Anda di halaman 1dari 10

Bedside Teaching

Glaukoma Kongenital OD

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSMH Palembang

Oleh:

Wulan Meilani, S.Ked

04054821618101

Pembimbing:
dr. Hj. Devi Azri Wahyuni, Sp.M(K), MARS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT DR. MOH. HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
Nama : An. MRK
Umur : 6 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan :-
Alamat : 32 Ilir, Palembang
No. RM : 969419
Tanggal Pemeriksaan : 8 Februari 2017

2. Anamnesis (Alloanamnesis dengan ibu kandung)


a. Keluhan Utama
Mata hitam sebelah kanan membesar sejak ±3 bulan yang lalu

b. Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang dibawa kedua orang tua pasien dengan keluhan
mata hitam sebelah kanan membesar sejak ±3 bulan yang lalu.
Keluhan disertai mata sering berair dan mata pasien sering menutup
jika melihat sinar. Riwayat mata merah tidak ada. Riwayat kotoran
mata berlebih tidak ada. Riwayat nyeri pada mata tidak ada. Riwayat
penglihatan silau ada. Riwayat mual muntah tidak ada. Pasien belum
pernah dibawa berobat sebelumnya. Pasien berobat ke RS. Moh.
Hoesin Palembang.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


• Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
• Riwayat trauma disangkal
• Riwayat alergi obat-obatan dan/atau makanan disangkal

2
d. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
 Riwayat anggota keluarga lainnya memiliki kelainan mata saat
kecil atau keluhan yang sama disangkal

 Riwayat alergi pada keluarga disangkal

e. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Kehamilan
Perawatan Antenatal : Rutin periksa ke bidan
Penyakit Kehamilan : Tidak ada
Kelahiran (lahir dari ibu G1P0A0)
Tempat kelahiran : RSUD Bari
Penolong persalinan : dokter kandungan
Cara persalinan : normal / pervaginam
Masa gestasi : aterm
Keadaan bayi
 Berat badan lahir : 2500 gram
 Panjang badan lahir : ibu tidak tahu
 Lingkar kepala : ibu tidak tahu
 Langsung menangis : ya
 Nilai APGAR : ibu tidak tahu
 Kelainan bawaan : tidak ada
 Inisiasi Menyusu Dini : ada
Kesan : riwayat kehamilan dan kelahiran baik

f. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Tinggi badan saat ini : 64 cm
Berat badan saat ini : 6700 gram
Pasien saat ini bisa bolak balik dari posisi tengkurap ke terlentang
atau sebaliknya. Pasien dapat mengangkat kepala 900. Pasien
dapat mengarahkan mata ke benda-benda kecil. Pasien telah dapat
memegang tangan sendiri
3
Kesan: riwayat pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia

3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : tidak dilakukan
Nadi : 105 kali/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 30 kali/menit
Suhu : 36,7o C
Berat badan : 6700 gram
Tinggi badan : 64 cm
IMT : 16,75 kg/m2 (normoweight)

b. Status Oftalmologis
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Visus Fiksasi benda (+) Fiksasi sinar (+)
Tekanan P= N+1 P = N+0
intraocular

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .
...
.......

KBM Ortoforia
GBM 0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
Palpebra Tenang Tenang
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Edema (+), keruh (+), Jernih. Diameter 10 mm
diameter 12 mm
(buphtalmos)
BMD Sulit dinilai Sedang
Iris Sulit dinilai Gambaran baik

4
Pupil Bulat, Central, Refleks Bulat, Central, Refleks
Cahaya (+), diameter 3 mm cahaya (+), diameter 3 mm

Lensa Sulit dinilai Jernih

Segmen Posterior
Refleks
RFOD (-), RFOS (+)
Fundus
Papil

Makula Sulit dinilai Belum dilakukan

Retina

4. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan tekanan intraokular dengan tonometri
- Pemeriksaan gonioskopi
- Pemeriksaan oftalmoskopi

