f. Tipe pengamanan berfungsi untuk meningkatkan keamanan pengguna jalan pada jalur
kendaraan dengan membuat jalur hijau dengan kombinasi pepohonan dan tanaman perdu.
Karakteristik pepohonannya adalah pohon-pohon yang berakar kuat dengan ranting yang
tidak mudah patah, yang dilapisi dengan perdu yang liat, dilengkapi jalur pisang-pisangan
dan atau tanaman merambat dari legum secara berlapis-lapis.
Yang dimaksudkan hutan kota dengan tipe pengamanan adalah jalur hijau di
sepanjang tepi jalan bebas hambatan. Dengan menanam perdu yang liat dan dilengkapi
dengan jalur pohon pisang dan tanaman yang merambat dari legum secara berlapis-lapis,
akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya kecelakaan
karena pecah ban, patah setir ataupun karena pengendara mengantuk dapat dikurangi.
Pada kawasan ini tanaman harus betul-betul cermat dipilih yaitu yang tidak
mengundang masyarakat untuk memanfaatkannya. Tanaman yang tidak enak rasanya seperti
pisang hutan dapat dianjurkan untuk ditanam di sini (Dephut 2007).
Menurut Perda Kota Palembang No 6 Tahun 2007, tipe hutan kota adalah sebagai berikut :
a. Tipe kawasan industri.
b. Tipe kawasan pemukiman.
c. Tipe kawasan rekreasi dan pariwisata.
d. Tipe kawasan konservatif dan pelestarian.
e. Tipe kawasan lindung.
f. Tipe kawasan padat lalu lintas.
g. Tipe kawasan budaya dan budi daya.
h. Tipe kawasan perdagangan/bisnis.
Menurut Perda Kota Jambi No 6 Tahun 2009, dalam perencanaan pembangunan hutan kota
persentase luas bangunan sipil teknis untuk masing-masing tipe hutan kota diatur sebagai
berikut :
a. tipe kawasan pemukiman maksimal 10 %.
b. tipe kawasan industri maksimal 2,5 %.
c. tipe rekreasi maksimal 15 %.
d. tipe pelestarian plasma nutfah maksimal 5 %.
e. tipe perlindungan maksimal 2,5 %.
f. tipe pengamanan maksimal 2 %.
4. TUJUAN HUTAN KOTA
1. Menekan/mengurangi peningkatan suhu udara di perkotaan.
2. menekan/mengurangi pencemaran udara (kadar karbonmonoksida, ozon,
karbondioksida, oksida nitrogen, belerang dan debu).
3. mencegah terjadinya penurunan air tanah dan permukaan tanah.
4. mencegah terjadinya banjir atau genangan, kekeringan, intrusi air laut,
meningkatnya kandungan logam berat dalam air.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota, disebutkan fungsi dari
hutan kota, yaitu :
Hutan kota yang dibangun pada areal pemukiman bertujuan utama untuk pengelolaan
lingkungan pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan kota dengan tipe
pemukiman. Hutan kota tipe ini lebih dititik-beratkan kepada keindahan, penyejukan,
penyediaan habitat satwa khususnya burung, dan tempat bermain dan bersantai.
2. Kawasan industri, yang berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan kebisingan, yang
ditimbulkan dari kegiatan industri. Kawasan industri yang memiliki kebisingan yang tinggi
dan udaranya tercemar, maka harus dibangun hutan kota dengan tipe kawasan industri yang
mempunyai fungsi sebagai penyerap pencemar, tempat istirahat bagi pekerja, tempat parkir
kendaraan dan keindahan. Beberapa jenis tanaman telah diketahui kemampuannya dalam
menyerap dan menjerap polutan. Dewasa ini juga tengah diteliti ketahanan dari beberapa
jenis tanaman terhadap polutan yang dihasilkan oleh suatu pabrik. Dengan demikian
informasi ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih jenis-jenis tanaman
yang akan dikembangkan di kawasan industri.
