Anda di halaman 1dari 17

Bulimia Nervosa

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Definisi
Bulimia Nervosa merupakan gangguan nutrisi dan psikologis yang ditandai dengan makan
yang berlebihan. Orang yang memiliki gangguan Bulimia Nervosa ini dapat mengkonsumsi
makanan lebih dari 6000 kalori yang biasanya akan diikuti muntah, pemakaian laksatif, enema,
dan diuretik akibat makan berlebihan (Linda A, 2002).
Bulimia nervosa yaitu gangguan berupa sering makan berlebih dan diikuti muntah terkait
dengan hilangnya kontrol yang berkaitan dengan makan dan perhatian terus-menerus dengan citra
tubuh. Individu yang mengalami bulimia nervosa mungkin memiliki berat badan normal dengan
tinggi badan, atau berat badan mereka dapat berfluktuasi dengan makan sebanyak-banyaknya dan
memuntahkannya. Mereka juga mungkin menyalah gunakan obat pencahar, diuretik, olahraga,
atau obat-obatan diet. Mereka mungkin memiliki tanda-tanda yang sering muntah, seperti kelenjar
ludah bengkak, pembuluh darah pecah di mata, dan masalah gigi. Biasanya individu dengan
bulimia nervosa akan bersusah payah untuk menyembunyikan kebiasaan makan abnormal mereka
(Lewis, 2011).

2.1.2 Etiologi
Penyebab Bulimia nevosa dijelaskan menurut beberapa jenis model (Sherli, 2010) yaitu:
1. Model Adikasi
Bulimia Nervosa sebagai adiksi terhadap makanan dan tingkah laku. Hal ini berhubungan
dengan pengobatan Bulimia Nervosa yang menekankan pada penghentian, dukungan sosial
dan mencegah kekambuhan.

2. Model Keluarga
Gangguan makan pada anak berhubungan dengan sistem interaksi antara keluarga. Oleh
karena itu fokus pengobatan penderita bulimia nervosa adalah disfungsi interaksi dalam
keluarga. Penderita bulimia nervosa pada umumnya memiliki riwayat kekerasan fisik
maupun seksual. Selain itu jika salah satu anggota keluarga terkena atau memiliki riwayat
bulimia maka resiko seseorang untuk terkena penyakit yang sama meningkat.
3. Model Kognitif dan Tingkah Laku
Bulimia dapat muncul akibat pengaruh tekanan dan kritik dari orang-orang sekitar
mengenai kebiasaan makan, bentuk tubuh, atau berat badan. Bulimia nervosa merupakan
implementasi tingkah laku yang irasional tentang bentuk tubuh, berat badan, diet dan
kepercayaan diri. Fokus pengobatan adalah mengidentifikasi disfungsi ini dan membantu
menumbuhkan keyakinan yang rasional. Penderita diberikan jadwal makan yang jelas dan
serta teratur.

4. Model Psikodinamik
Risiko terkena bulimia makin tinggi jika seseorang mengalami gangguan emosional dan
psikologis, seperti depresi, rasa cemas, gangguan stres pascatrauma (PTSD), dan obsessive
compulsive disorder (OCD). Bulimia nervosa merupakan usaha untuk mengendalikan atau
menghindari dampak perasaan yang tertekan, implusif dan kecemasan. Pengobatan
psikodinamik adalah mencari proses yang mendasari penderita bulimia nervosa terutama
gambaran psikososialnya.

Faktor lain yang mendorong timbulnya bulimia nervosa adalah masalah keluarga,
gangguan adaptasi, lingkungan dan penerimaan teman sebaya, media dan masyarakat serta
krisis identitas. Bulimia juga sering dihubungkan dengan depresi. Kebanyakan, penderita
bulimia berasal dari keluarga yang tidak bahagia, umumnya mereka memiliki orang tua yang
gemuk, atau mengalami masalah kegemukan saat masih kecil. Namun hingga kini masih
belum jelas apakah gangguan emosional ini sebagai sebab atau akibat dari bulimia.

