Anda di halaman 1dari 80

8.

Termodinamika Kesetimbangan Fasa


TK2901-01: Termodinamika Proses
Kelas Rekayasa Paska Panen
Prof. Yazid Bindar
Dr. Megawati Zunita
Teknik Kimia, FTI, ITB
8.1 Pengertian dan syarat kesetimbangan fasa
• Kesetimbangan adalah suatu kondisi di mana tidak ada perubahan terhadap waktu untuk sifat makroskopik
dari suatu sistem yang terisolasi.
• Semua potensi yang dapat menyebabkan perubahan benar-benar seimbang, jadi tidak ada gaya penggerak
untuk setiap perubahan dalam sistem.
• Sistem uap-cair berada dalam kesetimbangan bila mana tidak ada kecenderungan untuk terjadi perubahan
dalam sistem sehingga komposisi, temperatur, tekanan, dan fasa mencapai nilai akhir yang setelah itu tetap
• Dalam praktik rekayasa, asumsi keseimbangan dibenarkan ketika mengarah pada hasil akurasi yang
memuaskan dengan contoh pada reboiler untuk kolom distilasi dimana kondisi kesetimbangan fase uap dan
fasa cair diasumsikan tetapi tetapi ini tidak menimbulkan kesalahan yang signifikan dalam perhitungan
teknik
• Kesetimbangan fasa yang melibatkan banyak bahan kimia i memiliki hubungan kesamaan potensial kimia i
(𝜇! ) pada masing-masing fasa dimana potensial kimia bahan i fasa 𝛼 (𝜇!,# ), potensial kimia bahan i fasa 𝛽
(𝜇!,$ ), potensial kimia bahan i fasa 𝛾 (𝜇!,% ), sampai potensial kimia bahan i fasa 𝜋 mengikuti persamaan
𝜇!,# = 𝜇!,$ = 𝜇!,% = ⋯ = 𝜇!,& atau
𝜇!,& = Γ! + 𝑅𝑇 ln 𝑓.!,&
• Kesetimbangan fasa banyak bahan kimia i memiliki kesamaan fugasitas dalam campuran 𝑓.!,& sebagai berikut
𝑓.!,# = 𝑓.!,$ = 𝑓.!,% = ⋯ = 𝑓.!,&
8.2 Variabel dalam kesetimbangan cair-uap bahan kimia banyak
• Campuran tiga bahan kimia Aseton, Sikloheksana dan 1-propanol berada dalam kesetimbangan fasa cair dan uap
• Campuran tiga bahan kimia ini memiliki kondisi tekanan P, temperatur T dan komposisi tiga komponen pada
masing-masing fasa,
• P dan T untuk fasa cair akan sama nilainya dengann P dan T pada fasa uap
• Fraksi mol bahan kimia i pada fasa cair disimbulkan oleh 𝑥! dan fraksi molnya pada fasa uap disimbulkan oleh 𝑦!
maka persamaan berikut berlaku untuk campuran tiga bahan kimia di atas
𝑥" + 𝑥# + 𝑥$ = 1 atau secara umum ∑% " 𝑥! dan
𝑦" + 𝑦# + 𝑦$ = 1 atau secara umum ∑%
" 𝑦!
• Pada keadaan kesetimbangan cair uap ini untuk P dan T di atas, maka ada hubungan fraksi mol bahan i pada fasa
uap dan fasa cair dalam bentuk persamaan
& & &
𝐾" = '! dan 𝐾# = '" atau secara umum 𝐾! = ' #
! " #

• Kondisi kesetimbangan fasa cair uap tiga bahan kimia di atas dapat diidentifikasi besaran variabel-variabel di atas,
bila mana P, x1 dan x2 diketahui atau T, x1 dan x2 diketahui yang mana kondisi kesetimbangan ini memiliki 3 derajat
kebebasan variabel F
• Secara umum derajat kebebasan kesetimbangan F fasa banyak dan bahan banyak dimana jumlah fasa dinyatakan
sebagai p dan jumlah bahan kimia dalamnya sebanyak N dinyatakan oleh persamaan
• 𝐹 =2−𝜋+𝑁
8.2.1 Kesetimbangan cair-uap campuran 2 bahan kimia (biner)
• Campuran dua bahan kimia dalam kesetimbangan uap cair memiliki derajat kebebasan F=2 – 2 + 2 =2.
• Derajat kebebasan 2 memberikan pengertian bahwa kuantifikasi kesetimbangan cair-uap 2 campuran bahan
kimia memerlukan 2 variabel yang diketahui
• Bila variabel Tekanan dan fraksi mol komponen 1 dalam fasa cair diketahui, tekanan P dan komposisi bahan
kimia 1 y1 dalam fasa uap dapat dihitung dan x2 dan y2 langsung dapat dicari ketika x1 dan y1 sudah
diketahui
• Hubungan antara T dengan x1 pada setiap tekanan P dibuatkan dalam bentuk diagram kesetimbangan cair
uap
• Pada tekanan P, T dapat dievaluasi nya pada berbagai fraksi mol bahan 1 dalam uap y1 yang hubungan
digambarkan dalam diagram kesetimbangan uap cair
• Pada setiap P, kesetimbangan cair-uap dua bahan kimia (biner) memberikan data T vs x1 dan T vs y1 yang
digambarkan dalam satu gambar yang disebut sebagai kurva kesetimbangan cair-uap dua bahan kimia
• Untuk temperatur T yang ditetapkan, maka P dievaluasi untuk setiap x1 dan untuk setiap y1 yang ini
menghasilkna kurva kesetimbangan cair-uap P vs x1 dan P vs y1.
• Pada masing-masing kurva kesetimbangan, diagram hubungan antara fraksi mol bahan kimia 1 pada fasa uap
jenuh dengan fraksi mol bahan kimia 1 pada fasa cair jenud dapat dikonstruksi
P1,sat Uap lewat jenuh
T2,sat
Cair lewat dingin

uh
Ua
pj

en
en

Ca
ir
uh

Ca

ir j
e
g)
Em

nu
ilin
Di bu

h
di
( Bo
h n
(B (D
ih oi ew

w)
Di d
lin )

De
g)

n(
bu
Em

nuh
p je Cair lewat dingin
Ua Uap lewat jenuh T1,sat
P2,sat

Gambar 8.1 Kurva kesetimbangan P-xy untuk Gambar 8.2 Kurva kesetimbangan T-xy untuk
campuran furan sebagai bahan 1 dan carbon campuran furan sebagai bahan 1 dan carbon
tetrachloride sebagai bahan 2 pada temperatur tetrachloride sebagai bahan 2 pada tekanan
30 oC 101,3 kPa
Gambar 8.3 Diagram hubungan y1 (fraksi mol bahan kimia 1 dalam fasa uap jenuh)
dengan x1 (fraksi mol bahan kimia 1 dalam fasa cair jenuh) dalam
kesetimbangangan tekanan tetap atau temperatur tetap
8.2.1.1 Proses penguapan campuran Biner pada tempetatur tetap
• Diagram P-x1-y1 pada Gambar disamping merupakan kurva
kesetimbangan fasa cair uap campuran Asetonitril sebagai bahan 1 dan
Nitrometana sebagai bahan 2 pada temperatur 75 °C.
• Campuran dengan kondisi a berada pada P=80 kPa, T= 75 °C yang berada
pada fasa cair lewat dingin
• Campuran kondisi a di atas diturunkan tekanannya ke P=67 kPa sehingga
mencapai fasa air jenuh sebagai kondisi b.
• Campuran kondisi b mengalami kesetimbangan cair jenuh dengan uap
jenuh kondisi b’.
• Campuran kondisi b diturunkan tekanan sehingga penguapan yang
menghasilkan uap jenuh dalam kondisi kesetimbangan dengan cair jenuh
terjadi sepanjang perubahan tekanan dari kondisi a ke kondisi c.
• Campuran kondisi c pada tekanan 60 kPa merupakan uap jenuh dengan
kondisi kesetimbangan dengan cair jenuh kondisi c’.
• Uap jenuh kondisi c diturunkan tekanannya pada temperatur tetap ini ke
kondisi d dengan tekanan 47 kPa yang mengubah keadaan ke uap lewat
jenuh
Kurva kesetimbangan P-x1-y1 fasa cair uap campuran
Asetonitril sebagai bahan 1 dan Nitrometana sebagai
bahan 2 pada temperatur 75 °C.
8.2.2.2 Proses penguapan campuran Biner pada tekanan tetap
• Diagram T-x1-y1 pada Gambar disamping merupakan kurva
kesetimbangan fasa cair uap campuran Asetonitril sebagai bahan 1 dan
Nitrometana sebagai bahan 2 pada tekanan 70 kPa.
• Campuran dengan kondisi a berada pada P=70 kPa, T= 72 °C yang berada
pada fasa cair lewat dingin
• Campuran kondisi a di atas dinaikan temperatur T=76,5 oC sehingga
mencapai fasa air jenuh sebagai kondisi b.
• Campuran kondisi b mengalami kesetimbangan cair jenuh dengan uap
jenuh kondisi b’.
• Campuran kondisi b dinaikan temperatur sehingga penguapan yang
menghasilkan uap jenuh dalam kondisi kesetimbangan dengan cair jenuh
terjadi sepanjang perubahan temperatur dari kondisi a ke kondisi c.
• Campuran kondisi c pada temperatur T merupakan uap jenuh dengan
kondisi kesetimbangan dengan cair jenuh kondisi c’.
• Uap jenuh kondisi c dinaikkan temperatur dari 76,5 oC pada tekanan
tetap ini ke kondisi d dengan temperatur 79,5 oC yang mengubah
keadaan ke uap lewat jenuh Kurva kesetimbangan T-x1-y1 fasa cair uap campuran
Asetonitril sebagai bahan 1 dan Nitrometana sebagai
bahan 2 pada tekanan 70 kPa .
8.2.2.3 Proses penguapan campuran Biner yang memiliki titik
Azeotrop
• Satu komposisi bahan kimia 1 untuk bahan kimia tertentu saja dalam
campuran biner untuk fasa cair jenuh dengan fraksi mol x1 dapat
menghasilkan fraksi massa fasa uap jenuh y1 dengan nilai yang sama
dengan x1 .
• Kondisi x1=y1 yang ditemukan pada campuran biner tertentu dalam
kesetimbangan fasa cair-uap disebut sebagai campuran biner azeotrop
seperti yang ditunjukkan pada gambar disamping
• Titik dimana x1=y1 disebut sebagai titik azetrop
• Keberadaan titik azeotrop memberikan pembatasan bahwa pada titik
azeotrop ini tidak terjadi peristiwa pemisahan bahan kimia i dengan cara
penguapan
• Diagram x1-y1 untuk kondisi campuran yang memiliki titik azeotrop ini
diberikana pada Gambar 8.5

