Anda di halaman 1dari 20

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH

INDUSTRI
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

MODUL : Ion Exchange


PEMBIMBING : Irwan Hidayatullah, ST, MT

Praktikum A.
: 3 September 2019
Penyerahan : 10 September 2019
(Laporan)

Oleh :
Kelompok : IV
Nama : 1. Insani Mardliyyah 171411014
2. Iqbal Muhammad Fariz 171411015
3. Kamil Haikal Fauzi 171411016
4. Kautsar Yudha Pratama 171411017

Kelas : 3A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Melaksanakan operasi pertukaran ion dan backwash pada resin kation dan
anion
2. Menganalisis kekeruhan, mengukur DHL, dan pH.

II. DASAR TEORI


Pertukaran ion merupakan suatu metoda penghilangan mineral air yang
ditujukan untuk mengambil semua ion kation dan anion dalam air. Pertukaran ion
melibatkan resin-resin baik resin kation dan resin anion. Resin tersebut memiliki
pori-pori kecil untuk menambah luas permukaan kontak. Pada saat terjadi
pertukaran ion maka ion yang terlarut dalam air akan terserap ke dalam resin
penukar ion dan resin akan melepaskan ion lainnya dalam kesetaraan ekuivalen.
Resin ada dua macam, yaitu :
a. Resin penukan kation
Merupakan suatu kolom yang berisi asam/R-H berfungsi untuk menukar
kation-kation didalam air dengan ion H+ pada resin tersebut. Resin penukar
kation terdiri dari resin penukar kation asam kuat dan resin penukar kation
asam lemah.

Untuk tipe penukaran kation asam kuat, gugus H berupa gugus asam
sulfonat, yang bersifat asam kuat seperti asam sulfat, sehingga reaksinya.

Sedangkan untuk tipe penukaran kation asam lemah, gugus H berupa gugus
fungsi karboksilat yang hanya terionisasi sebagian dengan reaksinya

(Lestari, 2007)
b. Resin penukar anion
Merupakan suatu kolom yang berisi basa /R-OH berfungsi untuk menukar
anion-anion dalam air dengan ion OH- Pada resin tersebut. Contoh reaksi
seperti gambar di bawah :

(Lestari, 2007)
Resin penukar kation asam kuat siklus hidrogen akan mengubah garam-
garam terlarut menjadi asam dan resin penukar anion basa kuat akan
menghilangkan asam-asam tersebut, termasuk asam silikat dan asam
karbonat. Resin penukar anion basa lemah hanya dapat memisahkan asam
kuat seperti HCl dan H2SO4 , tetapi tidak dapat menghilangkan asam lemah
seperti asam silikat dan asam karbonat, oleh sebab itu resin penukar anion
basa lemah acap kali disebut sebagai acid adsorbers (Lestari, 2007).

Pertukaran ion bersifat stokiometri, yakni satu H+ diganti oleh suatu


Na+. Pertukaran ion adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung
lengkap, namun tak peduli sejauh mana proses itu terjadi, stokiometrinya bersifat
eksak dalam arti satu muatan positif meninggalkan resin untuk tiap satu muatan
yang masuk. Ion dapat ditukar yakni ion yang tidak terikat pada matriks polimer
disebut ion lawan (Counterion) (Underwood, 2001).
Berikut adalah tahapan proses pada pertukaran ion :
 Tahap layanan
Tahap layanan adalah tahap dimana terjadi reaksi pertukaran ion. Sifat tahap
layanan ditentukan oleh konsentrasi ion yang dihilangkan terhadap waktu, atau
volume air produk yang dihasilkan. Hal yang penting pada tahap layanan adalah
kapasitas (teoritik dan operasi) dan beban pertukaran ion (ion exchange load).
Kapasitas pertukaran teoritik didefinisikan sebagai jumlah ion secara teoritik yang
dapat dipertukarkan oleh resin per satuan massa atau volume resin. Kapasitas
operasi adalah kapasitas resin aktual yang digunakan untuk reaksi pertukaran pada
kondisi tertentu (Setiadi, 2007).
Beban pertukaran ion adalah berat ion yang dihilangkan selama tahap layanan
dan diperoleh dari hasil kali antara volume air yang diolah selama tahap layanan
dengan konsentrasi ion yang dihilangkan (Setiadi, 2007). Tahap layanan ini
dilakukan dengan cara mengalirkan air umpan dari atas.

