Anda di halaman 1dari 78

1.

Triana Paramita (052 001600 068)

ARSITEKTUR NUSA TENGGARA 2.


3.
4.
Bella Aisyyah M.
Dwi Rachma S.
Faradila
(052 001600 079)
(052 001600 082)
(052 001600 083)
NUSA TENGGARA
Nusa Tenggara terbagi atas:
1. Nusa Tenggara Timur (NTT)
2. Nusa Tenggara Barat (NTB)
ARSITEKTUR NUSA TENGGARA BARAT
GEOGRAFIS

Nusa Tenggara Barat terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, memiliki luas wilayah
20.153,15 km2. Ibu kota provinsi ini adalah kota Mataram yang berada di Pulau Lombok. Di
sebelah utara, provinsi ini berbatasan dengan Laut Flores, bagian barat berbatasan dengan
provinsi Bali, bagian timur berbatasan dengan provinsi Nusa Tenggara Timur, dan bagian
selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.
RUMAH DALAM
SOKA
• Rumah istana Sumbawa atau dalam Soka
adalah rumah adat atau istana yang didirikan
dan dikembangkan oleh pemerintahan sultan
Muhammad Jalaluddin Syah III di
pulau Sumbawa. Istana dalam loka dibangun
mengarah ke selatan yaitu ke Bukit Sampar
dan alun-alun kota dan hanya memiliki satu
pintu masuk utama melalui tangga depan dan
pintu samping melalui tangga kecil.
KONSEP RUANG
Pada bagian dalam bangunan bala rea atau graha besar
terdapat beberapa ruangan yaitu, Lunyuk Agung,
Lunyuk Mas,Ruang Dalam, dan Ruang Sidang
Lunyuk Agung berada pada bagian depan bangunan
yang difungsikan untuk ruang bermusyawarah,
pernikahan,pertemuan atau acara kerajaan.
Lunyuk Mas adalah ruangan utama untuk permaisuri,
istri paramenteri dan staf penting kerajaan saat upacara
adat.
• Ruang Dalam sebelah barat
disekat oleh kelambuyang
digunakan untuk tempat sholat,
di sebelah utara adalah kamar
tidur permaisuri.
• Ruang Dalam sebelah timur
memiliki empat kamar khusus
untuk keturunan raja yang
sudah menikah dan di sebelah
utara adalah kamar pengasuh
rumah tangga istana
Bala Bulo berada di samping Lunyuk Mas terdiri
atas dua lantai:
1. Lantai pertama berfungsi sebagai tempat bermain
putra -putri raja. Gambar lantai 2
2. Lantai kedua berfungsi sebagai tempat permaisuri
dan istri para bangsawan saat menyaksikan
pertunjukan dilapangan istana.

Gambar lantai I
Dalam Loka disusun oleh bangunan
kembar yang disokong atau ditahan oleh
98 pilar kayu jati dan 1 pilar pendek
(pilar guru) yang dibuat dari pohon cabe.
Jumlah dari seluruh tiang penyokong
adalah 99 tiang yang mewakili 99 sifat
Allah dalam Al-Qur’an (Asmaul Husna)
Bentuk struktur kolom pada bangunan
menggunakan 3 susunan balok yang
membentang sepanjang lantai dari depan
sampai belakang bangunan dan satu balok
yang membentangke samping bangunan
sebagai penahan beban dari
lantaibangunan seperti pada gambar di
bawah
ORNAMEN
• Pada bagian kepala bangunan terdapat
beberapa ornamen - ornamen
diantaranya adalah ornamen Kepala
Rusa, ornamen Manusia berbadan Singa
bersayap dan ornamen pada bagian
lisplank dan ujung lisplank dan centilever
(Konsol).
• Ornamen pada badan bangunan
diantaranya adalah ornamen pada
bagian dinding bangunan ( pintu dan
ventilasi ),serta ornamen pada Tiang dan
balok bangunan
RUMAH BALE

Bale adalah rumah adat dari suku Sasak yang


berada di dusun Sade di desa Rembitan, Pujut, Lombok
Tengah. Kehebatan dari dusun Sade adalah
keteguhannya melestarikan rumah adat ini. Rumah adat
suku Sasak di dusun Sade ini memiliki berbagai macam
bale yang memiliki fungsi yang berbeda beda.
Bale Lumbung

Bale lumbung ditetapkan sebagai ciri khas rumah


adat suku sasak dari pulau Lombok. Bagian atap
dari bale lumbung merupakan suatu ruangan
yang digunakan untuk menaruh padi hasil dari
beberapa kepala keluarga. Bentuknya berupa
rumah panggung dimaksudkan untuk
menghindari hasil panen rusak akibat banjir dan
serangan tikus.

