Disusun Oleh:
KELOMPOK 10
NAMA NIM
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Aspek Transisi Adaptasi Fisiologis BBL Terhadap Kehidupan Di luar
Uterus, Asuhan Tindakan Resusitasi” ini dengan baik. Makalah ini sebagai
bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan
BBL. Kami mengharapkan kiranya makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk dan pedoman bagi pembaca dan seluruh rekan-
rekan mahasiswa DIII Kebidanan untuk menambah pengetahuan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengaharapkan pembaca untuk memberikan masukan
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................ 14
B. Saran ................................................................................................... 14
LAMPIRAN .................................................................................................. 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kasus kegawatdaruratan dan pelayanan intensif
merupakan pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan
metodologi yang berbentuk bio-psiko-sosiospiritual yang komprehensif
ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai masalah aktual
dan potensial, mengancam kehidupan, pengetahuan dan perlu
meningkatkan keterampilan yang spesifik yang berhubungan dengan
kasus-kasus kegawatdaruratan utamanya kasus kegawatan pernafasan
dan kegawatan jantung (Maryuani,2009).
Istilah Resusitasi atau Reanimasi diartikan sebagai
menghidupkan kembali atau memberi hidup baru. Dalam arti luas
resusitasi merupakan segala bentuk usaha medis yang dilakukan
terhadap mereka yang berada dalam keadaan gawat atau kritis untuk
mencegah kematian. Kematian di dalam klinik diartikan sebagai
hilangnya kesadaran dan semua refleks, disertai berhentinya pernafasan
dan peredaran darah yang ireversibel. Oleh karena itu resusitasi
merupakan segala usaha untuk mengembalikan fungsi sistem pernafasan,
peredaran darah dan saraf yang terhenti atau terganggu sedemikian
rupa sehingga fungsinya dapat berhenti sewaktu-waktu, agar kembali
menjadi normal seperti semula (Sudarwanto, 2002).
Berhasil atau tidaknya resusitasi jantung paru tergantung pada
cepat dan tepatnya tindakan dan teknik pelaksanaan. Pada beberapa
keadaan, tindakan resusitasi tidak dianjurkan (tidak efektif) antara lain
bila henti jantung (cardiac arrest) telah berlangsung lebih dari 5 menit
karena biasanya kerusakan otak permanen telah terjadi. Permasalahan
yang sering dihadapi oleh perawat adalah cara menangani kegawatan
pulmonal serta kegawatan kardiovaskuler lewat resusitasi jantung paru
dengan tindakan danteknik pelaksanaan yang tepat (Soerianata, 1998).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu resusitasi jantung paru ?
2. Apa tujuan melakukan resusitasi jantung paru pada bayi baru lahir ?
3. Apa saja indikasi melakukan resusitasi jantung paru pada bayi baru
lahir ?
4. Apa saja kontraindikasi melakukan resusitasi jantung paru pada bayi
baru lahir?
5. Bagaimana teknik melakukan resusitasi jantung paru pada bayi baru
lahir ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan resusitasi pada bayi
baru lahir.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian resusitasi jantung paru.
2. Untuk mengetahui tujuan melakukan resusitasi jantung paru pada
bayi baru lahir.
3. Untuk mengetahui apa saja indikasi dilakukannya resusitasi
jantung paru pada bayi baru lahir.
4. Untuk mengetahui apa saja kontraindikasi melakukan resusitasi
jantung paru pada bayi baru lahir.
5. Untuk mengetahui bagaimana teknik melakukan resusitasi jantung
paru pada bayi baru lahir.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Sarana dalam memenuhi tugas mata kuliah Asuhan persalinan dan bbl.
2. Bagi pembaca
Sebagai salah satu acuan, petunjuk dan pedoman bagi pembaca dalam
menambah pengetahuan mengenai asuhan bayi baru lahir dalam 2 jam
pertama sebagai aspek transisi adaptasi fisiologis bayi baru lahir
2
terhadap kehidupan diluar uterus, khususnya melakukan tindakan
resusitasi pada bayi baru lahir.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas)
3. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi (fungsi jantung) dan
ventilasi (fungsi pernapasan/paru) pada pasien
4. Memberikan ventilasi yang adekuat
5. Membatasi kerusakan serebri
6. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan
oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat vital lainnya
5
Selain itu, resusitasi jantung paru juga dapat dipertimbangkan untuk tidak
melakukan RJP akan membuat penolong dalam risiko cedera berat ataupun
kematian, misalnya terpapar penyakit yang infeksius.
6
F. Teknik Melakukan Resusitasi Jantung Paru Pada Bayi Baru Lahir
Teknik resusitasi bayi baru lahir yang efektif adalah teknik yang membuat
perafasan yang adekuat. Bantuan dasar bagi bayi baru lahir yang
membutuhkan resusitasi dimulai dengan membuat jalan napas yang adekuat.
Bayi baru lahir yang tidak segera melakukan usaha bernafas dan
mengeluarkan lendir mereka sendiri harus dibantu dengan pengisapan: dimulai
dari mulut, kemudian hidungnya. Cairan paling banyak terdapat didalam
orofaring. Suksion karet atau suksion dinding (kurang dari 100 mg Hg) dapat
digunakan. Penggunaan kateter penghisap DeeLee ditolak karena operator
dapat sedikit terpajan sekret dari tubuh bagi bayi baru lahir. Kadang-kadang,
jalan napas oral perlu dipasang pada bayi yang mengalami defek kongenital di
mulut, hidung, lidah atau palatum untuk mendorong pernafasan yang adekuat
melalui mulut. Bayi yang memperlihatkan gangguan pernafasan harus diubah
posisi berbaring terlentang dengan leher sedikit ekstensi. Tindakan itu
membantu meminimalkan penyempitan trakea dan memaksimalkan aliran
udara. Apabila oksiput bayi sangat bengkak, gulungan kain setengah inci
mungkin perlu diletakkan dibawah bahu untuk mempertahankan jalan napas
agar sedikit hiperekstensi.
Usaha napas harus dievaluasi selanjutnya. Stimulasi takti seharusnya
cukup menstimulasi sebagian besar bayi untuk bernafas. Bayi apnea yang
berespon terhadap stimulasi taktil berada dalam periode apnea primer.
Apabila terjadi pernafasan teratur yang spontan, tetapi warna bayi
kehitaman, bayi dapat diberikan oksigen 100% yang mengalir dengan bebas.
Untuk memberikan oksigen yang mengalir dengan bebas ini, bidan harus
menggunakan slang oksigen dengan masker wajah atau bag anestesia lahir.
Bag resusitasi yang mengembang sendiri tidak mengalirkan oksigen secara
bebas dan tidak boleh digunakan untuk memberikan oksigen yang mengalir
dengan bebas. Warna tubuh bayi yang menjadi merah muda adalah tanda
keberhasilan dari intervensi ini. Sejalan dengan perbaikan warna kulit,oksigen
dapat secara bertahap dikurangi.
7
Apabila tidak ada pernafasan teratur dan spontan atau jika warna bayi baru
lahir tetap kehitaman, bidan harus memulai vemtilasi tekanan positif dengan
menggunakan bag dan masker resusitasi .
8
1. RJP pada bayi atau anak dibawah satu tahun :
a. Jangan pernah menghiperekstensikan leher bayi.
b. Tutuplah mulut dan hidung bayi dengan mulut anda saat
memberikan napas buatan.
c. Berikan napas buatan bukan napas dalam.
d. Gunakan ujung jari anda untuk mengkompresi sternum.
e. Kompresi sternum hanya sedalam 1,25-2,5cm.
f. Lakukan kompresi dengan kecepatan 100 kali permenit dengan
satu kali napas setiap 5 kompresi (kecepatan rat-ratanya adalah 20
kali napas permenit).
g. Hitung tanpa selang waktu diantara, misalnya satu, dua, tiga,
empat, dan seterusnya.
h. Lakukan prosedur dasar RJP.
Prosedur dasar
a. Periksa tingkat kesadaran.
b. Periksa aktifitas pernapasan.
c. Jika tidak bernapas, lakukan prosedur berikutnya :
1) Panggil bantuan jika anda sendiri, lakukan pernapasan buatan
selama satu menit lalu panggil bantuan.
2) Letakkan bayi terlentang pada permukaan yang keras.Lakukan
pemindahan bayi sebagai satu unit untuk menghindari
terjadinya cedera leher atau kepala.
3) Buka jalan napas dengan mengadahkan kepala dan mengangkat
dagu. Jangan mengekstensikan leher bayi sejauh pada orang
dewasa.
a) Untuk mengadahkan kepala bayi, letakkan satu tangan
diatas dahi bayi.
b) Dengan menggunakan satu jari disetiap sisi rahang korban,
tarik rahang tersebut kearah depan. Jagalah agar posisi siku
anda berada di atas permukaan yang sama dengan tempat
bayi berbaring.
9
4) Periksa lagi pernapasannya. Dekatkanlah telinga anda ke mulut
bayi. Perhatikan gerakan dadanya, dengarkan bunyi napasnya,
dan rasakan napasnya ditelinga anda.
5) Jika bayi tidak bernapas, tarik napas dalam dan katupkanlah
mulut anda ke mulut dan hidung bayi rapat-rapat. Usahakanlah
agar jalan napas tetap terbuka.
6) Berikan dua kali napas buatan selama 1-1,5 detik tiap satu kali
napas. Berhentilah pada setiap kali hembusan untuk menarik
napas. Ingat, berikan volume udara secukupnya untuk
menaikkan dada. Kecepatan pernapasan buatan yang diberikan
adalah satu kali napas setiap 3 detik.
7) Periksa sirkulasi. Bayi memiliki leher yang lebih pendek dan
lebih gemuk sehingga arteri karotis bayi lebih sukar untuk
dicari. Cobalah untuk memeriksa nadi brakhial, yang terdapat
disisi dalam lengan atas. Jika tidak ada denyutan, lanjutkan
langkah-langkah berikut :
a) Panggil pelayanan medis gawat darurat.
b) Mulailah melakukan komresi dada. Jagalah agar kepala
tetap menengadah dengan satu tangan. Buat garis imajinasi
diantara kedua puting bayi(garis intermamary).
c) Letakkan dua jari anda dengan jarak satu jari dibawah garis
yang berpotongan dengan sternum.Gambar 11.13.