Gambar 2.1. Proses demineralisasi

 Tahap Pencucian Balik (Backwash)


Tahap pencucian balik (backwash) dilakukan jika kemampuan resin telah
jenuh atau tidak bisa menukarkan ion lagi. Pencucian menggunakan air produk.
Tujuan dilakukannya backwash adalah :
o Pemecahan/memisahkan resin yang tergumpal,
o penghilangan partikel halus yang terperangkap dalam ruang antar resin,
o penghilangan kantong-kantong gas atau ruang-ruang dalam unggun, dan
o pembentukan ulang lapisan resin agar terfluidisasi (Setiadi, 2007).
Pencucian balik dilakukan dengan pengaliran air dari bawah ke atas (up
flow). Pada tahap ini terjadi pengembangan (ekspansi) unggun antara 50% hingga
80% (Venkateswerlu, 1996).

 Tahap Regenerasi
Jumlah kation dan anion yang dpaat ditukar dengan resin tersebut sangat
tergantung pada kapasitas resin tersebut. Jika Resin telah mengikat sejumlah ion
yang melebihi kapasitas maksimum, maka resin tersebut telah jenuh sehingga
resin harus diregenerasi.
Gambar 2.2. Siklus Regenerasi resin
(Sumber: Prinsip Penentuan Kapasitas Resin Sistem Demineralisasi Air)

Regenerasi untuk resin penukar kation digunakan : Asam : HCl, H2SO4.


Reaksinya : Rz – C + H+ ↔ Rz – H + C+
Regenerasi untuk resin penukar anion digunakan : Basa : NaOH.
Reaksinya : Rz – A + OH- ↔ Rz – OH + A+
Larutan regenerasi harus dapat menghasilkan titik puncak
(mengembalikan waktu regenerasi dan jumlah larutan yang digunakan). Jika
sistem dapat dikembalikan ke kemampuan pertukaran awal. Jadi secara teoritik,
jumlah larutan regenerasi (dalam ekivalen) harus sama dengan jumlah ion (dalam
ekivalen) yang dihilangkan (kebutuhan larutan regenerasi teoritik).

 Tahap Pembilasan
Tahap pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa larutan
regenerasi yang terperangkap oleh resin. Pembilasan dilakukan menggunakan air
produk dengan aliran down flow dan dilaksanakan dalam dua tingkat, yaitu:
1. Tingkat laju alir rendah untuk menghilangkan larutan regenerasi, dan
2. Tingkat laju alir tinggi untuk menghilangkan sisa ion. Limbah
pembilasan tingkat laju alir rendah digabungkan dengan larutan garam dan
dibuang, sedangkan limbah pembilasan tingkat laju alir tinggi disimpan dan
digunakan sebagai pelarut senyawa untuk regenerasi (Setiadi, 2007).

III. METODOLOGI PERCOBAAN


3.1. Alat dan Bahan
1. Alat pertukaran ion
2. pH meter
3. Turbidimeter
4. Gelas kimia 50ml
5. Gelas ukur
3.2. Prosedur Kerja
3.2.1. Proses Backwash
 Kolom Kation
Terfluidisasi

Tinggi awal Tinggi akhir


72,5 cm 73,5cm

Laju Alir Air


0,36 gpm Aliran air

 Kolom Anion
Terfluidisasi

Tinggi akhir
Tinggi awal 91,5 cm
73,5 cm

Laju Alir Air


1,19 gpm Aliran air

3.2.2. Proses Pertukaran Ion


Air umpan dialirkan dari bagian atas kolom
penukar kation

Mendiamkan proses berjalan selama 35 menit

Menganalisis sampel sebanyak 50ml pada


waktu 0, 5, 10, 15, 20 menit setelah proses
pertukana ion berlangsung

Kemudian setiap sampel dianalisis kekeruhan


dan pH

IV. HASIL PENGAMATAN


4.1. Hasil Pengamatan pada Proses Backwash

Kolom Kation Kolom Anion


Laju Alir (gpm) 0,36 1,19
Tinggi Awal Resin (cm) 72,5 73,5
Tinggi Akhir Resin (cm) 90 91,5
Ekspansi Resin (%) 24,13 24,49
Hubungan kekeruhan dan DHL terhadap waktu pada proses backwash