Manusia dalam kehidupannya tidak hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah
seperti makanan dan minuman, tetapi juga berusaha memenuhi kebutuhan rohaniahnya,
antara lain rekreasi dan keindahan. Rekreasi dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan
manusia untuk memanfaatkan waktu luangnya (Douglass, 1982). Pigram dalam Mercer
(1980) mengemukakan bahwa rekreasi dapat dibagi menjadi dua golongan yakni : (1)
Rekreasi di dalam bangunan (indoor recreation) dan (2) Rekreasi di alam terbuka (outdoor
recreation). Brockman (1979) mengemukakan, rekreasi dalam bangunan yaitu mendatangkan
pengalaman baru, lebih menyehatkan baik jasmani maupun rohani, serta meningkatkan
ketrampilan.
Dewasa ini terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan minat penduduk perkotaan untuk
rekreasi. Hal ini sangat erat kaitannya dengan peningkatan pendapatan, peningkatan sarana
transportasi, peningkatan sistem informasi baik cetak maupun elektronika, semakin sibuk dan
semakin besar kemungkinan untuk mendapat stress.
Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali kondisi badan yang
sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap menghadapi tugas yang baru.
Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan suatu masa istirahat yang terbebas dari proses
berpikir yang rutin sambil menikmati sajian alam yang indah, segar dan penuh ketenangan.
4. Kawasan pelestariaan plasma nutfah, yang berfungsi sebagai pelestari plasma nutfah,
meliputi :
a) Penghijauan kota sebagai konservasi plasma nutfah khususnya vegetasi in-situ dan ex-situ;
b) Penghijauan kota sebagai habitat satwa yang dilindungi atau yang dikembangkan.
Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa depan,
terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri. Penguasaannya
merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di masa depan. Oleh karena itu,
plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan dikembangkan bersama untuk mempertahankan
keanekaragaman hayati. Hutan kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman
hayati yang tersebar di seluruh wilayah tanah air kita. Kawasan hutan kota dapat dipandang
sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada areal ini dapat dilestarikan
flora dan fauna secara exsitu.
Manusia modern menginginkan back to nature. Hutan kota dapat diarahkan kepada
penyediaan habitat burung dan satwa lainnya. Suatu kota sering kali mempunyai kekhasan
dalam satwa tertentu, khususnys burung yang perlu diperhatikan kelestariannya. Untuk
melestarikan burung tertentu, maka jenis tanaman yang perlu ditanam adalah yang sesuai
dengan keperluan hidup satwa yang akan dilindungi atau ingin dikembangkan, misalnya
untuk keperluan bersarang, bermain, mencari makan ataupun untuk bertelur.
Hutan yang terdapat di pesisir pantai menghasilkan bahan organik. Dedaunan yang jatuh ke
air laut kemudia dapat berubah menjadi detritus. Pada permukaan detritus dapat menjumpai
mikroorganisme air. Sebagian hewan merupakan pemakan detritus (detritus feeder).
Nampaknya organisme yang memakan detritus ini, sesungguhnya memangsa
mikroorganismenya, karena mikroorganisme mengandung protein, karbohidrat dan lain-lain.
Apabila hutan ini hilang, maka detritus tidak tersedia lagi dan akibatnya hewan pemakan
detritus pun akan musnah.
5. Kawasan perlindungan, yaitu penghijauan kota yang berfungsi untuk :
a) Mencegah/mengurangi bahaya erosi dan longsor pada lahan dengan kemiringan cukup
tinggi dan sesuai karakter tanah;
c) Resapan air untuk mengatasi masalah menipisnya volume air tanah atau masalah intrusi
air laut.
Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat ke lima yaitu daerah
dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan tebing-tebing yang curam
ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan membangun hutan kota agar terhindar dari
bahaya erosi dan longsoran.
Hutan kota yang berada di daerah pesisir dapat berguna untuk mengamankan daerah pantai
dari gempuran ombak laut yang dapat menghancurkan pantai. Untuk beberapa kota masalah
abrasi pantai ini merupakan masalah yang sangat penting.
Kota yang memiliki kerawanan air tawar akibat menipisnya jumlah air tanah dangkal dan
atau terancam masalah intrusi air laut, maka hutan lindung sebagai penyerap, penyimpan dan
pemasok air harus dibangun di daerah resapan airnya. Dengan demikian ancaman bahaya
intrusi air laut dapat dikurangi.