Bale Tani

Rumah ini dihuni oleh suku Sasak yang memiliki


pekerjaan sebagai petani. Bale Tani ini memiliki
satu pintu masuk yang kecil dan tanpa jendela.
Atapnya terbuat dari alang – alang membentuk
limasan yang memanjang hingga ujung atapnya
(serambi) mendekati tanah.
Bale Jajar

Bale jajar adalah tempat hunian suku sasak


dengan ekonomi menegah ke atas. Bentuknya
serupa dengan Bale Tani, perbedaannya
terletak pada ruang Dalem Bale yang lebih
banyak.

Berugaq atau Sekepat

Sekepat ini biasa digunakan untuk menerima tamu


karena tradisi sasak tidak menerima sembarang
orang ke dalam rumah. Bila pemilik rumah memiliki
anak perempuan, sekepat dapat digunakan untuk
menerima pemuda yang datang midang (melamar).
Selain itu juga digunakan untuk berkumpul dan
beristirahat setelah kerja di sawah.
BERUGAQ SEKENAM
Sekenam memiliki bentuk yang serupa dengan
berugaq sekepat, perbedaannya terletak dari
jumlah tiangnya yaitu sebanyak enam buah dan
berada di bagian belakang rumah. Sekenam digunakan
sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata krama,
nilai-nilai budaya dan sebagai tempat pertemuan
internal keluarga.
Bale Bonder
Fungsinya yaitu sebagai tempat persidangan adat, seperti tempat
diselesaikannya kasus pelanggaran hukum adat. Selain itu Bale
Bonder digunakan sebagai tempat menaruh benda-benda
bersejarah atau pusaka warisan keluarga.

Bale Beleq Bencingah


Bale Beleq Bencingah biasa digunakan pada masa kerajaan dahulu.
Fungsinya yaitu sebagai tempat acara-acara penting kerajaan,
diantaranya pelantikan pejabat kerajaan, pengukuhan putra
mahkota kerajaan dan para Kiai penghulu kerajaan, tempat
penyimpanan benda pusaka kerajaan, dan sebagainya.
NUSA TENGGARA TIMUR
Nusa Tenggara Timur adalah sebuah
provinsi Indonesia yang terletak di
bagian tenggara Indonesia. Provinsi
ini terdiri dari beberapa pulau,
antara lain Pulau Flores, Pulau
Sumba, Pulau Timor, Pulau Alor,
Pulau Lembata, Pulau Rote, Pulau
Sabu, Pulau Adonara, Pulau Solor,
Pulau Komodo dan Pulau Palue.
Ibukotanya terletak di Kupang, di
bagian barat pulau Timor.
Provinsi ini terdiri dari kurang lebih
550 pulau, tiga pulau utama di Nusa
Tenggara Timur adalah Pulau Flores,
Pulau Sumba dan Pulau Timor Barat
(biasadipanggil Timor).
ARSITEKTUR NUSA
TENGGARA TIMUR
Kepulauan Sunda Kecil (sekarang
Nusa Tenggara Timur) pada dahulu kala
merupakan pulai tidak berpenghuni. Ketika
para pelaut datang dan menepi, maka perahu
menjadi satu-satunya akses penghubung.
Dari filosofi inilah timbulnya unsur perahu
menjadi sesuati yang dominan.
ARSITEKTUR SUMBA

Wilayah Ende terbagi atas


2 suku besar, yaitu Ata Lio dan Ata
Ende. Rumah masyarakat suku Ende
Lio bernama rumah suku (sa’o ria).
Rumah ini merupakan rumah yang
dikhususkan bagi warga biasa suku
Ende Lio.
Ada beberapa jenis bangunan yang dibangun oleh suku Ende Lio, diantaranya:
1. Lopo 2. Sa’o Keda

3. Sa’o Ria
1. LOPO
Lopo merupakan sebuah tempat umum yang difungsikan sebagai tempat
pertemuan, tempat upacara suku, dan juga tempat menyimpan makanan.

Denah lopo berbentuk lingkaran yang sangat sederhana dan


ditopang oleh 4 tiang penyangga di bawahnya.
2. SA’O
KEDA
Sa’o Keda merupakan
symbol pemukiman suku Ende
Lio. Sa’o Keda dianggap
sebagai tempat sacral. Sa’o
Keda ini tidak memiliki dinding
dan dibangun menghadap ke
latut atau gunung karena
dianggap arwah para leluhur
datangnya dari kedua arah
tersebut.
Sa’o Keda merupakan bangunan
pertama yang harus dibangun dalam
memulai suatu pemukiman. Sa’o Keda
dianggap sebagai Spirit of Place pada
suatu pemukiman.
Ukuran denah bangunan sao
berukuran 6 x 4 meter yang memilki
empat kolom sebagai struktur utama
bangunan. Bangunan sao keda tidak
memiliki dinding sebagai pembatas ruang.
Terdapat tenda teo (teras kecil) yang
letaknya lebih rendah dari bagian dalam
ruang sao keda berukuran 1 m x 4,6 m.
PONDASI SA’O KEDA
Struktur Kuwu Lewa (pondasi) merupakan kolom
yang dilatekkan di atas batu datar. Tujuan
pondasi adalah untuk menghindari keretakan
bangunan saat gempa. Tujuan lantai panggung
adalah untuk membiarkan angina masuk dari
bawah ke dalam bangunan sehingga terhidndar
dari kelembapan.
LANTAI SA’O KEDA
Maga (lantai) terbuat dari bilah papan yang
disusun sejajar. Maga terdiri atas tenda teo
(teras gantung) dan koja ndawa (lantai ruang
dalam).
KOLOM TANPA DINDING SA’O KEDA
Terdapat 4 buah wisu (kolom). Wisu ini
ditopang oleh isi ine wawo dengan panjang
4.00 dan juga ditopang oleh isi mbasi dengan
panjang 4.50. Tinggi setiap wisu adalah 1.20.
ATAP SA’O KEDA
Pada ate ubu (atap) terdapat tiang
mangu sebagai pembentuk kuda-kuda
yang dihubungkan dengan saka ubu.
Terdapat juga pella yang membentuk
sudut pada pinggir atap. Pella ini
menghubungkan tiang mangu dengan
wisu. Pada bagian atas terdapat lare
dan eba (gording) yang sejajar dengan
gola. Atap nantinya akan ditutupi
dengan nao (ijuk) yang diikat dengan ki
(alang-alang) yang dipasang berselang
seling dari bawah ke atas.
FILOSOFI SA’O KEDA
Filosofi bentuk bangunan Sa’o
Keda yang menjulang ke tinggi ke
atas merupakan sibol kesatuan
dengan Sang Pencipta. Bentuknya
yang menjulang juga diambil dari
filosofi bentuk perahu sebagaimana
kedatangan nenek moyang Suku Ende
ke Sumba. Lalu pada kedua ujung
atapnya terdapat 2 ornament yang
memiliki symbol yang memiliki arti
yang berhubungan dengan spiritual.
2. SA’O
RIA
Sa’o Ria merupakan nama
rumah yang ditinggali oleh
masyarakat suku Ende Lio.
Masyarakat biasa menyebut
rumahnya dengan sebutan uma.
Secara vertical, sa’o ria berintikan pada
ruang tengah dengan adanya ruang bersama.
Secara horizontal, sa’o ria dibagi menjadi 3
bagian:
1. One (ruang tengah)
2. Padha (loteng)
3. Lewu (kolog)
Pembagian ruang dibagi
menurut jenis kelamin (mal-
female) dan sifat ruang
(formal-informal). Bagian
kanan rumah dianggap lebih
sacral dan area khusus pia.
Sementara area kiri digunakan
untuk kegiatan sehari-hari dan
khususkan bagi wanita.
1. Bagian atas
Menara bagian atas merupakan
tempat yang bersifat religious
2. Bagian tengah
Bagian tengah digunakan untuk
aktivitas sehari-hari
3. Bagian bawah
Biasanya bagian bawah digunakan untuk
ternah atau menyimpan hasil panen
padi.
Bagian paling atas rumah
merupakan tempat sacral. Akses masuk
pada loteng yakni terdapat lubang pada
lantai loteng dengan ukuran 60 x 60.
Bagian tengah rumah
yang merupakan
tempat beraktivitas
sehar-hari
Bagian bawah rumah dianggap
bagian yang paling kotor. Tempat ini
digunakan untuk menyimpan kayu
ataupun dijadikan tempat tinggal oleh
hewan ternak.
Bagian depan uma merupakan teras yang
dibuat memanjang. Teras ini memiliki fungsi
utama sebagai tempat menyambut tamu.
Tetapi dapat difungsikan juga sebagai area
tidur untuk tamu.
Bagian belakang
rumah biasanya
digunakan sebagai
ruang ‘mata
marapu’. Tetapi
ada juga yang
digunakan sebagai
kamar tidur.
Bagian samping
rumah biasanya
digunakan sebagai
tempat tidur. Area
tidur ini dipisahkan
oleh gender.
ARSITEKTUR MBARU NIANG
Nusa Tenggara Timur

