Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

DERAJAT KESEHATAN

A. ANGKA HARAPAN HIDUP


Angka Harapan Hidup merupakan salah satu indikator derajat kesehatan
yang digunakan sebagi salah satu dasar penghitungan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). Angka Harapan Hidup memberikan gambaran probabilitas umur
maksimal yang dapat dicapai seorang bayi baru lahir.
Indikator ini dipandang dapat menggambarkan taraf hidup suatu bangsa,
sehingga dijadikan salah satu indikator untuk mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan
meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya.
Untuk dapat meningkatkan Umur Harapan Hidup bukan saja diperlukan
program pembangunan kesehatan, namun diperlukan juga program sosial
lainnya seperti program pemberantasan kemiskinan, perbaikan kualitas
lingkungan hidup, kecukupan pangan dan gizi. Indikator Angka Harapan Hidup
tidak bisa didapatkan dari sistem pencatatan dan pelaporan rutin, tetapi memalui
estimasi berdasarkan data primer hasil survey atau sensus yang diterbitkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS).

Gambar IV. 1
Angka Harapan Hidup (AHH) Penduduk
Di Kabupaten Sukabumi Tahun 2013 – 2016

70.20
70.00 70.14
70.03
69.80 69.70 69.73
69.60
69.40
2013
2014
2015
2016

Sumber : Badan Pusat Statistik


Bersadarkan angka yang dipublikasikan oleh Badan Pusat statistik, Umur
Harapan Hidup (UHH) waktu lahir di Kabupaten Sukabumi periode 2013 sampai
2016 cenderung mengalami peningkatan, hal ini menggambarkan bahwa tingkat
kesejahteraan masyarakat dan derajat kesehatannya telah lebih baik.

Gambar IV. 2
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Di Kabupaten Sukabumi Tahun 2013 – 2016

65.5

65.13
65

64.5
64.44

64 64.07

63.63
63.5

63

62.5
2013 2014 2015 2016

Sumber : Badan Pusat Statistik

Secara kualitas ekonomi dan sosial masyarakat di Kabupaten Sukabumi


sudah menuju ke arah yang lebih baik, seiring dengan program-program
pemerintah yang bertujuan untuk memberantas kemiskinan, buta huruf,
kesehatan, dan lain-lain.
B. ANGKA KEMATIAN/ MORTALITAS
Angka kematian merupakan indikator pembangunan kesehatan, angka
kematian dapat menggambarkan seberapa tinggi derajat kesehatan masyarakat
di suatu wilayah. Pada dasarnya penyebab kematian ada yang langsung dan
tidak langsung, walaupun dalam kenyataannya terdapat interaksi dari berbagai
faktor yang mempengaruhi terhadap tingkat kematian masyarakat. Berbagai
faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian, baik langsung maupun tidak
langsung, antara lain dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi, kualitas
lingkungan hidup, upaya pelayanan kesehatan dan lain-lain. Di Provinsi Jawa
Barat beberapa faktor penyebab kematian perlu mendapat perhatian khusus,
diantaranya yang berhubungan dengan kematian ibu dan bayi yaitu besarnya
tingkat kelahiran, umur masa paritas, jumlah anak yang dilahirkan serta
penolong persalinan.
Indikator kematian yang paling sering digunakan adalah Angka Kematian
Ibu (AKI), Angka Kematian Bayai (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA).
Indikator kematian tersebut tidak dapat dihasilkan dari sistem pencatatan
pelporan rutin, namun berasal dari perhitungan yang dilakukan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS). Angka kematian yang ada hanya gambaran kasar rasio
dari suatu wilayah.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)


Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) merupakan
indikator yang sangat sensitif terhadap upaya pelayanan kesehatan terutama
yang berhubungan dengan bayi baru lahir perinatal dan neonatal. Angka
kematian bayi (AKB) menggambarkan resiko kematian bayi (<1 tahun) dalam
1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan internasional AKB
merupakan indikator yang menggunakan konsep rate, meskipun dalam
kenyataannya hanya rasio.
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) merupakan
indikator yang sangat sensitif terhadap upaya pelayanan kesehatan terutama
yang berhubungan denganbayi baru lahir perinatal dan neonatal.
Gambar IV. 3
Angka Kematian Bayi Kasar di Kabupaten Sukabumi
Tahun 2013 - 2016

