Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan bisnis (usaha) dalam kacamata Islam, bukanlah kegiatan
yang boleh dilakukan dengan serampangan dan sesuka hati. Islam
memberikan rambu – rambu pedoman dalam melakukan kegiatan usaha,
mengingat pentingnya masalah ini juga mengingat banyaknya manusia
yang tergelincir dalam perkara bisnis ini. Faktanya terdapat ancaman keras
bagi pelaku bisnis yang tidak mempedulikan etika, tetapi juga janji berupa
keutamaan yang besar bagi mereka yang benar – benar menjaga dirinya
dari hal – hal yang diharamkan.
Bisnis berjalan sebagai proses yang telah menjadi kegiatan
manusia sebagai individu atau masyarakat untuk mencari keuntungan dan
memenuhi keinginan serta kebutuhan hidupnya. Sementara itu, etika telah
dipahami sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri dan karenanya
terpisah dari bisnis.
Etika adalah ilmu yang berisi patokan – patokan mengenai apa –
apa yang benar atau yang salah, yang baik atau buruk, yang bermanfaat
atau tidak. Dalam kenyataan itu, bisnis dan etika dipahami sebagai dua hal
yang terpisah bahkan tidak ada kaitannya. Jika pun ada malah dipandang
sebagai hubungan negatif dimana praktek bisnis merupakan kegiatan yang
bertujuan mencapai laba sebesar – besarnya dalam situasi persaingan
bebas. Sebaliknya, bila etika diterapkan dalam dunia bisnis dianggap dapat
mengganggu upaya mencapai tujuan bisnis. Dengan demikian, hubungan
antara bisnis dan etika telah melahirkan hal yang problematis.
Pembahasan mengenai prinsip Islam dalam dunia usaha tentunya
sangatlah panjang. Tetapi, dalam makalah ini kita bisa mendapat gambaran
tentang garis besar prinsip – prinsip moral yang harus dipegang teguh oleh
pebisnis muslim atau Islam.

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari latar belakang di atas, sebagai berikut:
1. Apa definisi dari etika, bisnis dan Islam?
2. Bagaimana etika dalam bisnis Islam?
3. Bagaimana dasar hukum etika dalam bisnis Islam?
4. Apa saja konsep etika dalam binsis Islam?

C. Tujuan Masalah
Tujuan masalah yang ingin dicapai , sebagai berikut:
1. Definisi dari etika, bisnis dan Islam.
2. Etika dalam bisnis Islam.
3. Dasar hukum etika bisnis Islam.
4. Konsep etika bisnis Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Etika, Bisnis dan Islam


1. Etika
Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya
( ta etha), berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam pengertian
ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat.
Ini berarti etika berkaitan dengan nilai – nilai, tata cara hidup yang
baik, aturan hidup yang baik dan segala kebiasaan yang dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi
ke generasi yang lain. Kebiasaan ini lalu terungkap dalam perilaku
berpola yang terus berulang sebagai sebuah kebiasaan.1
Yang menarik dalam hal ini adalah bahwa pengertian etika justru
persis sama dengan pengertian moral yang berasal dari kata Latin
“mos”, bentuk jamaknya “mores” berarti “adat istiadat” atau
“kebiasaan”. Jadi dalam pengertian pertama ini, yaitu secara harfiah,
etika dan moral sama – sama berarti sistem nilai tentang bagaimana
manusia harus hidup baik sebagai manusia yang telah
diinstruksionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang kemudian
terwujud dalam pola perilaku yang terulang dalam kurun waktu yang
lama sebagaimana layaknya sebuah kebiasaan.2
2. Bisnis
Bisnis berasal dari bahasa Inggris business, mengembangkan kata
dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas,
ataupun masyarakat. Sedangkan dalam kamus lengkap bahasa Inggris
karangan Prof. Drs. S. Wojowasito dan W.J.S Poerwadarminta,
business diterjemahkan menjadi : pekerjaan; perusahaan; perdagangan;