2.1.3 Patofisiologi (Patoflow)


Berdasarkan biologis yang ditunjukan berulang kali, dengan dasar pada beberapa fakta: rasa
lapar, rasa kenyang dan pilihan makanan diatur oleh neurotransmiter dan neuropeptida, dan
gangguan kebiasaan makan dihubungkan dengan perubahan dari sekresi proses kimia. Pada
individu dengan bulimia nervosa sistem neurotransmiter tersebut tidak berfungsi. Kondisi
perubahan pada fungsi biokimia otak telah ditunjukkan dengan data sumber bahwa kadar
noradrenalin (norepinefrin) dan serotonin (5-hidroksitriptamin; 5-HT) lebih rendah pada seseorang
dengan bulimia nervosa daripada orang yang sehat. Kadar dopamin hampir sama, atau bisa kurang
dari orang sehat. Setelah gangguan kekambuhan terjadi, fungsi noradrenergik kembali seperti awal
dan dapat dikontrol. Dari semua neuropeptida, perubahan kadar neuropeptida Y, peptida YY, β-
endorfin, corticotrophin-releasing hormon, somatostatin, kolesistokinin dan vasopresin telah
ditemukan pada fase simpatomimetik bulimia nervosa (Brambilla, 2001).
Individu dengan gangguan makan bulimia nervosa ini memiliki masalah dengan body
imagenya. Artinya mereka sudah memiliki suatu mind set (pemikiran yang sudah terpatri di otak)
bahwa tubuh mereka tidak ideal. Mereka mempersepsikan tubuhnya gemuk, banyak lemak yang
intinya tidak sedap untuk dipandang dan tidak menarik seperti tubuh orang lain. Akibatnya ia akan
selalu melihat tubuh mereka gemuk padahal kenyataannya justru berat badan mereka semakin
turun hingga akhirnya mereka menjadi sangat kurus. Mereka akan dihantui perasaan bersalah
ketika mereka makan banyak karena hal itu akan menyebabkan berat badannya naik. Masalah ini
akhirnya menyebabkan mereka menjadi tidak percaya diri dan sulit untuk menerima kondisi
dirinya. Mereka beranggapan bahwa kepercayaan diri akan tumbuh kalau mereka juga memiliki
tubuh yang sempurna. Pengidap kemudian merasa bersalah, menyesal, dan membenci diri sendiri
sehingga akan memaksa tubuh untuk mengeluarkan semua asupan kalori yang telah masuk. Cara
ini umumnya dilakukan dengan memaksa diri untuk muntah atau menggunakan obat pencahar
untuk memicu proses buang air besar. Pengidap bulimia setidaknya mengalami siklus ini lebih dari
dua kali dalam seminggu selama minimal tiga bulan (WangMuba, 2009).

2.1.4 Pemeriksaan Diagnostik


Uji Laboratorium dan pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan
bulimia nervosa menurut American Psychiatric Association (APA, 2013) adalah sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan fisik yang menyeluruh
Pemeriksaan fisik akan memberikan petunjuk adanya bulimia nervosa, terutama untuk
menyingkirkan subtipe gangguan tersebut. Pada pemeriksaan, dokter mungkin mencari
tanda-tanda komplikasi medis dimana termasuk juga erosi gigi, jaringan parut atau abrasi
pada kuku-kuku jari, dan kelenjar parotis bengkak.

2. Uji kadar elektrolit serum


Para penderita bulimia dengan berat badan normal atau overweight (gemuk) mungkin
tidak memiliki kelainan laboratorium yang signifikan. Kelainan laboratorium menjadi lebih
umum dengan penurunan berat badan. Tingkat elektrolit yang paling mungkin akan
terpengaruh. Kelainan cairan dan elektrolit seperti hipokalemia (yang dapat memprovokasi
aritmia jantung), hipokloremia, dan hiponatremia. Hilangnya asam lambung melalui muntah
dapat menyebabkan alkalosis metabolik (peningkatan serum bikarbonat), dehidrasi melalui
pencahar dan diuretik dapat menyebabkan asidosis metabolik.

3. Kadar amilase serum meningkat


Beberapa individu dengan bulimia nervosa menunjukkan peningkatan sedang pada
amilase serum yang mencerminkan peningkatan isoenzim ludah. Tingkat amilase tinggi
menunjukkan bahwa pasien telah muntah. Dalam beberapa kasus, diperlukan untuk
menyingkirkan penyebab organik kadar amilase tinggi atau muntah, seperti pankreatitis.
Ketika difraksinasi menjadi komponen-komponen serum dan saliva, peningkatannya
terkadang tidak proporsional, dengan amilase saliva tinggi melebihi amilase pankreas pada
pasien yang telah muntah. Karena itu tes difraksinasi mungkin bermanfaat untuk digunakan
sebagai alat bantu diagnostik dalam kasus dimana muntah ditolak dan memonitor terus
muntah pada pasien yang menjalani pengobatan.