Gambar 8.4 Kurva kesetimbangan T-x1-y1 fasa cair uap


campuran Etanol sebagai bahan 1 dan Toluene sebagai
bahan 2 pada tekanan 101,3 kPa.
Gambar 8.5 Diagram x1y1 kesetimbangan fasa cair-uap
campuran Etanol sebagai bahan 1 dan Toluene sebagai
bahan 2 pada tekanan tetap 101,3 kPa .
8.3 Kesetimbangan cair-uap model fugasitas dan koefisien aktivitas
• Fugasitas fasa cair bahan i dalam campuran kondisi kesetimbangan adalah 𝑓.!,)*
• Fugasitas fasa uap bahan i dalam campuran kondisi kesetimbangan adalah 𝑓.!,+* .
• Kondisi kesetimbangan fasa cair-uap memberikan kesamaan fugasitas
𝑓.!,)* = 𝑓.!,+*
• Fraksi mol bahan i dalam campuran pada fasa cair dinyatakan sebagai 𝑥!
• Fraksi mol bahan i dalam campuran pada fasa uap dinyatakan sebagai 𝑦!
• Fugasitas bahan i murni kondisi cair adalah 𝑓!,)
• Fugasitas bahan i murni kondisi uap adalah 𝑓!,+
• Koefisien fugasitas deviasi dari gas ideal untuk fasa uap bahan i dalam campuran adalah 𝜙9 !,+
• Koefisien aktifitas bahan i dalam campuran fasa cair 𝛾!,) dengan fraksi mol 𝑥! didefinsikan sebagai
-, #,% + 121#,'()
𝛾!,) = , maka 𝑓.!,) = 𝛾!,) 𝑥! 𝑓!,) dan 𝑓!,) = 𝜙!,./0 𝑃!,./0 exp #,%&
'# -#,% 34
• Hubungan fugasitas fasa uap bahan i dalam campuran dengan fraksi mol nya yi dan tekanan P dinyatakan
𝑓.!,+ = 𝑦! 𝜙9 !,+ 𝑃
• Korelasi kesetimbangan cair-uap berlaku 𝑓.!,) = 𝑓.!,+ dalam bentuk hubungan berikut
& 5#,% -#,% & 7#,'() 1#,'() +#,%& 121#,'()
𝐾! = ' # = 76 #,* 1 atau 𝐾! = ' # = 6 #,*
7
𝛾!,) 1
exp 34
dan ∑% %
! 𝑥! = 1 , ∑! 𝑦! = 1
# #
8#
• Hubungan tekanan uap bahan i murni dinyatakan oleh persamaan Antoine : ln 𝑃!,./0 = 𝐴! −
49:#
8.3.1 Kemudahan keterpisahan bahan dalam campuran banyak bahan
dengan cara penguapan
• Bahan yang mudah menguap bercampur dengan bahan yang sulit menguap memberikan kemudahan pemisahan
kedua bahan ini dengan cara penguapan
• Bahan yang mudah menguap dinyatakan sebagai bahan ringan yang ditandai sebagai bahan light key (LK)
• Bahan yang sulit menguap ditandai sebagai heavy key (HK)
• Perbandingan fraksi mol bahan LK dalam fasa uap dalam fasa cair dinyatakan sebagai
&
𝐾;< = +,
'+,
• Perbandingan fraksi mol bahan HK dalam fasa uap dalam fasa cair dinyatakan sebagai
&
𝐾=< = -,
'-,
• Tingkat kemudahan pemisahan antara bahan LK dan bahan HK ditandai dengan besaran volalitas relatif 𝛼 yang jauh
lebih besar dari 1 yang dinyatakan oleh persamaan
<+,
𝛼= ,
<-,
• Campuran dua bahan (biner) antara bahan 1 yang mudah menguap dan bahan 2 yang silit menguap, maka volalitas
relatif 𝛼 bernilai besar yang lebih besar dari 1
<! 6 ",* 5!,% -!,%
7
𝛼= , 𝛼= 6 !,* 5",% -",%
<" 7
• Campuran biner pada satu komposisi, temperatur dan tekanan yang memberikan nilai 𝛼 = 1 dan 𝛼 sebagai fungsi
kontinu dari x1 disimpulkan sebagai campuran yang tidak mampu dipisahkan antara bahan 1 dan bahan 2 secara
penguapan dimana kondisi ini disebut sebagai azeotrop dimana
𝑦" = 𝑥" dan 𝑦# = 𝑥#
8.3.2 Korelasi kesetimbangan cair-uap sebagai gas ideal dan larutan
ideal (Hukum Raoult)
• Koefisien fugasitas fasa uap bahan i dalam campuran gas ideal adalah 𝜙9 !,' = 1
• Koefisien aktifitas bahan i dalam campuran fasa cair 𝛾!,( sebagai larutan ideal dengan fraksi mol 𝑥!
didefinsikan sebagai
'#,%& ,-,#,'()
𝛾!,( = 1 , maka 𝑓.!,( = 𝑥! 𝑓!,( dan 𝑓!,( = 𝑃!,)*+ , sehingga 𝜙!,)*+ exp =1
./
𝑓.!,( = 𝑥! 𝑃!,)*+
• Hubungan fugasitas fasa uap bahan i dalam campuran dengan fraksi mol nya yi dan tekanan P dinyatakan
𝑓.!,' = 𝑦! 𝑃
• Korelasi kesetimbangan cair-uap berlaku 𝑓.!,( = 𝑓.!,' dalam bentuk hubungan berikut
0# 2#,% 0# ,#,'()
𝐾! = = atau 𝐾! = = dan ∑3 3
! 𝑥! = 1 , ∑! 𝑦! = 1
1# , 1# ,
8.3.2.1 Penentuan tekanan didih dan tekanan embun kesetimbangan
cair-uap sebagai gas ideal dan larutan ideal (Hukum Raoult) pada
temperatur T
4#
• Hubungan tekanan uap bahan i murni dinyatakan oleh persamaan Antoine : ln 𝑃!,)*+ = 𝐴! −
/56#

• Tekanan didih (bubble point) campuran dengan fraksi mol bahan i dalam fasa cair sebesar 𝑥! pada
temperatur tetap T diperoleh dari hubungan
∑3
! 𝑦! = 1 atau 𝑃 = ∑3
! 𝑥! 𝑃!,)*+
• Tekanan embun (dew point) campuran dengan fraksi mol bahan i dalam fasa uap sebesar 𝑦! pada
temperatur tetap T diperoleh dari hubungan
7
∑3
! 𝑥! = 1 , ∑3
! 𝑦! 𝑃/𝑃!,)*+ = 1 , maka P = /#
∑.
#
0#,'()
Kasus 8.1
Campuran cair Aseton sebagai bahan 1 dengan Acetonitril sebagai bahan 2 dan Nitrometan sebagai bahan 3
diuapkan pada temperatur 80 oC. Komposisi campuran ini untuk fraksi mol masing-masing bahan adalah 0,45
untuk bahan 1; 0,35 untuk bahan 2 dan 0,2 untuk bahan 3. Tekanan didih untuk masing masing komponen
sebagi Psat pada temperatur 80 oC adalah 195,75 kPa untuk bahan 1; 97,94 kPa untuk bahan 2 dan 50,32 kPa
untuk bahan 3. Hukum Raoult diberlakukan pada larutan ini. Tentukan tekanan didih campuran cair di atas.