1
Sirman Dahwal. 2013. Etika Bisnis Menurut Hukum Islam. Jurnal Kajian Normatif, hal. 10
2
Sirman Dahwal. 2013. Etika Bisnis Menurut Hukum Islam. Jurnal Kajian Normatif, hal. 10

3
atau urusan. Jadi bisnis bisa diartikan menjadi suatu kesibukan
atau aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan atau nilai
tambah. Dalam ilmu ekonomi, bisnis merupakan organisasi yang
menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk
mendapatkan laba.3
Secara umum bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pendapatan atau
penghasilan (rezeki) dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan
hidupnya dengan cara mengelola sumber daya ekonomi secara efektif
dan efisien. Adapun menurut pandangan Straub dan Attner bisnis tak
lain adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan
penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen
untuk memperoleh profit.4
3. Islam
Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal
dari bahasa Arab salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk
aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh.
Sebagaimana firman Allah SWT: “Bahkan, barangsiapa aslama
(menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka
baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112). Dari
kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim.
Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan
siap patuh pada ajaran-Nya.5
Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan, Islam
adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai

3
Muslimin H. Kara dan Jamaluddin. 2010. Pengantar kewirausahaan. (Makassar: Alauddin
University Press), hal: 149.
4
Muslimin H. Kara dan Jamaluddin. 2010. Pengantar kewirausahaan. (Makassar: Alauddin
University Press), hal: 149-150.
5
Syafri Harahap dan sofyan. 1997. Akuntasi Keuangan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara), hal. 15.

4
utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana
pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia.6
Bertitik tolak pada keterangan di atas, etika bisnis dapat diartikan
sebagai telaah, penyelidikan atau pengkajian sistematis tentang tingkah
laku seseorang atau dalam kelompok dan dalam transaksi bisnis guna
mewujudkan kehidupan yang lebih baik atau etika bisnis yaitu
pengetahuan tentang cara bisnis dengan memperhatikan tingkah laku
yaitu kebenaran atau kejujuran dalam berusaha (berbisnis). Kebenaran
dalam etika adalah etika standar yang secara umum dapat diterima dan
diakui prinsip – prinsipnya baik oleh indvidu, masyarakat atau
kelompok.

B. Etika dalam Bisnis Islam


Bisnis Islami adalah upaya pengembangan modal untuk kebutuhan
hidup yang dilakukan dengan mengindahkan etika Islam juga mendorong
umat manusia untuk mengembangkan bisnis. Bisnis Islam juga dapat
diartikan sebagai serangkaian aktifitas bisnis (produksi, distribusi, maupun
konsumsi) dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah
kepemilikian hartanya (barang dan jasa) termasuk keuntungannya, tetapi
dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya. Dalam hal ini
kita mengenalnya dengan istilah halal dan haram. Konsep Al Quran
dengan bisnis sangat komprehensif. Parameter yang dipakai tidak hanya
masalah dunia saja tetapi juga akhirat. Yang dimaksud Al Quran tentang
bisnis yang benar – benar sukses (baik) adalah bisnis yang membawa
keuntungan pada pelakunya dalam dua fase kehidupan manusia yang fana
dan terbatas yakni dunia dan yang abadi serta tak terbatas yakni akhirat.7
Dari semua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu
organisasi atau pelaku bisnis akan melakukan bisnis dalam dua bentuk,

6
Syafri Harahap dan sofyan. 1997. Akuntasi Keuangan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara), hal. 15.
7
Syam’un. 2012. Manajemen Kewirausahaan. (Makassar: Alauddin University Press), hal. 209.