Kekeruhan (NTU) DHL (µs/cm) PH


Waktu Resin Resin Resin Resin Resin Resin
(menit) Kation Anion Kation Anion Kation Anion
0 0 0 0.515 0.438 7 7
5 0 0 0.429 0.418 7 7
10 0 0 0.412 0.398 6 6

Grafik Kekeruhan terhadap Waktu pada Proses Backwash


Kekeruhan vs Waktu (kation)
1

Kekeruhan (NTU)
0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 5 10 15
Waktu (menit)

Kekeruhan vs Waktu (anion)


1
Kekeruhan (NTU)

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 5 10 15
Waktu (menit)

Grafik DHL terhadap Waktu pada Proses Backwash


DHL vs Waktu
0.6
0.5
DHL (µs/cm)

0.4
0.3
Kation
0.2
Anion
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12
Waktu (menit)

Grafik PH terhadap Waktu pada Proses Backwash


PH vs Waktu (Kation)
7.2
7
6.8
6.6

PH
6.4
6.2
6
5.8
0 5 10 15
Waktu (menit)

PH vs Waktu (Anion)
7.2
7
6.8
6.6
PH

6.4
6.2
6
5.8
0 5 10 15
Waktu (menit)

4.2. Hasil Pengamatan Pertukaran Ion


 - Laju alir = 0.04 gpm/ft2
- Konsentrasi :
 DHL = 0,432 µs/cm
 pH =6
 Kekeruhan = 0 NTU
 Effluent

DHL
Waktu (menit) pH Kekeruhan (NTU)
(µs/cm)
0 0,394 6 0
5 0,416 6 0
10 0,396 6 0
15 0,394 6 0
20 0,406 6 0
Grafik hubungan
DHL terhadap waktu
DHL vs Waktu
0.42
0.415
DHL (µs/cm) 0.41
0.405
0.4
0.395
0.39
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)

Grafik hubungan Kekeruhan terhadap waktu


NTU vs Waktu
1
Kekeruhan (NTU)

0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)

Grafik hubungan PH terhadap waktu


PH vs Waktu
7
6
5
4
PH

3
2
1
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)
V. PEMBAHASAN
5.1. Pembahasan oleh Insani Mardliyyah (171411014)
Pada praktikum kali ini yang dilakukan adalah proses backwash dan proses
pertukaran ion. Pertukaran ion merupakan suatu metoda penghilangan mineral air yang
ditujukan untuk mengambil semua ion kation dan anion dalam air. Proses pertukaran
ion melibatkan proses adsorpsi. Sebelum pertukaran ion dilaksanakan yang terlebih
dulu dilaksanakan yaitu proses backwash, karean tujuan dari proses backwash adalah
menghilangkan partikulat yang menyelimuti ion agar tidak menghalangi proses
adsorpsi.
Backwash dilakukan dengan mengaliri air dari aliran bawah kolom dan
mengalir ke atas melewati partikel-partikel resin sehingga partikel resin terfluidisasi
dan mengalami perbedaan ketinggian resin. Backwash dilakukan selama 10 menit
disetiap kolom, baik di kolom resin anion maupun kolom resin kation. Keduanya
dilakukan bergantian dan dianalisis sampelnya pada waktu 0, 5, dan 10 menit. Dalam
proses backwash variabel bebas berupa laju alir masuk sedangkan variabel kontrolnya
berupa kekeruhan dari air keluaran (effluent) kolom resin penukar ion. Air baku yang
kami pakai adalah air tanah.

