajak manusia kepada agama
Allah, terhitung spektakuler. Bagaimana tidak, hanya dalam waktu 23 tahun
beliau berhasil mengajak seluruh bangsa Arab dalam pelukan Islam, yang
imbasnya secara alamiah dari generasi ke generasi Islam telah menyebar ke
seantero jagad. Jumlah populasi muslim dunia ,kini yang mencapai kurang lebih
1.5 milyar tak lepas dari kiprah beliau selama 23 tahun tersebut.
Bahasan seputar keberhasilan dakwah, tidak ada rujukan yang paling
pantas kecuali merujuk pada warisan sunnah yang telah ditinggalkan manusia
paling agung, yakni Muhammad SAW. Allah berfirman dalam surat Yusuf ayat
108 :

Abdul Kadir Munsyi, “Metode Diskusi Dalam Dakwah” dalam dalam Drs. Syamsul Munir Amin,
11

M.A., Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009, h. 66

257
   
     
   
   
 

Artinya : “Serulah kepada Allah atas dasar basyiroh, aku dan orang-orang
yang mengikutiku. Maha suci Allah, aku tiada termasuk orang-orang musyrik”.

Beberapa mufassir memberikan keterangan, yang dimaksud ‘alâ basyîrah


pada ayat diatas adalah ‘alâ sunnah atau alâ ‘ilmin, maknanya; dakwah kepada
Allah hendaklah berdasar sunnah rasul-Nya. Perintah ini sangatlah logis, sebab
telah terbukti dalam lembar sejarah Muhammad Saw sebagai rasul terakhir
benar-benar telah berhasil dengan gemilang menjadikan Islam sebagai
rahmatan lil ‘âlamîn. Tidak berlebihan kalau kemudian seorang peneliti barat
Michael Hurt, menempatkan Muhammad Saw pada urutan pertama dari 100
tokoh dunia yang paling berpengaruh. Keberhasilan dakwah Rasulullah erat
kaitannya dengan strategi dakwah yang beliau gunakan. Berikut akan penulis
sajikan secara garis besar bagaimana rasulullah Saw dalam meletakkan strategi
dakwah, hingga pengaruhnya semakin meluas sepanjang zaman.

Fase Dakwah Rasulullah.


Dalam catatan para sejarawan, disepakati fase dakwah rasulullah secara
global ada dua tahapan, dakwah sirriyah dan dakwah jahriyyah. Dakwah
sirriyah dijalaninya selama kurang lebih 3 tahun di awal masa kenabian,
sementara dakwah jahriyyah diawali setelah Allah memerintahkan beliau
dengan turunnya surat Al-Hijr ayat; 92.
Keberhasilan dakwah rasulullah yang paling menonjol pada masa
dakwah sirriyah, dapat diringkas ada 3 strategi penting dan sangat mendasar ,
antara lain ;
a) Dakwah dengan cara rekruitment (ad-da’wah ‘alâ al-isthifa’).