5
yaitu: (1) Memproduksi atau mendistribusikan barang dan atau jasa (2)
Mencari profit dan mencoba memuaskan keinginan konsumen. Dalam
melakukan bisnis ini hendaknya pelaku bisnis ini bertumpu pada prinsip –
prinsip etika bisnis yaitu yang menyangkut baik dna tidak baik, apa – apa
yang boleh dan tidak boleh serta halal dan haram yang dilakukan dalam
berbisnis.8
Etika bisnis dalam Islam dengan demikian memposisikan
pengertian bisnis sebagai usaha manusia untuk mencari keridhaan Allah
SWT. Bisnis tidak bertujuan jangka pendek, individual dan semata – mata
keuntungan yang berdasarkan kalkulasi, matematika, tetapi bertujuan
jangka pendek sekaligus jangka panjang, yaitu tanggung jawab pribadi dan
social diahadapan masyarakat, Negara dan Allah SWT.
Dalam islam, etika bisnis ini sudah banyak dibahas dalam berbagai
literatur, dan sumber utamanya dalah Al Quran dan Sunnah Rasul. Etika
bisnis mencakup hubungan antara perusahaan dengan orang yang
menginvestasi uangnya dalam perusahaan, dengan konsumen, pegawai,
kreditur, saingan, dan sebagainya. Orang yang menanam uang atau
investor menginginkan manajemen dapat mengelolah perusahaan secara
berhasil, sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi mereka.
Konsumen menginginkan agar perusahaan menghasilkan produk bermutu
dan dapat diterima dengan harga yang layak. Etika bisnis menyangkut
usaha membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan
perusahaan, dan ini merupakan elemen sangat penting buat suksesnya
suatu bisnis dalam jangka panjang.9
Etika bisnis Islam muncul kepermukaan dengan landasan bahwa
Islam adalah agama yang sempurna, ia merupakan kumpulan aturan-aturan
ajaran (doktrin) dan nilai-nilai yang dapat mengantar manusia dalam
kehidupan menuju tujuan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

8
Syam’un. 2012. Manajemen Kewirausahaan. (Makassar: Alauddin University Press), hal. 210.
9
Buchari Alma. 2013. Kewirausahaan. (Bandung: Alfabeta), hal. 239-240

6
Berdasarkan pada dua pedoman pokok, kitabullah serangkai yang
diperlukan oleh manusia:10
a. Aqidah (pegangan hidup)
b. Syariah (jalan hidup)
c. Akhlak (tata cara hidup)

Dalam ajaran islam, istilah yang paling dekat hubungannya dengan


istilah etika, dalam Al Quran adalah khuluk. Khuluk yang berarti budi
pekerti atau perangai (Akhlak); yang dapat dirumuskan dalam beberapa
pengertian:11

1. Pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk, tujuan perbuatan,


serta pedoman yang harus di ikuti
2. Pengetahuan yang menyelidiki perjalanan hidup manusia sebagai
ukuran perbuatan, perkataan, serta ikhwal kehidupan.
3. Suatu sifat permanen pada diri orang yang menlahirkan perbuatan
secara mudah tanpa membutuhkan proses brpikir.
4. Sekumpulan nilai-nilai yang menjadi pedoman berperilaku dan berbuat.

Dalam mengajak dan mengamalkan tuntunan – tuntunannya, Al


Qur’an seringkali menggunakan istilah – istilah yang digunakan dalam
dunia bisnis seperti jual beli, untung rugi, piutang dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dipahami bahwa nilai dasar dan
prinsip umum etika bisnis dalam perspektif Islam yaitu, etika bisnis yang
mengedepankan nilai – nilai Al Quran dalam mengembangkan prinsip –
prinsip etika bisnis.12

Dalam etika bisnis sebagai penerapan etika pada umumnya


meliputi beberapa prinsip, sebagai berikut:13

10
Syam’un. 2012. Manajemen Kewirausahaan. (Makassar: Alauddin University Press), hal. 208-
209
11
Syam’un. 2012. Manajemen Kewirausahaan.(Makassar: Alauddin University Press), hal. 210.
12
Syam’un. 2012. Manajemen Kewirausahaan. (Makassar: Alauddin University Press), hal. 210.
13
Syam’un. 2012. Manajemen Kewirausahaan. (Makassar: Alauddin University Press), hal. 211.