Solusi Kasus 8.1


• Komposisi bahan-bahan dalam campuran cair: x1=0,45; x2=0,35 dan x3=0,2.
• Tekanan didih masing bahan dalam keadaan murni pada temperatur 80 oC adalah n cair: P1,sat=195,75 kPa;
P2,sat=97,94 kPa dan P3,sat=50,32 kPa.
• Tekanan didih campuran ini pada temperatur 80 oC :maka 𝑃 = ∑3
! 𝑥! 𝑃!,)*+ ,
𝑃 = 0,45 𝑥 195,75 + 0,35 𝑥 97,94 + 0,2 𝑥 50,32 𝑘𝑃𝑎 = 132,4 𝑘𝑃𝑎
Kasus 8.2
Campuran fasa gas (uap) Aseton sebagai bahan 1 dengan Acetonitril sebagai bahan 2 dan Nitrometan sebagai
bahan 3 dikondensasikan (dicairkan) pada temperatur 80 oC. Komposisi campuran ini untuk fraksi mol masing-
masing bahan adalah 0,45 untuk bahan 1; 0,35 untuk bahan 2 dan 0,2 untuk bahan 3. Tekanan didih untuk
masing masing komponen sebagi Psat pada temperatur 80 oC adalah 195,75 kPa untuk bahan 1; 97,94 kPa untuk
bahan 2 dan 50,32 kPa untuk bahan 3. Hukum Raoult diberlakukan pada larutan ini. Tentukan tekanan embun
Dew Point) campuran uap di atas.

Solusi Kasus 8.2


• Komposisi bahan-bahan dalam campuran uap: y1=0,45; y2=0,35 dan y3=0,2.
• Tekanan didih masing bahan dalam keadaan murni pada temperatur 80 oC adalah: P1,sat=195,75 kPa;
P2,sat=97,94 kPa dan P3,sat=50,32 kPa.
7
• Tekanan embun campuran ini pada temperatur 80 oC :P = /# ,
∑.
#0#,'()
7
𝑃= 1,23 1,63 1," 𝑘𝑃𝑎 = 101,52 𝑘𝑃𝑎
5 5
!43,53 45,42 31,6"
8.3.2.2 Penentuan temperatur didih campuran kesetimbangan cair-
uap tekanan tetap sebagai gas ideal dan larutan ideal (Hukum Raoult)
• Hubungan temperatur kesetimbangan fasa cair uap bahan murni pada tekanan tetap P dinyatakan oleh
tekanan uap bahan i murni dinyatakan oleh persamaan Antoine
4#
𝑇!,)*+ = − 𝐶!
9# -:; ,

• Evaluasi 𝑇!,)*+ untuk setiap bahan pada tekanan P


• Tetapkan temperatur tebakan awal sebagai temperatur rata nya bahan semua bahan 𝑇!,)*+ sebagai T*
• Temperatur didih (bubble point) campuran pada tekanan tetap P dimana fraksi mol bahan i dalam fasa cair
sebesar 𝑥! ditebak T
• Evaluasi
1# ,#,'() 1# ,#,'()
𝑦! = sehingga periksa ∑3
! harus menghasilkan angka 1
, ,
• Bila syarat di atas belum menghasilkan angka 1, perbaiki tebakan T , perkirakan 𝑃!,)*+ dan evaluasi kembali
1# ,#,'() 1# ,#,'()
𝑦! = sehingga periksa ∑3
! harus menghasilkan angka 1
, ,
Kasus 8.3
Campuran Metanol sebagai bahan 1 dengan Metil Asetat dilangsungkan pada tekanan 101,33 kPa dalam fasa cair.
Komposisi campuran ini memiliki fraksi mol bahan 1 adalah 0,85. Campuran ini berada dalam kesetimbangan fasa.
Fasa uapnya mengikuti perilaku gas ideal. Larutannya pada fasa cair mengikuti perilaku larutan ideal.

Temperatur didih murni masing-masing bahan murni dalam K dinyatakan oleh persamaan
$>?$,$ #>>@,@?
𝑇",./0 = 33,424 + dan 𝑇#,./0 = 53,424 +
">,@A"@B2CD 1 "?,#@$#>2CD 1
Tentukan temperatur didih dari campuran di atas pada tekanan di atas.
Solusi Kasus 8.7
• Komposisi bahan-bahan dalam campuran cair: x1=0,85; x2=0,15
• Temperatur didih masing bahan dalam keadaan murni pada pada tekanan P=101,33 kPAadalah
$>?$,$ $>?$,$
𝑇",./0 = 33,424 + ">,@A"@B2CD 1 = 33,424 + ">,@A"@B2CD "E",$$ = 337,7 K
#>>@,@? #>>@,@?
𝑇#,./0 = 53,424 + = 53,424 + = 330,08
"?,#@$#>2CD 1 "?,#@$#>2CD "E".$$
• Jadi temperatur rata-rata T = (T1,sat+T2,sat)/2 = (337,7+330,08)/2 = 333,9 K sebagai tebakan awal temperatur
Kasus 8.3
$>?$,$ $>?$,$
• 𝑇",./0 = 33,424 + ">,@A"@B2CD 1 = 33,424 + ">,@A"@B2CD "E",$$ = 337,7 K
#>>@,@? #>>@,@?
𝑇#,./0 = 53,424 + = 53,424 + = 330,08
"?,#@$#>2CD 1 "?,#@$#>2CD "E".$$
• Jadi temperatur rata-rata T = (T1,sat+T2,sat)/2 = (337,7+330,08)/2 = 333,9 K sebagai tebakan awal temperatur
• 𝑃 = 𝑦"𝑃",./0 + 𝑦#𝑃#,./0 , 𝑦" = 𝑥"𝑃",./0 /𝑃 , 𝑦# = 𝑥#𝑃#,./0 /𝑃
• T= 333,9 K , 𝑃",./0 = 87,04 𝑘𝑃𝑎, 𝑃#,./0 = 115,54 𝑘𝑃𝑎 dan
'!1!,'() BG,E?
𝑦" = 1
= 0,85 𝑥 "E".$$ = 0,73019
'"1",'() ""@,@?
𝑦# = = 0,15 𝑥 = 0,17103 , dan periksa 𝑦" + 𝑦# = 0,73019 + 0,17103 = 0,9012 ≠ 1
1 "E".$$
• T= 335 K , 𝑃",./0 = 90,98 𝑘𝑃𝑎, 𝑃#,./0 = 119,91 𝑘𝑃𝑎 ,
'!1!,'() AE,AB
𝑦" = 1
= 0,85 𝑥 "E".$$
= 0,7632
5"'"1",'() ""A,A"
𝑦# = = 0,15 𝑥 = 0,1775 , dan periksa 𝑦" + 𝑦# = 0,7632 + 0,1775 = 0,9407 ≠ 1
1 "E".$$
• T= 336,59 K , 𝑃",./0 = 96,93 𝑘𝑃𝑎, 𝑃#,./0 = 126,46 𝑘𝑃𝑎 , maka
'!1!,'() A>,A$
𝑦" = = 0,85 𝑥 = 0,813131
1 "E".$$
'"1",'() "#>,?>
𝑦# = = 0,15 𝑥 = 0,1871977 ,
1 "E".$$
dan periksa 𝑦" + 𝑦# = 0,813131 + 0,1871977 = 1,0003287 : sudah dekat ke 1 . Maka T didih nya adalah 336,59 K
8.3.2.3 Penentuan temperatur embun campuran kesetimbangan cair-
uap tekanan tetap sebagai gas ideal dan larutan ideal (Hukum Raoult)
• Hubungan temperatur kesetimbangan fasa cair uap bahan murni pada tekanan tetap P dinyatakan oleh
tekanan uap bahan i murni dinyatakan oleh persamaan Antoine
4#
𝑇!,)*+ = − 𝐶!
9# -:; ,

• Evaluasi 𝑇!,)*+ untuk setiap bahan pada tekanan P


• Tetapkan temperatur tebakan awal sebagai temperatur rata nya bahan semua bahan 𝑇!,)*+ sebagai T*
• Temperatur embun (dew point) campuran pada tekanan tetap P dimana fraksi mol bahan i dalam fasa cair
sebesar 𝑦! ditebak T
• Evaluasi
0# , 0# ,
𝑥! = sehingga periksa ∑3
! harus menghasilkan angka 1
,#,'() ,#,'()

