1. Proses termodinamika
Proses Adiabatik, dq = 0, tidak ada pertukaran panas antara sistem dengan lingkungan
Pada hakikatnya, dalam Termodinamika hanya dibahas 8 (delapan) besaran fisis, yaitu:
energi bebas Gibbs (G), tekanan (p), entalpi (H), entropi (S), energi dalam (U), volume (V),
energi bebas Helmholtz (F), dan temperatur (T).
Potensial Termodinamis
Potensial termodinamis ada empat, yaitu: dG (perubahan energi bebas Gibbs), dH (perubahan
entalpi),
dU (perubahan energi dalam), dan dF (perubahan energi bebas Helmholtz)
W=
2. Laju Reaksi
Laju reaksi atau kecepatan reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi zat
pereaksi atau produk reaksi tiap satuan waktu.
Laju reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Untuk reaksi,
A + B C + D
atau
Tanda (-) negative artinya semakin berkurangnya konsentrasi reaktan A atau B dalam waktu
tertentu.
atau
Tanda (+) positif artinya semakin bertambahnya konsentrasi produk C atau D dalam waktu
tertentu.
Sedangkan perbandingan laju reaksi antara masing-masing komponen, laju reaksi akan
berbanding terbalik dengan koefisien.
Reaksi a A + b B c C + d D
Memiliki laju reaksi sebagai berikut.
Laju reaksi =
Laju reaksi dinyatakan dalam satuan konsentrasi per satuan waktu. Pada umumnya
konsentrasi dinyatakan dalam mol per liter dan waktu dinyatakan dalam detik, menit, jam
atau hari bergantung pada lamanya.
Mekanisme reaksi
Reaksi kimia tidak selalu berjalanpada satu langkah reaksi, melainkan melalui serangkaian
langkah reaksi yang disebut sebagai mekanisme reaksi. Misalkan reaksi : 2NO + O2
2NO2, berlangsung melalui mekanisme sebagai berikut :
Langkah pertama : 2NO N2O2
Langkah kedua : N2O2 + O2 2NO2
Pada reaksi total, orde reaksi tidak berhubungan dengan koefisien reaksi. Namun pada reaksi
elementer, koefisien reaksi merupakan order dari senyawa yang bersangkutan. Persamaan
laju reaksi pada langkah kedua:
N2O2 merupakan senyawa intermediet yang harus dihilangkan dari persamaan laju reaksi.
Pada keseimbangan langkah pertama berlaku:
3. SPEKTROFOTOMETRI
Hukum Beer pada spektrum normal, A = εbc, pada bentuk derivatif akan menjadi:
dengan Dn adalah turunan orde ke-n pada panjang gelombang λ. Spektrum normal diperoleh
dari plot hubungan antara nilai absorbans (A) dan nilai panjang gelombang (λ), sedangkan
spektrum turunan pertama
merupakan plot hubungan antara dA/dλ dan nilai λ, nilai plot spektrum turunan pertama
digunakan untuk menentukan d2A/dλ2 yang apabila diplot terhadap λ maka akan
menghasilkan plot spektrum turunan kedua. Untuk memperoleh spektrum turunan ke-n maka
dibuat plot hubungan antara dnA/dλn dan nilai λ ( Penerapan hukum Lambert-Beer ini
berdasarkan pada pemilihan kondisi optimum, termasuk pemilihan pita spektrum yang paling
sesuai, orde derivatif yang cocok, serta metode pengukuran dan optimalisasi semua parameter
instrumen yang penting (Popovic et al. 2000).
Penentuan titik kesetaraan titrasi potensiometri dengan cara turunan dilakukan dengan
merajah kurva titrasi turunan pertama, yang disebut kurva diferensial. Kurva diferensial ini
dibuat dengan menghitung kenaikan pH per satuan kenaikan volume pentiter (pH/V),
kemudian perbandingan (pH/V) disajikan dalam bentuk grafik sebagai fungsi dari volume
pentiter yang ditambahkan.
Sumber :
Internet : http://sertifikasiguru.unm.ac.id/Model%20Pembelajaran/Kimia.pdf
Diakses tanggal 12 november 2013
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/AHMAD_SAMS
UDIN/Publikasi/15PFis_AhmadAbu.pdf
Diakses tanggal 12 november 2013
http://kimia.unnes.ac.id/kasmui/kf1/Termodinamika-Hukum-123.pdf
Diakses tanggal 12 november 2013
file:///C:/Users/toshiba/Downloads/konsep-dasar-termodinamika-09.ppt
Diakses tanggal 12 november 2013
Textbook : Suharsini, Maria.2007. Kimia dan Kecakapan Hidup kelas XI.Jakarta: Ganeca
Exact
Rival, Harrizul.1995.Asas Pemeriksaan Kimia.Jakarta : UI Press
Riyanto, Nurdin dan Akbar, Ari Yustisia. 2009. Super Genius Olimpiade
Kimia SMA Nasional dan International.Yogyakarta: Pustaka Widyatama