Kekeruhan (NTU) DHL (µs/cm)


Wakt
u
(meni Resin Resin Resin Resin
t) Kation Anion Kation Anion
0 0 0 0.515 0.438
5 0 0 0.429 0.418
10 0 0 0.412 0.398

Untuk resin anion maupun kation, dari praktikum yang sudah dilakukan
didapatkan hasil kekeruhan pada menit ke 0, menit ke-5, hingga menit ke-10 sama yaitu
0 NTU. Seharusnya nilai kekeruhan dari menit ke-0 hingga menit ke-10 berangsur
menurun, karena penurunan nilai kekeruhan pada kolom kation maupun anion
disebabkan oleh padatan – padatan yang terperangkap dan melapisi resin melayang
bahkan terangkat karena terfluidisasi oleh air umpan yang masuk dari bawah dengan
laju tertentu. Menurut teori juga nilai kekeruhan akhir memiliki nilai yang hampir sama
dengan nilai kekeruhan umpan. Pada praktikum yang kami laksanakan didapatkan nilai
kekeruhan umpan 0 NTU dan nilai kekeruhan akhir juga 0 NTU.
Hal ini dapat disebabkan karena nilai kekeruhan yang sangat kecil sehingga
mendekati 0 dan yang tertera pada alat senilai 0 NTU. Penurunan nilai kekeruhan yang
kami hasilkan juga sangat kecil sehingga terlihat nilai kekeruhannya konstan.
Nilai ekspansi yang didapatkan dari resin anion sebesar 24,49% sementara
nilai ekspansi dari resin kation sebesar 24,13%. Resin anion memiliki ekspansi yang
lebih besar daripada resin kation. Hal ini disebabkan karena resin anion memiliki
ukuran yang lebih kecil sehingga kontak dengan air akan semakin besar, dan juga resin
anion memiliki ukuran yang lebih ringan dibandingkan resin kation. Nilai ekspansi
resin juga mempengaruhi nilai penurunan dari kekeruhan air. Semakin besar nilai
ekspansinya akan semakin besar nilai penurunan kekeruhannya.
Untuk nilai DHL yang didapatkan semakin lama waktunya nilai DHL semakin
berkurang. Hal ini dikaenakan kandungan mineral yagn terkandung semakin berkurang
seiring waktu berjalan.
Pada proses pertukaran ion air dialirkan melalui kolom resin kation. Proses
pertukaran ion dilakukan selama 35 menit. Waktu 35 menit diambil sebagai waktu
tinggal air melalui kedua kolom resin. Setelah 35 menit sampel diambil per 5 menit.
Dari hasil praktikum yang kami lakukan didapat nilai pH tetap yaitu 6 dan nilai
kekeurhan yang juga tetap, yaitu 0 NTU.
DHL
Waktu (menit) pH Kekeruhan (NTU)
(µs/cm)
0 0,394 6 0
5 0,416 6 0
10 0,396 6 0
15 0,394 6 0
20 0,406 6 0