7
1. Prinsip otonomi; yakni sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak
berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggap baik untuk
dilakukan.
2. Prinsip kejujuran; suatu hal yang mungkin dianggap anak, bahwa
kejujuran merupakan suatu prinsip etika bisnis. Akan tetapi kini para
praktisi bisnis dan manajemen mengakui bahwa kejujuran merupakan
suatu jaminan dan dasar bagi kegiatan bisnis.
3. Prinsip keadilan; prinsip ini menuntut bahwa memperlakukan orang
lain sesuai dengan haknya.
Menurut Faisal Badroen dalam konteks belajar Etika Bisnis Islam
(EBI) disimpulkan bahwa ia merupakan hal yang vital dalam perjalanan
sebuah aktivitas bisnis profesional sebagaimana diungkapkan oleh Dr.
Syahata bahwa EBI punya fungsi substansial membekali para pelaku
bisnis dengan beberapa hal, sebagai berikut:14
1. Membangun kode etik Islami yang mengatur, mengembangkan dan
menancapkan metode berbisnis dalam kerangka ajaran agama. Kode
etik ini juga memiliki simbol arahan agar melindungi pelaku bisnis dan
resiko.
2. Kode ini dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggung
jawab pelaku bisnis terutama bagi diri mereka sendiri, antara
komunitas bisnis, masyarakat dan di atas segalanya adalah tanggung
jawab dihadapan Allah.
3. Kode etik ini dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat
menyelesaikan persoalan yang muncul, daripada harus diserahkan
kepada pihak peradilan.
4. Kode etik dapat memberi kontribusi dalam penyelesaian banyak
persoalan yang terjadi antara sesama pelaku bisnis, antara pelaku
bisnis dan masyarakat tempat mereka bekerja. Sebuah hal dapat

14
Syam’un. 2012. Manajemen Kewirausahaan. (Makassar: Alauddin University Press), hal. 211-
212

8
membangun persaudaraan (fraternity) dan kerja sama (cooperation)
antara mereka semua.
5. Kode etik dapat membantu mengembangkan kurikulum pendidikan,
pelatihan, dan seminar yang diperuntukkan bagi pelaku bisnis yang
menggabungkan nilai – nilai, moral, dan perilaku baik dengan prinsip-
prinsip bisnis kontemporer.
6. Kode etik ini dapat mempresentasikan bentuk aturan Islam yang
kongkret dan bersifat kultural sehingga dapat mendeskripsikan
comprehensifenes (universalitas) dan orisinalitas ajaran Islam yang
dapat diterapkan disetiap zaman dan tempat tanpa harus bertentangan
dengan nilai – nilai Ilahi.

C. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam


Banyak ayat Al Quran yang berbicara tentang hukum dan etika
bahkan dalam hukum – hukum Islam unsur etikanya sangat jelas. Dalam
hal ini Al Quran telah memberikan petunjuk tentang hubungan antara para
pelaku bisnis. Hal itu dianjurkan agar menumbuhkan I’tikat baik dalam
transaksi demi terjalinnya hubungan yang harmonis dan tanpa harus ada
saling mencurigai antar pelaku.15
Sistem etika Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pandangan hidup Islami. Maka sistem ini bersifat sempurna. Dalam kaidah
perilaku individu terdapat suatu keadilan atau keseimbangan. Sebagaimana
dalam Q.S Al Baqarah ayat 143 yang padanya menjelaskan bahwa umat
Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi
saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia
maupun di akhirat.16
Etika Islam dalam bisnis tidak hanya melihat sisi komoditas yang
ditawarkan, tetapi juga menyangkut konsumen, produsen dantransaksi.
Dalam fiqih Islam sebagai salah satu rujukan etika Islam dikemukakan

15
Syam’un. 2012. Manajemen Kewirausahaan. (Makassar: Alauddin University Press), hal. 214.
16
Syam’un. 2012. Manajemen Kewirausahaan. (Makassar: Alauddin University Press), hal. 214.