Saat ini, masalah perlindungan dan pengamanan hutan adalah masalah yang cukup
kompleks serta dinamis. Dengan adanya perkembangan diberbagai bidang dan perubahan
dinamika di lapangan, maka terjadi pula perkembangan permasalahan perlindungan dan
pengamanan hutan, mulai dari perladangan berpindah dan perladangan liar/perambahan yang
dilakukan oleh warga masyarakat yang sederhana, sampai pencurian kayu dan
penyelundupan satwa yang didalangi oleh bandit berdasi (Mappatoba dan Nuraeni , 2009).
Fenomena perlindungan hutan ini sebenarnya potensial menjadi sumber kerugian bagi
kehutanan, hanya saja selama ini sangat langkah atau tidak ada data yang mampu
menunjukkan besarnya angka kerugian tersebut. Pencurian hasil hutan yang selama ini
mampu dikemukakan data-data kerugiannya secara kuantitatif akhirnya menjadi kunci
pengambilan keputusan di dalam melaksanakan kebijaksanaan di bidang perlindungan hutan,
padahal pencurian ini sebenarnya adalah permasalahan sosial ekonomi dan bukan
permasalahan teknis perlindungan hutan (Achmad Sulthoni, 2002).
Dalam hubungannya dengan tindakan pengelolaan, pencegahan dalam konsep
perlindungan hutan didekati melalui :
1. Pengambilan keputusan terhadap langkah atau tindakan untuk mencegah agar
penyebab kerusakan tidak berkembang dan tidak menimbulkan kerusakan yang serius.
2. Pengembangan suatu bentuk pengelolaan hutan yang ”hati-hati” dan berwawasan
masa depan (Sumardi dan Widyastuti , 2004).
Jadi, asas perlindungan hutan mengutamakan pencegahan awal terjadinya atau perkembangan
suatu kerusakan hutan melalui perencanaan silvikultur dan pengelolaan yang baik Hal ini
akan lebih efektif daripada pengendalian langsung setelah kerusakan yang besar terjadi.
Dalam prinsip perlindungan hutan, tindakan proaktif dikedepankankan dan tindakan reaktif
sedapat mungkin dihindari (Sumardi dan Widyastuti , 2004).
3. PENGAMANAN
Pengamanan hutan adalah segala kegiatan, upaya dan usaha yang dilaksanakan oleh
aparat kehutanan dan dukungan instansi terkait dalam rangka mengamankan hutan dan hasil
hutan secara terencana, terus menerus dengan prinsip berdaya guna dan berhasil guna (Dephut,
1995).
Secara Fungsional Pengamanan Hutan dilaksanakan oleh Satuan Tugas (Satgas)
Pengamanan Hutan yang berkedudukan di Dinas-dinas Propinsi, Kabupaten/Kota yang
menangani bidang Kehutanan, dan UPT Departemen Kehutanan (Dephutbun, 1998)..
Sedangkan Pengamanan Hutan di areal hutan yang telah dibebani Hak dilaksanakan oleh
Satuan Pengamanan Hutan pemegang hak tersebut, yang dikenal dengan sebutan Satpam
Pengusahaan Hutan (Dephut, 1995).
c. Gelar Operasional
Gelar operasional rutin diadakan setiap bulan pada tingkat Instansi Kehutanan Dati II dan
triwulan pada tingkat Instansi Kehutanan Dati I, dengan maksud :
1. Saling tukar menukar informasi.
2. Mengadakan gelar perkara untuk kasus pidana kehutanan.
3. Paparan jurnal kejadian pelanggaran
4. Pengawasan dan pengendalian
Pengawasan dan pengendalian dimaksudkan dalam rangka pelaksanaan
tugas, fungsi, wewenang dan penerapan peraturan perundang-
undangan sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
5. Mekanisme Koordinasi.
6. Penyelesaian Administrasi
Menurut Puryono dan Hastuti (1998) dalam Sibarani (2003), hutan kota memiliki manfaat
yang sangat besar terhadap peningkatan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat kota,
antara lain:
1. Manfaat estetika, hutan kota yang ditumbuhi oleh berbagai tanaman memberikan
nilai estetika karena hijaunya hutan tersebut dengan aneka bentuk daun, cabang,
ranting dan tajuk serta bunga yang terpadu menjadi suatu pemandangan yang
menyejukkan.