Menurut teori seharusnya nilai akhir pH akan menjadi netral dan nilai
kekeruhan juga akan semakin menurun. Kekeruhan yang didapatkan kemungkinan
tidak terlihat penurunannya dikarenakan penurunan sangat kecil sehingga mendekati 0.
Nilai akhir pH masih tergolong asam belum mencapai netral bisa disebabkan oleh
waktu tinggal yang kurang lama sehingga belum cukup untuk menetralkan air tersebut.
5.2. Pembahasan oleh Iqbal M Fariz (171411015)
Pada praktikum pertukaran ion yang dilakukan untuk penghilangan mineral air
yang ditujukan untuk mengambil semua ion Kation dan anion dalam air, tujuan dari
penghilangan ion dalam air yaitu agar air bebas dari mineral karena air yang dilakukan
pertukaran ion bisanya untuk keperluan umpan boiler pada industri sehingga air harus
bebas dari minerar agar tidak terdapat ion yang menyebabkan korosi pada boiler dan
tidak mengganggu proses produksi.
Pada umumnya media yang digunakan dalam pertukaran ion adalah resin alam
atau sintetis dan terdapat dua macam resin yaitu resin penukar Kation dan resin penukar
anion.
Pada modul, praktikum yang dilakukan yaitu backwash, pertukaran ion, dan
regenerasi, tapi pada prakteknya yang dilakukan hanya backwash dan pertukaran ion
sedangkan regenerasi resin tidak dilakukan. Hal tersebut tidak dilakukan karena waktu
yang dibutuhkan tidak akan cukup untuk regenerasi sehingga hanya backwash dan
pertukaran ion saja yang dilakukan.
Sebelum dlakukan pertukaran ion dilkukan backwash terlebih dahulu yang
bertujuan untuk menghilangkan partikulat yang menyelimuti ion agar tidak
menghalangi proses adsorpsi, sehingga proses pertukaran ion menjadi lebih baik.
Backwash dilakukan dengan mengalirkan air dari aliran bawah kolom resin
penukar ion sehingga air akan ke atas dan melewati partikel-partikel resin sehingga
partikel resin terfluidisasi serta mengalami perbedaan ketinggian resin. Backwash
dilakukan selama 10 menit disetiap kolom, baik di kolom resin anion maupun kolom
resin kation. Keduanya dilakukan bergantian dan dianalisis sampelnya pada waktu 0,
5, dan 10 menit. Dalam proses backwash variabel bebas berupa laju alir masuk
sedangkan variabel kontrolnya berupa kekeruhan dari air keluaran (effluent) kolom
resin penukar ion. Air baku yang kami pakai adalah air tanah karena air tanah karena
tidak mengandung partikel tersuspensi. Pada backwash juga diukur nilai kekeruhan
beserta DHL
Dapat diketahui bahwa nilai DHL yang semakin turun hal tersebut dikarenakan
ion ion pada air tanah sudah berkurang, untuk nilai kekeruhan atau NTU akan semakin
turun tetapi nilai tetap
Kekeruhan (NTU) DHL (µs/cm)
Wakt menunjukkan 0 untuk
Resin Resin Resin Resin
u resin Kation dan anion,
Kation Anion Kation Anion
(meni
t) hal tersebut karena pada
0 0 0 0.515 0.438 air tanah tidak terdapat
5 0 0 0.429 0.418 padatan tersuspensi
10 0 0 0.412 0.398 sehingga air jernih dan
tidak berwarna atau tidak keruh, sehingga nilainya tetap 0.
Selanjutnya dilakukan pertukaran ion, hal pertama yang dilakukan yaitu dengan
menghubungkan selang bagian bawah kolom resin kation ke selang bagian atas kolom
sehingga air tanah akan mengalir dari atas kolom kation dan keluar pada bawah kolom
kation dan terus ke kolom anion melewati atas kolomnya. Proses pertukaran ion
dilaksanakan selama 55 menit yaitu menunggu selama 35 menit lalu melakukan
sampeling tiap 5 menit sekali hingga 5 kali, tujuannya menunggu baru melakukan
sampeling yaitu agar proses pertukaran ion sudah mulai, sehingga didapatkan data yang
baik. Sama seperti halnya backwash pada pertukaran ion dilakukan pengukuran nilai
kekeruhan, DHL serta ph.
DHL
Waktu (menit) pH Kekeruhan (NTU)
(µs/cm)
0 0,394 6 0
5 0,416 6 0
10 0,396 6 0
15 0,394 6 0
20 0,406 6 0
Dari data yang didapatkan dapat diketahui bahwa nilai kekeruhan tetap 0 dari
waktu ke waktu, karena yang dipakai merupakan air tanah sehingga tidak terdapat
padatan tersuspensi yang menyebabkan keruhnya air. Pada nilai DHL menunjukkan
nilai yang tetap yang seharusnya nilai DHL semakin berkurang karena nilai nilai DHL
nya berkurang maka ion ion pada air baku telah berkurang sehingga cocok untuk
digunakan sebagai air umpan boiler serta ph pada air 6 seharusnya setelah melalui
proses pertukaran ion pH menjadi 7 atau netral, pH 6 menandakan bahwa air cenderung
asam. DHL yang sama tiap waktu dan pH yang tidak netral dapat disebabkan karena
resin sudah jenuh dan tidak dapat menampung lagi ion-ion menyebabkan ion pada air
baku belum berkurang sehingga perlu dilakukan regenerasi setelah proses pertukaran
ion. Pada praktikum seharusnya resin sudah dalam keadaan bersih dan tidak jenuh
sehingga bisa langsung melakukan pertukaran ion, setelahnya langsung dibersihkan
dari pengotor yang tertinggal pada kolom dengan cara backwash setelah itu baru
dilakukan regenerasi agar resin dapat digunakan kemba