• Bila syarat di atas belum menghasilkan angka 1, perbaiki tebakan T , perkirakan 𝑃!,)*+ dan evaluasi kembali
0# , 0# ,
𝑥! = sehingga periksa ∑3
! harus menghasilkan angka 1
,#,'() ,#,'()
Kasus 8.4
Campuran Metanol sebagai bahan 1 dengan Metil Asetat dilangsungkan pada tekanan 101,33 kPa dalam fasa uap.
Komposisi campuran ini memiliki fraksi mol bahan 1 adalah 0,40. Campuran ini berada dalam kesetimbangan fasa.
Fasa uapnya mengikuti perilaku gas ideal. Fasa cairnya mengikuti perilaku larutan ideal.
Tekanan uap murni masing-masing bahan dalam kPa dinyatakan oleh persamaan
$>?$,$" #>>@,@?
ln 𝑃",./0 = 16,59158 − dan ln 𝑃#,./0 = 14,25326 −
42$$,?#? 42@$,?#?
Temperatur didih murni masing-masing bahan murni dalam K dinyatakan oleh persamaan
$>?$,$ #>>@,@?
𝑇",./0 = 33,424 + ">,@A"@B2CD 1 dan 𝑇#,./0 = 53,424 + "?,#@$#>2CD 1
Tentukan temperatur embun dari campuran di atas pada temperatur di atas.
Solusi Kasus 8.8
• Komposisi bahan-bahan dalam campuran uap: y1=0,4; y2=0,6
• Temperatur didih masing bahan dalam keadaan murni pada pada tekanan P=101,33 kPa adalah
$>?$,$ $>?$,$
𝑇",./0 = 33,424 + ">,@A"@B2CD 1 = 33,424 + ">,@A"@B2CD "E",$$ = 337,7 K
#>>@,@? #>>@,@?
𝑇#,./0 = 53,424 + = 53,424 + = 330,08
"?,#@$#>2CD 1 "?,#@$#>2CD "E".$$
• Jadi temperatur rata-rata T = (T1,sat+T2,sat)/2 = (337,7+330,08)/2 = 333,9 K sebagai tebakan awal temperatur
Kasus 8.4
$>?$,$ $>?$,$
• 𝑇",./0 = 33,424 + ">,@A"@B2CD 1 = 33,424 + ">,@A"@B2CD "E",$$ = 337,7 K
#>>@,@? #>>@,@?
𝑇#,./0 = 53,424 + = 53,424 + = 330,08
"?,#@$#>2CD 1 "?,#@$#>2CD "E".$$
• Jadi temperatur rata-rata T = (T1,sat+T2,sat)/2 = (337,7+330,08)/2 = 333,9 K sebagai tebakan awal temperatur
&# 1 &!1 &"1
• 𝑥! = , sehingga 𝑥" = dan 𝑥# =
1#,'() 1!,'() 1",'()
• T= 333,9 K , 𝑃",./0 = 87,04 𝑘𝑃𝑎, 𝑃#,./0 = 115,54 𝑘𝑃𝑎 dan
&!1 "E".$$
𝑥" = = 0,4 𝑥 = 0,4656318
1!,'() BG,E?
&"1 "E".$$
𝑥# = 1",'()
= 0,6𝑥 ""@,@? = 0,5262 dan periksa 𝑥" + 𝑥# = 0,4656318 + 0,5262 = 0,9918 ≠ 1

• T= 333,675 K , 𝑃",./0 = 86,2599 𝑘𝑃𝑎, 𝑃#,./0 = 114,663 𝑘𝑃𝑎 dan


&!1 "E".$$
𝑥" = = 0,4 𝑥 = 0,469881924
1!,'() B>,#@AA
&"1 "E".$$
𝑥# = 1",'()
= 0,6𝑥 ""?,>>$ = 0,530230449
dan periksa 𝑥" + 𝑥# = 0,469881924 + 0,530230449 = 1,000112374
Ini sudah sangat dekat ke angka 1, maka temperatur embun untuk campuran uap di atas adalah 333,675 K
8.3.2.4 Penentuan jumlah massa/mol fasa cair dan uap campuran bahan i dalam
kesetimbangan cair uap pada temperatur tetap sebagai gas ideal dan larutan ideal
(Hukum Raoult)
Uap campuran
• Bila jumlah mol campuran adalah 1 mol campuran memiliki nl Banyak bahan
mol fasa cair dan nv mol fasa uap, maka neraca massa total nv mol
adalah P,T, yi

𝑛( + 𝑛' = 1
• Bila fraksi mol bahan i dalam campuran adalah 𝑧! , fraksi mol
bahan i dalam fasa cair adalah 𝑥! dan fraksi mol bahan i dalam Campuran
fasa uap adalah 𝑦! , maka neraca massa bahan i dinyatakan Cair-uap
Banyak
𝑥! 𝑛( + 𝑦! 𝑛' = 𝑧! , bahan P,T
1 mol
𝑥! (1 − 𝑛' ) + 𝑦! 𝑛' = 𝑧! P,T, zi
0# ,#,'()
bila 𝐾! = = , maka
1# ,
<# =# <# =#
𝑦! = dan ∑3
! =1 Cair campuran
75>* =# -7 75>* =# -7
Banyak bahan
• Nilai 𝑧! dan 𝐾! diketahui, maka 𝑛' bisa dihitung dari persamaan nl mol
di atas P,T, xi
Kasus 8.5
Evaluasi wujud campuran Aseton sebagai bahan 1 dengan Acetonitril sebagai bahan 2 dan Nitrometan sebagai bahan 3 pada
temperatur 80 oC dan tekanan 110 kPa. Komposisi campuran ini untuk fraksi mol masing-masing bahan adalah 0,45 untuk bahan 1;
0,35 untuk bahan 2 dan 0,2 untuk bahan 3. Tekanan didih untuk masing masing komponen sebagi Psat pada temperatur 80 oC adalah
195,75 kPa untuk bahan 1; 97,94 kPa untuk bahan 2 dan 50,32 kPa untuk bahan 3. Hukum Raoult diberlakukan pada larutan ini.
Solusi Kasus 8.5
• Komposisi bahan-bahan dalam campuran cair: x1=0,45; x2=0,35 dan x3=0,2.
• Tekanan didih masing bahan dalam keadaan murni pada temperatur 80 oC adalah n cair: P1,sat=195,75 kPa; P2,sat=97,94 kPa dan
P3,sat=50,32 kPa.
• Tekanan didih campuran ini pada temperatur 80 oC :maka 𝑃 = ∑L
K 𝑥K 𝑃K,MNO ,
𝑃 = 0,45 𝑥 195,75 + 0,35 𝑥 97,94 + 0,2 𝑥 50,32 𝑘𝑃𝑎 = 132,4 𝑘𝑃𝑎
• Komposisi bahan-bahan dalam campuran uap: y1=0,45; y2=0,35 dan y3=0,2.
P
• Tekanan embun campuran ini pada temperatur 80 oC :P = @ A? ,
∑?
B?,CDE
P
𝑃= F,GH F,LH F,M 𝑘𝑃𝑎 = 101,52 𝑘𝑃𝑎
R R
IJH,KH JK,JG HF,LM

• Tekanan campuran ini adalah 110 kPa yang berada di atas tekanan embunnya 101,52 kPa dan di bawah tekanan didih nya 132,4
kPa pada temperatur 80 oC .
• Maka dari itu, wujud campuran dengan kondisi di atas adalah campuran fasa cair dan fasa uap.
Kasus 8.6
Campuran Aseton sebagai bahan 1 dengan Acetonitril sebagai bahan 2 dan Nitrometan sebagai bahan 3 berada pada
temperatur 80 oC dan tekanan 110 kPa. Komposisi campuran ini untuk fraksi mol masing-masing bahan adalah 0,45
untuk bahan 1; 0,35 untuk bahan 2 dan 0,2 untuk bahan 3. Tekanan didih untuk masing masing komponen sebagi Psat
pada temperatur 80 oC adalah 195,75 kPa untuk bahan 1; 97,94 kPa untuk bahan 2 dan 50,32 kPa untuk bahan 3.
Hukum Raoult diberlakukan pada larutan ini. Tentukan jumlah mol fasa uap dan fasa cair dalam 1 mol campuran.
Tentukan komposisi setiap bahan pada fasa cair dan fasa uap.
Solusi Kasus 8.6
• Komposisi bahan-bahan dalam campuran uap: z1=0,45; z2=0,35 dan z3=0,2.
• Tekanan didih masing bahan dalam keadaan murni pada temperatur 80 oC adalah n cair: P1,sat=195,75 kPa;
P2,sat=97,94 kPa dan P3,sat=50,32 kPa.
• Tekanan didih campuran ini pada temperatur 80 oC :maka 𝑃 = ∑% ! 𝑥! 𝑃!,./0 ,
𝑃 = 0,45 𝑥 195,75 + 0,35 𝑥 97,94 + 0,2 𝑥 50,32 𝑘𝑃𝑎 = 132,4 𝑘𝑃𝑎
" "
• Tekanan embun campuran ini pada temperatur 80 oC :P = . /# , 𝑃 = 1,23 1,63 1," 𝑘𝑃𝑎 = 101,52 𝑘𝑃𝑎
∑# 9 9
0#,'() !43,53 45,42 31,6"

• Tekanan campuran ini adalah 110 kPa yang berada di atas tekanan embunnya 101,52 kPa dan di bawah tekanan
didih nya 132,4 kPa pada temperatur 80 oC .
• Maka dari itu, wujud campuran dengan kondisi di atas adalah campuran fasa cair dan fasa uap.
• K1 = P1,sat/P=195,75/110 =1,7795; K2 = P2,sat/P=97,94/110 =0,8904; K3 = P3,sat/P=50,32/110 =0,4575
I# <# E,?@ ' ",GGA@ E,$@ ' ",BAE? E,# ' E,?@G@
• ∑%
! = + + = 1, maka nv = 0,73787320 mol dan
"9J* < # 2" "9J* (",GGA@2") "9J* (E,BAE?2") "9J* (E,?@G@2")
nl = 0,2621268 mol
Kasus 8.6
Campuran Aseton sebagai bahan 1 dengan Acetonitril sebagai bahan 2 dan Nitrometan sebagai bahan 3
berada pada temperatur 80 oC dan tekanan 110 kPa. Komposisi campuran ini untuk fraksi mol masing-masing
bahan adalah 0,45 untuk bahan 1; 0,35 untuk bahan 2 dan 0,2 untuk bahan 3. Tekanan didih untuk masing
masing komponen sebagi Psat pada temperatur 80 oC adalah 195,75 kPa untuk bahan 1; 97,94 kPa untuk bahan
2 dan 50,32 kPa untuk bahan 3. Hukum Raoult diberlakukan pada larutan ini. Tentukan jumlah mol fasa uap
dan fasa cair dalam 1 mol campuran. Tentukan komposisi setiap bahan pada fasa cair dan fasa uap.
Solusi Kasus 8.6
• K1 = P1,sat/P=195,75/110 =1,7795; K2 = P2,sat/P=97,94/110 =0,8904; K3 = P3,sat/P=50,32/110 =0,4575
<# =# N,OP 1 7,QQRP N,UP 1 N,VRNO N,W 1 N,OPQP
• ∑3
! = + + = 1, maka nv = 0,73787320 mol dan
75>* =# -7 75>* (7,QQRP-7) 75>* (N,VRNO-7) 75>* (N,OPQP-7)

nl = 0,2621268 mol
N,OP 1 7,QQRP N,UP 1 N,VRNO
• 𝑦7 = 75N,QUQVQUW1(7,QQRP-7) = 0,5084; 𝑦W = 75N,QUQVQUW(N,VRNO-7) = 0,339;
N,W 1 N,OPQP
𝑦U = = 0,152568
75N,QUQVQUW(N,OPQP-7)
0! N,PNVO 0" N,UUR
• 𝑥7 = = = 0,285677 =; 𝑥W = = = 0,3808;
=! 7,QQRP =" N,VRNO
06 N,7PWPXV
𝑥U = = = 0,3335166
=6 N,OPQP
8.3.3 Korelasi kesetimbangan cair-uap sebagai gas ideal dan larutan
tidak ideal sebagai modifikasi Hukum Raoult
• Koefisien fugasitas fasa uap bahan i dalam campuran gas ideal adalah 𝜙2 K,S = 1
• Koefisien aktifitas bahan i dalam campuran fasa cair 𝛾K,T sebagai larutan tidak ideal dengan fraksi mol 𝑥K didefinsikan sebagai
S?,YZ UVU?,CDE
𝛾K,T ≠ 1 , maka 𝑓6K,T = 𝛾K,T 𝑥K 𝑓K,T dan 𝑓K,T = 𝑃K,MNO , sehingga 𝜙K,MNO exp =1
WX
𝑓6K,T = 𝛾K,T 𝑥K 𝑃K,MNO
• Hubungan fugasitas fasa uap bahan i dalam campuran dengan fraksi mol nya yi dan tekanan P dinyatakan
𝑓6K,S = 𝑦K 𝑃
• Korelasi kesetimbangan cair-uap berlaku 𝑓6K,T = 𝑓6K,S dalam bentuk hubungan berikut
Y [?,Y \?,Y Y [?,Y U?,CDE
𝐾K = Z? = U
atau 𝐾K = Z? = U
dan ∑L L
K 𝑥K = 1 , ∑K 𝑦K = 1
? ?
]
• Hubungan tekanan uap bahan i murni dinyatakan oleh persamaan Antoine : ln 𝑃K,MNO = 𝐴K − XR^?
?
• Tekanan didih (bubble point) campuran dengan fraksi mol bahan i dalam fasa cair sebesar 𝑥K pada temperatur tetap T diperoleh
dari hubungan
∑L
K 𝑦K = 1 atau 𝑃 = ∑L
K 𝛾K,T 𝑥K 𝑃K,MNO
• Tekanan embun (dew point) campuran dengan fraksi mol bahan i dalam fasa uap sebesar 𝑦K pada temperatur tetap T diperoleh
dari hubungan
Y? U P
∑LK 𝑥K = 1 , ∑L
K [ U = 1 , maka P = @ A?
?,Y ?,CDE ∑?
[?,Y B?,CDE
Kasus 8.7
Campuran Metanol sebagai bahan 1 dengan Metil Asetat dilangsungkan pada temperatur 318,15 K. Komposisi campuran ini memiliki
fraksi mol bahan 1 adalah 0,25. Fasa uapnya mengikuti perilaku gas ideal. Koefisien aktifitas fasa cairnya untuk masing masing bahan
memiliki hubungan dengan komposisi dan fraksi molnya seperti persamaan berikut
ln 𝛾P = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥__ dan ln 𝛾_ = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥P_
Tekanan uap murni masing-masing bahan dalam kPa dinyatakan oleh persamaan
`ab`,`P _aac,cb
ln 𝑃P,MNO = 16,59158 − dan ln 𝑃_,MNO = 14,25326 −
XV``,b_b XVc`,b_b
Tentukan tekanan didih dari campuran di atas pada temperatur di atas.
Solusi Kasus 8.5
• Komposisi bahan-bahan dalam campuran cair: x1=0,25; x2=0,75
• Tekanan didih masing bahan dalam keadaan murni pada temperatur 318,15 K adalah
`ab`,`P `ab`,`P
ln 𝑃P,MNO = 16,59158 − XV``,b_b = 16,59158 − `Pd,PcV``,b_b = 3,7957 maka 𝑃P,MNO = 44,51 𝑘𝑃𝑎
_aac,cb _aac,cb
ln 𝑃_,MNO = 14,25326 − = 14,25326 − = 4,1842 maka 𝑃_,MNO = 65,61 𝑘𝑃𝑎
XVc`,b_b `Pd.PcVc`,b_b
• Koefisien aktifitas komponen dalam larutan adalah
ln 𝛾P = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥__ = 2,771 − 0,00523 𝑥 318.15 0,75_ = 0,6222 maka 𝛾P = 1,8629
ln 𝛾_ = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥P_ = 2,771 − 0,00523 𝑥 318.15 0,25_ = 0,06913 maka 𝛾P = 1,0716
Kasus 8.7
• Tekanan didih campuran ini pada temperatur 318,15 oC :maka 𝑃 = ∑3
! 𝛾! 𝑥! 𝑃!,)*+ ,

𝑃 = 𝛾7 𝑥7 𝑃7,)*+ + 𝛾W 𝑥W 𝑃W,)*+
𝑃 = 1,8629𝑥0,25 𝑥44,51 + 1,0716𝑥0,75 𝑥65,64 𝑘𝑃𝑎 = 73,48 𝑘𝑃𝑎
• Fraksi mol bahan 1 dalam kesetimbangan ini
%!1!,!,'() 7,VXWR1N,WP 1OO,P7
𝑦7 = ,
= QU,OV
= 0,282
Kasus 8.8
Campuran Metanol sebagai bahan 1 dengan Metil Asetat dilangsungkan pada temperatur 318,15 K berada pada fasa
uap. Komposisi campuran ini memiliki fraksi mol bahan 1 adalah 0,60. Campuran ini berada dalam kesetimbangan
fasa. Fasa uapnya mengikuti perilaku gas ideal. Koefisien aktifitas fasa cairnya untuk masing masing bahan memiliki
hubungan dengan komposisi dan fraksi molnya seperti persamaan berikut
ln 𝛾" = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥## dan ln 𝛾# = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥"#
Tekanan uap murni masing-masing bahan dalam kPa dinyatakan oleh persamaan
$>?$,$" #>>@,@?
ln 𝑃",./0 = 16,59158 − dan ln 𝑃#,./0 = 14,25326 −
42$$,?#? 42@$,?#?
Tentukan tekanan embun dari campuran di atas pada temperatur di atas.
Solusi Kasus 8.6
• Komposisi bahan-bahan dalam campuran uap: y1=0,60; y2=0,40
• Tekanan didih masing bahan dalam keadaan murni pada temperatur 318,15 K adalah
$>?$,$" $>?$,$"
ln 𝑃",./0 = 16,59158 − = 16,59158 − = 3,7957 maka 𝑃",./0 = 44,51 𝑘𝑃𝑎
42$$,?#? $"B,"@2$$,?#?
#>>@,@? #>>@,@?
ln 𝑃",./0 = 14,25326 − = 14,25326 − = 4,1842 maka 𝑃",./0 = 65,61 𝑘𝑃𝑎
42@$,?#? $"B."@2@$,?#?
Kasus 8.8
7
• Tekanan embun campuran ini pada temperatur 318,15 K:maka 𝑃 = /# ,
∑.
#
f#,% 0#,'()
7
𝑃= /! /"
5
f!0!,'() f"0",'()

𝛾W dan 𝛾W merupakan fungsi x1 dan x2 yang belum diketahui, maka solusi ini dilakukan dengan cara trial
dan error
7
𝑃= /! /"
5
ghi ",55!j1,113"6 k l"
" 0!,'() ghi ",55!j1,113"6 k l"
! 0",'()
7
𝑃= 1,m 1.2
5
ghi ",55!j1,113"6 l 6!n,!3 l"
" 22,3! ghi ",55!j1,113"6 l 6!n,!3 l"
! m3,m!
%!1!,!,'() "
\]^ W,QQ7-N,NNPWU / 1" 1OO,P7 1!
𝑦7 = = = 0,6
, ,
\]^ W,QQ7-N,NNPWU / 7-1! " 1OO,P7 1!
= 0,6
,
Tebakan x1=0,7, maka P diperoleh 63,5 kPa, periksa y1 memberikan angka 0,542 sehingga belum cocok.
Tersukan naikkan tebakan dengan perhitungan di Excell. Hasilnya untuk x1 =0,8168 diperoleh P=62,885 kPa
dan pemeriksaan ini memberikan y1 = 0,60000747. y1 yang diberikan cocok dengan 0,6.
Kasus 8.9
Campuran Metanol sebagai bahan 1 dengan Metil Asetat dilangsungkan pada tekanan 101,33 kPa dalam fasa cair. Komposisi
campuran ini memiliki fraksi mol bahan 1 adalah 0,85. Campuran ini berada dalam kesetimbangan fasa. Fasa uapnya mengikuti
perilaku gas ideal. Koefisien aktifitas fasa cairnya untuk masing masing bahan memiliki hubungan dengan komposisi dan fraksi
molnya seperti persamaan berikut
ln 𝛾P = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥__ dan ln 𝛾_ = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥P_
Temperatur didih murni masing-masing bahan murni dalam K dinyatakan oleh persamaan
`ab`,` _aac,cb
𝑇P,MNO = 33,424 + Pa,coPcdVpq U dan 𝑇_,MNO = 53,424 + Pb,_c`_aVpq U
Tentukan temperatur didih dari campuran di atas pada temperatur di atas.
Solusi Kasus 8.7
• Komposisi bahan-bahan dalam campuran cair: x1=0,85; x2=0,15
• Temperatur didih masing bahan dalam keadaan murni pada pada tekanan P=101,33 kPAadalah
`ab`,` `ab`,`
𝑇P,MNO = 33,424 + Pa,coPcdVpq U = 33,424 + Pa,coPcdVpq PrP,`` = 337,7 K
_aac,cb _aac,cb
𝑇_,MNO = 53,424 + = 53,424 + = 330,08
Pb,_c`_aVpq U Pb,_c`_aVpq PrP.``
• Jadi temperatur rata-rata T = (T1,sat+T2,sat)/2 = (337,7+330,08)/2 = 333,9 K sebagai tebakan awal temperatur
ln 𝛾P = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥__ = 2,771 − 0,00523 𝑥 333,9 0,85_ = 0,0230 maka 𝛾P = 1,023
ln 𝛾_ = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥P_ = 2,771 − 0,00523 𝑥 333,9 0,15_ = 0,7396maka 𝛾P = 2,0951
Kasus 8.9
`ab`,` `ab`,`
• 𝑇P,MNO = 33,424 + Pa,coPcdVpq U = 33,424 + Pa,coPcdVpq PrP,`` = 337,7 K
_aac,cb _aac,cb
𝑇_,MNO = 53,424 + = 53,424 + = 330,08
Pb,_c`_aVpq U Pb,_c`_aVpq PrP.``
• Jadi temperatur rata-rata T = (T1,sat+T2,sat)/2 = (337,7+330,08)/2 = 333,9 K sebagai tebakan awal temperatur
ln 𝛾P = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥__ = 2,771 − 0,00523 𝑥 333,9 0,85_ = 0,0230 maka 𝛾P = 1,023
ln 𝛾_ = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥P_ = 2,771 − 0,00523 𝑥 333,9 0,15_ = 0,7396maka 𝛾P = 2,0951
• 𝑃 = 𝑦P 𝑃P,MNO + 𝑦_ 𝑃_,MNO , 𝑦P = 𝛾P 𝑥P 𝑃P,MNO /𝑃 , 𝑦_ = 𝛾_ 𝑥_ 𝑃_,MNO /𝑃
• T= 333,9 K , 𝑃P,MNO = 87,04 𝑘𝑃𝑎, 𝑃_,MNO = 115,54 𝑘𝑃𝑎 dan
[I ZI UI,CDE ds,rb
𝑦P = U
= 1,023 𝑥 0,85 𝑥 PrP.`` = 0,747
[M ZM UM,CDE PPc,cb
𝑦_ = = 2,0951 𝑥 0,15 𝑥 = 0,353 , dan periksa 𝑦P + 𝑦_ = 0,747 + 0,353 = 1,105 ≠ 1
U PrP.``
• T= 331 K , 𝑃P,MNO = 77,34 𝑘𝑃𝑎, 𝑃_,MNO = 104,62 𝑘𝑃𝑎 , hitung kembali 𝛾P dan 𝛾_ maka
[I ZI UI,CDE ss,`b
𝑦P = = 1,02365 𝑥 0,85 𝑥 = 0,664
U PrP.``
[M ZM UM,CDE Prb,a_
𝑦_ = U
= 2,1182 𝑥 0,15 𝑥 PrP.`` = 0,328 , dan periksa 𝑦P + 𝑦_ = 0,664 + 0,328 = 0,992 ≠ 1
• T= 331,2 K , 𝑃P,MNO = 77,98 𝑘𝑃𝑎, 𝑃_,MNO = 105,35 𝑘𝑃𝑎 , hitung kembali 𝛾P dan 𝛾_ maka
[I ZI UI,CDE ss,od
𝑦P = U
= 1,02363 𝑥 0,85 𝑥 PrP.`` = 0,6696
[M ZM UM,CDE Prc,`c
𝑦_ = U
= 2,1166 𝑥 0,15 𝑥 PrP.`` = 0,33008 , dan periksa 𝑦P + 𝑦_ = 0,6696 + 0,33008 = 0,9997 : sudah dekat ke 1
Kasus 8.10
Campuran Metanol sebagai bahan 1 dengan Metil Asetat dilangsungkan pada tekanan 101,33 kPa dalam fasa uap. Komposisi
campuran ini memiliki fraksi mol bahan 1 adalah 0,40. Campuran ini berada dalam kesetimbangan fasa. Fasa uapnya mengikuti
perilaku gas ideal. Koefisien aktifitas fasa cairnya untuk masing masing bahan memiliki hubungan dengan komposisi dan fraksi
molnya seperti persamaan berikut
ln 𝛾P = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥__ dan ln 𝛾_ = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥P_
Tekanan uap murni masing-masing bahan dalam kPa dinyatakan oleh persamaan
`ab`,`P _aac,cb
ln 𝑃P,MNO = 16,59158 − dan ln 𝑃_,MNO = 14,25326 −
XV``,b_b XVc`,b_b
Temperatur didih murni masing-masing bahan murni dalam K dinyatakan oleh persamaan
`ab`,` _aac,cb
𝑇P,MNO = 33,424 + Pa,coPcdVpq U dan 𝑇_,MNO = 53,424 + Pb,_c`_aVpq U
Tentukan temperatur embun dari campuran di atas pada temperatur di atas.
Solusi Kasus 8.10
• Komposisi bahan-bahan dalam campuran uap: y1=0,4; y2=0,6
• Temperatur didih masing bahan dalam keadaan murni pada pada tekanan P=101,33 kPa adalah
`ab`,` `ab`,`
𝑇P,MNO = 33,424 + Pa,coPcdVpq U = 33,424 + Pa,coPcdVpq PrP,`` = 337,7 K
_aac,cb _aac,cb
𝑇_,MNO = 53,424 + = 53,424 + = 330,08
Pb,_c`_aVpq U Pb,_c`_aVpq PrP.``
• Jadi temperatur rata-rata T = (T1,sat+T2,sat)/2 = (337,7+330,08)/2 = 333,9 K sebagai tebakan awal temperatur
ln 𝛾P = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥__ = 2,771 − 0,00523 𝑥 333,9 0,4_ = 0,0230 maka 𝛾P = 1,023
ln 𝛾_ = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥P_ = 2,771 − 0,00523 𝑥 333,9 0,6_ = 0,7396maka 𝛾P = 2,0951
Kasus 8.10
$>?$,$ $>?$,$
• 𝑇",./0 = 33,424 + ">,@A"@B2CD 1 = 33,424 + ">,@A"@B2CD "E",$$ = 337,7 K
#>>@,@? #>>@,@?
𝑇#,./0 = 53,424 + = 53,424 + = 330,08
"?,#@$#>2CD 1 "?,#@$#>2CD "E".$$
• Jadi temperatur rata-rata T = (T1,sat+T2,sat)/2 = (337,7+330,08)/2 = 333,9 K sebagai tebakan awal temperatur
&# 1 &!1 &"1
• 𝑥! = , sehingga 𝑥" = dan 𝑥# =
5# 1#,'() 5!1!,'() 5"1",'()
• Iterasi 1 : 𝛾" = 1 dan 𝛾# = 1
• T= 333,9 K , 𝑃",./0 = 87,04 𝑘𝑃𝑎, 𝑃#,./0 = 115,54 𝑘𝑃𝑎 dan
&!1 "E".$$
𝑥" = = 0,4 𝑥 = 0,4656318
1!,'() BG,E?
&"1 "E".$$
𝑥# = = 0,6𝑥 = 0,5262 dan periksa 𝑥" + 𝑥# = 0,4656318 + 0,5262 = 0,9918 ≠ 1
1",'() ""@,@?
• T= 333,675 K , 𝑃",./0 = 86,2599 𝑘𝑃𝑎, 𝑃#,./0 = 114,663 𝑘𝑃𝑎 dan
&!1 "E".$$
𝑥" = = 0,4 𝑥 = 0,469881924
1!,'() B>,#@AA
&"1 "E".$$
𝑥# = = 0,6𝑥 = 0,530230449
1",'() ""?,>>$
dan periksa 𝑥" + 𝑥# = 0,469881924 + 0,530230449 = 1,000112374
Ini sudah sangat dekat ke angka 1, maka temperatur embun iterasi untuk campuran uap di atas adalah 333,675 K
Kasus 8.10
$>?$,$ $>?$,$
• 𝑇",./0 = 33,424 + ">,@A"@B2CD 1 = 33,424 + ">,@A"@B2CD "E",$$ = 337,7 K
#>>@,@? #>>@,@?
𝑇#,./0 = 53,424 + = 53,424 + = 330,08
"?,#@$#>2CD 1 "?,#@$#>2CD "E".$$
• Iterasi 2: T = 333,675 K, x1 = 0,4698 dan x2 = 0,5302
&# 1 &!1 &"1
• 𝑥! = , sehingga 𝑥" = dan 𝑥# =
5# 1#,'() 5!1!,'() 5"1",'()
ln 𝛾" = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥## = 2,771 − 0,00523 𝑥 333,675 0,4698# = 0,2881 maka 𝛾" = 1,3339
ln 𝛾# = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥"# = 2,771 − 0,00523 𝑥 333,675 0,5302# = 0,2262 maka 𝛾" = 1,2538
• T= 333,675 K , 𝑃",./0 = 86,2599 𝑘𝑃𝑎, 𝑃#,./0 = 114,663 𝑘𝑃𝑎 dan
&!1 E,? "E".$$
𝑥" = 5 = ",$$$A 𝑥 B>,#@AA = 0,352262065
!1!,'()
&"1 E,> "E".$$
𝑥# = 5"1",'()
= ",#@$B 𝑥 ""?,>>$ = 0,422888445
dan periksa 𝑥" + 𝑥# = 0,352262065 + 0,422888445 = 0,77515051. Ini masih kecil dari 1
Lakukan perubahan temperatur sehingga 𝑥" + 𝑥# mendekati 1. Untuk ini, T=326,7, maka x1=0,4653126 dan
x2=0,5347605 sehingga 𝑥" + 𝑥# = 1,0000731. Ini sudah dekat ke 1
• Lanjutkan Iterasi 3: T = 326,7 K, x1 = 0,4653126 dan x2 = 0,53476
Kasus 8.10
• Lanjutkan Iterasi 3: T = 326,7 K, x1 = 0,4653126 dan x2 = 0,53476
ln 𝛾" = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥## = 2,771 − 0,00523 𝑥 326,7 0,4653126# = 0,3034 maka 𝛾" = 1,3545
ln 𝛾# = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥"# = 2,771 − 0,00523 𝑥 326,7 0,53476# = 0,2298 maka 𝛾" = 1,2583
• T= 326,7 K , 𝑃",./0 = 64,636 𝑘𝑃𝑎, 𝑃#,./0 = 89, 948 𝑘𝑃𝑎 dan
&!1 E,? "E".$$
𝑥" = 5 = ",$@?@ 𝑥 >?,>$> = 0,462958557
!1!,'()
&"1 E,> "E".$$
𝑥# = 5 = ",#@B$ 𝑥 BA,A?B = 0,537147522
"1",'()

Periksa 𝑥" + 𝑥# = 0,462958557 + 0,537147522 = 1,000106079. Ini sudah sangat dekat dengan 1
• Maka temperatur embun campuran uap di atas pada tekanan P=101,33 kPa adalah 326,7 K.
Kasus 8.11
Campuran Metanol sebagai bahan 1 dengan Metil Asetat dilangsungkan pada temperatur 318,15 K. Tentukan tekanan
dan komposisi yang memberikan campuran sebagai campuran azeotrop. Koefisien aktifitas fasa cairnya untuk masing
masing bahan memiliki hubungan dengan komposisi dan fraksi molnya seperti persamaan berikut
ln 𝛾" = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥## dan ln 𝛾# = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥"#
Tekanan uap murni masing-masing bahan dalam kPa dinyatakan oleh persamaan
$>?$,$" #>>@,@?
ln 𝑃",./0 = 16,59158 − 42$$,?#? dan ln 𝑃#,./0 = 14,25326 − 42@$,?#?
Solusi Kasus 8.11
• Tekanan didih masing bahan dalam keadaan murni pada temperatur 318,15 K adalah
$>?$,$" $>?$,$"
ln 𝑃",./0 = 16,59158 − 42$$,?#? = 16,59158 − $"B,"@2$$,?#? = 3,7957 maka 𝑃",./0 = 44,51 𝑘𝑃𝑎
#>>@,@? #>>@,@?
ln 𝑃#,./0 = 14,25326 − 42@$,?#? = 14,25326 − $"B."@2@$,?#? = 4,1842 maka 𝑃#,./0 = 65,61 𝑘𝑃𝑎
• Volalitas relatif 𝛼 dinyatakan
6 ",* 5!,% -!,%
7 6 ",*
7
𝛼= 6 !,* 5",% -",% , untuk gas ideal, 6 !,* = 1, untuk kondisi tekanan rendah 𝑓",) = 𝑃",./0 dan 𝑓#,) = 𝑃#,./0 , jadi
7 7

• Kondisi campuran azeotrop


5 1 5 1 5!,% 1 >@,>"
𝛼 = 5!,% 1!,'() = 1, dan 5!,% = 1",'() ; 5",%
= 1",'() = ??,@" = 1,4747
",% ",'() ",% ",'() ",'()
Kasus 8.11
Campuran Metanol sebagai bahan 1 dengan Metil Asetat dilangsungkan pada temperatur 318,15 K. Tentukan
tekanan dan komposisi yang memberikan campuran sebagai campuran azeotrop. Koefisien aktifitas fasa cairnya
untuk masing masing bahan memiliki hubungan dengan komposisi dan fraksi molnya seperti persamaan
berikut
ln 𝛾7 = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥WW dan ln 𝛾W = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥7W
Tekanan uap murni masing-masing bahan dalam kPa dinyatakan oleh persamaan
UXOU,U7 WXXP,PO
ln 𝑃7,)*+ = 16,59158 − dan ln 𝑃W,)*+ = 14,25326 −
/-UU,OWO /-PU,OWO
Solusi Kasus 8.11
• ln 𝛾7 − ln 𝛾W = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥WW − 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥7W
ln 𝛾7 − ln 𝛾W = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥WW − 𝑥7W
%!
ln = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥WW − 𝑥7W
%"
%
ln %! = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥W − 𝑥7 𝑥W + 𝑥7
"
%!
ln = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥W − 𝑥7
%"
%
ln ! = 2,771 − 0,00523 𝑇 1 − 2𝑥7
%"
Kasus 8.11
Campuran Metanol sebagai bahan 1 dengan Metil Asetat dilangsungkan pada temperatur 318,15 K. Tentukan
tekanan dan komposisi yang memberikan campuran sebagai campuran azeotrop. Koefisien aktifitas fasa cairnya
untuk masing masing bahan memiliki hubungan dengan komposisi dan fraksi molnya seperti persamaan
berikut
ln 𝛾7 = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥WW dan ln 𝛾W = 2,771 − 0,00523 𝑇 𝑥7W
Tekanan uap murni masing-masing bahan dalam kPa dinyatakan oleh persamaan
UXOU,U7 WXXP,PO
ln 𝑃7,)*+ = 16,59158 − /-UU,OWO dan ln 𝑃W,)*+ = 14,25326 − /-PU,OWO
Solusi Kasus 8.11
%!
• ln = 2,771 − 0,00523 𝑇 1 − 2𝑥7
%"