9
pula hukum masing – masing dengan batasan yang jelas. Sifat – sifat
komoditas yang halal dan memberikan manfaat yang jelas merupakan
syarat bagi bisnis yang etis. Demikian pula, taransaksi yang tidak jelas
arahnya dan tidak dipahami oleh maisng – masing pihak dinilai sebagai
transaksi bisnis yang tidak etis.17
Dalam hal ini Al Quran dan Al Hadis sebagai sumber dari etika
bisnis. Sumber etos kerja Islam telah memberikan khithab antara yang
halal dan haram, antara yang terpuji dan tercela. Oleh karena itu, Islam
mencegah suatu bisnis yang tidak jelas jenis dan sifatnya.
Al Quran mengisyaratkan bahwa pelaku bisnis cenderung tarik
menarik untuk memperoleh keuntungan sebanyak mungkin dipihaknya.
Karena itu dalam konteks ini Allah berfirman dalam Q.S Al Baqarah ayat
188 yang artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta
sebhagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan
janganlah kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu
dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
jalan berbuat dosa, padahal kamu Mengetahui”.
Ayat tersebut menjelaskan penggunaan kata “diantara kamu”
memberi kesan bahwa harta benda adalah milik semua manusia secara
bersama dan Allah yang membaginya diantara mereka secara adil
berdasarkan kebijaksanaanNya dan melalui penetapan hukum dan etika
sehingga perolehan dan pemanfaatannya tidak menimbulkan perselisihan
dan perusakan. Dalam Al Quran juga terdapat ayat Al Quran yang
memerintahkan untuk saling berlaku adil, diantaranya Q.S An Nisaa’ ayat
58, Q.S An Nahl ayat 90.18

17
Kara, Muslimin H., dan Jamaluddin. 2010. Pengantar Kewirausahaan. (Makassar: Alauddin
University Press), hal. 150
18
Kara, Muslimin H., dan Jamaluddin. 2010. Pengantar Kewirausahaan. (Makassar: Alauddin
University Press), hal. 152

10
D. Konsep Etika Bisnis Islam
Secara umum, ajaran Islam menawarkan nilai – nilai dasar atau
prinsip – prinsip umum yang penerapannya dalam bisnis disesuaikan
dengan perkembangan zaman dan mempertimbangkan dimensi ruang dan
waktu. Dalam Islam terdapat nilai – nilai dasar etika bisnis, diantaranya
adalah tauhid, khilafah, ibadah, tazkiyah dan ihsan. Dari nilai dasar ini
dapat diangkat ke prinsip umum tentang keadilan, kejujuran, keterbukaan
(transparansi), kebersamaan, kebebasan, tanggungjawab dan
akuntabilitas.19
Islam sangat menekankan nilai etika dalam kehidupan manusia.
Sebagai satu jalan, pada dasarnya Islam merupakan kode etik perilaku
etika dan moral bagi kehidupan manusia. Islam memandang etika sebagai
satu bagian dari sistem kepercayaan muslim (iman). Hal tersebut
memberikan satu otoritas internal yang kokoh untuk memberikan sanksi
dan memberikan dorongan dalam melaksanakan standar – standar etika.
Konsep etika dalam islam bukan relatif, namun prinsipnya bersifat abadi
dan mutlak.
Adapun konsep etika bisnis Islam, sebagai berikut:20
1. Konsep ke-Tuhanan
Dalam dunia bisnis Islam, masalah ke-Tuhanan merupakan hal
yang harus dikaitkan keberadaannya dalam setiap aktifitas bisnis.
Manusia diwajibkan melaksanakan tugasnya terhadap Tuhannya, baik
dalam bidang ibadah maupun muamalah. Dalam bidang bisnis, ajaran
Tuhan meletakkan konsep dasar halal dan haram yang berkenaan
dengan transaksi. Semua hal yang menyangkut dan berhubungan
dengan harta benda hendaknya dilihat dan dihukumi dengan dua
kriteria halal atau haram.

