Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia salah satu negara di ASEAN dengan jumlah penduduk yang banyak,
luas wilayah yang besar dengan berbagai kekayaan sumber daya alam yang melimpah
baik di darat maupun laut. Akan tetapi, pada kenyataannya negara Indonesia termasuk
salah satu negara termiskin di dunia. Sumber daya alam banyak dikuasai oleh pihak
asing serta golongan-golongan konglomerat. Negara yang seharusnya mengelola
sumber daya alam tersebut untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat pada
kenyataannya kalah dengan kepentingan segelintir orang dan kelompok. Para
penyelenggara negara seakan-akan sudah tidak berorientasi lagi untuk memajukan
bangsa ini, mereka lebih mengutamakan kepentingan kelompok mereka.
Tingginya angka korupsi di negeri ini manjadi masalah mendasar yang sudah
sangat mengkhawatirkan. Korupsi sudah mendarah daging di negeri ini. Semua aspek
kehidupan di berbagai bidang apabila dicermati secara detail tidak akan terlepas oleh
tindakan korupsi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Korupsi ?
2. Bentuk-bentuk Korupsi ?
3. Faktor-faktor penyebab korupsi ?
4. Bagaimana nilai dan prinsip anti korupsi ?
5. Bagaimana pendidikan anti korupsi diperguruan tinggi ?
6. Peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi ?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu : “corruptio” dari kata kerja corrumpere yang
memiliki arti : busuk, rusak, menyogok, menggoyahkan, memutarbalik. Secara harfiah
korupsi berarti : kebusukan, kebejatan, ketidak jujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menfitnah.
Pengertian korupsi menurut kamus hukum yaitu : 1). Buruk, rusak, busuk, 2) suka
menerima uang sogok, 3). Menyelewengkan uang/barang milik perusahaan atau Negara. 4).
Menerima uang dengan menggunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi. Sedangkan
korupsi adalah : Penyelewengan atau penggelapan uang Negara atau perusahaan sebagai
tempat seseorang bekerja untuk kepentingan pribadi atau orang lain.
Adapun dalam kamus bahasa Indonesia korupsi adalah : 1. Penyelewengan atau
penggelapan (uang Negara atau perusahaan) untuk kepentingan pribadi atau orang lain. 2.
Menyelewengkan, menggelapkan. Menurut pasal 435 KUHPid Korupsi adalah : busuk,
buruk, bejat dan dapat disogok, suka suap, yang merupakan perbuatan yang buruk. Perbuatan
Korupsi dalam istilah kriminologi digolongkan kepada kejahatan “White Collar Crime” dasar
hukum untuk kejahatan korupsi saat ini mengacu kepada Undang-undang Nomor 31 tahun
1999 dan Undang-undang Nomor 20 tahun 2001.
Dalam arti luas, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan
pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi
berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan
untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi yang berat yang
diresmikan dan sebagainya. Titik ujung kleptokrasi, yang arti harfiahnya pemerintahan oleh
para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak sama sekali.
Korupsi dalam perspektif hukum secara gamblang yelah dimuat dalam 13 pasal dalam
UU No.31 Tahun 1999 dan UU No.20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Korupsi.
Berdasarkan Undang-undang RI No. 31 Tahun 1999 Pasal 3, hukuman tindak pidana
korupsi dijatuhkan kepada “Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara”.
2. Bentuk-bentuk Korupsi
1. Kerugian Keuangan Negara
Perbuatan Korupsi :
 Secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau korporasi.
 Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada.
2. Suap Menyuap
Perbuatan Korupsi :
 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai Negeri atau penyelenggara
negara dengan maksud supaya berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya.
 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara.
 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada advokat untuk menghadiri sidang
pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang
akan diberikan, berhubung dengan perkara.
 Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk memepengaruhi putusan
perkara.
3. Penggelapan dalam Jabatan
Perbuatan Korupsi :
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan
sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena
jabatannya, atau uang/surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang
lain atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan
sengaja menggelapkan, merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai barang,
akta, surat atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di
muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya.
4. Pemerasan
Perbuatan Korupsi :
 Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri.
5. Perbuatan Curang
Perbuatan Korupsi :
 Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual
bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau
keselamatan negara dalam keadaan perang.
 Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI atau
Kepolisian Negara RI melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan
keselamatan negara dalam keadaan perang.
6. Gratifikasi
Perbuatan Korupsi :
 Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajiban tugasnya.