5. Diagnosis Banding
- Glaukoma kongenital
- Myopia tinggi
- Obstruksi duktus nasolakrimalis

6. Diagnosis Kerja
Glaukoma kongenital okuli dekstra

7. Tatalaksana
o KIE
 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit pasien bahwa
keluhan yang dialami karena adanya kelainan pada mata yang
terjadi sejak dalam kandungan
 Menjelaskan kepada pasien tentang pemeriksaan yang dilakukan
dan rencana tatalaksana

5
 Menjelaskan dan meminta persetujuan mengenai tatalaksana
pembedahan yang akan dilakukan beserta risiko yang terdapat
dalam tindakan tersebut
 Menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi

o Non-Farmakologi
 Rencana pemeriksaan tonometri, gonioskopi, dan oftalmoskopi
dengan anestesi umum
 Rencana tindakan trabekulotomi dengan anestesi umum
 Rencana cek laboratorium
 Rencana konsultasi anestesi

o Farmakologi
 Timolol maleat 0,25% ED tiap 12 jam pada mata kanan

8. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

6
ANALISIS KASUS

Pada pasien ini dilakukan anamnesis dan didapatkan an. MRK, 6 bulan, laki-
laki, datang ke RSMH karena orang tua pasien mengeluhkan mata hitam sebelah
kanan membesar sejak ±3 bulan yang lalu. Keluhan disertai mata sering berair
(epifora +) dan mata pasien sering menutup jika melihat sinar (fotofobia +).
Riwayat mata merah tidak ada. Riwayat kotoran mata berlebih tidak ada. Riwayat
nyeri pada mata tidak ada. Riwayat penglihatan silau ada. Riwayat mual muntah
tidak ada. Pasien belum pernah dibawa berobat sebelumnya. Pasien berobat ke
RS. Moh. Hoesin Palembang. Riwayat anggota keluarga yang memiliki keluhan
yang sama disangkal. Riwayat kelahiran normal. Riwayat pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan usia.
Dari pemeriksaan oftalmologi okuli dekstra (OD) didapatkan bahwa visus
fiksasi benda (+). Pada pemeriksaan tekanan intraokular (TIO) didapatkan
peningkatan, P= N+1. Didapatkan kornea edema (+), keruh dengan diameter yang
lebih dari normal (buphtalmos). BMD, iris dan lensa sulit dinilai. Pada
pemeriksaan segmen posterior, didapatkan RFOD (-), makula, papil dan retina
sulit dinilai. Pemeriksaan oftalmologi okuli sinistra (OS) dalam batas normal. Dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien, tampak gambaran
klinis dan temuan yang mengarah ke glaukoma kongenital OD.
Penegakan diagnosis glukoma kongenital umumnya didasari pemeriksaan
klinis. Komponen utama dalam penegakan diagnosis adalah terdapatnya
buphtalmos. Hal ini disebabkan oleh kenaikan TIO saat masih dalam kandungan
dan mendesak dinding bola mata bayi yang masih lentur, akibatnya sklera menipis
dan kornea akan membesar dan keruh. Epifora merupakan gejala paling dini dan
sering ditemukan. Pada kasus ini ditemukan peningkatan TIO dengan hasil palpasi
P=N+1. Peningkatan diameter horizontal kornea melebihi 11,5 mm dianggap
bermakna. Pada kasus didapatkan diameter kornea OD 12 mm. Diameter kornea
normal adalah 9,5-10,5 mm pada bayi cukup bulan dan lebih kecil pada bayi
prematur. Edema kornea dapat terjadi mulai dari agak kabur sampai keruh pada
stroma kornea karena kenaikan tekanan intraokular. Pencengkungan diskus