4. Evaluasi faktor-faktor psikologis


Pemeriksaan psikiatrik lengkap dengan memperhatikan depresi yang merundungi
bersama, anoreksia nervosa, penyalahgunaan zat/obat (contoh: kokain, alkohol, ampetamin,
sedative, dan pil diet), dan gangguan kepribadian. Lakukan pula evaluasi pasien untuk
impulsivitas dan kecenderungan bunuh diri.
Gejala psikopatologinya terdiri dari ketakutan yang luas biasa akan kegemukkan dan
penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang berat badannya, sangat dibawah
berat badan sebelum sakit dianggap berat badan yang sehat dan optimal. Seringkali, tetapi
tidak selalu, ada riwayat episode anoreksia nervosa sebelumnya, interval antara kedua
gangguan tersebut berkisar antara beberapa bulan sampai beberapa tahun. Episode
sebelumnya ini dapat jelas terungkap, atau dalam bentuk ringan yang tersembunyi dengan
kehilangan berat badan yang sedang dan atau suatu fase sementara dari amenore. Bulimia
nervosa harus dibedakan dari gangguan depresif, walaupun penderita bulimia sering
mengalami gejala-gejala depresi.

2.1.5 Penatalaksanaan Medis


Pada beberapa kasus, ketika makan berlebih tidak terkendali, tetapi pasien rawat jalan
tidak berhasil, atau pasien menunjukkan gejala psikiatrik tambahan seperti bunuh diri dan
penyalahgunaan zat, rawat inap di rumah sakit mungkin perlu dilakukan. Di samping itu,
pada kasus mengeluarkan makanan kembali yang berat, gangguan metabolik dan elektrolit
yang ditimbulkan mungkin sangat memerlukan rawat inap di rumah sakit. Penatalaksanaan
bulimia nervosa menurut (Sadock, 2010):
1. Psikoterapi
Umumnya dokter melakukan terapi kognitif, yang bertujuan merubah persepsi dan
cara berpikir pasien mengenai tubuhnya. Dokter mendorong pasien untuk berpikir secara
benar terhadap dirinya sehingga menjadi lebih obyektif melihat suatu masalah, dan
menghilangkan sikap serta reaksi yang salah terhadap makanan.
a) Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga pasien mau bekerjasama dalam
pengobatan.
b) Menghentikan kebiasaan makan yang salah dan episode muntah serta diare: Hal ini
dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan jenis makanan pasien bulimia nervosa.
Namun sedikit sulit bila pasien tinggal dirumah tanpa pengawasan.
c) Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang sudah
membaik:
 Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk makan
lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu merupakan
respon yang fisiologis.
 Agar pasien mau makan, maka kita katakankepadanya bahwa rasa lapar yang
timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.
 Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi ketergantungan terhadap
kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini dapat berlangsung untuk
beberapa bulan.
 Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimua nervosa ini mudah berulang
kembali, maka pengobatan yang paling efektif adalah dengan memberikan rasa
paercaya diri kepada pasien terhadap penampilan dan berat badannya.

2. Farmakoterapi
Untuk penderita bulimia umumnya diberikan obat-obatan jenis antidepresan bersama
dengan pengobatan psikoterapi. Obat yang diberikan umumnya dari jenis trisiklik seperti
imipramine (dengan merek dagang Tofranil) dan desipramine hydrochloride (Norpramin);
atau jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) seperti fluoxetine (Antiprestin,
Courage, Kalxetin, Nopres, dan Prozac), sertraline (Zoloft), dan paroxetine (Seroxat).

3. Terapi psikis
Terapi bulimia biasanya meliputi konseling dan terapi tingkah laku. Sebagian besar
gangguan makan permasalahannya bukanlah pada makanan itu sendiri, tetapi pada
kepercayaan diri dan persepsi diri. Terapi akan efektif jika ditujukan pada penyebabnya,
bukan pada gangguan makannya. Terapi individu, dikombinasikan dengan terapi
kelompok dan terapi keluarga seringkali sangat membantu. Terapi kelompok adalah terapi
dimana penderita penyakit yang sama saling membagi pengalaman mereka.

