BAB II
DASAR TEORI
qkond
T1
Tx
T2
L
x
Hubungan dasar untuk perpindahan panas dengan cara konduksi disebut hukum
fourier’s
, yang persamaan matematikanya (Incropera, Frank P. and DeWitt, David
P., 1996) sebagai berikut :
dT
qkond = - k A s (2.1)
dx
Dimana :
qkond = laju perpindahan panas konduksi (W)
k = konduktivitas bahan (W/(m.K))
As = luas permukaan perpindahan panas (m²)
dT
= gradien suhu pada penampang tersebut (K/m)
dx
Tanda minus (-) diselipkan agar memenuhi hukum kedua termodinamika, yaitu
bahwa kalor berpindah dari media bertemperatur tinggi ke media yang bertemperatur
lebih rendah. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 diatas, bahwa kalor
berpindah dari T 1menuju T 2karena T 2temperaturnya lebih rendah dibandingkan T 1.
Jika dilihat dari persamaan 2.1 diatas, dT adalah selisih antara T 2antara T 1sehingga
hasil yang didapat menjadi minus. Agar memperoleh hasil yang positif pada hasil
akhir perhitungan oleh karena itu ditambahkan tanda minus, sehingga tanda positif
tersebut menunjukkan adanya kalor yang berpindah dari temperatur tinggi ke
temperatur lebih rendah. Konduktivitas Termal dari beberapa logam dan non logam
yang digunakan dalam konstruksi kolektor surya diberikan pada tabel 2.1 sebagai
berikut
7
Table 2.1
Fluida
Gambar 2.2 Lapisan batas kecepatan pada suatu permukaan pelat datar.
Sumber : (Incropera, Frank P. and DeWitt, David P., 1996 halaman 289)
8
Gambar 2.3 Lapisan batas temperatur pada suatu permukaan pelat datar.
Sumber : (Incropera, Frank P. and DeWitt, David P., 1996 halaman 290)
4
qrad= σ A sT (2.3)
dimana :
qrad = laju perpindahan panas radiasi (W)
σ = konstanta proporsionalitas dan disebut konstanta Stefan-Boltzmann
yang nilainya 5,67 x 10 8 (W/(m².K 4 ))
As = luas bidang permukaan perpindahan panas (m²)
T = temperatur benda (K)
Persamaan diatas disebut hukum Stefan-Boltzmann
tentang radiasi thermal, dan
berlaku hanya untuk benda hitam. Pertukaran radiasi netto antara dua permukaan
berbanding dengan perbedaan suhu absolutnya pangkat empat (Incropera, Frank P.
and DeWitt, David P., 1996), yang artinya :
qpertukaran
netto
(T 14 - T 42 ) (2.4)
As
Dimana = 5,67 x 10 8
W/(m 2
.K 4 ), temperatur permukaan T s dalam K, dan
90 0
Tabel 2.2
1353 W/m 2
429 Btu/(jam-ft 2 )
Absorsivitas (α)
Transmisivitas (τ)
sumber sumber
Ф1 Ф2
Sinar
refleksi
Ф1= Ф2
Ф2
Bayangan cermin
(a) (b)
Gambar 2.7 Fenomena refleksi (a) spekular dan (b) refleksi baur.
Intensitas radiasi matahari akan berkurang oleh karena penyerapan dan pantulan oleh
atmosfer, sebelum mencapai permukaan bumi. Ozon di atmosfer menyerap radiasi
dengan gelombang pendek ( ultraviolet
). Sedangkan karbondioksida dan uap air
menyerap sebagian radiasi dengan panjang gelombang yang lebih panjang
(inframerah
). Selain pengurangan radiasi bumi yang langsung atau sorotan oleh
penyerap tersebut, masih ada radiasi yang dipancarkan oleh molekul-molekul gas,
debu, dan uap air dalam atmosfer sebelum mencapai bumi sebagai radiasi sebaran.
Radiasi ini akan mencapai bumi sebagai radiasi sebaran, seperti ditunjukan pada
gambar 2.8 dibawah ini :
13
Radiasi sebaran
Penjumlahan radiasi sorotan atau beam (Ib), dan radiasi sebaran atau difuse (Id)
merupakan radiasi total (I), pada permukaan horizontal per jam yang dapat
dirumuskan (Arismunandar Wiranto, 1995) sebagai berikut :
I = Ib + Id (2.9)
a. Posisi matahari
Sepanjang bumi mengelilingi matahari pada suatu lintasan yang berbentuk elips,
yang biasanya disebut dengan bidang “Ekliptika”. Bidang ini membentuk sudut
23.5 0 terhadap bidang equator. Akibat dari peredaran bumi mengelilingi matahari
14
Ø= Sudut lintang, sudut lokasi suatu tempat dipermukaan bumi terhadap equator,
dimana arah utara-selatan, -90 Ø 90 dengan utara positif.
θ = Sudut datang berkas sinar ( angel of incident
), sudut yang dibentuk antar
radiasi langsung pada suatu permukaan dengan garis normal permukaan
tersebut.