5.3. Pembahasan oleh Kamil Haikal F (171411016)

Pertukaran ion atau ion exhange dilakukan dengan mengamengalirkan air pada kolom
kolom berisi resin. Resin yang digunakan yaitu resin kation H+ dan resin anion OH-.
Prinsip dari pertukaran ion tersebut adalah mengganti atau menukar ion contohnya ion
H+ akan terlepas dari iktan resin dan diganti dengan ion Ca+,Mg+ dan Na+ yang
memiliki valensi lebih besar. Dari pertukaran tersebut hardness akan diubah menjadi
senyawa asam, seperti asam sulfat. Hal ini mengakibatkan ph turun. Oleh karena itu,
setelah dimasukkan ke kolom resin kation, air dialirkan ke kolom resin anion siklus
OH- untuk menetralkan pH. Ion-ion karbonat maupun non karbonat akan terlepas dari
ion H+ dan akan berikatan dengan resin. OH- yang tadinya berikatan dengan resin
terlepas dan digantikan dengan ion dari senyawa asam, sehingga terbentuk senyawa
bersifat netral. OH- ynag terlepas akan berikatan dengan H+ yang bebas dan
membentuk H2O. Dengan begitu air yang dialirkan akan terbebas dari mineral mineral
hardness. Unit ini disebut dengan unit demineralisasi.

Hal yang kami lakukan saat praktikum yaitu melakukan backwash dan proses
pertukaran ion saja. Data-data yang diamati yaitu berupa pH, kekeruhan, dan daya
hantar listrik. PH dapat menunjukkan tingkat keasaman air, yang dimana ketika bersifat
asam maka kolom resin anion tidak berfungsi. Kekeruhan menunjukkan tingkat
kejernihan air dan kemampuan untuk meneruskan cahaya, dan daya hantar listrik
menunjukkan kemampuan air untuk menghantarkan listrik karena adanya mineral-
mineral terlarut dalam air.

Hal yang pertama kami lakukan yaitu melakukan backwash dengan tujuan untuk
menghilangkan pengotor yang ada disela-sela permukaan resin dan digunakan air tanah
untuk membersihkannya. Air tanah tersebut dialirkan dari bagian bawah kolom resin.
Pada proses backwash, kami melakukannya secara terpisah antara kolom resin kation
dan kolom resin anion. Dari masing-masing backwash dilakukan pengambilan sampel
pada menit ke 0, 5, dan 10. Backwash pada kolom resin anion, didapat data pH yaitu 7,
6, dan 6 pada menit ke 0, 5, dan 10. Hal ini menunjukkan tidak adanya perubahan
tingkat keasaman yang signifikan dan air bersifat netral. Lalu daakekeruhan didapat 0,
0, 0 untuk setiap menit. Hal ini menunjukkan tidak adanya pengotor yang membuat
kolom resin anion menjadi keruh. Hal ini pun dikarenakan pada proses pertukaran ion,
airmengalir lebih dulu ie kolom resin kation sehingga pengotor sudah tersaring
dibkolom resin kation dan air sudah bersih saat mengalir ke kolom resin anion.
Kemudian daya hantar listrik pada backwash kolom anion didapat 0.438 , 0.418, dan
0.398 mS/cm. Penurunan daya hantar listrik tersebut menunjukkan berkurangnya
mineral terlarut saat proses backwash berlangsung.