19
Kara, Muslimin H., dan Jamaluddin. 2010. Pengantar Kewirausahaan. (Makassar: Alauddin
University Press), hal. 154.
20
Kara, Muslimin H., dan Jamaluddin. 2010. Pengantar Kewirausahaan. (Makassar: Alauddin
University Press), hal. 155-156.

11
2. Pandangan Islam terhadap harta
Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini,
termasuk harta benda adalah Allah SWT, mansuia hanya sebagai
pemegang amanah karena tidak mampu mengadakan benda dari tiada.
Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa
menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih – lebihan. Manusia
memiliki kecenderungan untuk memiliki, menguasai dan menimati
harat.
Islam tidak memandang harta dan kekayaan sebagai penghalang
untuk mencari derajat yang tertinggi dan taqarrub kepada Allah. AL
Quran diberbagai ayatnya menjelaskan bahwa kekayaan dan kehidupan
nyaman sebahagian besar merupakan karunia dari Allah bagi hamba –
hambaNya yang beriman dan bertaqwa sebagai balasan atas amal
shaleh dan upaya mereka yang disyukuri Allah.
3. Konsep benar
Benar adalah ruh keimanan, ciri utama orang mukmin bahkan ciri
para nabi. Tanpa kebenaran agama tidak akan tegak dan tidka akan
stabil. Bencana terbesar di dalam pasar saat ini adalah meluasnya
tindakan dusta dan batil, misalnya berbohong dan mempromosikan
barang dan menetapkan harga. Oleh karena itu, salah satu karakter
pedagang yang terpenting dan di ridhai oleh Allah adalah kebenaran.
Perilaku yang benar mengandung kerja yang baik, sangat diahrgai
dan dianggap sebagai suatu investasi bisnis yang benar – benar
menguntungkan. Karena hal ini akan menajamin adnaya kedamaian di
dunia dan juga di akhirat.
4. Amanat
Menurut Islam, kehidupan manusia dan semua potensinya
merupakan suatu amanat yang diberikan oleh Allah kepada manusia.
Islam mengarahkan para pemeluknya untuk menyadari amanatdalam
setiap langkah kehidupan. Persoalan bisnis juga merupakan amanat
antara masyarakat dengan individu dan Allah. Semua sumber bisnis

12
hendaknya diperlakukan sebagai amanat ilahiah oleh pelaku bisnsi.
Sehingga ia akan menggunakan sumber daya bisnisnya dengan sangat
efisien. Memulai bisnis biasanya atas dasar kepercayaan. Oleh karena
itu, amanah adalah komponen penting dalam transaksi jual beli.
5. Jujur
Sifat jujur merupakan sifat Rasulullah SAW yang patut ditiru.
Rasul dalam berbisnis selalu mengedepankan sifat jujur. Beliau selalu
menjelaskan kualitas sebenarnya dari barang yang dijual serta tidak
pernah berbuat curang bahkan mempermainkan timbangan. Oleh
karena itu, pentingnya kejujuran dalam pola transaksi jual beli karena
kejujuran dapat memberi keberuntungan.
Kejujuran adalah suatu jaminan dan dasar bagi kegiatan bisnis
yang baik dan berjangka panjang. Kejujuran termasuk prasyarat
keadilan dalam hubungan kerja dan terkait erat dengan kepercayaan.
Kepercayaan sendiri merupakan aset yang sangat berharga dalam
urusan bisnis.
Islam memerintahkan semua transaksi bisnis dilakukan dengan
cara jujur dan terus terang. Untuk itu Allah menjanjikan kebahagiaan
bagi orang awam yang melakuakn bisnis dengan jujur dan terus terang.
Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al Muthaffifin ayat 1-6. Pada ayat
tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan bisnis, prinsip kejujuran
memiliki nilai yang sangat tinggi. Artinya dengan menunjukkan
barang dagangannya secara jujur akan menumbuhkan kepercayaan
para pembeli.
6. Adil
Secara harfiah, kata adil berasal dari bahasa Arab ‘adala-ya’dilu-
‘adlan wa ‘adalatan yang berarti bertindak adil, imbang dengan jujur.
Dalam Al Quran mengandung beberapa istilah yang dekat dengan
istilah keadilan yaitu al-qisth, al-adl dan mizan. Quraish Shihab
memberikan penjelasan bahwa kata al-adl berarti mendudukkan dua
belah pihak dalam posisi yang sama. Kata al-qisth artinya bagian yang

13
patut dan wajar. Kata mizan berarti timbangan dan juga digunakan
untuk menyebut keadilan.