2. Manfaat ekologis, yaitu tercapainya keserasian lingkungan antara tanaman, satwa
maupun manusia dan sebagai habitat satwa, seperti burung-burung serta perlindungan
plasma nutfah.
3. Manfaat klimatologis, yaitu terciptanya iklim mikro, seperti kelembaban udara, suhu
udara, dan curah hujan sehingga dapat menambah kesejukan dan kenyamanan serta
tercapainya iklim yang stabil dan sehat.
4. Manfaat hidrologis, hutan kota dengan perakaran tanaman dan serasah mampu
menyerap kelebihan air pada musim hujan sehingga dapat mencegah terjadinya banjir
dan menjaga kestabilan air tanah, khususnya pada musim kemarau. Hujan yang
mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila jatuh di permukaan daun akan mengalami
reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H2SO4 akan
bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4 yang bersifat
netral. Dengan demikian air hujan yang mengandung pH asam melalui proses
intersepsi oleh permukaan daun akan dapat menaikkan pH, sehingga air hujan yang
jatuh menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan.
5. Manfaat protektif, pepohonan di hutan kota berfungsi sebagai pelindung dari
pancaran sinar matahari dan penahan angin. Serta pohon dapat meredam kebisingan
dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis
tumbuhan paling efektif untuk meredam suara ialah tumbuhan dengan tajuk lebat dan
rindang, strata yang cukup rapat dan tinggi. Kota yang terletak di tepi pantai, seperti
kota Jakarta pada beberapa tahun terakhir terancam oleh intrusi air laut. Pemilihan
jenis tanaman dalam pembangunan hutan kota pada kawasan yang mempunyai
masalah intrusi air laut harus dengan teliti diperhatikan. Dikarenakan penanaman
tanaman yang kurang tahan terhadap kandungan garam yang tinggi akan
mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, bahkan mungkin akan
mengalami kematian.
Dan juga penanaman dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi tinggi
terhadap air tanah dapat mengakibatkan konsentrasi garam air tanah akan meningkat.
Sehingga upaya untuk mengatasi intrusi air laut melalui hutan kota dengan tanaman
yang daya evapotranspirasinya rendah untuk meningkatkan kandungan air tanah.
6. Manfaat higienis, udara perkotaan semakin tercemar oleh berbagai polutan yang
berdampak terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan mahluk hidup, khususnya
manusia. Dengan adanya hutan kota, berbagai polutan dan partikel padat yang
tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon
melalui proses jerapan dan serapan. Berbagai polutan dan partikel tersebut sebagian
akan terserap masuk ke dalam stomata dan sebagian lagi akan terjerap (menempel)
pada permukaan daun, khususnya daun yang permukaannya kasar.
Dan juga dapat terjerap pada kulit pohon, cabang dan ranting. Manfaat dari
adanya hutan kota ini adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat. Daerah
yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen mengeluarkan
bau yang tidak sedap. Hutan kota dapat bermanfaat untuk mengurangi bau karena
dapat menyerap bau secara langsung, penahan angin yang bergerak dari sumber bau,
dan pelindung tanah dari hasil dekomposisi sampah serta penyerap zat berbahaya
yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan
beracun dan berbahaya lainnya.
7. Manfaat edukatif, hutan kota dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam karena
dapat mengenal berbagai jenis pepohonan dan satwa khususnya burung-burung yang
sering dijumpai di kawasan tersebut.
Dalam pengelompokkan manfaat hutan kota yang lebih rinci, Dahlan (2002) menerangkan
manfaat hutan kota, yaitu :
KELOMPOK 5
1. SULTAN SYARIF
2. ROKA ROHUL
3. NIKEN NABILA
4. CHARISSA KARTIKA SARI
5. ELSA ANDITA
6. YOHANA REFIANA
7. IKHWANUL ALIM
8. ZULFAHMI