258
Dari sekian banyak masyarakat quraisy, yang dibidik pertama
rasulullah pada masa ini meliputi ; dari kalangan wanita istrinya sendiri
Khadijah, dari kalangan remaja Ali bin Abi Thalib, dan dari kalangan
pemuka dan tokoh masyarakat adalah Abu Bakar As-shidiq. Ketiga tokoh
ini, memang menjadi titik strategis dalam menentukan perjalanan dakwah
rasulullah berikutnya, terutama peran Khadijah yang mendukung total
dakwah beliau dengan pertaruhan total seluruh harta dan jiwanya, dan
peran Abu Bakar yang mampu melebarkan dakwah ke kalangan para elit
quraisy. Menurut keterangan seorang sejarawan yang bernama Ibnu Ishak,
masuk Islamnya Abu Bakar (Ibnu Qahafah) tak lama kemudian berhasil
digandeng pemuka-pemuka quraisy ke dalam barisan dakwah rasulullah,
antara lain ; Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam,
Saad bin Abi Waqas dan Thalhah bin Ubaidillah. Keenam sahabat inilah
yang memiliki peran penting dalam membentuk generasi assabiqûnal
awwalun (generasi pertama Islam ).
b) Dakwah dengan memberdayakan kaum wanita.
Peran wanita di masa awal dakwah terus diberdayakan oleh rasulullah,
karena kaum wanita sesungguhnya memiliki kekuatan dahsyat. Bila ini
diberdayakan untuk gerakan dakwah akan menghasilkan hasil yang sangat
pesat. Pada konteks ini, yang menjadi titik sentral adalah peran Khadijah
yang berhasil mendidik putri-putri Rasulullah, mendukung dakwah beliau.
Peran kedua dijalankan oleh Asma binti Abu Bakar, yang menjadi
pahlawan pada perjalanan hijrah beliau ke Madinah. Dari kedua wanita
inilah secara bertahap wanita-wanita terkemuka quraisy, masuk Islam di
antaranya bibi Rasulullah dari jalur bapaknya.
c) Dakwah difokuskan pada pembinaan aqidah.
Pembinaan aqidah pada masa awal risalah difokuskan di rumah salah
seorang sahabat yang bernama Arqom bin Abil Arqom, di pinggiran kota
Makkah. Inilah tempat pendadaran dan penggemblengan sejumlah sahabat
utama rasulullah. Di rumah ini pula lah Umar bin Khattab diislamkan
Rasulullah. Di rumah ini pula lah sahabat Mus’ab bin Umair dididik

259
rasulullah, yang nantinya sahabat ini dipercaya rasullah membuka dakwah
di kota Yastrib.

Kemudian pada fase dakwah jahriyyah. Adapun poin-poin penting yang


mendorong keberhasilan dakwah rasulullah antara lain :
a) Dakwah kepada kerabat (da’watul aqrobîn).
Media pertemuan-pertemuan keluarga dijadikan sarana rasulullah
untuk mengajak kaum kerabatnya yang tergolong kelas pemimpin di mata
masyarakat quraisy. Pada masa ini, berhasil direkrut dua paman rasulullah
yang menjadi pembela dakwah beliau, pertama Abu Thalib. Meski belum
mau menerima ajaran Islam, namun inilah palang pintu utama rasulullah
dalam menghadapi intimidasi kaum quraisy. Kedua , Hamzah bin Abdul
Mutholib, selain telah menerima ajaran Islam, beliau inilah yang menjadi
palang pintu kedua rasulullah dalam menghadapi intimidasi dari Abu Jahl
dan Abu Lahab. Ketokohan Hamzah bin Abdul Mutholib dari sisi
keprajuritan di mata masyarakat quraisy, jelas memperkuat posisi dakwah
rasul di Makkah saat itu.
b) Dakwah dengan menggunakan media umum (dakwah ‘âmmah).
Media-media umum yang bisa dipergunakan untuk dakwah tak luput
dari perhatian rasulullah dalam menegakkan dakwah risalah. Pada masa ini
yang perlu digarisbawahi adalah dipergunakannya momentum haji oleh
rasulullah untuk dakwah, hingga berhasil bergabung dalam barisan dakwah
beliau 12 orang dari suku Aus dan Khazroj dari Madinah pada musim haji.
Pada musim haji berikutnya, 12 orang ini membawa 70 orang dari Madinah
yang bersedia masuk Islam dan setia membela rasul dalam perjuangan
dakwahnya. Peristiwa inilah yang dikenal dalam sejarah dengan sebutan
Bai’atul Aqabah pertama dan Bai’atul Aqabah kedua.
c) Dakwah dengan tulisan (surat)
Rasulullah tidak meninggalkan peran dunia tulis menulis dalam
dakwahnya, meskipun beliau ditakdirkan sebagai seorarng yang buta huruf,
lewat para sahabatnya beliau menggunakan tulisan untuk menjangkau

