Anda di halaman 1dari 6

APLIKASI DIFERENSIAL DALAM ILMU KIMIA

1. Proses termodinamika

 Operasi yang menyebabkan keadaan sistem berubah

Ada beberapa jenis proses termodinamika :

 Proses Isotermis , dT = 0, tidak ada perubahan temperatur sistem

 Proses Adiabatik, dq = 0, tidak ada pertukaran panas antara sistem dengan lingkungan

 Proses Isobaris , dP = 0, tekanan sistem konstan

 Proses Isokoris, dV = 0, tidak ada perubahan volume sistem

 Proses Siklis, dU = 0, dH = 0, Sistem melakukan beberapa proses yang berbeda tetapi


akhirnya kembali pada keadaan semula

Pada hakikatnya, dalam Termodinamika hanya dibahas 8 (delapan) besaran fisis, yaitu:
energi bebas Gibbs (G), tekanan (p), entalpi (H), entropi (S), energi dalam (U), volume (V),
energi bebas Helmholtz (F), dan temperatur (T).
Potensial Termodinamis
Potensial termodinamis ada empat, yaitu: dG (perubahan energi bebas Gibbs), dH (perubahan
entalpi),
dU (perubahan energi dalam), dan dF (perubahan energi bebas Helmholtz)

a. (perubahan energi bebas Gibbs)


dG = dp - dT (1)
Dengan menggunakan analisis satuan, diperoleh G adalah energi bebas dengan satuan joule =
Nm, sehingga dp juga harus bersatuan joule. Tekanan (p) sendiri satuannya pascal (N / m 2),
sehingga untuk menjadi N m harus dikalikan dengan m 3 yang tidak lain adalah satuan volume
(V). Untuk dT satuannya Kelvin (K), sehingga agar menjadi N m harus dikalikan dengan
joule / Kelvin (J / K) yang tidak lain adalah satuan entropi (S). Dengan analisis satuan ini,
persamaan (1) dapat ditulis menjadi:
dG = V dp – S dT . . . (2)
b. (perubahan entalpi)
dH = dS + dp . . . (3)
Dengan analisis satuan, diperoleh bahwa dH dengan satuan N m, maka dS harus dikalikan
dengan temperatur (T) dan dp harus dikalikan dengan volume (V). Dengan demikian,
persamaan (3) dapat ditulis sebagai persamaan:
dH = T dS + V dp . . . (4)
Persamaan (4) inilah yang mendeskripsikan konsep potensial termodinamis II.

c. energi dalam (U)


dU = dS - dV . . . (5)
Dengan analisis satuan, diperoleh bahwa dU dengan satuan N m, maka dS harus dikalikan
dengan temperatur (T) dan dV harus dikalikan dengan tekanan (p). Dengan demikian
persamaan (5) dapat ditulis sebagai persamaan:
dU = T dS - p dV . . . (6)
Persamaan (6) inilah yang mendeskripsikan konsep potensial termodinamis III.

4. (perubahan energi bebas Helmholtz)


dF = - dV - dT (7)
Dengan analisis satuan, diperoleh bahwa dF dengan satuan N m, maka dV harus dikalikan
dengan tekanan (p) dan dT harus dikalikan dengan entropi (S). Dengan demikian persamaan
(7) dapat ditulis sebagai persamaan:
dF = - p dV - S dT . . . (8)
Persamaan (8) inilah yang mendeskripsikan konsep potensial termodinamis IV.

Kalor dan kerja


Kalor, q, adalah energi yang dipindahkan melalui batas-batas sistem, sebagai
akibat langsung dari perbedaan temperatur yang terdapat antara sistem dan lingkungan.
Menurut perjanjian, q adalah positif jika kalor masuk sistem, dan negatif jika kalor keluar
sistem. Jadi, q bukan sifat sistem dan juga bukan fungsi keadaan, sehingga dq bukan
merupakan suatu diferensial eksak (disini ditunjukkan dengan δq).
Kerja, w, adalah setiap energi yang bukan kalor, yang dipertukarkan antara sistem
dan lingkungan. Kerja ini dapat berupa kerja mekanik, kerja listrik, kerja ekspansi, kerja
permukaan, kerja magnetik, dan sebagainya. Seperti hlanya dengan q maka w dihitung
positif jika sistem menerima kerja (lingkungan melakukan kerja terhadap sistem) dan negatif
jika sistem melakukan kerja terhadap lingkungan. Jadi, w bukan fungsi keadaan dan dw
bukan diferensial eksak (disini ditunjukkan dengan δw).
Suatu bentuk kerja dalam ilmu kimia adalah kerja ekspansi (juga disebut kerja
volum) yaitu kerja yang berkaitan dengan perubahan volume sistem , secara matematik
kerja ini dinyatakan sebagai:
w = -P1 dv = -P1 (V2 –V1)
Pada persamaan di atas V1 dan V2 berturut-turut ialah volume awal dan volume
akhir sistem. Bagi proses yang berlangsung reversibel P1 dapat disamakan dengan tekanan
sistem, P, dalam hal ini:
w = -P dv = -P Δv
untuk gas ideal
, sehingga persamaan di atas menjadi :