θ z= Sudut zenith, sudut antara radiasi langsung dari matahari dengan garis normal
bidang horisontal.
15
c. Waktu matahari
Perhitungan intensitas matahari pada saat tertentu umumnya didasarkan pada
waktu matahari, yaitu waktu tertentu dalam hubungannya dengan matahari yang
didasarkan pada garis bujur lokasi tersebut. Waktu matahari dihitung dengan
persamaan (Duffie, Jhon A and Beckman, William A., 1980) sebagai berikut :
t s = waktu standar + E + 4 (L st -L loc ) (2.10)
360(n 81)
dimana : E = 9,87 sin 2B – 7 cos B – 1,5 sin B B =
364
L loc = garis bujur lokasi
d. Keadaan cuaca
Jumlah radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi dipengaruhi oleh faktor
transmisi kandungan atmosfer. Di atmosfer radiasi surya diserap oleh unsur-unsur
ozon, uap air dan karbondioksida. Disamping diserap, radiasi surya juga
dihamburkan oleh partikel-partikel seperti udara, uap air dan debu. Pada
kenyataannya radiasi surya sering dihalangi oleh bermacam-macam tipe awan.
Masing-masing tipe awan mempunyai koefisien transmisi sendiri-sendiri
maksimum yang dapat dicapai absorber adalah sama dengan temperatur permukaan
matahari.
Pada Gambar 2.12 ditunjukkan sebuah konsentrator dengan luas A adan absorber
dengan luas A r, pada jarak dengan matahari R dan jari-jari matahari r. Setengah sudut
yang dibentuk antara diameter matahari dengan titik tengah konsentrator adalah s .
Dengan asumsi bahwa matahari sebagai benda hitam, konsentrator dan receiver
bekerja sempurna, maka energi yang diterima konsentrator dari matahari (Duffie,
Jhon A and Beckman, William A., 1980) :
r2
Qs-r= A a 2
T a4 (2.11)
R
Dimana :
Qs-r = energi yang diterima konsentrator (W)
Aa = luas konsentrator (m2)
r = jari-jari matahari (m)
R = jarak matahari dengan absorber (m)
σ = konstanta proporsionalitas dan disebut konstanta Stefan-Boltzmann
yang nilainya 5,67 x 10 8 (W/(m².K 4 ))
Apabila receiver adalah benda hitam sempurna maka semua energi yang diserap akan
dipancarkan kembali dan bagian yang sampai di matahari (Duffie, Jhon A and
Beckman, William A., 1980) :
Qe-s = Ar T 4r E r-s (2.12)
19
Dimana :
Qe-s = energi yang diserp absorber (W)
Ar = luas permukaan absorber (m2)
σ = konstanta proporsionalitas dan disebut konstanta Stefan-Boltzmann
yang nilainya 5,67 x 10 8 (W/(m².K 4 ))
Tr = Temperatur permukaan absorber (K)
Er-s = emisivitas permukaan absorber
Dengan Tr = Ts dan semua energi dari receiver diterima matahari (Er-s = 1) (Duffie,
Jhon A and Beckman, William A., 1980), maka :
Aa r2 1
= 2 = (2.13)
Ar R sin 2 s
Nilai ini adalah perbandingan konsentrasi maksimum, yaitu bentuk konsentrator
lingkaran dengan konsentrasi radiasi menuju titik.
Untuk bentuk konsentrator linier, dengan konsentrasi radiasi berupa garis, maka
perbandingan konsentrasi maksimumnya dapat dilihat pada persamaan (Duffie, Jhon
A and Beckman, William A., 1980) adalah :
Aa 1
= (2.14)
Ar sin s
Semakin besar perbandingan konsentrasi, maka semakin tinggi temperatur yang
dicapai. Namun dalam prakteknya temperatur absorber tergantung pada ketelitian
optik (konsentrator dan receiver) dan orientasi receiver terhadap konsentrator
(intercept faktor). Sehingga dalam praktek tidak mungkin dicapai perbandingan
konsentrasi maksimum.
dari posisi atas sampai 45 derajat dari horisontal secara significant tidak merubah
nilai bilangan Nusseltt, dan kemiringan palung sampai 30 derajat adalah penting
dalam aplikasi energi surya.
(Alit, Ida Bagus,2000) telah melakukan penelitian pada kolektor tubular dengan
memanfaatkan lampu neon bekas sebagai kaca penutup kolektor. Lampu neon bekas
dengan panjang 1,2 meter, yang dimanfaatkan sebagai kaca penutup kolektor tubular
dipasang secara seri sebanyak tujuh buah. Posisi eksentrisitas vertical dari pipa
pernyerap terhadap sumbu kaca disesuaikan seperti tampak pada gambar 2.11 untuk
3
mendapatkan temperatur pipa penyerap dengan variasi diameter pipa penyerap /8
inch, ½ inch, dan 5/8inch. Setelah mendapatkan posisi eksentrisitas untuk temperatur
pipa penyerap yang optimum kemudian dilakukan pengujian untuk memperoleh
unjuk kerja kolektor ini untuk beberapa rasio diameter kaca penutup-pipa penyerap.