3. Faktor penyebab dan Dampak Negatif Korupsi


Menurut Wahyudi & Sopanah (2010) korupsi disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain yaitu:
a. Sistem pemerintahan dan birokrasi yang memang kondusif untuk melakukan
penyimpangan.
b. Belum adanya sistem kontrol dari masyarakat yang kuat, dan belum adanya
perangkat peraturan dan perundang-perundangan yang tegas.
c. Tindak lanjut dari setiap penemuan pelanggaran yang masih lemah dan belum
menunjukkan “greget” oleh pimpinan instansi.

Lebih lanjut lagi, penyebab terjadinya korupsi dibagi dalam tiga aspek. Pertama,
aspek prilaku individu organisasi. Kedua, aspek organisasi. Ketiga, aspek masyarakat
tempat individu dan organisasi berada.
Sedangkan Syam (2000) menjelaskan bahwa penyebab seseorang melakukan
korupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan yang tidak
mampu ditahannya. Ketika dorongan untuk menjadi kaya tidak mampu ditahan
sementara akses ke arah kekayaan bisa diperoleh melalui cara berkorupsi, maka
jadilah seseorang akan melakukan korupsi. Jadi, jika menggunakan cara pandang
penyebab korupsi seperti ini, maka salah satu penyebab korupsi adalah cara pandang
terhadap kekayaan.
Cara pandang terhadap kekayaan yang salah akan menyebabkan cara yang salah
dalam mengakses kekayaan. Korupsi dengan demikian akan terus berlangsung,
selama masih terdapat kesalahan tentang cara memandang kekayaan. Semakin banyak
orang salah dalam memandang kekayaan, maka semakin besar pula kemungkinan
orang akan melakukan kesalahan dalam mengakses kekayaan.
Indonesia Corruption Watch (ICW) mengidentifikasi empat faktor penyebab
korupsi (dikutip dalam Puspito & Tim Penyusun: 41-45).
Berikut adalah keempat faktor penyebab korupsi dan penjelasannya :
a. Faktor Politik
Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat dilihat
ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan,
bahkan ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan. Korupsi politik misalnya
perilaku curang (politik uang) pada pemilihan anggota legislatif ataupun pejabat-
pejabat eksekutif, dana ilegal untuk pembiayaan kampanye, penyelesaian konflik
parlemen melalui cara-cara ilegal dan teknik lobi yang menyimpang. Formula proses
terjadinya korupsi adalah M+D–A=C. M adalah monopoly, D adalah discretionary,
dan A adalahaccountability. Maka, dapat dikatakan bahwa korupsi adalah hasil dari
adanya monopoli (kekuasaan) ditambah dengan kewenangan yang begitu besar tanpa
keterbukaan dan pertanggung jawaban.
b. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-
undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tindakan korupsi mudah timbul
karena kelemahan dalam peraturan perundang-undangan, yang mencakup: (1) adanya
peraturan UU yang bermuatan kepentingan pihak-pihak tertentu, (2) kualitas
peraturan UU kurang memadai, (3) peraturan kurang disosialisasikan, (4) sanksi yang
terlalu ringan, (5) penerapan sanksi yang tidak konsisten dan pandang bulu, (6)
lemahnya bidang evalusi dan revisi peraturan UU. Sedangkan lemahnya penegakan
hukum disebabkan oleh tawar-menawar dan pertarungan kepentingan antara
kelompok dan golongan di parlemen, sehingga muncul aturan yang bias dan
diskriminatif. Serta praktek politik uang dalam pembuatan hukum berupa suap
menyuap, utamanya menyangkut perundang-undangan di bidang ekonomi dan bisnis.
c. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal
itu dapat dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Selain
rendahnya gaji pegawai, salah satu aspek ekonomi lain yang menjadi penyebab
terjadinya korupsi adalah kekuasaan pemerintah yang dibarengi dengan faktor
kesempatan bagi pegawai pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka dan
kroninya.
d. Faktor Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk
sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Bila organisasi tersebut tidak
membuka peluang sedikitpun bagi seseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi
tidak akan terjadi. Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang
organisasi ini meliputi: (1) kurang adanya teladan dari pimpinan, (2) tidak adanya
kultur organisasi yang benar, (3) sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang
memadai, dan (4) manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya.