4. Terapi nutrisi
Ahli gizi dapat mengatur jadwal makan, memberikan penjelasan mengenai tujuan
terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan akibat buruk dari pola makan yang salah terhadap
kesehatan. Pengaturan diet untuk penderita bulimia nervosa dilakukan secara bertahap
tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya komplikasi dengan penyakit penyerta.
Selain dengan pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan juga olahraga
secara tepat dan teratur.

5. Terapi Oral
a) Untuk mencegah erosi dan karies pada gigi, pasien dianjurkan tidak menyikat gigi lagi
setelah muntah, namun berkumur dengan sodium fluorida 0,05%, alkaline mineral
water, sodium bikarbonat, atau magnesium hidroksida untuk menetralkan asam pada
rongga mulut.
b) Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula atau karbohidrat, sebab akan
meningkatkan resiko terjadinya karies.
c) Mengunyah permen karet rendah gula untuk meningkatkan produksi saliva sintetik
seperti glosodane
d) Gunakan pasta gigi, obat kumur, atau gel yang mengandung flourida untuk
mengurangi rasa sensitif pada gigi dan sebagai pertahanan terhadap karies. Menyikat
gigi tiga kali sehari setelah melakukan flossing untuk mengurangi plak pada gigi

2.1.6 Komplikasi
 Pembengkakan kelenjar parotis dan kelenjar submaksilaris (sialadenosis).
 Muka tembem.
 Tanda russel (pembentukan jaringan parut dan kalus pada buku-buku jari).
 Ersosi email gigi.
 Nyeri tekan atau nyeri abdomen.
 Esophagitis dan gastritis.

2.1.7 Prognosis
Pemantauan jangka panjang pada para pasien Bulimia nervosa mengungkap bahwa 70
persen memperoleh kesembuhan, meskipun sekitar 10 persen tetap sepenuhnya somatik.
Melakukan intervensi segera setelah diagnosis ditegakkan berhubungan dengan prognosis
yang lebih baik. Pasien Bulimia nervosa yang lebih sering makan berlebihan dan muntah,
komorbid dengan penyalahgunaan zat, atau memiliki riwayat depresi memiliki prognosis
lebih buruk disbanding pasien tanpa fakto-faktor tersebut (Novia, 2016).
Secara keseluruhan, bulimia nervosa tampaknya memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan anoreksia nervosa. Dalam jangka pendek, pasien bulimia nervosa yang
mampu melibatkan diri dalam pengobatan telah dilaporkan lebih dari 50 % yang mengalami
perbaikan. Prognosis bulimia nervosa tergantung kepada keparahan sequele mencahar, yaitu
apakah pasien mengalami gangguan elektrolit dan sampai derajat mana muntah yang sering
mengakibatkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar liur dan karies gigi. Pada
beberapa kasus yang tidak diobati, remisi spontan terjadi dalam satu sampai dua tahun
(Sadock, 2010).
Prognosis bulimia nervosa tampak lebih baik daripada anoreksia nervosa. Sebuah studi
6 tahun di Munich, Jerman menemukan sebuah fakta bahwa 59.9% klien bulimia nervosa
mencapai hasil yang baik, 29.4% klien mencapai hasil menengah, dan 9.6% dilaporkan hasil
buruk. Klien bulimia nervosa pada studi ini memiliki 1,1% tingkat mortalitas, yang lebih
dari 5 kali lebih rendah dari klien anoreksia nervosa (Fichter et al., 1997). Pada studi yang
lain, 74% klien bulimia nervosa mencapai kesembuhan penuh dibandingkan 1 per 3 dari
klien anoreksia nervosa. Kesembuhan parsial diwujudkan oleh 99% klien bulimia nervosa.
Hal ini dinilai bahwa 1 per 3 individu dapat diperkirakan kambuh (Reel, 2013).