W=

2. Laju Reaksi
Laju reaksi atau kecepatan reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi zat
pereaksi atau produk reaksi tiap satuan waktu.
Laju reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Untuk reaksi,
A + B  C + D

atau

Tanda (-) negative artinya semakin berkurangnya konsentrasi reaktan A atau B dalam waktu
tertentu.

atau
Tanda (+) positif artinya semakin bertambahnya konsentrasi produk C atau D dalam waktu
tertentu.
Sedangkan perbandingan laju reaksi antara masing-masing komponen, laju reaksi akan
berbanding terbalik dengan koefisien.

Reaksi a A + b B  c C + d D
Memiliki laju reaksi sebagai berikut.

Laju reaksi =

Laju reaksi dinyatakan dalam satuan konsentrasi per satuan waktu. Pada umumnya
konsentrasi dinyatakan dalam mol per liter dan waktu dinyatakan dalam detik, menit, jam
atau hari bergantung pada lamanya.

Mekanisme reaksi
Reaksi kimia tidak selalu berjalanpada satu langkah reaksi, melainkan melalui serangkaian
langkah reaksi yang disebut sebagai mekanisme reaksi. Misalkan reaksi : 2NO + O2
2NO2, berlangsung melalui mekanisme sebagai berikut :
Langkah pertama : 2NO  N2O2
Langkah kedua : N2O2 + O2 2NO2
Pada reaksi total, orde reaksi tidak berhubungan dengan koefisien reaksi. Namun pada reaksi
elementer, koefisien reaksi merupakan order dari senyawa yang bersangkutan. Persamaan
laju reaksi pada langkah kedua:

N2O2 merupakan senyawa intermediet yang harus dihilangkan dari persamaan laju reaksi.
Pada keseimbangan langkah pertama berlaku:
3. SPEKTROFOTOMETRI
Hukum Beer pada spektrum normal, A = εbc, pada bentuk derivatif akan menjadi:

dengan Dn adalah turunan orde ke-n pada panjang gelombang λ. Spektrum normal diperoleh
dari plot hubungan antara nilai absorbans (A) dan nilai panjang gelombang (λ), sedangkan
spektrum turunan pertama
merupakan plot hubungan antara dA/dλ dan nilai λ, nilai plot spektrum turunan pertama
digunakan untuk menentukan d2A/dλ2 yang apabila diplot terhadap λ maka akan
menghasilkan plot spektrum turunan kedua. Untuk memperoleh spektrum turunan ke-n maka
dibuat plot hubungan antara dnA/dλn dan nilai λ ( Penerapan hukum Lambert-Beer ini
berdasarkan pada pemilihan kondisi optimum, termasuk pemilihan pita spektrum yang paling
sesuai, orde derivatif yang cocok, serta metode pengukuran dan optimalisasi semua parameter
instrumen yang penting (Popovic et al. 2000).

4. Penentuan Titik kesetaraan Titrasi Pontensiometri

Penentuan titik kesetaraan titrasi potensiometri dengan cara turunan dilakukan dengan
merajah kurva titrasi turunan pertama, yang disebut kurva diferensial. Kurva diferensial ini
dibuat dengan menghitung kenaikan pH per satuan kenaikan volume pentiter (pH/V),
kemudian perbandingan (pH/V) disajikan dalam bentuk grafik sebagai fungsi dari volume
pentiter yang ditambahkan.

Sumber :

Internet : http://sertifikasiguru.unm.ac.id/Model%20Pembelajaran/Kimia.pdf
Diakses tanggal 12 november 2013
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/AHMAD_SAMS
UDIN/Publikasi/15PFis_AhmadAbu.pdf
Diakses tanggal 12 november 2013
http://kimia.unnes.ac.id/kasmui/kf1/Termodinamika-Hukum-123.pdf
Diakses tanggal 12 november 2013
file:///C:/Users/toshiba/Downloads/konsep-dasar-termodinamika-09.ppt
Diakses tanggal 12 november 2013

Textbook : Suharsini, Maria.2007. Kimia dan Kecakapan Hidup kelas XI.Jakarta: Ganeca
Exact
Rival, Harrizul.1995.Asas Pemeriksaan Kimia.Jakarta : UI Press
Riyanto, Nurdin dan Akbar, Ari Yustisia. 2009. Super Genius Olimpiade
Kimia SMA Nasional dan International.Yogyakarta: Pustaka Widyatama

Anda mungkin juga menyukai