Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE

LAYANAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


MASALAH KESEHATAN JIWA DAN NAPZA

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan


Unit Eselon I/II : Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit
Program : Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Hasil (Outcome) Menurunnya Angka Kesakitan, Kematian dan
Kecacatan Akibat Penyakit
Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan
Jiwa dan Napza
Indikator Kinerja Kegiatan Kab/kota yang memiliki minimal 20% puskesmas
yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan
NAPZA
Jenis Keluaran (Output) Layanan pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian masalah kesehatan jiwa dan NAPZA
Volume Keluaran (Output) 12
Satuan Ukur Keluaran (Output) Kab/Kota

A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
 Undang-Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
 Peraturan menteri kesehatan Nomor 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
2. Gambaran Umum
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat diwujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pengertian sehat
dalam hal ini adalah meliputi kesehatan fisik, mental, sosial dan spiritual. Salah satu sasaran
pembangunan kesehatan adalah mewujudkan generasi muda yang sehat sebagai sumber daya
manusia yang produktif dan mampu berperan aktif dalam pembangunan nasional.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, presentase populasi anak dan remaja adalah sebanyak
46 % dari total populasi. Hal ini menunjukkan bahwa anak dan remaja menempati porsi yang
cukup besar dari keseluruhan penduduk Indonesia yang berjumlah kurang lebih 237 juta.
Sehubungan dengan hal tersebut maka baik buruknya kualitas anak dan remaja Indonesia
menentukan pula kualitas penerus bangsa ini. Dalam rangka mempersiapkan dan menyediakan
sumber daya manusia yang berkualitas baik tersebut perlu meningkatkan kesehatan tidak hanya
fisik saja tapi juga kesehatan jiwa pada anak dan remaja.
Kriteria anak adalah usia > 1 tahun sampai dengan 10 tahun. Sedangkan remaja merupakan suatu
bentuk peralihan dari anak menuju ke dewasa dengan batasan usia > 10 tahun sampai dengan 19
tahun (WHO).
Mutu Sumber Daya Manusia ditentukan oleh faktor pembawaan dan faktor lingkungan dimana dia
berkembang, termasuk disini adalah jenis dan tingkat pendidikan yang pernah diperolehnya.
Pendidikan bukanlah semata-mata pemberian ilmu, tapi secara luas pendidikan dimulai dari
pembentukan kepribadian, watak, dan moral, sampai pada perkembangan faktor kognitif
(Kepandaian, efektif dan keterampilan). Oleh karena itu, pendidikan seorang anak dimulai sejak di
rumah, didalam keluarga oleh kedua orang tuanya, dan seluruh anggota keluarganya sebelum ia
mulai masuk sekolah. Selanjutnya seorang anak mulai bersekolah dimana ia akan memperoleh
pendidikan secara formal dari guru/pengajar/pendidik. Sekolah adalah tempat sesudah keluarga
dimana anak akan memperoleh pendidikan. Oleh karena itu sekolah merupakan lembaga yang
sangat penting didalam pembentukan kepribadian anak dan menentukan mutu anak tersebut
dikemudian hari. Selama usia sekolah anak berkembang sampai memasuki usia remaja. Dengan
fase ini, fisik anak relatif sehat, tetapi justru faktor mental-emosional yang banyak mengalami
problem. Fase ini adalah fase dimana dasar kepribadian yang berpangaruh besar terhadap
perkembangan selanjutnya.
Upaya kesehatan jiwa dilakukan untuk mempertahankan kesehatan individu sepanjang hayat sejak
masa konsepsi sampai lansia, dilakukan sesuai tingkat tumbuh kembang dari bayi sampai lansia.
Perkembangan individu dimulai sejak dalam kandungan kemudian dilanjutkan ke 8 tahap mulai
bayi (0-18 bulan), toddler (1,5–3 tahun), anak - anak awal atau pra sekolah (3-6 tahun), sekolah (6-
12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa muda ( 18 –35 tahun), dewasa tengah (35-65) tahun, dan
tahap terakhir yaitu dewasa akhir (>65 tahun). Dalam tahapan perkembangan tersebut terdapat