7
optikus akibat glaukoma merupakan kelainan yang terjadi relatif dini dan
terpenting.
Glaukoma merupakan neuropati optik progresif yang ditandai dengan
adanya cupping (pencekungan diskus optikus, adanya defek lapangan pandang
dan bisa disertai dengan peningkatan TIO. Glaukoma kongenital terjadi karena
saluran pembuangan tidak terbentuk dengan baik atau bahkan tidak terbentuk
sama sekali. Glaukoma kongenital primer terjadi akibat terhentinya perkembangan
struktur sudut bilik mata depan pada usia janin sekitar 7 bulan. Diduga
penyebabnya karena mutasi dari CYP1B1 pada kromosom 2p21.
Karakteristik dari glaukoma kongenital mencakup tiga tanda klasik, yaitu
epifora, fotofobia dan blefarospasme. Pada kasus didapatkan epifora dan
fotofobia. Glaukoma kongenital bermanifestasi sejak lahir didiagnosis pada
6 bulan pertama (70% kasus) dan akhir tahun pertama (80% kasus ). Penyakit ini
lebih sering mengenai anak laki-laki (65% kasus) dibandingkan anak perempuan.
Pada glaukoma kongenital primer iris mengalami hipoplasia dan berinsersi
ke permukaan trabekula didepan taji sklera yang kurang berkembang, sehingga
jalinan trabekula terhalang dan timbul gambaran suatu membran (membran
Barkan) yang menutupi sudut. Humor akuos terus menerus diproduksi tetapi tidak
bisa didrainase karena tidak berfungsinya saluran drainase secara tepat. Oleh
karena itu, jumlah cairan di dalam mata meningkat dan meningkatkan tekanan
intraokular. Serat optik mata dapat rusak akibat tekanan intraokular yang terlalu
tinggi.
Terdapat beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan, seperti pemeriksaan
tonometri, gonioskopi dan oftalmoskopi. Pemeriksaan pada anak sebaiknya
dilakukan dengan anestesi umum. Hal ini untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan ada tidaknya glaukoma serta berat
ringannya glaukoma yang diderita.
Kasus ini didiagnosis banding dengan glaukoma kongenital, myopia tinggi
dan obstruksi nasolakrimalis. Myopia tinggi memiliki gejala yang sama dengan
glaukoma kongenital, yaitu adanya pembesaran kornea. Sedangkan duktus
nasolakrimalis terdapat gejala epifora yang sama dengan kasus ini. Dengan
pemeriksaan lebih lanjut, diagnosis banding ini dapat disingkirkan.

8
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu pembedahan dengan trabekulotomi
serta diberikan obat anti-glaukoma sampai pre-operasi. Pembedahan disini
dimaksudkan untuk membuat lubang pada trabekulum Meshwork supaya ada
saluran pembuangan akuos humor. Pengobatan glaukoma kongenital primer yang
esensial adalah dengan pembedahan. Goniotomi direkomendasikan pada anak
lebih kecil dari 2-3 tahun dengan kornea jernih. Trabekulotomi direkomendasikan
anak lebih dari 2-3 tahun dan pada semua umur dengan kornea berkabut yang
menghalangi visualisasi adekuat.
Pembedahan lebih dipilih karena terdapat beberapa masalah dalam
penggunaan obat yaitu kurangnya pengetahuan tentang akumulatif dan efek
sistemik obat pada bayi, dan respon yang jelek dari obat. Obat-obat seperti beta-
bloker atau carbonic anhidrase inhibitor dapat digunakan dahulu sebelum
pembedahan untuk mengontrol IOP dan menjernihkan kornea yang berkabut. Pada
kasus ini digunakan timolol maleat 0,25% ED tiap 12 jam pada mata kanan. Obat
ini dapat menguragi produksi humor akuos.
Tujuan pengobatan adalah untuk mempertahankan tajam penglihatan.
Peninggian tekanan bola mata yang menetap akan menjurus ke arah rusaknya
n.optikus dan perubahan-perubahan permanen dari kornea yang akan mengganggu
penglihatan. Pengontrolan tekanan bola mata adalah tujuan utama dari
pengobatan. Bayi atau anak yang dicurigai mempunyai glaucoma congenital harus
dilakukan pemeriksaan sesegera mungkin dengan narkose, terhadap besarnya
kornea, tekanan bola mata, cup/disk ratio dari n.optikus, dan sudut BMD dengan
gonioskopi.

9
LAMPIRAN

Gambar 1. Orbikularis okuli dekstra et sinistra. Tampak buphtalmus dan epifora pada OD

10

Anda mungkin juga menyukai