Lokasi : kampung Wae Rebo,


desa Satar Lenda,
Kec. Satarmase Barat,
Kab. Manggarai,
Prov. Nusa Tenggara
Timur

Sumber :
http://tanahair.kompas.com/read/2011/07/04/1119101/Kampung.Waereb..
• berada pada ketinggian 1.200
mdpl
• memiliki hawa yang dingin
• diapit oleh pegunungan dan hutan
tropis lebat
• jauh dari kampung-kampung
tetangga

Sumber : Site Review Report : Preservation of the Mbaru Niang (Lad, 2013).
FILOSOFI
Bukan hanya sebagai tempat berlindung, tetapi
juga merupakan wujud keselarasan manusia
dengan alam

Lingkaran berpusat menjadi ciri khas Wae Rebo.


Yang menjadi pusatnya adalah para leluhur mereka.
Wae Rebo tidak pernah melupakan tanah
leluhurnya, terkandung dalam ungkapan “neka
hemong kuni agu kalo” yang artinya “jangan lupakan
tanah kelahiran”.

Photograph by swimupgood on Flickr


POLA PERKAMPUNGAN DAN RUMAH ADAT
oSistem pemukiman masyarakat tradisional Manggarai, berkelompok dan melingkar
dan biasanya memilih puncak sebuah bukit sebagai pusat kampungnya.
oTerbagi atas 3 bagian, antara lain:
1. pa’ang (bagian depan)
2. ngandu (pusat)
3. ngaung atau musi (bagian belakang kampung)
KLASIFIKASI BANGUNAN
KLASIFIKASI BANGUNAN
POLA RUANG DALAM
ARSITEKTUR MBARU
NIANG
 tingkat pertama : lutur digunakan sebagai tempat tinggal
dan berkumpul dengan keluarga

 tingkat kedua : berupa loteng atau disebut lobo


berfungsi untuk menyimpan bahan makanan dan barang-
barang sehari-hari

 tingkat ketiga : lentar untuk menyimpan benih-benih


tanaman pangan,

 tingkat keempat : lempa rae disediakan untuk stok pangan


apabila terjadi kekeringan,

 tingkat kelima : hekang kode untuk tempat sesajian


persembahan kepada leluhur.
LUTUR

NOLANG
STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
Dibagi menjadi lima lantai dengan fungsi yang
berbeda-beda :

Diameter lt.1 = 11 m

Tinggi = 15 m

Kedalaman
pondasi = 2 m

Sumber : http://www.kidnesia.com/Kidnesia2014/Indonesiaku/Teropong-Daerah/Nusa-Tenggara-
Timur/Seni-Budaya/Mbaru-Niang-Rumah-Adat-di-Wae-Rebo
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.unikom.ac.id/30818/1/Arsitektur%20NTT.PDF
https://www.academia.edu/9264939/Keragaman_Lokalitas_Arsitektur_Tradisional_
Nusa_Tenggara_Timur_NTT_
http://ruas.ub.ac.id/index.php/ruas/article/viewFile/117/132
http://wahyumuliatmi.blogspot.co.id/2014/07/rumah-tradisional-nusa-tenggara-
timur_21.html

Anda mungkin juga menyukai