260
sasaran dakwah yang sangat jauh. Seperti beliau mengirim surat kepada
para raja, untuk diajak beriman kepada Allah. Diantaranya yang berhasil
masuk Islam adalah raja Najasi di Habasyah (Ethiophia-Afrika), yang
dalam perjalanan dakwah Islam raja Najasyi kontribusinya tidak kecil.
Kegiatan tulis menulis inilah yang dikemudian hari dikembangkan oleh
para sahabat beliau dan para tabi’in untuk menyebarkan dakwah Islam ke
seluruh pelosok dunia. Bahkan di kalangan sahabat dan tabi’in, hampir
semua ulama meninggalkan karya yang bisa dibaca dan diwriskan pada
generasi berikutnya.12

C. Amar Ma’ruf Nahi Munkar sebagai Kewajiban Sosial Umat Islam


Amar ma’kruf nahi munkar merupakan tuntunan yang diturunkan Allah
dalam kitab-kitab-Nya, disampaikan oleh rasul-rasul-Nya dan merupakan
bagian dari syari’at Islam. Dalam Al-Qur`an dijumpai lafadz "amar ma'ruf nahi
munkar" pada beberapa tempat. Sebagai contoh dalam QS. Ali Imran: 104:

   


  
  
   
 
Artinya : "Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung".
Hasbi Ash Siddieqy menafsirkan ayat ini: "Hendaklah ada di antara kamu
suatu golongan yang menyelesaikan urusan dawah, menyuruh ma'ruf (segala
yang dipandang baik oleh syara` dan akal) dan mencegah yang munkar (segala
yang dipandang tidak baik oleh syara` dan akal) mereka itulah orang yang
beruntung."

12
http://www.stomatolog-warszawa.19t.pl, Strategi Dakwah Rasulullah, diakses taggal 6 Februari
2012

261
Dalam ayat lain disebutkan:

   


 
  
   
   
    
 
 

Artinya : "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi umat manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman
kepada Allah" (QS. Ali Imran: 110).

Lafadz amar ma'ruf dan nahi munkar tersebut juga bisa ditemukan dalam
QS. At Taubah: 71, Al Hajj: 41, Al-A'raf: 165, Al Maidah: 78-79 serta masih
banyak lagi dalam surat yang lain.
Bila dicermati, ayat-ayat di atas menyiratkan bahwa amar ma'ruf nahi
munkar merupakan perkara yang benar-benar urgen dan harus
diimplementasikan dalam realitas kehidupan masyarakat. Secara global ayat-
ayat tersebut menganjurkan terbentuknya suatu kelompok atau segolongan
umat yang intens mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kejelekan.
Kelompok tersebut bisa berupa sebuah organisasi, badan hukum, partai ataupun
hanya sekedar kumpulan individu-individu yang sevisi. Anjuran tersebut juga
dikuatkan dengan hadits Rasulullah: "Jika kamu melihat umatku takut berkata
kepada orang dzhalim, 'Hai dzhalim!', maka ucapkan selamat tinggal
untuknya."
Dari ayat-ayat di muka dapat ditangkap bahwa amar ma'ruf dan nahi
munkar merupakan salah satu parameter yang digunakan oleh Allah dalam
menilai kualitas suatu umat. Ketika mengangkat kualitas derajat suatu kaum ke