AKB
9

8 7.8
7 6.8
6

4 AKB

3
2.5
2
1.3
1

0
2013 2014 2015 2016

Sumber : Profil Kesehatan 2013 2016

Berdasarkan Definisi Operasional dari kematian bayi itu sendiri terdiri dari
neonatal, sedangkan dalam pencatatan dan pelaporan neonatal terpisah dari
bayi. Jumlah kematian bayi dan neonatal di kabupaten sukabumi tahun 2016
tercatat sebanyak 232 (5,0/ 1.000 kelahiran hidup) kematian neonatal dan
318 (6,8/ 1.000 kelahiran hidup) untuk kematian bayi dengan jumlah bayi
menurut estimasi sebanyak 43.668 bayi.
Jumlah kematian bayi tertinggi di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2016
tercatat ada di wilayah Puskesmas Lengkong sebayak 18 kematian bayi,
Puskesmas Limbangan sebanyak 12 kematian bayi, Puskesmas
Jampangkulon, Puskesmas Cikembar, Puskesmas Kadudampit dan
Puskesmas Cidahu sebanyak 11 kematian bayi sedangkan Puskesmas
Parungkuda dan Puskesmas Selajambe sebanyak 10 kematian bayi. Untuk
lebih jelas bisa dilihat pada tabel 2 Profil Kesehatan ini.
Angka kematian bayi diatas, belum tentu menggambarkan angka
kematian sebenarnya di populasi.
2. Angka Kematian Anak Balita (AKABA)
Anak Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang
paling hebat dalam tumbuh kembangnya, yaitu usia 12 sampai 59 bulan.
Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian
dan pertumbuhan intelektual. Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan,
pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat. Interpretasi Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian
balita umur 0-59 bulan diantara 1.000 kelahiran hidup. Sama halnya dengan
Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita dihitung oleh Badan Pusat
Statistik (BPS).
Berikut adalah gambaran proporsi kematian balita per 1.000 kelahiran
hidup di Kabupaten Sukabumi.

Gambar IV. 4
Proporsi dan Jumlah Kematian Anak Balita di Kabupaten Sukabumi
Tahun 2013 – 2016

40 40
35 35

30 31
31
25
20 JUMLAH
15 AKABA
10
0.7
5 0.6
0.8
0.7
0
2013
2014
2015
2016

Sumber : Profil Kesehatan 2013 – 2016

Berdasarkan data diatas, kematian anak balita tertinggi ada di tahun 2014
sekitar 8,4 per 1.000 kelahiran hidup. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi anatara lain dengan membentuk Tim
Akselerasi Kematian Ibu dan Bayi, MOU kemitraan bidan paraji, pemantauan
dan pendampingan Ibu hamil (K1) dan lain-lain, sehingga upaya ini
diharapkan bisa menekan kasus kematian ibu dan bayi di tahun-tahun
selanjutnya. Selain upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukabumi dalam menekan kasus kematian ibu dan bayi, letak dan kondisi
geografis antara pasien ibu hamil yang akan berkunujung ke faskes juga
sangat mempengaruhi terhadap perkembangan pasien ibu hamil tersebut,
sehingga dalam hal ini diperlukan kerjasama antara lintas sektor yang terkait
guna menanggulangi masalah ini.
Berdasarkan pencatatan dan pelaporan kematian yang ada di Seksi
Kesga Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, pada tahun 2016 terdapat
349 kasus kematian balita dengan definisi operasional kematian bayi dan
anak balita

Tabel IV. 5
Jumlah Kasus Kematian Balita Terbanyak Menurut Wilayah
Di Kabupaten Sukabumi Tahun 2016

No Puskesmas Jumlah Kematian


Bayi Anak Balita Balita
1 Lengkong 18 1 19
2 Jampang Kulon 11 1 12
3 Limbangan 12 1 13
4 Surade 9 2 11
5 Cikembar 11 0 11
6 Kadudampit 11 0 11
7 Cicantayan 9 2 11
8 Nagrak 8 3 11
9 Cidahu 11 0 11
10 Parungkuda 10 0 10
11 Cisolok 7 3 10
12 Selajambe 10 0 10
Sumber : Laporan PWS KIA 2016
3. Angka Kematian Ibu (AKI)
Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR)
menggambarkan besarnya resiko kematian ibu pada fase kehamilan,
persalinan dan masa nifas diantara 100.000 kelahiran hidup dalam satu
wilayah pada kurun waktu tertentu. Sama halnya dengan Angka Kematian
Bayi dan Balita, Angka Kematian Ibu juga tidak dapat dihasilkan dari
pelaporan rutin tetapi merupakan hasil perhitungan BPS.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007
dan 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional menunjukan adanya kenaikan
yang sangat besar, yaitu dari 228/ 100.000 KH menjadi 359 per 100.000 KH.
Pada umumnya kematian ibu terjadi pada saat melahirkan, nifas dan
waktu hamil, hal ini sejalan dengan data mengenai jumlah kematian ibu dari
laporan sarana pelayanan kesehatan.
Kasus kematian ibu di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2016 sebanyak
51 kasus kematian, dengan proporsi kematian pada ibu hamil sebanyak 17
orang, ibu bersalin sebanyak 4 orang dan ibu nifas sebanyak 30 orang.

Gambar IV. 6
Proporsi Kematian Ibu Menurut Jenis Kematian
di Kabupaten Sukabumi Tahun 2016

Ibu Hamil
36,4

Ibu Nifas
64,3
Ibu Bersalin
8,5

Sumber : Seksi Kesga Gizi


Kurangnya pemahaman dari Ibu akan pentingnya memeriksakan
kehamilan dan penolong persalinan serta tempat persalinan menjadi tolak
ukur dari kematian ibu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai