RSUD CENGKARENG
Jl. Kamal Raya, Bumi Cengkareng Indah, Cengkareng Timur Jakarta Barat 11730
Telp : (021) 54372874 (hunting), Fax : (021) 5442693
Email : marketingrs@rsudcengkareng.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan (dalam keadaan emergency)
sehari – hari adalah hak asasi manusia / hak setiap orang dan merupakan
kewajiban yang harus dimiliki oleh semua orang.
B. Ruang Lingkup
a. Pengertian
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah unit pelayanan Rumah Sakit yang
memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian
dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai disiplin
pelayanan / multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi.
b. Tujuan Pelayanan
- Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat
sebagaimana mestinya
- Menerima rujukan / merujuk penderita gawat darurat melalui sistem
rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai
- Melakukan pertolongan korban musibah massal dan bencana yang
terjadi di dalam maupun diluar rumah sakit
- Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan penanggulangan
penderita gawat darurat melalui pendidikan dan menyelenggarakan
berbagai kursus yang berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilan bantuan hidup dasar (Basic Life Support)
c. Standar Klasifikasi Pelayanan
RSUD Cengkareng adalah rumah sakit umum tipe B non pendidikan.
Sesuai standar klasifikasi Depkes RI maka IGD RSUD Cengkareng adalah
tergolong Instalasi Gawat Darurat Bintang III.
C. Batasan Operasional
a. Kriteria pasien yang ditangani :
1. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya
2. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat, misalnya kanker stadium lanjut
3. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal
4. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit, dan sebagainya
5. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera (fisik,
mental, sosial)
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian :
a. Kecelakaan lalu lintas
b. Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
c. Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
d. Kecelakaan di sekolah
e. Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat
rekreasi, perbelanjaan, di arena olahraga, dll
2. Mekanisme kejadian :
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat,
terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi
3. Waktu kejadian :
a. Waktu perjalanan (traveling / transport time)
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain, dll
6. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan
7. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan
b. Instalasi Pelayanan Gawat Darurat melakukan pelayanan terus menerus
selama 24 jam
c. Secara prinsip maka IGD hanya melakukan ”primary care” sedangkan
”definitive care” dilakukan pada unit lain dengan cara kerjasama yang baik
d. Penjabaran teknis standar klasifikasi IGD. Sesuai dengan kriteria kelas
rumah sakit, maka IGD RSUD Cengkareng adalah tergolong IGD bintang III
dengan penjabaran sebagai berikut :
Memiliki dokter spesialis empat besar (dokter spesialis bedah, dokter
spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, dokter spesialis kebidanan)
yang siaga di tempat (on-site) dalam 24 jam, dokter umum siaga ditempat
(on-site) 24 jam yang memiliki kualifikasi medik untuk pelayanan GELS dan
atau ATLS + ACLS dan mampu memberikan resusitasi dan stabilisasi kasus
dengan masalah ABC (Airway, Breathing, Circulation) untuk terapi definitif
serta memiliki alat transportasi untuk rujukan dan komunikasi yang siaga 24
jam.
D. Landasan Hukum
Dalam pelayanan IGD RSUD Cengkareng memiliki landasan hukum sebagai
berikut :
1. UU no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU no. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
3. UU no. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
4. UU no. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
5. UU no. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi
6. UU no. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
7. UU no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
8. UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan
9. UU no 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit
10. Permenkes no 856 tahun 2011 tentang Standar Fasilitas IGD
11. Peraturan Pemerintah no 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
12. PMK no 1691 tahun 2010 tentang keselamatan pasien rumah sakit
13. Keputusan Presiden RI no. 111 tahun 2001 tentang Perubahan dan
Keputusan Presiden no. 3 tahun 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Penangan Pengungsian
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 28/Menkes/SK/IV/1995 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Umum Penanggulangan Medik Korban Bencana
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 979/Menkes/SK/IX/2001 tentang
Prosedur Tetap Pelayanan Kesehatan Penanggulangan Medik Korban
Bencana dan Penangan Pengungsian
16. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 462/Menkes/SK/V/2002 tentang Safe
Community (Masyarakat Hidup Sehat dan Aman)
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
KUALIFIKASI
NO NAMA JABATAN PENGALAMAN KEBUTUHAN
PENDIDIKAN SERTIFIKASI
KERJA
5 tahun di
Kepala Instalasi S1 Kedokteran PPGD / ATLS Manajemen
1 1
Gawat Darurat Umum / ACLS Rumah Sakit /
Institusi Kesehatan
PPGD / BLS /
Kepala Ruangan BTLS / BCLS
1a S1 Keperawatan 1
IGD Manajemen
Keperawatan
PPGD / ATLS
1b Dokter Jaga IGD Dokter Umum 14
/ ACLS
Petugas
1e SLTA sederajat 1
Administrasi
Diutamakan yang
telah
1j Petugas Farmasi SAA berpengalaman di 1
Bidang Farmasi
Perumahsakitan
B. Distribusi Ketenagaan
Sesuai dengan target kerja yang ditetapkan dalam RENSTRA RSUD
Cengkareng tahun 2013 - 2018, maka berikut ini diuraikan standar ketenagaan
serta distribusi ketenagaan dimaksud :
a. Kebutuhan
Kualifikasi
No Jabatan Kebutuhan
Pendidikan Pelatihan
Kepala Instalasi Gawat
1 S2 Kedokteran ATLS, ACLS 1
Darurat
PPGD / BLS /
2 Kepala Ruangan IGD S1 Keperawatan 1
BTLS / BCLS
3 Dokter Jaga IGD Dokter Umum ATLS / ACLS 14
PPGD / BLS /
4 Perawat Pembimbing (CI) D3 Keperawatan 1
BTLS / BCLS
PPGD / BLS /
5 Perawat Pelaksana IGD D3 Keperawatan 40
BTLS / BCLS
6 Petugas Administrasi D3 1
7 Kasir IGD SLTA sederajat 4
8 Petugas MR IGD SLTA sederajat 4
9 Pembantu Perawat SLTA sederajat 4
10 Staf Ambulance SLTA sederajat 5
10 Petugas Farmasi SAA 1
C. Pengaturan Jaga
Pengertian
Adalah suatu tata cara pengaturan jadwal jaga bulanan dokter IGD RSUD
Cengkareng, agar pelayanan dapat berlangsung dengan tertib, aman dan
bertanggung jawab.
Tujuan
Agar dapat memberikan kejelasan serta keteraturan dokter jaga IGD, serta
kemudahan bagi para petugas IGD dan petugas RSUD Cengkareng yang lain
dalam memberikan pelayanan. Sehingga pelayanan secara keseluruhan dapat
berjalan dengan tertib, lancar dan bertanggung jawab.
Kebijakan
Pengaturan dokter jaga di IGD RSUD Cengkareng disusun dan ditetapkan oleh
Kepala Instalasi Gawat Darurat, dengan mempertimbangkan jam kerja sesuai
peraturan Depnaker, serta dilaksanakan oleh seluruh dokter jaga IGD
Prosedur
1. Kepala IGD memperhatikan jadwal jaga bulan sebelumnya untuk melihat
kelebihan atau kekurangan jam jaga dokter IGD dibulan sebelumnya.
2. Dokter jaga IGD dapat membuat permintaan jadwal jaga selama masih bisa
di akomodir dalam pelayanan IGD.
3. Kepala IGD / perwakilan dokter jaga IGD yang ditunjuk membuat draft
jadwal jaga dokter IGD 1 (satu) minggu sebelum jadwal diberlakukan.
4. Dalam waktu 3 hari setelah adanya draft jadwal jaga, dokter jaga IGD dapat
mengajukan keberatan draft jadwal jaga tersebut, selama dianggap tidak
menggangu kelancaran pelayanan di IGD.
5. Kepala IGD menetapkan jadwal jaga IGD 3 (tiga) hari sebelum jadwal
dilaksanakan.
6. Dokter jaga IGD diwajibkan melaksanakan jadwal jaga yang telah
ditentukan
7. Bilamana dokter yang bersangkutan berhalangan hadir maka 2 (dua) hari
sebelumnya dapat menghubungi Kepala IGD untuk mengajukan dokter jaga
pengganti dengan mengisi form tukar jaga atau form cuti
8. Dokter jaga pengganti menanda tangani kesepakatan menerima tugas jaga
dan selanjutnya bertanggung jawab untuk bertugas di IGD sesuai dengan
kesepakatan dan diketahui oleh Kepala IGD
9. Dokter jaga IGD yang berhalangan hadir secara mendadak wajib
memberitahu dokter jaga IGD yang sedang bertugas untuk meneruskan
tugas jaga IGD sampai dokter jaga di IGD yang menggantikan datang dan
juga memberitahu kepada Kepala IGD.
10. Dokter jaga IGD yang sedang bertugas sanggup meneruskan jaga IGD
bilamana tidak ada seorangpun dokter jaga IGD lain yang sanggup
menggantikan tugas jaga, dan selanjutnya memberitahu kepada Kepala
IGD
Unit Terkait
1. Admission
2. Komite medis
BAB V
Jumlah
No Nama Farmasi Satuan
LE Trolley
1 Abbocath No 14 Pcs 2
2 Abbocath No 16 PCs 2
3 Arm Sling S Pcs 1
4 Arm Sling M Pcs 1
5 Arm Sling L Pcs 1
6 Bisturi No 11 Pcs 2
7 Bisturi No 15 Pcs 2
8 Blood Set Therumo Pcs 5 1
9 Chromic 2/0 cat-Gut 837 T Pcs 2
10 Chromic 3/0 G 182 Pcs 2
11 Condom cath L Pcs 2
12 Condom Cath M Pcs 2
13 Condom Cath S Pcs 2
14 Ecg Electroda anak Pcs 15 6
15 Ecg Electroda Dewasa Pcs 21 12
16 ETT No 2.5 Pcs 1 1
17 ETT No 3 Pcs 2 1
18 ETT No 3.5 Pcs 2 1
19 ETT No 4 Pcs 2 1
20 ETT No 4.5 Pcs 2 1
21 ETT No 5 Pcs 2 1
22 ETT no 5.5 Pcs 2 1
23 ETT No 6 Pcs 2 1
24 ETT No 6.5 Pcs 2 1
25 ETT No 7 Pcs 2 1
26 ETT No 7.5 Pcs 2 1
27 ETT No 8 Pcs 2 1
28 Folley Cath 2way No 6 Pcs 3
29 Folley Cath 2way No 8 Pcs 3
30 Folley Cath 2way No 10 Pcs 3
31 Folley Cath 2way No 12 Pcs 3
32 Folley Cath 2way No 14 Pcs 3
33 Folley Cath 2way No 16 Pcs 10 1
34 Folley Cath 2way No 18 Pcs 10 1
35 Folley Cath 2way No 20 Pcs 3
36 Folley Cath 3way No 22 Pcs 2
37 Folley Cath 3way No 24 Pcs 2
38 Gamex No 8 Pcs 5
39 Instila Jelly 11 ml / Cathejel Pcs 10 1
40 Leucocrepe 3 inch Pcs 4
41 Leucocrepe 4 inch Pcs 4
42 Leucocrepe 6 inch Pcs 4
43 Lomatulle Pcs 60
44 Makroset (Infus Set Makro) Pcs 200 1
45 Masker N-95 Pcs 5
46 Mersilk 2-0 W 667 Pcs 2
47 Mersilk 3-0 W 502 Pcs 2
48 Mersilk 4-0 W 501 Pcs 1
49 Micromist Anak Pcs 10
50 Micromist Dewasa Pcs 10
51 Mikroset (Infus Set Mikro) Pcs 15 1
52 Nasal Canul Anak Pcs 10 1
53 Nasal Canul Bayi Pcs 10 1
54 Nasal Canul Dewasa Pcs 30 1
55 Needle No 18 Pcs 5
56 Needle No 23 Pcs 5
57 Needle No 25 Pcs 20
58 Needle No 27 Pcs 5
59 Needle Novofine 30G Pcs 10
60 Neoflon No 24 Pcs 100 1
61 NGT No 3.5 Pcs 2
62 NGT No 5 (100cm) Pcs 2
63 NGT No 8 Pcs 5
64 NGT No 10 Pcs 5
65 NGT No 12 Pcs 2
66 NGT No 14 Pcs 2
67 NGT No 16 Pcs 5
68 NGT No 18 Pcs 5
69 Non Rebreathing Mask Anak Pcs 6 1
70 Non Rebreathing Mask Dewasa Pcs 10 1
71 Perfusor Tubing Pcs 5 1
72 Premilene 2/0 DS 24 B 75cmPCS Pcs 2
Premilene 3/0 DS 24 Blue 75cmPCS / Prolene 3/0
73 W 8684 Pcs 2
74 Premilene 4/0 DS 19 Blue 75cmPCS Pcs 2
Premilene 5/0 DS 16 Blue 45cmPCS / Prolene 5/0
75 W 8006T Pcs 2
76 Simple Mask Anak Pcs 3 1
77 Simple Mask Dewasa Pcs 3 1
78 Spuit 1 cc tuberculin Therumo Pcs 30 5
79 Spuit 10cc Therumo Pcs 30 5
80 Spuit 20cc Therumo Pcs 10 2
81 Spuit 3 cc Therumo Pcs 100 5
82 Spuit 5 cc Therumo Pcs 30 5
83 Spuit 50 cc Cath Tip Therumo Pcs 5 1
84 Spuit 50 cc Therumo Pcs 5 1
85 Stifneck Collar Dewasa Pcs 1
86 Stifneck Collar Pediatric Pcs 1
87 Suction Catheter No 10 Pcs 3 1
88 Suction Catheter No 12 Pcs 3 1
89 Suction Catheter No 14 Pcs 3 1
90 Suction Catheter No 6 Pcs 3 1
91 Suction Catheter No 8 Pcs 6 1
92 Surgical gloves No 6.5 Pcs 15 1
93 Surgical gloves No 7 Pcs 10 1
94 Surgical gloves No 7.5 Pcs 10 1
95 Three way stop cock buntut Pcs 20 1
96 Urine Bag Pcs 20
97 Venflon 2 No 18 G Pcs 100 1
98 Venflon 2 No 20 G Pcs 100 1
99 Venflon 2 No 22 G Pcs 100 1
100 Wing Needle No 21 Pcs 4
101 Wing Needle No 23 Pcs 4
102 Wing Needle No 25 Pcs 4
103 Adona AC Amp 50 mg/10 ml Amp 3
104 Aminophyllin amp 24 mg/ml 10ml Amp 5 2
105 Asam traneksamat 250 mg/2ml Amp 10
106 Atropin sulfas amp 0.25 mg/ml 2ml Amp 100 10
107 Bricasma Amp Amp 10
108 Buscopan amp 20 mg/ml Amp 5
109 Calcii gluconas amp 100 mg/ml 10 ml Amp 5 1
110 Cedocard amp Amp 5
111 Citicolin amp 125 mg/ml 2 ml Amp 10
112 Dopac amp 200mg/5ml Amp 5 1
113 Epinephrine HCL amp 0.1 % 1 ml Amp 20 10
114 Farmabes Amp 3
115 Fargoxin injeksi Amp 5 2
116 Furosemida amp 10mg/ml 2ml Amp 25
Ikaphen amp 50 mg/ml 2ml / Phenytoin amp
117 50mg/ml 2ml Amp 10 2
118 Dexamethasone amp 4mg/ml Amp 10 3
119 Ketorolac amp 30mg/ml Amp 30
120 Lidocain amp 2% 2ml Amp 30
121 Pospargin amp 0.2 mg/ml Amp 10
Neo K amp 2mg/ml / Vitamin K1 10mg/ml
122 (phytomenadion) Amp 10
123 Nokoba amp 0.4ml/2ml Amp 5
124 Novalgin amp 500 mg/1 ml Amp 5
125 Piracetam amp 3 g Amp 3
126 Ranitidine amp 25mg/ml Amp 50
127 Tramal amp 100mg/2ml Amp 5
128 Ondancentron amp 2ml Amp 50
129 Vitamin K3 amp 10mg/ml Amp 10
130 Aqua pro inj 25 ml (WI) Fls 20 3
131 Dextrose sol 40% 25ml Fls 15 3
132 Dextrose sol 5% 100ml (Piggy Bag) Kolf 10
133 Ecosol G5 kolf 5 1
134 Ecosol NaCl Kolf 100 1
135 Ecosol RL Kolf 200 1
136 Gelofusin infus 500 ml Fls 5 1
137 KA-EN 1B infus 500 ml Kolf 10
138 KA-EN 3B infus 500 ml Kolf 10
139 Kcl sol 7.46 % w/v 25 ml Fls 10 3
140 MgSO4 infus 40% 25 ml Fls 5 3
141 Manitol infus 20% 250 ml Fls 5
142 Meylon infus 8.4 % 25 ml Fls 15 3
143 Nacl sol 0.9% 25ml Fls 10 3
144 Nacl sol 0.9 % 100ml (piggy Bag) kolf 10
145 Nacl sol 3% 500 ml kolf 4
146 Bioplacenton gel 15G Tube 10
147 Combivent 2.5 ml Amp 10
148 Flixotide nebules 0.25 mg/2ml Pcs 10
149 Ventolin nebules 2.5 mg Pcs 5
150 Pulmicort respules 0.5mg in 2ml Pcs 10
151 ATS amp 1500UI Amp 20
152 Serum Anti Bisa Ular Vial 1
153 Stesolid injeksi 10mg/2ml Amp 2 2
154 Syntocinon amp 10Ui/ml Amp 10
155 Vaccine Jerap Tetanus 5 ml (Toxoid) ml 30
156 Dulcolax supp 10 mg (dewasa) Supp 3
157 Dulcolax supp 5 mg (anak-anak) Supp 3
158 Pronalges Supp 100mg Supp 10
159 Propyretic supp 160mg Supp 12
160 Proris supp 125 mg Supp 10
161 Stesolid rectal 10mg Supp 2
162 Stesolid rectal 5mg Supp 2
163 Tramal Inj 100 mg Supp 5
164 Aspilet tablet 80 mg Tablet 10
165 Captopril tablet 12.5 mg Tablet 10
166 Captopril tablet 25 mg Tablet 10
167 Isosorbid dinitrat tablet 5 mg (ISDN) Tablet 10
168 Nipedipine tablet 10 mg Tablet 10
169 Paracetamol tablet 500 mg (PCT) Tablet 10
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
5. terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
A. Keselamatan Kerja
Faktor-faktor fisik yang biasanya terjadi di lingkungan kerja rumah sakit adalah ;
1) Iklim kerja
(1) Memberikan air minum dekat tempat kerja yang memenuhi syarat
artinya cukup dan mudah dicapai dari lokasi kerja
2) Kebisingan
a) Gangguan Fisiologis
b) Gangguan Tidur
c) Gangguan Komunikasi
d) Gangguan Psikologis
e) Gangguan Pendengaran
(3) Fondasi mesin harus baik, dijaga agar baut dan sambungan tidak
ada yang goyang
3) Pencahayaan
4) Getaran
Getaran adalah merupakan salah satu faktor fisik dan biasanya terjadi
karena mesin-mesin atau alat-alat mekanis lainnya yang dijalankan dengan
suatu motor dapat menghasilkan suatu getaran yang akan diteruskan ke tubuh
tenaga kerja yang mengoperasikannya.
c) Membahayakan kesehatan
5) Gelombang Radiasi
Nilai Ambang Batas (NAB) telah diatur menurut Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor KEP-51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 dan . Pengaruh dari
pada radiasi adalah:
a) Menyebabkan kemandulan
1) Mengetahui Material Safety Data Sheets (MSDS) dari setiap material atau
bahan.
3) Material Handling yang baik yaitu membawa atau memindahkan bahan kimia
dari suatu tempat ke tempat lain harus dilakukan dengan hati-hati, karena
dapat menimbulkan bahaya bila sampai terjatuh atau tumpah.
4) Ruang tempat kerja harus mempunyai sistem ventilasi yang cukup dimana
aliran udara masuk dan keluar cukup bersih. Penerangan dan suhu ruang kerja
juga harus diperhatikan.
Secara garis besar agent - agent biologi dapat digolongkan sebagai berikut :
Cara penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain dapat terjadi
dengan berbagai cara, misalnya:
Jumlah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang terus meningkat
diakibatkan oleh kurangnya perhatian terhadap masalah ergonomi di lingkungan
pekerjaan. Pedoman Praktis Ergonomik dapat digunakan untuk mencari solusi
prak-tis bagi peningkatan kondisi kerja dari sudut pandang ergonomi.
Hal ini bertujuan untuk menyediakan alat yang tepat untuk meningkatkan kondisi
lingkungan kerja, mencapai tingkat efisiensi serta tingkat keselamatan dan kese-
hatan Kerja yang lebih baik.
e. Fasilitas Umum
3) Jalur transportasi agar dalam kondisi yang baik, tidak licin dan bebas
rintangan.
6) Gunakan kereta dorong atau alat lain yang beroda untuk mengangkut
material.
11) Mengangkat / membawa barang yang berat, bagi barang menjadi beberapa
bagian yang lebih ringan yang ditempatkan dalam kemasan, kotak, nampan
dan lain-lain.
12)Buatkan pegangan khusus pada semua barang dalam kemasan atau kotak,
dan lain-lain yang akan diangkat maupun dibawa, atau tentukan bagian
yang dapat dijadikan pegangan.
16)Benda yang kita bawa agar selalu dirapatkan pada badan kita
19)Untuk menghindari kelelahan dan cedera tubuh, bagi mereka yang melaku-
kan pekerjaan mengangkat beban berat, seyogyanya diselingi dengan
pekerjaan-pekerjaan ringan
1) Lindungi para pekerja dari hawa panas yang berlebihan dalam ruangan
2) Lindungi tempat kerja dari hawa panas dan dingin yang berlebihan dari luar
ruangan
3) Pasanglah lapis penyekat atau isolasi pada sumber panas dan sumber
dingin
5) Pilihlah lampu tangan yang sudah terisolasi dengan baik dari bahaya
sengatan listrik maupun panas
e. Fasilitas Umum
2) Sediakan fasilitas air minum, ruang makan, dan ruang istirahat dengan
kondisi yang baik dan nyaman untuk para pengguna
6) Sediakan alat pelindung diri yang memadai dan mampu melindungi para
karyawan sesuai dengan peruntukannya
7) Jika bahaya di ruang kerja tidak dapat dihilangkan dengan cara lain, maka
gunakan dan pilih alat pelindung diri yang cocok dan mudah perawatannya
bagi pekerja yang menggunakannya
8) Pastikan bahwa pekerja yang perlu menggunakan alat pelindung diri secara
teratur, harus mengikuti petunjuk penggunaaan yang tepat, proses adaptasi
serta pelatihan pemakaian
9) Pastikan bahwa semua orang dapat menggunakan alat pelindung diri bila
diperlukan
10) Pastikan bahwa alat pelindung diri dapat diterima oleh semua pekerja
12) Sediakan tempat yang memadai untuk menyimpan alat-alat pelindung diri
13) Berikan tugas dan tanggung jawab kepada petugas untuk melaksanakan
perawatan dan kebersihan secara rutin
3. Keamanan Pasien
Pintu toilet di ruang perawatan hendaknya dapat dibuka dari luar agar
apabila terjadi sesuatu kondisi darurat misalnya pasien terjatuh di depan
pintu, petugas dapat segera memberikan pertolongan tanpa terhalang oleh
tubuh pasien.
Penahan pada tepi tempat tidur pasien dengan jarak terali lebih kecil dari
kepala anak +/- 10 cm, agar pasien tidak mudah terjatuh dari tempat tidur
dan mencegah terjadinya kecelakaan pada anak-anak.
Untuk mencegah terjadinya luka bakaroleh air panas, seluruh sumber air
panas perlu memiliki kendali otomatis.
(3) Bila pernafasan berhenti, segera dilakukan pernafasan buatan (dari mulut ke
mulut);
Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan, yang fungsinya mengisolasi tenaga kerja
dari bahaya di tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa (engineering)
dan cara kerja yang aman (work practice) telah maksimum. Namun pemakaian
APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut.
Sebagai usaha terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja, APD haruslah
enak dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif
terhadap bahaya.
Sering APD tak dipakai karena tidak enak/kurang nyaman, karena itu adalah
penting dalam pemeliharaan dan kontrol terhadap APD, sehingga fungsi APD tetap
baik, misalnya ;
(2) APD yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter dan cartridge;
Sampah rumah sakit dapat digolongkan berdasarkan jenis unit penghasil dan
jenis pengelolaannya, secara garis besar limbah padat rumah sakit digolongkan
menjadi sampah medis dan sampah non medis.
(1) Limbah padat medis biasanya dihasilkan oleh Ruang Pasien, Ruang Tindakan/
Pengobatan, Ruang Bedah, Ruang Perawatan termasuk dressing kotor,
verband, kateter, swab, plaster, dll.
(2) Limbah padat non medis dihasilkan oleh Ruang Administrasi, Ruang Gizi,
Ruang Diklat, dll.
Penggolongan tersebut di atas bertujuan:
(1) Memudahkan bagi penghasil untuk pembuangan sampah (sesuai jenis warna
kantong)
(2) Mencegah terkontaminasinya limbah padat non medis dari limbah padat medis
Limbah benda tajam adalah limbah yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau
bagian menonjol yang dapat memotong atau atau menusuk kulit.
Limbah golongan ini ditempatkan dalam kontainer yang tahan tusukan dan
diberi label dengan benar untuk menghindari kemungkinan cidera saat proses
pengumpulan dan pengangkutan limbah tersebut. Dan pada proses akhir
dimusnahkan dengan incinerator.
2) Limbah infeksius
Limbah golongan ini ditempatkan dalam kantong kuning dan pada proses
akhir dimusnahkan dengan incinerator.
Cairan tubuh, terutama darah dan cairan yang terkontaminasi berat oleh
darah, bila dalam jumlah kecil, dan bila mungkin diencerkan, sehingga dapat
dibuang ke dalam sistem saluran pengolahan air limbah.
4) Limbah citotoksik
Limbah golongan ini ditempatkan dalam kantong kuning dan pada proses
akhir dimusnahkan dengan incenerator.
5) Limbah farmasi
a) Obat-obatan kadaluarsa
b) Obat-obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi
atau kemasan yang terkontaminasi
Limbah dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, vete-
rinari, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Pembuangan limbah kimia ke
dalam saluran air kotor dapat menimbulkan korosi atau berupa ledakan.
Reklamasi dan daur ulang bahan kimia berbahaya dan beracun (B3) dapat
diupayakan bila secar teknis dan ekonomis memungkinkan. Disarankan untuk
berkonsultasi dengan instansi berwenang untuk mendapat petunjuk lebih
lanjut.
Mercuri banyak digunakan dalam penyerapan restorasi amalgam. Limbah
mercuri amalgam tidak boleh dibakar dengan incenerator karena akan
menghasilkan emisi yang beracun. Terlepas dari produksi limbah kimia,
prosedur pengamanan adalah yang terpenting (good housekeeping).
Disarankan untuk berkonsultasi dengan instansi berwenang untuk mendapat
petunjuk lebih lanjut.
7) Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Limbah ini dapat
berasal dari antara lain; tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay & bac-
teriologis (baik cair, padat maupun gas).
8) Limbah plastik
Masalah yang ditimbulkan oleh limbah plastik adalah terutama karena jumlah
penggunaan yang meningkat secara cepat seiring dengan penggunaan barang
medis disposable seperti syringe dan selang. Penggunaan plasik lain seperti
pada tempat makanan, kantong obat, peralatan dll juga memberi kontribusi
meningkatnya jumlah limbah plastik. Terhadap limbah ini barangkali perlu
dilakukan tindakan tertentu sesuai dengan salah satu golongan limbah di atas
jika terkontaminasi bahan berbahaya.
Apabila pemisahan dilakukan dengan baik, bahan plastik terkontaminasi dapat
dibuang melalui pelayanan pengangkutan sampah kota/umum.
d) Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah
untuk mengurangi biaya, tenaga kerja dan pembuangan.
2) Penampungan
Sarana penampungan harus memadai, letak pada lokasi yang tepat, aman
dan hygienis. Standarisasi kantong pada limbah klinis dapat dilakukan dengan
pembedaan warna maupun dengan label, hal ini diperlukan agar menghindari
kesalahan petugas dalam pengelolaan.
Mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf yang dimutasikan antar instasni/unit
3) Pengangkutan
4) Pemusnahan
Barang berbahaya dan beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya.
a. Memancarkan radiasi
b. Mudah meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai pengim-
bangan kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan
tekanan meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan. Bahan mudah
meledak apabila terkena panas, gesekan atau bantingan dapat menimbulkan
ledakan.
d. Oksidator
e. Racun
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menye-
babkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan kulit atau mulut.
f. Korosif
g. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak jaringan
tubuh.
h. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput lendir.
i. Teratogenik
j. Mutagenik
k. Arus listrik
a. Daya racun dinyatakan dengan satuan LD 50 atau LC50, dimana makin kecil nilai
LD50 atau LC50 B3 menunjukkan makin tinggi daya racunnya
3) Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang aman
5) Upayakan agar tenaga kerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama
dengan mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti
prosedur kerja yang aman.
6) Upayakan agar tenaga kerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau
tepat melalui pengujian, pelatihan dan pengawasan.