10
(Jari anda tidak boleh diletakkan pada ujung sternum.) Jika
korban seorang bayi, gunakan dua jari anda untuk
melakukan kompresi.
d) Kompresi dada sedalam 1,25-2,5cm dengan kecepatan 100
kali per menit. Pada akhir setiap kompresi, biarkan sternum
kembali ke posisinya semula tanpa memindahkan jari anda.
Berikan 1 kali napas setiap 5 kompresi.
e) Selesaikan 10 siklus kompresi dan pernapasan.
f) Periksa nadi brakhial.
g) Jika tidak ada denyutan, berikan 1 hembusan napas yang
dilanjutkan dengan kompresi dan pernapasan.
h) Raba denyutan setiap beberapa menit.
i) Teruskan RJP sampai bantuan datang.
11
e) Jam tangan
f) Suction Dee Lee
g) Selimut bayi
h) Kasa
i) Bengkok (nierbekken)
2) Persiapan pasien dan lingkungan
a) Informed consent
b) Atur posisi bayi
b. Prosedur pelaksanaan
1) Siapkan alat-alat yang akan dipergunakan dalam tindakan.
Usahakan alat dipersiapkan secara ergonomis untuk lebih
memudahkan dalam melakukan tindakan.
2) Cuci tangan sebagai pencegahan infeksi.Ketika mencuci
tangan, lepaskan semua perhiasan yang melekat ditangan.
3) Gunakan sarung tangan yang bersih. Posisikan tangan ke
dada bayi dengan benar. (Gunakan jari telunjuk dan jari
tengah).
4) Tentukan posisi tangan/landmark. Tarik garis lurus diantara
dua putting susu. Letakkan 3 jari, dengan posisi jari
telunjuk tepat di atas garis. Angkat jari telunjuk dan
lakukan kompresi dengan jari tengah dan jari manis.
5) Lakukan kompresi kardiak, jika denyut jantung <80
kali/menit. Lakukan penekanan sekitar 1,5 cm tiga kali
setiap 2 detik dan berikan satu kali pernapasan. Dalam 1
menit memberikan 90 kompresi dan 30 ventilasi (rasio 3:1).
Jika dua penolong diberikan dengan rasio 15:2, yaitu 15
kompresi : 2 ventilasi.
6) Evaluasi denyut jantungnya kembali setelah 30 detik.
a) Jika masih <80 kali/menit, lanjutkan ventilasi dan
kompresi kardiak.
12
b) Jika >80 kali/menit, lanjutkan ventilasi hingga
pernapasan berjalan spontan, tetapi hentikan kompresi
kardiak.
7) Evaluasi setiap 3 menit, setelah itu nilai pernapasan, denyut
jantung, dan warna kulit.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Resusitasi mengandung arti harfiah “Menghidupkan kembali”
tentunya dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah
suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis.
Resusitasi jantung paru terdiri atas 2 komponen utama yakni : bantuan
hidup dasar / BHD dan Bantuan hidup lanjut / BHL Usaha Bantuan Hidup
Dasar bertujuan dengan cepat mempertahankan pasok oksigen ke otak,
jantung dan alat-alat vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan.
Bantuan hidup lanjut dengan pemberian obat-obatan untuk
memperpanjang hidup Resusitasi dilakukan pada : infark jantung “kecil”
yang mengakibatkan “kematian listrik”, serangan Adams-Stokes, Hipoksia
akut, keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan, sengatan listrik, refleks
vagal, serta kecelakaan lain yang masih memberikan peluang untuk hidup.
Resusitasi tidak dilakukan pada : kematian normal stadium terminal suatu
yang tak dapat disembuhkan.
Dengan demikian sebagai bidan dalam melakukan penanganan dan
tindakan cepat pada resusitasi jantung paru khususnya pada kegawatan
kardiovaskuler amat penting untuk menyelematkan hidup anak maupun
bayi. Untuk itu perlu pengetahuan RJP yang tepat dan benar dalam
pelaksanaannya sesuai prosedur.
B. Saran
1. Bagi penulis diharapkan agar senantiasa belajar tentang asuhan bayi
baru lahir dalam 2 jam pertama sebagai aspek transisi adaptasi
fisiologis bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus, khususnya
tindakan resusitasi pada bayi baru lahir.
14
2. Bagi pembaca diharapkan bisa menggunakan makalah ini untuk
menambah referensi, pengetahuan dan menguasai materi yang
berkaitan dengan asuhan bayi baru lahir dalam 2 jam pertama sebagai
aspek transisi adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap kehidupan
diluar uterus, khususnya tindakan resusitasi pada bayi baru lahir.
Sehingga dapat menekan angka kematian bayi baru lahir akibat gagal
napas.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
17