periode penting yaitu periode pra sekolah, masa pra sekolah disebut masa keemasan (Golden
period), jendela kesempatan (window of opportunity), dan masa kritis ( critical period).
Sebanyak 29% penduduk dunia terdiri dari remaja, dan 80% diantaranya tinggal di negara
berkembang. Berdasarkan sensus di Indonesia pada tahun 2005, jumlah remaja yang berusia 10 -
19 tahun adalah sekitar 41 juta orang (20% dari jumlah total penduduk Indonesia dalam tahun
yang sama). Dalam era globalisasi ini banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para remaja yang
tinggal di kota besar di Indonesia, tidak terkecuali yang tinggal di daerah perdesaan seperti,
tuntutan sekolah yang bertambah tinggi, akses komunikasi/internet yang bebas, dan juga siaran
media baik tulis maupun elektronik. Mereka dituntut untuk menghadapi berbagai kondisi tersebut
baik yang positif maupun yang negatif, baik yang datang dari dalam diri mereka sendiri maupun
yang datang dari lingkungannya. Dengan demikian, remaja harus mempunyai berbagai
keterampilan dalam hidup mereka sehingga mereka dapat sukses melalui fase ini dengan optimal.
Semakin kompleksnya kehidupan dengan berbagai macam modernisasi dimana setiap orang
bahkan anak dan remaja begitu mudahnya mengakses berbagai macam informasi dari media
elektronik, cetak, jejaring sosial, internet, dll menciptakan masalah baru bagi perkembangan anak
dan remaja seperti penyalahgunaan NAPZA, kesulitan belajar, penyimpangan perilaku remaja,
cemas, depresi, sehingga tujuan untuk mewujudkan sumber daya masyarakat yang berkualitas
tidak tercapai.
Permasalahan kesehatan jiwa di Indonesia harus ditangani secara sistemik. Mulai dari komponen
yang terkecil yaitu keluarga, kemudian komponen yang sifatnya luas seperti sekolah, sektor
kesehatan pada umumnya hingga ke tataran masyarakat. Berdasarkan Riskesdas 2013: prevalensi
gangguan mental emosional ≥15 tahun (cemas dan depresi) sebesar 6% (>14 juta jiwa). Maramis
dkk, 2013, melaporkan prevalensi gangguan emosional dan perilaku pada anak usia pra sekolah
74,2% responden dimungkinkan mengalami gangguan emosional dan perilaku 59,08 % dirujuk di
klinik tumbuh kembang anak dan 14,5 % mendapatkan terapi konseling. Wiguna, 2010,
melaporkan proporsi gangguan emosi dan perilaku pada anak di poliklinik anak dan remaja di
rumah sakit Ciptomangunkusumo Jakarta yaitu gangguan dengan teman sebaya sebanyak 54,8 %,
gangguan emosional sebanyak 42, 2 %, gangguan hiperaktifitas sebanyak 38, 1 % dan gangguan
conduct sebanyak 38,5 %.
Gangguan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi, yang umumnya tidak
terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Masalah kesehatan jiwa terjadi pada 15%
sampai 22% anak-anak dan remaja, namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya kurang dari
20% (Keys, 1998). Gangguan hiperaktivitas-defisit perhatian (ADHD/ Attention Deficit-
Hyperactivity Disorder) adalah gangguan kesehatan jiwa yang paling banyak terjadi pada anak-
anak, dimana insidensinya diperkirakan antara 6% sampai 9%.
Dinas Kesehatan masalah Kesehatan Jiwa dan Napza melakukan koordinasi dan integrasi dengan
berbagai lintas program, lintas sektor dalam mengembangkan dan menangani masalah-masalah
terkait dengan kesehatan jiwa anak dan remaja.
Sehubungan dengan gambaran di atas berbagai upaya telah dilakukan oleh Direktorat P2M Keswa
dan Napza khususnya di subdit anak dan remaja sebagai penentu kebijakan dan pembuat
peraturan di pusat dengan membuat rencana strategis dan program serta indikator capaian
program yang lebih menitikberatkan pada program promotif dan preventif serta pengendalian
masalah anak dan remaja. Beberapa program yang akan dilaksanakan pada tahun ini adalah:
NO JENIS KEGIATAN NAMA KEGIATAN TUJUAN
1. Peningkatan kompetensi SDM Pelatihan Deteksi Dini Kerjasama LP/LS dan
kesehatan jiwa dan Penatalaksanaan atau membuat MoU
Gangguan Jiwa Bagi terkait Pencegahan
Tenaga Kesehatan dan Pengendalian
PKM di 12 Kab/kota, Kekerasan pada Anak
KKP dan RS Jiwa dan Remaja
Tampan)