2.2 Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
a) Anamnesis
 Identitas klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register,
diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
 Keluhan utama: Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien
saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan jarang diungkapkan
klien. Klien biasa mengungkapkan bahwa dia tidak menderita bulimia nervosa
dengan tanda binge dan purge.
 Riwayat kesehatan sekarang: Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama
melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan
klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana binge dan purge dirasakan oleh
klien, regional (R) yaitu menjalar binge dan purge kemana, Safety (S) yaitu
posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi binge dan purge atau klien
merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien
merasakan binge dan purge tersebut.
 Riwayat kesehatan yang lalu: Perlu dikaji apakah klien pernah menderita
penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya, kapan waktu terjadinya, dan
penangan yang dilakukan sendiri sebelum di rawat. Klien bulimia nervosa sering
berfokus pada cara menyenangkan orang lain dan menghindari konflik. Klien
dengan bulimia sering memiliki perilaku impulsif seperti penyalahgunaan zat dan
pencurian, ansietas, depresi, dan gangguan keperibadian.
 Riwayat kesehatan keluarga: Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah
menderita penyakit bulimia nervosa.

b) Pengkajian Fisik
 Penampilan Umum: Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien. catat
kehilangan berat badan 15% dibawah normal atau lebih. Klien bulimia nervosa
dapat kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan, tetapi biasanya
mendekati berat badan yang diharapkan sesuai dengan usia dan ukuran tubuhnya.
Penampilan umum klien tidak luar biasa, dan klien tampak terbuka dan mau
berbicara.
 Kesadaran: Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien.
Klien bulimia malu dengan perilaku makan berlebihan dan pengurasan. Klien
mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk
menyembunyikanya dari orang lain. Klien merasa lepas kendali dan tidak mampu
merubah perilaku tersebut meskipun klien mengakui perilaku tersebut sebagai
hal yang patologis.
 Tanda-tanda Vital: Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi
(TPRS).
 Sistem Gastrointestinal: Mengkaji tentang keadaan gigi, mulut dan abdomen.
Biasanya pada klien bulimia nervosa dapat terlihat karies gigi, lidah kotor,
membran mukosa kering dan perut agak cekung atau semua ini bisa tidak terlihat
karena terjadi dengan dirahasiakan oleh klien
 Nutrisi: Dikaji tentang intake dan output nutrisi, porsi makan, nafsu makan, pola
makan dan aktifitas setelah makan kliem. Klien bulimia makan berlebihan
(binge) dan melakukan pengurasan (purge). Klien mengakui bahwa perilaku
tersebut abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikanya dari orang lain.
 Cairan: Dikaji tentang intake cairan yang berkurang dan output cairan berlebih,
keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium, kalsium, albumin), turgor kulit
tidak elastis dan membran mukosa kering.
 Aktivitas: Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan mengatur pola
makan binge, mencegah terjadinya pengurasan (purge) dan kekuatan otot. Hal
membuat klien dapat cepat lelah karena kekurangan asupan nutrisi dan cairan
yang cukup.
 Aspek psikologis: Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan
suasana hati klien. Klien yang mengalami gangguan makan mempunyai mood
yang labil, biasanya berhubungan dengan perilaku makan atau diet klien. Klien
dengan bulimia nervosa pada awalnya senang dan gembira, seolah-olah tidak ada
yang salah. Wajah yang menyenangkan biasanya hilang saat klien menunjukkan
perilaku makan berlebihan dan pengurasan (memuntahkan kembali makanan),
dan klien mungkin menunjukkan emosi yang intens mengenai perasaan bersalah,
merasa malu. Klien merasa lepas kendali dan tidak mampu mengubah perilaku
tersebut walaupun perilaku tersebut sebagai hal yang patologis. Hal ini
menyebabkan klien bulimia nervosa menjalani hidup yang rahasia seperti dengan
diam-diam makan secara berlebihan namun setelah itu sembunyi-sembunyi
untuk memuntahkan kembali makanannya dengan bantuan penggunaan laksatif.
Perilaku klien tersebut dapat menganggu peran klien dalam keluarga maupun
lingkungan.

2.2.2 Diagnosa, Intervensi & Implementasi Keperawatan


Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
1. Kekurangan Keseimbangan cairan Manajemen elektrolit/cairan
volume cairan (0601) (2080)
tubuh Defenisi: keseimbangan Defenisi: pengaturan dan
berhubungan cairan didalam ruang pencegahan komplikasi dari
dengan intraselular dan perubahan cairan dan/atau
kehilangan ekstraselular tubuh. elektrolit.
cairan aktif Indikator: Aktivitas:
lp(00027)  Tekanan darah 1) Monitor tanda-tanda vital
normal 2) Perhatikan membrane buccal,
 Tekanan nadi sclera, dan kulit untuk indikasi
normal adanya perubahan
 Intake dan output keseimbangan cairan dan
seimbang elektrolit