Selanjutnya Puspito & Tim Penyusun (2011: 47-49) merumuskan beberapa


aspek penyebab korupsi yang terbagi dalam dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
Berikut adalah faktor internal yang merupakan faktor pendorong korupsi dari
dalam diri, dapat dirinci sebagai berikut:
a. Aspek Perilaku Individu
Aspek ini ditandai dengan perilaku individu yang memiliki sifat tamak/rakus,
moral yang kurang kuat, dan gaya hidup yang konsumtif.
b. Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan
bagi orang untuk korupsi.
Kemudian faktor eksternal yang merupakan pemicu perilaku korup yang
disebabkan oleh faktor di luar diri pelaku adalah:
a. Aspek Sikap Masyarakat Terhadap Korupsi
Sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi terjadi karena
nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi, masyarakat kurang
menyadari bahwa korban utama korupsi adalah masyarakat sendiri, masyarakat
kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi, dan Masyarakat kurang menyadari
bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam
agenda pencegahan dan pemberantasan.
b. Aspek Ekonomi
Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan ada
kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan
itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan
melakukan korupsi.
c. Aspek Politis
Instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan
kekuasaan sangat berpotensi menyebabkan perilaku korupsi.
d. Aspek Organisasi
Penyebab korupsi yang termasuk dalam aspek organisasi adalah kurang
adanya sikap keteladanan pimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang benar,
kurang memadainya sistem akuntabilitas, kelemahan sistim pengendalian manajemen,
dan lemahnya pengawasan.

Dari beberapa penjelasan di atas mengenai faktor-faktor penyebab korupsi,


maka dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa penyebab utama korupsi adalah perilaku
inidividu itu sendiri. Apabila individu tersebut memiliki cara pandang yang
menyimpang dalam melihat kekayaan, maka hal itu dapat mendorong individu untuk
melakukan korupsi. Individu yang termasuk dalam golongan tersebut adalah mereka
yang bersifat tamak, kurang iman, dan konsumtif.
Kemudian perilaku individu tersebut didukung dengan adanya kesempatan.
Kesempatan itu dapat berasal dari beberapa aspek, seperti kesempatan yang timbul
dari lingkungan atau organisasi yang cenderung mendukung terjadinya korupsi.
Selanjutnya kesempatan yang timbul dari aspek politik, yaitu dengan adanya
kecurangan untuk melakukan politik uang dengan tujuan tertentu. Aspek hukum juga
bisa mendukung terjadinya korupsi, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa
lemahnya peraturan perundang-undangan dan lemahnya penegakan hukum dapat
memberikan kesempatan bagi para pelaku korupsi. Berikutnya yaitu aspek ekonomi,
meskipun rendahnya tingkat gaji bukan alasan mutlak seseorang melakukan korupsi,
namun dalam keadaan tertentu hal tersebut mungkin terjadi. Dikatakan bukan
merupakan faktor mutlak karena selama ini banyak sekali ditemukan para pelaku
korupsi yang telah memiliki jumlah kekayaan melimpah, tapi tetap melakukan
korupsi.

4. Bagaimana nilai dan prinsip anti korupsi


A. Nilai-nilai anti korupsi
1. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat didefenisikan sebagai sebuah
tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang.
Jujur merupakan salahsatu nilai yang paling utama dalam anti korupsi,
karena tanpa kejujuran seseorang tidak akan mendapat kepeercayaan
dalam berbagai hal termasuk dalam kehidupan sosial.
2. Kepedulian
Arti kata peduli adalah mengindahkan,memperhatikan dan menghiraukan.
Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar dan berbgai
hal yang berkembang didalamnya.
3. Kemandirian
Kemandirian dianggap penting bagi seorang pemimpin, karena tanpa
kemandirian seseorang tidak akan mampu memimpin orang lain.
4. Kedisplinan
Kata displin berarti ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan. Sebaliknya
untuk mengatur kehidupan manusia memerlukan hidup yang disiplin.
5. Tanggung Jawab
Kata Tanggung Jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya(kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,dipersalahkan dan
diperkarakan).
6. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan
terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian,
keberanian, ketabahan, keteguhan dan pantang mundur.
7. Kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi
dengan masyrakat di sekitar. Dengan gaya hidup sederhana manusia
dibiasakan untuk hidup tidak boros, tidak sesuai dengan kemampuannya.
8. Keberanian
Keberanian dapat dibentuk dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan
sebagainya.
9. Keadilan
Adil adalah sama berat, tidak berat sebalah, tidak memihak. Keadilan dari
sudut pandang indonesia disebut juga dengan keadilan sosial.

B. Prinsip-prinsip Anti Korupsi

Anda mungkin juga menyukai