Pada kolom resin kation, didapat data ph yaitu 7, 6, dan 6 pada menit 0, 5, dan 10. Hal
ini menunjukkan tidak adanya perubahan tingkat keasaman dan air yang mengalir
bersifat netral. Kekeruhan ynag didapat bernilai 0 pada setiap pengambilan sampel.
Seharusnya kekeruhan pada kolom resin yaitu tidak bernilai 0 dikarenakan pengotor
pada proses pertukaran ion tersaring dibagian permukaan kolom resin kation. Hal ini
dikarenakan, kesalahan pada saat pengambilan sampel yang dimanaadanya kendala
karena didalam kolom resin terdapat gelembung-gelembung udara, sehingga resin
terapung. Saat tahap tersebut dilakukan penghilangan gelembung yaitu dengan cara
menekan resin dengan tingkat panjang sehingga gelembung yang erjebak dianatara
resin terbebas ke bagian atas. Kemudian saya hantar listrik yang didapat yaitu 0.515,
0.429, dan 0.412 mS/cm. Daya hantar listrik pada kolom resin kation lebih besar
dibanding kolom resin anion dikarenakan, pada kolom resin kation terdapat lebih
banyak pengotor dan mineral mineral yang tersaring.
Pada proses pertukaran ion dilakukan pengambilan sampel pH, kekeruhan dan daya
hantar listrik. Seharusnya oengmabilan sampel dilakukan pada keluaran kolom resin
kation dan anion, namun dikarenakan keluaran kolom resin kation terhubung dengan
bagian masukkan kolom resin anion, maka pengambilan sampel di keluaran kolon resin
kation tidak dilakukan dan hanya dilakukan oengmabilan sampel di keluaran kolom
resin anion. Pengambilan sampel dilakukan setelah dilakukan operasi selam 30-35
menit, kemudian baru diambil sampel sebanyak 5*5menit, sehingga diddapat data pH
yaitu 6 secaa berturut turut. Kemudian kekeruhan yang didapat bernilai 0 hal ini
dikarenakan pada aliran influalen pun kekeruhan bernilai 0. Data daya hantar listrik
yaitu 0.394, 0.416, 0.396, .394, 0.406 mS/cm. Dengan daya hantar listrik influen
sebesar 0.432 mS/cm, data tersebut memiliki kecenderungan menurun. Hal ini
dikarenakan mineral mineral erlarut dalam air ada yang bertukar dengan resin, sehingga
menghasilkan air dengan daya hantar listrik yang lebih kecil.

Dari data tersebut juga dapat diketahui bahwa pH selama proses pertukaran ion netral
dan tidak erjadi perubahan tingkat keasaman. Dari penirunna nilai daya hantar listrik
pun tidak terlalu signifikan, yang menunjukkan adanya kemungkinan resin sudah jenuh.
Hal ini bisa dianggap wajarkarena pada saat praktikum kami tidak melakukan proses
regenerasi untuk membaharui kemampuan resin untuk menuakr ion.