 Membrane mukosa 3) Monitor adanya kehilangan


lembab cairan (seperti: pendarahan,

 Turgor kulit baik muntah, diare, takipnea)

 Serum elektrolit 4) Monitor level serum elektrolit


dalam tubuh 5) Monitor adanya tanda dan
seimbang gejala yang memperburuk
kondisi dehidrasi
6) Monitor specimen
laboratorium untuk memonitor
perubahan cairan atau level
elektrolit (seperti: hematocrit,
BUN, protein, sodium dan level
potassium)
7) Monitor berat badan setiap hari
8) Monitor intake dan output
cairan
9) Kaji riwayat pasien atau orang
terdekat sehubungan lamanya
dari muntah
10) Berikan cairan sesuai indikasi
11) Dukung pemberian cairan
secara oral
12) Menjamin ketepatan aliran
intravena yang berisi elektrolit.

2. Ketidakseimban Status nutrisi (1004) Manajemen nutrisi (1100)


gan nutrisi Definisi: sejauh mana Definisi: menyediakan dan
kurang dari nutrisi dicerna dan diserap meningkatkan intake nutrisi yang
kebutuhan tubuh untuk memenuhi seimbang.
berhubungan kebutuhan metabolik. Aktivitas.
dengan Indikator: 1) Tentukan status nutrisi klien
gangguan  Intake nutrient dan kemampuan klien terhadap
psikososial, adekuat kebutuhan nutrisi
ketidakmampua  Intake makanan 2) identifikasi alergi makanan
n mencerna adekuat atau intoleransi makanan pada
makanan  Intake cairan klien
(00002) adekuat
 Berat badan dalam 3) menentukan nilai kalori dan
rentang normal tipe kebutuhan nutrient bagi
klien
4) dukung lingkungan yang
optimal dalam mengonsumsi
makanan (bersih, ventilasi yang
baik, dan bebas dari bau yang
tajam)
5) monitor kalori dan intake
nutrisi
6) monitor berat badan klien agar
berat badan klien dalam
rentang yang normal
7) monitor perilaku klien
berhubungan dengan makan,
kehilangan berat badan
8) bantu klien untuk
mendiskusikan pilihan
makanan
9) bantu klien untuk
memodifikasi perilaku untuk
mengurangi kehilangan berat
badan
10) Bantu klien untuk memperbaiki
perilaku klien dalam makan
yang berlebihan d
11) Sediakan dukungan (seperti
terapi relaksasi, kesempatan
untuk mengatakan yag
dirasakan) sesuai dengan
penggabungan pola makan
yang baru, perubahan gambar
tubuh, dan perubahan gaya
hidup.
12) Batasi penggunaan waktu di
kamar mandi ketika sedang
tidak dalam proses observasi.
13) Mendampingi klien ke kamar
mandi selama ditunjuk waktu
untuk observasi berikut
makanannya.
14) kolaborasikan dengan ahli gizi
mengenai kebutuhan kalori dan
tipe kalori bagi klien.
3. Gangguan citra Citra tubuh (1200) Peningkatan citra tubuh (5220)
tubuh Definisi: presepsi terhadap Definisi: meningkatkan persepsi
berhubungan penampilan dan fungsi dan sikap pasien baik yang
dengan persepsi tubuh sendiri. disadari maupun tidak disadari
diri, gangguan Indikator: oleh tubuhnya.
fungsi  Gambaran dalam Aktifitas:
psikososial diri sendiri 1) Tentukan harapan gambaran
(00118)  Kecocokan antara klien berdasarkan rentang
realitas tubuh, ideal perkembangan.
tubuh, dan 2) Kaji klien untuk penampilan
penampakan tubuh fisik tersendiri dari perasaan
 Kepuasan dengan sebagai individu.
penampilan tubuh 3) Monitor pernyataan yang

 Penyesuaian mengidentifikasikan persepsi

perubahan status gambar tubuh yang prihatin

kesehatan terhadap bentuk tubuh dan


berat badan.
4) Memberikan kesempatan
mendiskusikan persepsi pasien
tentang/gambaran diri dan
kenyataan situasi individu
5) Menumbuhkan rasa
kepercayaan diri pada diri
klien.