Adapun makna dan konsep adil dalam Al Quran dapat dijelaskan


sebagai berikut:21

1. Adil berarti benar (al haqq) : An Nisa ayat 58


2. Adil berarti seimbang atau sederhana (al qashd) : Al Infthar ayat 7
3. Adil berarti mempersamakan atau memperlakukan secara jujur dan
adil : As Syuura ayat 15
4. Adil berarti nilai atau harga (al qimah) : Al Maidah ayat 95
5. Adil berarti tebusan (al fida’) : Al An’am ayat 70
6. Adil berarti menegaskan Allah (al tauhid) : An Nahl ayat 90

Kemudian, etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa
setiap pengusaha adalah sebagai berikut :22

1. Kejujuran
Seorang pengusaha harus selalu bersikap jujur baik dalam
berbicara maupun bertindak. Jujur ini perlu agar berbagai pihak
percaya terhadap apa yang akan dilakukan. Tanpa kejujuran, usaha
akan tidak maju dan tidak dipercaya konsumen atau mitra kerjanya.
2. Bertanggung jawab
Pengusaha harus bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang
dilakukan dalam bidang usahanya. Kewajiban terhadap berbagai pihak
harus segera diselesaikan . Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada
kewajiban, tetapi juga kepada seluruh karyawannya , masyarakat, dan
pemerintah.
3. Menepati janji
Pengusaha dituntut untuk selalu menepati janji, misalnya dalam hal
pembayaran, pengiriman barang atau penggatian. Sekali seorang

21
Syam’un. 2012. Manajemen Kewirausahaan. (Makassar: Alauddin University Press), hal. 217.
22
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal. 24-25

14
pengusaha ingkar janji, hilanglah kepercayaan pihak lain terhadapnya.
Pengusaha juga harus konsisten terhadap apa yang telah disepakati
sebelumnya.
4. Disiplin
Pengusaha dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan
yang berkaitan dengan usahanya, misalnya dalam hal waktu
pembayaran atau pelaporan kegiatan usahanya.
5. Taat Hukum
Pengusaha harus selalu patuh dan taaat hukum yang berlaku , baik
yang berkaitan dengan masyarakat ataupun pemerintah. Pelanggaran
terhadap hukum dan peraturan yang telah dibuatkan berakibat fatal
dikemudian hari. Bahkan, hal itu akan menjadi beban moral bagi
pengusaha apabila tidak diselesaikan segera.
6. Suka membantu
Pengusaha secara normal harus sanggup membantu berbagai pihak
yang memerlukan bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukkan
kepada masyarakat dalam beberbagai cara .
7. Komitmen dan menghormati
Pengusaha harus komitmen dengan apa yang mereka jalankan dan
menghargai komitmen dengan pihak-pihak lain. Pengusaha yang
menjunjung komitmen terhadap apa yang telah diucapkan atau
disepakati akan dihargai oleh beberapa pihak.
8. Mengejar prestasi
Pengusaha yang sukses harus sealalu berusaha mengejar prestasi
setinggi mungkin. Tujuannya adalah dari waktu ke waktu . Prestasi
yang berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Disamping itu,
pengusaha juga harus tahan mental dan tidak mudah putus asa terhadap
berbagai kondisi dan situasi yang dihadapinya.