2. Peningkatan kompetensi SDM Pelatihan Dukungan Kerjasama LP/LS dan


Psikologis Awal (PFA) atau membuat MoU
kesehatan jiwa untuk penanggulangan
Bagi Tenaga terkait layanan
bencana Kesehatan PKM di kesehatan korban
Daerah Bencana (12 bencana kabut asap
Kab/kota, KKP,
Denkesyah TNI AD,
Denkes Lanud AU,
Biddokkes Polri dan
RS Jiwa Tampan)

B. Penerima Manfaat
1. Dinas kesehatan kabupaten/kota
2. Puskesmas
3. RS Jiwa Tampan
4. Kantor Kesehatan Pelabuhan Tembilahan, Dumai dan Pekanbaru
5. Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan
6. Denkesyah TNI AD
7. Denkes LANUD AU
8. Biddokkes Polri
9. Masyarakat
C. Strategi Pencapaian Keluaran
1. Metoda
Metoda pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola.
2. Tahapan Pencapaian Output
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan dan waktu :
a. Tahapan Kegiatan
1 Koordinasi LP/LS
Tahapannya:
1) Rapat persiapan (2 kali) yang akan membahas:
 Penjelasan latar belakang kegiatan
 Penjelasan tujuan kegiatan dilaksanakan
 Penentuan nara sumber
 Penentuan peserta
 Melengkapi proses dan penetapan akreditasi pelatihan
 Penyusunan jadwal pelaksanaan kegiatan
2) Pelaksanaan pelatihan dilakukan selama 5 hari efektif dengan akreditasi yang
di tetapkan oleh Badan PPSDM Kes serta balai kesehatan dengan peserta
terdiri dari Tenaga kesehatan, Tenaga pendidik serta Kader
2 Koordinasi LP/LS
Tahapannya:
Rapat persiapan akan membahas tentang (2 kali):
 Penjelasan latar badanbelakang kegiatan
 Penjelasan tujuan kegiatan dilaksanakan
 Penjelasan tentang provinsi pelaksanaan kegiatan
 Penentuan nara sumber
 Jadwal penyusunan (time table)
 Sumber dana
1) Pertemuan pelaksanaan Kegiatan Advokasi/Sosialisasi/Bimbingan
Teknis/Lokakarya berupa kegiatan penyampaian materi dan diskusi interaktif
tentang:
 Kebijakan Upaya Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja
 Pemaparan materi Road map/Pedoman/Juklak/Buku saku

3. Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1 Koordinasi LP/
2 Pelatihan Deteksi Dini
dan Penatalaksanaan
Gangguan Jiwa Bagi
Tenaga Kesehatan PKM
di 12 Kab/kota, KKP dan
RS Jiwa Tampan)
3 Pelatihan Dukungan
Psikologis Awal (PFA)
Bagi Tenaga Kesehatan
PKM di Daerah Bencana
(12 Kab/kota, Denkesyah
TNI AD, Denkes Lanud
AU, Biddokkes Polri dan
RS Jiwa Tampan)

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran


Capaian keluaran dihasilkan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun anggaran 2017.

E. Biaya yang Diperlukan


Pembiayaan dibebankan pada DIPA Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan RI Tahun 2017 sebesar Rp. 265.420.000,- (dua ratus enam puluh lima juta empat ratus
dua puluh ribu rupiah).

Pekanbaru, 16 Maret 2016


Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau,

ANDRA SJAFRIL, SKM, M.Kes


NIP. 19681118 199202 1 001

Anda mungkin juga menyukai