262
dalam tingkatan yang tertinggi Allah berfirman: "Kalian adalah umat terbaik
yang dilahirkan untuk umat manusia." Kemudian Allah menjelaskan alasan
kebaikan itu pada kelanjutan ayat: "Menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar." (QS. Ali Imran: 110). Demikian juga dalam
mengklasifikasikan suatu umat ke dalam derajat yang serendah-rendahnya,
Allah menggunakan eksistensi amar ma'ruf nahi munkar sebagai parameter
utama. Allah Swt. berfirman: "Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani
Isra'il melalui lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu
disebabkan mereka durhaka dan selalu tidak melarang tindakan munkar yang
mereka perbuat." (QS. Al Maidah 78-79). Dari sinipun sebenarnya sudah bisa
dipahami sejauh mana tingkat urgensitas amar ma'ruf nahi munkar.
Bila kandungan ayat-ayat amar ma'ruf nahi munkar dicermati, -terutama
ayat 104 dari QS. Ali Imran- dapat diketahui bahwa lafadz amar ma'ruf dan
nahi munkar lebih didahulukan dari lafadz iman, padahal iman adalah sumber
dari segala rupa taat. Hal ini dikarenakan amar ma'ruf nahi munkar adalah
bentengnya iman, dan hanya dengannya iman akan terpelihara. Di samping itu,
keimanan adalah perbuatan individual yang akibat langsungnya hanya kembali
kepada diri si pelaku, sedangkan amar ma'ruf nahi munkar adalah perbuatan
yang berdimensi sosial yang dampaknya akan mengenai seluruh masyarakat
dan juga merupakan hak bagi seluruh masyarakat.
Hamka berpendapat bahwa pokok dari amar ma'ruf adalah mentauhidkan
Allah, Tuhan semesta alam. Sedangkan pokok dari nahi munkar adalah
mencegah syirik kepada Allah. Implementasi amar ma'ruf nahi munkar ini pada
dasarnya sejalan dengan pendapat khalayak yang dalam bahasa umumnya
disebut dengan public opinion, sebab al ma'ruf adalah apa-apa yang disukai dan
diingini oleh khalayak, sedang al munkar adalah segala apa yang tidak diingini
oleh khalayak. Namun kelalaian dalam ber-amar ma'ruf telah memberikan
kesempatan bagi timbulnya opini yang salah, sehingga yang ma'ruf terlihat
sebagai kemunkaran dan yang munkar tampak sebagai hal yang ma'ruf.
Konsisten dalam ber-amar ma'ruf nahi munkar adalah sangat penting dan
merupakan suatu keharusan, sebab jika ditinggalkan oleh semua individu dalam

263
sebuah masyarakat akan berakibat fatal yang ujung-ujungnya berakhir dengan
hancurnya sistem dan tatanan masyarakat itu sendiri. Harus disadari bahwa
masyarakat itu layaknya sebuah bangunan. Jika ada gangguan yang muncul di
salah satu bagian, amar ma'ruf nahi munkar harus senantiasa diterapkan sebagai
tindakan preventif melawan kerusakan. Mengenai hal ini Rasulullah Saw.
memberikan tamsil: "Permisalan orang-orang yang mematuhi larangan Allah
dan yang melanggar, ibarat suatu kaum yang berundi di dalam kapal. Di antara
mereka ada yang di bawah. Orang-orang yang ada di bawah jika hendak
mengambil air harus melawati orang-orang yang ada di atas meraka. Akhirnya
mereka berkata 'Jika kita melubangi kapal bagian kita, niscaya kita tidak akan
mengganggu orang yang di atas kita'. Jika orang yang di atas membiarkan
mereka melubangi kapal, niscaya semua akan binasa. Tetapi jika orang yang
di atas mencegah, maka mereka dan semuannya akan selamat."
Suatu kaum yang senantiasa berpegang teguh pada prinsip ber-amar
ma'ruf nahi munkar akan mendapatkan balasan dan pahala dari Allah Swt. yang
antara lain berupa:
1. Ditinggikan derajatnya ke tingkatan yang setinggi-tingginya (QS. Ali
Imran: 110).
2. Terhindar dari kebinasaan sebagaimana dibinasakannya Fir'aun beserta
orang-orang yang berdiam diri ketika melihat kedzalimannya.
3. Mendapatkan pahala berlipat dari Allah sebagaimana sabda Nabi Saw.:
"Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan
pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat,
tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun".
4. Terhindar dari laknat Allah sebagai mana yang terjadi pada Bani Isra'il
karena keengganan mereka dalam mencegah kemunkaran. (QS. Al-Maidah:
78-79).