15
E. Tujuan dan Manfaat Etika Wirausaha

Etika yang diberlakukan oleh para pengusaha terhadap brbagai


pihak memiliki tujuan-tujuan tertentu. Tujuan etika tersebut harus sejalan
dengan tujuan perusahaan. Disamping memiliki tujuan, etika juga sangat
bermanfaat bagi perusahaan apabila dilakukan secara sungguh-sungguh.23

Berikut ini beberapa tujuan etika yang selalu ingin dicapai oleh
perusahaan.24

1. Untuk persahabatan dan Pergaulan

Etika dapat meningkatkan keakraban dengan karyawan, pelanggan


atau pihak- pihak lain yang berkepentingan. Suasana akrab akan berubah
menjadi persahabatan dan menambar luasnya pergaulan. Jika karyawan,
pelanggan dan masyarakat menjadi akrab, segala urusan kan menjadi lebih
mudah dan lancar.

2. Menyenangkan Orang Lain

Sikap menyenangkan orang lain merupakan sikap yang mulia. Jika


kita ingin dihormati, kita harus menghormati orang lain. Menyenangkan
orang lain berarti membuat orang menjadi suka dan puas terhadap
pelayanan kita. Jika pelanggang merasa senang dan puas atas pelayanan
yang diberikan, diharapkan mereka akan mengulangi kembali suatu waktu.

3. Membujuk Pelanggang

Setiap calon pelanggang memiliki karakter tersendiri. Kadang-


kadang seorang calon pelanggang perlu dibujuk agar mau menjadi
pelanggang. Berbagai cara dapat dilakukan perusahaan untuk membujuk
calaon pelanggang. Salah satu caranya adalah melalui etika yang
ditunjukkan seluruh karyawan perusahaan.

23
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal. 26
24
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal. 27-28

16
4. Mempertahankan Pelanggang

Ada angganpan mempertahankan pelanggang jauh lebih sulit


daripada mencari pelanggang. Anggapan ini tidak seluruhnya benar, justru
mempertahankan pelanggang lebih mudah karena mereka sudah
merasakan produk atau layanan yang kita berikan. Artinya, mereka sudah
mengenal kita lebih dahulu. Melalui pelayanan etika seluruh karyawan,
pelanggang lama dapat dipertahankan karena mereka sudah merasa puas
atas layanan yang diberikan

5. Membina dan Menjaga Hubungan

Hubungan yang sudah berjalan baik harus tetap dan terus dibina.
Hindari adanya perbedaan paham atau konflik. Ciptakan hubungan dalam
suasana akrab. Dengan etika hubungan yang lebih baik pun dapat
terwujud.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik pada makalah ini, sebagai berikut.
1. Etika merupakan tata cara berhubungan dengan manusia lainnya baik
atau pun buruk. Bisnis adalah suatu kesibukan atau aktivitas dan
pekerjaan yang mendatangkan keuntungan atau nilai tambah. Dan
Islam itu sendiri berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh
pada ajaran-Nya.
2. Etika bisnis dalam Islam dengan demikian memposisikan diri dalam
tata cara berbisnis sebagai usaha manusia itu sendri untuk mencari
keridhaan Allah SWT.
3. Berbisnis secara Islami memiliki dasar hukum dalam Al Quran
maupun Al Hadis.
4. Konsep dalam etika bisnis Islam dapat berupa konsep ke-Tuhanan,
pandangan Islam terhadap harta, konsep benar, amanat, jujur dan adil.
Karena itu, setiap pebisnis harus memiliki etika dalam hal kejujuran,
bertanggung jawab, menepati janji, disiplin, taat hokum, suka
membantu, komitmen dan menghormati serta mengejar prestasi.

B. Saran
Semoga setelah membaca isi dari makalah ini kita yang tidak
menutup kemungkinan berpeluang dalam hal berbisnis kelak memiliki
pemahaman mengenai etika dalam berbisnis secara Islami. Sebagai penulis
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dalam hal perbaikan yang
lebih baik untuk penulisan makalah ke depannya.

18

Anda mungkin juga menyukai