Hasil penelitian ini menunjukan temperatur pipa penyerap tertinggi adalah
meletakkan sumbu pipa penyerap sejauh –X 2di bawah sumbu kaca penutup (negatif
eksentrisitas). Semakin tinggi rasio antara diameter kaca penutup dengan diameter
pipa penyerap, maka semakin tinggi temperatur pipa yang dihasilkan. Dengan
meningkatnya temperatur fluida masuk, dan/atau menambah jumlah pipa penyerap
yang digunakan, akan meningkatkan temperatur fluida keluar, namun efisiensi
kolektor menurun. Gradien penurunan efisiensi terhadap temperatur fluida masuk
akan lebih besar, bila rasio antara diameter kaca penutup dengan pipa penyerap
mengecil.
Pipa Penyerap
Kaca Penutup
1
R X1
2
X2
3 E=0
r
-X2
4
-X1
5
Reflektor Isolator
dengan absortivitas yang tinggi guna menyerap radiasi surya sebanyak mungkin,
tetapi memliki emisivitas rendah agar kerugian karena radiasi balik sedikit mungkin.
2.7 Energi Berguna dan Efisiensi Kolektor Alat Pemanas Air Tenaga Surya.
Energi yang berguna dipakai untuk menghitung seberapa besar panas yang
berguna yang ditimbulkan kolektor alat pemanas air tenaga surya. Sedangkan
efisiensi digunakan untuk mengetahui performansi dari kolektor alat pemanas air
tenaga surya.
2.7.1
Energi Berguna Kolektor Alat Pemanas Air Tenaga Surya.
Untuk perhitungan energi yang diserap atau energi yang berguna untuk kolektor
alat pemanas air tenaga surya dapat digunakan persamaan :
(2.15)
Dimana :
= panas berguna aktual (W)
.
m = laju aliran fluida (kg/s)
cp = kapasitas panas jenis fluida (J/(kg.˚C)
Dalam penelitian ini pengujian ini dilakukan untuk menentukan performansi dari
kolektor. Distribusi temperatur pada arah melintang pipa penyerap tidak merata,
maka persamaan efisiensi biasanya dinyatakan sebagai fungsi dari temperatur dan
laju aliran massa fluida masuk yang relatif mudah dikontrol dan diukur selama
pengujian atau pengoperasiannya.
(2.16)
dimana:
= efisiensi aktual
Tabel 2.2
Kapasitas penyimpan panas dari beberapa material.
Zat Massa Panas Titik Lebur, Panas Kapasitas Penyimpan Panas,
Penyimpan Jenis Spesifik ˚C fusi, ΔT=60 ˚C
CaCl2 .
6H2O
318.2 363.5 3.0 a
2.2 Lanjutan
Na2SO4 .
10H2O
32 251 430.5 429.4 3.6 a
Padat
1460 1.92
Cair
1330 3.26
1. Penurunan tekanan
Penurunan tekanan melalui sebuah unit penyimpan panas lapisan batuan
merupakan suatu parameter rancangan yang penting : Δp melalui lapisan perlu
diketahui dalam pemilihan blower yang sesuai, dan Δp yang minimum dapat
ditetapkan untuk menjamin profil kecepatan yang rata. Profil kecepatan rata
menjamin pemanfaatan seluruh lapisan batuan. Untuk unit-unit penyimpan panas
batuan suatu perumahan, misalnya disarankan minimum 55 Pa (0.22 inci air)².
Beberapa korelasi dapat digunakan untuk menghitung penurunan tekanan melalui
lapisan penyimpan panas batuan. Yang paling sederhana untuk digunakan adalah
persamaan Dunkle dan Ellul (Arismunandar, 1995) sebagai berikut :
LG 2
p 21 1750 (2.16)
D p GDp
Dimana :
Dp = diameter rata-rata dari batuan atau kerikil (diameter sebuah bola dengan
volume yang sama dengan volume batuan atau kerikil) (m)
yang tipis, sesuai dengan metode Mumma dan Marvin. Salah satu jenis lapisan seperti itu
ditunjukkan dalam gambar 2.11. Untuk analisis tersebut lapisan dianggap sedang dipanasi,
dengan udara panas masuk di sebelah atas. Dalam hal ini dapat dikatakan, dengan
mengabaikan kerugian-kerugian panas dari tepi-tepinya, bahwa laju kerugian panas oleh
udara sama dengan panas yang dipindahkan kelapisan batuan.
batu pasir biasanya mengizinkan perkolasi air dan memiliki pori untuk menyimpan
air dalam jumlah besar sehingga menjadikannya sebagai akuifer yang baik.
Pasir memiliki konduktivitas thermal yang tinggi. Hal ini membuat bahan
ini dapat menyimpan panas dengan baik, selain itu pasir juga sangat mudah di
temukan di sekitar kita sehingga tidak memerlukan uang yang banyak untuk
mendapatkannya.