Secara prinsipil seorang Muslim dituntut untuk tegas dalam


menyampaikan kebenaran dan melarang dari kemunkaran. Rasul Saw.
bersabda: "Barang siapa di antara kamu menjumpai kemunkaran maka

264
hendaklah ia rubah dengan tangan (kekuasaan)nya, apabila tidak mampu
hendaklah dengan lisannya, dan jika masih belum mampu hendaklah ia
menolak dengan hatinya. Dan (dengan hatinya) itu adalah selemah-lemahnya
iman". Hadits ini memberikan dorongan kepada orang Muslim untuk ber-amar
ma'ruf dengan kekuasaan dalam arti kedudukan dan kemampuan fisik dan
kemampuan finansial. Amar ma'ruf dan khususnya nahi munkar minimal
diamalkan dengan lisan melalui nasihat yang baik, ceramah-ceramah, ataupun
khutbah-khutbah, sebab semua. Muslim tentunya tidak ingin bila hanya
termasuk di dalam golongan yang lemah imannya.13

D. Prinsip-prinsip Islam dalam Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Da'wah dan amar ma'ruf nahi munkar dengan metode yang tepat akan
menghantarkan dan menyajikan ajaran Islam secara sempurna. Metode yang di
terapkan dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar tersebut sebenarnya
akan terus berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat yang
dihadapi para da'i. Amar ma'ruf dan nahi munkar tidak bertujuan memperkosa
fitrah seseorang untuk tunduk dan senantiasa mengikuti tanpa mengetahui
hujjah (argumentasi) yang dipakai, tetapi untuk memberikan koreksi dan
membangkitkan kesadaran dalam diri seseorang akan kesalahan dan
kekurangan yang dimiliki.
Ketegasan dalam menyampaikan amar ma'ruf dan nahi munkar bukan
berarti menghalalkan cara-cara yang radikal. Implementasinya harus dengan
strategi yang halus dan menggunakan metode tadarruj (bertahap) agar tidak
menimbulkan permusuhan dan keresahan di masyarakat. Penentuan strategi dan
metode amar ma'ruf nahi munkar harus mempertimbangkan kondisi sosial
masyarakat yang dihadapi. Jangan sampai hanya karena kesalahan kecil dalam
menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar justru mengakibatkan kerusakan
dalam satu umat dengan social cost yang tinggi.

13
H. Tata Sukayat, M.Ag., Quantum Dakwah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 7-11

265
Dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar hendaknya
memperhatikan beberapa poin yang insya Allah bisa diterapkan dalam berbagai
bentuk masyarakat:
1. Hendaknya amar ma'ruf nahi munkar dilakukan dengan cara yang ihsan
agar tidak berubah menjadi penelanjangan aib dan menyinggung perasaan
orang lain. Ingatlah ketika Allah berfirman kepada Musa dan Harun agar
berbicara dengan lembut kepada Fir'aun (QS. Thaha: 44).
2. Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka sebelum
memperbaiki orang lain seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan
berbenah diri, sebab cara amar ma'ruf yang baik adalah yang diiringi dengan
keteladanan.
3. Menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar disandarkan kepada keihklasan
karena mengharap ridla Allah, bukan mencari popularitas dan dukungan
politik.
4. Amar ma'ruf nahi munkar dilakukan menurut al-Qur`an dan al-Sunnah,
serta diimplementasikan di dalam masyarakat secara berkesinambungan.

Dalam menyampaikan da'wah amar ma'ruf nahi munkar, para da'i dituntut
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, baik kepada Allah maupun
masyarakat dan negara. Bertanggung jawab kepada Allah dalam arti bahwa
da'wah yang ia lakukan harus benar-benar ikhlas dan sejalan dengan apa yang
telah digariskan oleh Al-Qur`an dan as-Sunnah. Bertanggung jawab kepada
masyarakat atau umat menganduang arti bahwa da'wah Islamiyah memberikan
kontribusi positif bagi kehidupan sosial umat yang bersangkutan. Bertanggung
jawab kepada negara mengandung arti bahwa pengemban risalah senantiasa
memperhatikan kaidah hukum yang berlaku di negara dimana ia berda'wah. Jika
da'wah dilakukan tanpa mengindahkan hukum positif yang berlaku dalam
sebuah negara, maka kelancaran da'wah itu sendiri akan terhambat dan bisa
kehilangan simpati dari masyarakat.14

14
Ibid, hal. 5-6

266
E. Permasalahan Sosisal di Masyarakat dalam Berdakwah
Posisi manusia jika dihubungkan dengan tugasnya di dunia, maka
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 30; manusia diciptakan
sebagai khalifah di bumi. Seorang khalifah atau pemimpin harus memimpin
umat dengan cara berdakwah. Mengingat bahwa dakwah merupakan tugas
yang mulia, banyak sekali para pelopor yang sengaja mendirikan organisasi
masyarakat khususnya di Indonesia. Seperti yang diketahui yakni ormas NU,
Muhamadiyah, Persis, Ahmadiyah, FPI, Hizbut Tahrir, dan lain sebagainya.
Kesemua ormas tersebut, pada hakikatnya memiliki visi dan misi yang sama
yakni untuk menegakkan Islam khususnya di kalangan umat Islam sendiri,
umumnya di kalangan masyarakat lainnya (non Muslim).
Kegiatan terbesar yang dilakukan oleh ormas-ormas ini dititikberatkan
di bidang dakwah. Dalam berdakwah, mereka memiliki metode sendiri-sendiri.
Di antara semua organisasi dakwah ini yang paling disoroti belakangan adalah
dakwah yang dilakukan oleh FPI (Front Pembela Islam). Prinsip dakwah yang
dilakukan oleh FPI adalah dengan metode bil-‘amal atau dengan perbuatan.
Bil-‘amal di sini adalah dengan berbagai aksi-aksi menghilangkan
kemaksiatan. Aksi-aksi yang dilakukannya sering kali mengundang sikap pro
dan kontra dari aparat pemerintah maupun masyarakat. Ada yang mengatakan
bahwa prinsip dakwah bil-‘amal FPI ini bersifat radikal atau penuh dengan aksi
kekerasan. Motto gerakan FPI yakni:
" ‫" عش كريما او مت شهيدا‬
Artinya: “Hidup mulia atau mati syahid.”
Hidup mulia yakni mengisi kehidupan dengan dakwah sehingga akan mati
syahid karena telah menolong agama Allah SWT. Berangkat dari motto
tersebut, maka mereka harus berdakwah dengan cara yang terkadang dianggap
keras, karena menurut beberapa tokoj mereka, dakwah dengan cara yang
lembut terkadang masyarakat tidak merasakan efek jera setelah melakukan
kemaksiatan.
Aksi-aksi dakwah FPI bukanlah aksi-aksi taklid buta melainkan ditunjang oleh
2 aspek, yakni aspek internal dan eksternal. Aspek internal yaitu maraknya

267
kemaksiatan yang dilakukan masyarakat khususnya di kota-kota besar dan
pemerintah yang mempunyai otoritas dalam menanggulanginya ternyata tidak
melakukan reaksi apapun. Sehingga, FPI merasa bertanggung jawab untuk
mencegah perbuatan munkar yang terjadi sekitaranya. Aspek eksternal yaitu
adanya intervensi dari barat (Amerika) dalam berbagai bidang seperti politik,
ekonomi, budaya dan lain sebagainya yang cenderung mendominasi dan
mengekploitasi negara-negara berkembang. Selain itu Isra’il dengan dibantu
oleh Amerika Serikat melakukan tindakan-tindakan tidak manusiawi terhadap
negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam (Palestina), hal
ini menyebabkan mereka (FPI) merasa juga disakiti dan menggalang rasa
solidaritas sesama umat Islam. Dengan alasan-alasan di atas maka mereka
memunculkan kelompok-kelompok Islam radikal yang cenderung bersikap
keras terhadap kemaksiatan dan hal-hal yang berbau Amerika (barat).
Aspek yang melatarbelakangi dakwah dengan tindak kekerasan sangat
didukung dengan peran individu-individu yang ada di FPI dengan lingkungan
masyarakat yang gandrung akan kemaksiatan. FPI memposisikan diri sebagai
kelompok Islam yang harus menyerukan nilai-nilai ke-Islaman dengan ber-
amar ma’ruf nahi munkar terhadap individu-individu kemaksiatan tersebut.
Mereka menggunakan metode dakwah bil-‘amal (merubah kemungkaran
dengan tangan atau kekuasaan), bahwa metode ini merupakan metode yang
paling awal disebutkan di dalam sabda rasulullah saw. sehingga keutamaan
metode ini sangat jelas karena dilakukan dengan aksi-aksi yang begitu konkrit.
Dakwah FPI jika diterapkan di Indonesia baik di perkotaan apalagi di
perkampungan yang sama sekali belum tersentuh modernisasi, tentunya akan
mengundang sikap pro dan kontra. Sekaligus memberi peluang bagi
masyarakat men-judge agama Islam sebagai agama yang keras tindakannya,
agama yang tidak bijaksana. Sedangkan karakteristik masyarakat Indonesia
yang dikenal ramah tamah, tentunya sebagian besar menolak metode dakwah
yang demikian.
Dakwah memang sebuah kewajiban bagi umat Islam, namun harus disesuaikan
metode dakwah dengan kondisi mad’u (orang yang didakwahi), baik itu

268
ditinjau dari kondisi ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan. Dengan
penyesuaian metode, maka akan tercapai tujuan dakwah yakni merubah
masyarakat ke arah yang lebih baik dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan
di dalam Islam.

269
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Syamsul Munir, M.A., Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009.


Aziz, Jum’ah Amin Abdul, Fiqih Dakwah; Studi atas Berbagai Prinsip dn Kaidah
yang Harus dijadikan Acuan dalam Dakwah Islamiyah, Surakarta: Era
Adicitra Intermedia, 2010.
Hajsmy,. A. Dustur Dakwah Menurut Alqur’an, Jakarta: Bulan Bintang, 1884.
Hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1990.
Luth, Thohir, M. Natsir; Dakwah dan pemikirannya, cetakan I, Jakarta: Gema
Insani Press, 1999.
Omar, Toha Yahya, M.A., Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1979
Shihab. M. Quraish, Membumikan Alqur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, cetakan 22, Bandung: Mizan, 2001.
Sukayat, Tata, Quantum Dakwah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
http://www.stomatolog-warszawa.19t.pl, Strategi Dakwah Rasulullah, diakses
tanggal 6 Februari 2012

270

Anda mungkin juga menyukai

  • Kaki Diabetik
    Kaki Diabetik
    Dokumen15 halaman
    Kaki Diabetik
    Alief Mabrur Rahmatullah
    Belum ada peringkat
  • Pomr Af
    Pomr Af
    Dokumen8 halaman
    Pomr Af
    Alief Mabrur Rahmatullah
    Belum ada peringkat
  • Tes Bisik
    Tes Bisik
    Dokumen15 halaman
    Tes Bisik
    Alief Mabrur Rahmatullah
    Belum ada peringkat
  • Referat Mata OCT
    Referat Mata OCT
    Dokumen14 halaman
    Referat Mata OCT
    Alief Mabrur Rahmatullah
    Belum ada peringkat
  • Pneumonia
    Pneumonia
    Dokumen34 halaman
    Pneumonia
    Alief Mabrur Rahmatullah
    Belum ada peringkat