Anda di halaman 1dari 1

Di Indonesia akan diselenggarakan pemilihan umum (pemilu). hukum wakalah dalam syariah Islam.

Wakalah hukum asalnya mubah (boleh). Rukun wakalah ada tiga: pertama, dua pihak yang berakad
yaitu pihak yang mewakilkan (al-muwakkil) dan pihak yang mewakili (al-wakîl). Kedua, obyek akad,
yaitu perkara yang diwakilkan oleh al-muwakkil kepada al-wakîl. Ketiga, bentuk redaksi akad
perwakilannya (shighat tawkîl). Jika semua rukun itu ada maka harus dilihat perkara atau amal yang
didelegasikan oleh al-muwakkil kepada al-wakîl, sebab sah dan tidaknya wakâlah bergantung pada
realita perkara atau amal ini.

Hukum wakalah dalam aktivitas legislatif yaitu UU yang tegak di atas akidah pemisahan agama dari
kehidupan. Setiap muslim wajib terikat dengan hukum-hukum syara’ yang diistinbath dari al-Kitab dan
as-Sunnah. Tidak ada pilihan bagi seorang Muslim kecuali menerapkan hukum Allah seperti dalam
(TQS al-An’am [6]: 57), (TQS. an-Nisa’ [4]: 65), (TQS. Al Ahzab[33]:36). Selain itu, seorang Muslim tidak
boleh mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah atau menghalalkan apa yang telah
diharamkan-Nya.

Penetapan undang-undang tanpa sumber wahyu yakni bersumber pada selain al-Kitab dan as-Sunnah
adalah bertentangan dengan akidah Islam. Maka dari itu, wakalah ini menjadi wasilah kepada
keharaman akan tetapi, wakalah dalam aktivitas pengawasan atau koreksi terhadap pemerintah maka
hukumnya mubah, selama tujuannya adalah untuk amar makruf dan nahi mungkar.

Hukum mubah ini bukan berlaku mutlak, akan tetapi memiliki syarat-syarat tertentu sebagai berikut:

1. Calon berlatar belakang Islami, dan bukan dari partai sekuler. Dalam proses pencalonan tidak
boleh menempuh cara-cara haram seperti penipuan, pemalsuan dan penyuapan. Ia juga tidak
boleh berkoalisi dengan orang-orang sekuler.
2. Calon wajib mengatakan tujuan pencalonannya secara terang-terangan, yaitu untuk
menegakkan sistem Islam, melawan dominasi asing dan membebaskan negeri dari pengaruh
asing. Dengan kata lain, calon wajib menjadikan parlemen sebagai mimbar (yakni
sarana/wasilah) untuk dakwah Islam, yaitu dakwah untuk menegakkan sistem Islam,
menghentikan sistem sekuler dan mengoreksi penguasa.
3. Dalam kampanyenya, calon wajib menyampaikan ide-ide dan program-program yang islami
saja.
4. Calon wajib terikat dengan syarat-syarat tersebut secara terus menerus dan konsisten.

Demikian, wajib bagi Anda mengambil sikap berikut menghadapi pemilu mendatang:

Pertama, tidak memilih calon yang tidak memenuhi syarat dan pedoman. Tidak mendukung aktivitas-
aktivitasnya termasuk kampanye. Demikian juga tidak memberinya ucapan selamat ketika berhasil
dalam pencalonannya.

Kedua, berjuang untuk menerapkan syariah islamiyah secara kaffah dengan penerapan yang shahih
dan konsisten dengan berjuang menurut metode dakwah Nabi saw dengan melakukan pergolakan
pemikiran (ash-shirâ’ al-fikriy) dan perjuangan politik (al-kifâh as-siyâsî).

Ketiga, berbuatlah secara jamaah dan individu untuk mengoreksi penguasa (muhâsabah al-hukkâm)
atas setiap aktivitas dan kebijakan yang menyalahi Islam.

Resume Desy A Safira, 18 April 2019

Anda mungkin juga menyukai