5.3. Pembahasan oleh Kautsar Yudha P (171411017)


Pertukaran ion merupakan sebuah metode yang bertujuan untuk menghilangkan
mineral dari dalam air. Media pertukaran ion di dalam kolom yang digunakan adalah
resin dengan permukaan yang bermuatan positif (kation) atau negatif (anion). Pada saat
terjadi pertukaran ion maka ion yang terlarut dalam air akan terserap ke dalam resin
penukar ion dan resin akan melepaskan ion lainnya dalam kesetaraan ekuivalen.
Sebelum dilakukan operasi pertukaran ion, terlebih dahulu dilakukan backwash
untuk membersihkan unggun, mengaduk unggun, dan menghilangkan kantung-kantung
udara pada unggun. Operasi backwash ini dilakukan selama 10 menit untuk kolom
kation dan 10 menit untuk kolom anion, dengan mengalirkan air bersih ke tiap tiap
kolom melalui bagian bawah kolom.
saat backwash berlangsung, unggun resin kation terekspansi sebesar 24.13% dan
untuk resion anion terekspansi 24.49%. Hal ini disebabkan oleh laju alir backwash yang
cukup besar sehingga mampu mengangkat resin resin tersebut. Laju alir yang diberikan
saat backwash anion sebesar 1.19 gpm dan untuk resion kation sebesar 4.49 gpm. Laju
alir yang diberikan antar jenis resin berbeda karena kondisi awal resin itu sendiri. Untuk
kolom resin anion laju alirnya lebih kecil karena kondisi awal resin yang kering
sehingga pada saat backwash dilakukan terbentuk cela yang cukup besar ditengah
tengah unggun, sehingga resin terekspansi cukup besar dan bahkan terdapat resin yang
keluar, sehingga upaya dari praktikan untuk mencegah hal tersebut terjadi adalah
dengan menusuk unggun terlebih dahulu supaya tidak terdapat kantung kantung udara
dan memberikan laju alir yang cukup rendah atau sebesar 1.19 gpm. Untuk kolom
kation laju alir yang diberikan bias mencapai 4.49 gpm karena kondisi resin yang sudah
basah dan tidak terbentuk cela ditengah tengah unggun.
saat backwash anion maupun kation, nilai kekeruhan dari sampel 0, 5, dan 10
menit tetap bernilai 0. Hal ini bias disebabkan oleh kondisi air umpan yang memang
sudah memiliki kekeruhan 0 NTU atau dalam kata lain sudah jernih, dan bias juga
disebabkan oleh pengoperasian turbidity meter yang kurang tepat sehingga
memberikan nilai kekeruhan 0 NTU. Baik kation maupun anion, DHL nya berkurang
seiring berjalannya waktu. Hal ini menunjukkan bahwa mineral yang terkandung dalam
air tersebut berkurang akibat adanya kontak air dan resin. PH pada backwash
cenderung netral dan tidak terjadi penurunan yang signifikan, hanya bernilai 6 pada
waktu 10 menit.
Setelah dilakukan backwash, dilanjutkan dengan proses pertukaran ion dengan
mengalirkan umpan ke kolom kation terlebih dahulu dan dilanjutkan ke kolom anion.
Air umpan dialirkan selama 35 menit sebelum diambil sampel untuk diukur nilai
kekeruhan, PH, dan DHL nya. Sampel ini hanya dilakukan dikolom anion, dengan
harapan sampel yang diambil ini sudah melewati operasi pertukaran kation dan anion.
Operasi pertukaran ion ini berlangsung dengan laju alir yang diberikan sebesar 0.04
gpm.
pengambilan sampel didapatkan nilai kekeruhan yang tetap 0 baik pada saat t=0
maupun pada saat t=4 (20 menit). Seperti halnya pada saat backwash, hal ini bias
disebabkan air umpan yang sudah jernih dan penggunaan turbidity meter yang kurang
tepat sehingga alat tidak membaca kekeruhan dengan baik. Seharusnya kekeruhan ini
menurun seiring berjalannya waktu.
Untuk PH yang didapatkan, nilainya konstan berada di nilai 6 yang berarti
cenderung netral. Hal ini dapat terjadi karena pada kolom kation terjadi pertukaran ion
dimana ion Ca2+ dan Mg+ bertukar dengan ion H+ sehingga menjadikan keluaran kolom
kation asam dan dinetralkan di kolom anion. Lalu dinetralkan kembali di kolom anion.
Namun peristiwa ini juga tidak dapat dibuktikan karena sampel hanya diambil dari
kolom anion yang berarti sudah netral, tanpa mengetahui apakah keluaran dari kolom
kation benar benar bersifat asam atau tidak.
DHL menurun akibat peristiwa perukaran ion ini, namun cenderung naik turun
seiring berjalannya waktu. Seharusnya nilai DHL ini terus menurun seiring berjalannya
waktu karena mineral mineral dalam air sudah berikatan dengan resin. Hal ini bisa
diakibatkan resin yang sudah jenuh, terlebih praktikan tidak melakukan regenerasi ion
untuk meregenerasi kemampuan ion itu sendiri.

VI. KESIMPULAN
1. Proses backwash
a) Kekeruhan bernilai 0
b) pH netral selama proses
c) DHL mengalami penurunan
2. Proses pertukaran ion
a) kekeruhan bernilai 0
b) pH netral selama proses
c) DHL cenderung mengalami penurunan
DAFTAR PUSTAKA

Martono, M. Ikhsan. 2009. Prinsip Penentuan Kapasitas Resin Sistem


Demineralisasi Air. Jakarta Utara : CV. Formasi Tangguh.

Lestari, Diyah Erlina. 2007. Karakteristik Kinerja Resin Penukar Ion pada Sistem
Air Bebas Mineral (GCA 01) RSG-GAS. Tangerang : Pusat Reaktor Serba
Guna-BATAN.

Setiadi, Tjandra. 2007. Pengolahan dan Penyediaan Air. Bandung: Institut


Teknologi Bandung.

Underwood, A.L., dan Day R. A. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Erlangga.Jakarta.

Venkateswarlu, K.S. 1996. Industrial and Power Station Water Treatment. New
Delhi: New Age International.

Anda mungkin juga menyukai