2.2.3 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan yang diharapkan ada pada Nona R setelah dilakukan asuhan
keperawatan, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dan pasien
dapat mempertahankan status keseimbangan volume dan cairan yang adekuat.
2) Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dan pasien dapat
mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
3) Pasien tidak lagi mengalami gangguan citra tubuh dan merasa percaya diri dengan apa
yang ada pada dirinya.

2.2.4 Promosi Kesehatan


Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan pada individu agar tidak terkena penyakit
bulimia nervosa. Caranya yaitu dengan mengamati adanya tanda dan gejala pada keluarga
maupun orang-orang terdekat kita. Ketika keluarga atau kerabat kita terlihat memiliki tanda
dan gejala bulimia neevosa dapat dilakukan pendekatan secara interpersonal, berempati dan
mendorong untuk makan dan berolahraga secara normal, serta memberitahukan dampak
negatif bulimia. penderita bulimia tidak dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena itu
tindakan pertolongan yang harus segera diberikan yaitu disarankan untuk berkonsultasi
langsung ke para ahli kesehatan. Secara umum penderita penyakit ini jarang hingga perlu
dirawat di rumah sakit, kecuali keadaannya sudah terjadi komplikasi yang parah. Pengobatan
pun akan berbeda antar orang. Kesesuaian dengan seseorang belum tentu akan sesuai pula
dengan orang lain. Selama pengobatannya diperlukan kelompok terapis dari berbagai
keahlian, yang dapat membantu pasien dalam menghadapi masalah medis, psikologis, dan
gizi. Pencegahan terjadinya bulimia nervosa terdiri atas tiga bagian (Soetjiningsih, 2007):
1) Program pencegahan primer
Pencegahan ini langsung ditujukan pada populasi berisiko tinggi untuk mencegah
timbulnya gangguan makan pada mereka yang asimtomatik. Pencegahan yang dilakukan
dapat berupa program pendidikan mengenai sikap dan perilaki terhadap remaja.

2) Program pencegahan sekunder


Pencegahan ini bertujuan untuk deteksi dan intervensi dini, dengan memberikan
pendidikan pada petugas kesehatan di pusat pelayanan kesehatan primer. Selain untuk
mencegah terjadinya gangguan makan berupa bulimia nervosa dapat juga dilakukan dengan
beberapa cara, diantaranya:
 Rajin berkonsultasi dengan dokter.
 Tingkatkan rasa percaya diri.
 Tingkatkan dinamika lingkungan. Usahakan agar tercipta suasana yang nyaman dan
kondusif di lingkungan keluarga atau pekerjaan.
 Bersikap realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan oleh media
tentang berat dan bentuk badan ideal.

3) Diet yang dianjurkan


Pengaturan diet untuk penderita Bulimia Nervosa dilakukan secara bertahap
tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya komplikasi dengan penyakit penyerta.
Kebutuhan energi disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin, dihitung berdasarkan berat
badan ideal, bukan berat badan yang sebenarnya. Selain dengan pengaturan makan yang
sehat dan berimbang diperlukan juga olahraga secara tepat dan teratur. Olahraga yang teratur
dapat menormalkan kembali kerja kelenjar yang abnormal sehingga akan diperoleh kadar
serotonin yang sesuai dengan kebutuhan penderita.

Daftar Pustaka
Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC.
American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
Fifth Edition (DSM-5®). Arlington, VA, American Psychiatric Association
Angelia, Silvia. 2009. Bulimia nervosa. Diakses online pada http://www.pojokgizi.com, 05
September 2019.
FKM-UI, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai

  • Diare Noc Nic
    Diare Noc Nic
    Dokumen10 halaman
    Diare Noc Nic
    Merry Christiany Siringoringo
    Belum ada peringkat
  • Tes Rinne-Wps Office
    Tes Rinne-Wps Office
    Dokumen1 halaman
    Tes Rinne-Wps Office
    Merry Christiany Siringoringo
    Belum ada peringkat
  • Nic Noc
    Nic Noc
    Dokumen2 halaman
    Nic Noc
    Merry Christiany Siringoringo
    Belum ada peringkat
  • ANALISIS JURNAL Limfoma
    ANALISIS JURNAL Limfoma
    Dokumen2 halaman
    ANALISIS JURNAL Limfoma
    Merry Christiany Siringoringo
    Belum ada peringkat
  • Nic Noc
    Nic Noc
    Dokumen2 halaman
    Nic Noc
    Merry Christiany Siringoringo
    Belum ada peringkat