ln 1,4747 = 2,771 − 0,00523 𝑥 318,15 1 − 2𝑥7


0,38847 = 1,107076 1 − 2𝑥7
Maka x1 = 0,3593; y1 = x1 , x2= 1- x1 = 0,6407
• 𝑦7 𝑃 = 𝑥7 𝛾7 𝑃7,)*+ ; 𝑃 = 𝛾7 𝑃7,)*+ ;
ln 𝛾7 = 2,771 − 0,00523 𝑥 318,15 0,6407W = 0,7093 sehingga 𝛾7 = 2,03257
maka 𝑃 = 𝛾7 𝑃7,)*+ = 2,03257𝑥44,51 𝑘𝑃𝑎 = 90,47 𝑘𝑃𝑎
• Jadi kondisi azeotrop terjadi untuk temperatur 318,15 pada x1=0,3593 dan tekanan P=90,47 kPa
8.3.4 Korelasi kesetimbangan cair-uap sebagai gas ideal dan larutan
tidak ideal kondisi fraksi mol sangat kecil sebagai hukum Henry
• Untuk bahan i yang bercampur dalam campuran dengan fraksi mol yang kecil sekali, maka bahan i ini
memiliki tetapan Henry ℋ!
• Tetapan Henry ini menyatakan perubahan fugasitas bahan i cair dalam campuran terhadap perubahan fraksi
molnya pada kondisi fraksi mol bahan i mendekati nol i
_ 2̀#,%
ℋ! =
_1# 1 →N
#
• Maka
𝑓.!,( = 𝑥! ℋ!
• Hubungan fugasitas fasa uap bahan i dalam campuran dengan fraksi mol nya yi dan tekanan P dinyatakan
𝑓.!,' = 𝑓.!,( 𝑦! 𝑃
𝑦! 𝑃 = 𝑥! ℋ!
• Untuk bahan pelarutnya j, pendekatan hukum Raoult dilakukan maka
𝑦b 𝑃 = 𝑥b 𝑃b,)*+
• Tetapan Henry untuk beberapa gas dalam air diberikan pada Tabel berikut
Kasus 8.12
Air mengandung gas CO2 terlarut pada temperatur 25 oC dan tekanan 101,33 kPa dalam sebuah kaleng
minuman yang tertutup. Tetapan Henry untuk gas CO2 dalam air diberikan sebesar 1670 Bar. Berapa fraksi mol
CO2 yang ada dalam fasa cair. Bahan 1 adalah CO2 dan bahan 2 adalah air.

Solusi kasus 8.12.


• 𝑦7 𝑃 = 𝑥7 ℋ7
Iterasi 1
• Fasa uap dalam hal ini dapat dikatakan hanya mengandung bahan 1, jadi 𝑦7 = 1
• Maka
0!,
𝑦7 𝑃 = 𝑥7 ℋ7 ; 𝑥7 = ;
ℋ!
, 7,N7UU 4*d
𝑥7 = ; 𝑥7 = = 0,000607
ℋ! 7XQN 4*d
• Tekanan didih air pada T=25 oC diperoleh sebesar 3,166 kPa
• 𝑦W 𝑃 = 𝑥W 𝑃W,)*+
• Fasa cair mengandung hanya sangat sedikir bahan 1, maka 𝑥W = 1
,",'() U,7XX
• 𝑦W 𝑃 = 𝑥W 𝑃W,)*+ ; 𝑦W = = = 0,0312
, 7N7,UU
Kasus 8.12
Air mengandung gas CO2 terlarut pada temperatur 25 oC dan tekanan 101,33 kPa dalam sebuah kaleng
minuman yang tertutup. Tetapan Henry untuk gas CO2 dalam air diberikan sebesar 1670 Bar. Berapa fraksi mol
CO2 yang ada dalam fasa cair. Bahan 1 adalah CO2 dan bahan 2 adalah air.

Solusi kasus 8.12.


Iterasi 2
0!,
• 𝑦7 𝑃 = 𝑥7 ℋ7 ; 𝑥7 = ;
ℋ!
7-N,NU7W , N,RXVQ17,N7UU 4*d
𝑥7 = ℋ!
; 𝑥7 = 7XQN 4*d
= 0,000588
• Tekanan didih air pada T=25 oC diperoleh sebesar 3,166 kPa
• 𝑦W 𝑃 = 𝑥W 𝑃W,)*+
• Fasa cair 𝑥W = 1 − 𝑥7 = 1 − 0,000588 = 0,999412
1",",'() N,RRRO7W1U,7XX
• 𝑦W 𝑃 = 𝑥W 𝑃W,)*+ ; 𝑦W = = = 0,03226
, 7N7,UU
8.3.5 Pemurnian bahan campuran dengan metoda pendidihan dan pengembunan
8.3.5.1 Campuran 2 komponen (Biner) pada Tekanan P

Pemisahan secara distilasi

Campuran 12 % Pendidihan dan pengkondensian Campuran 88 %


mol Ethanol dan Pada Tekanan P mol Ethanol dan
88 % mol Air T
embun (dew)
12 % mol Air
Model dan
Prediksi
Kurva
Didih (bubble) Kesetimbangan
Uap
Cair
Campuran 50 % mol 0 x komponen 1 1
Biner Campuran 10 % mol
n-pentana dan 50 % y komponen 1 n-pentana dan 90 %
Pemisahan secara distilasi
mol n-heksana mol n-heksana
Pendidihan dan pengkondensian
8.3.5.2 Campuran 2 komponen (Biner) pada Temperatur T

Pemisahan secara distilasi

Campuran 12 % Pendidihan dan pengkondensian Campuran 88 %


mol Ethanol dan Pada Temperatur T mol Ethanol dan
88 % mol Air P Didih (bubble) 12 % mol Air
Model dan
Prediksi
Embun (dew) Kurva
Kesetimbangan
Uap
Cair
Campuran 50 % mol 0 x komponen 1 1
Biner Campuran 10 % mol
n-pentana dan 50 % y komponen 1 n-pentana dan 90 %
Pemisahan secara distilasi
mol n-heksana mol n-heksana
Pendidihan dan pengkondensian
8.4 Kesetimbangan cair-cair bahan kimia banyak
i. Sekian banyak bahan i bercampuran membentuk larutan cair yang berbeda fasa cair I dan fasa
cair II
ii. Pembentukan fasa cair I dan fasa cair II bergantung pada komposisi dari bahan pembentuknya
iii. Kesetimbangan cair-cair banyak komponen memberikan kesamaan fugasitas bahan i dalam Fasa Cair I
campuran fasa cair I 𝑓.!,),M dan campuran fasa cair II 𝑓.!,),MM pada tekanan P dan temperatur T
seperti persamaan berikut
𝑓.!,),M = 𝑓.!,),MM ; 𝑥!,M 𝛾!,M 𝑓!,),M = 𝑥!,MM 𝛾!,MM 𝑓!,),MM ;
𝑓!,),M = 𝑓!,),MM ; maka 𝑥!,M 𝛾!,M = 𝑥!,MM 𝛾!,MM
Fasa
iv. Energi bebas Gibbs campuran ekses dinyatakan oleh persamaan Cair II
𝑔*' = 𝑔 − ∑% %
! 𝑥! 𝑔! + 𝑅𝑇 ∑! 𝑥! ln 𝑥! atau 𝑔 = ∑% %
! 𝑥! 𝑔! + 𝑅𝑇 ∑! 𝑥! ln 𝑥! + 𝑔*'
iv. Bila temperatur lebih tinggi dari temperatur kritis pelarutan (temperatur konsulat) TC , campuran
fasa cair ini membentuk satu fasa cair dengan syarat di bawah ini
N" O
N'#"
>0
4,1
iv. Bila temperatur lebih rendah dari temperatur kritis pelarutan (temperatur konsulat) TC ,
campuran fasa cair ini membentuk dua fasa fasa cair dengan syarat di bawah ini
N" O
N'#"
<0
4,1
8.4 Kesetimbangan cair-cair bahan kimia banyak
iv. Koefisien aktivitas bahan i dalam fasa cair I 𝛾!,e dan koefisien bahan i dalam fasa cair II 𝛾!,ee
diperoleh dari hubungan energi bebas Gibbs ekses
𝑔V!,f1 = 𝑅𝑇 ln 𝛾! ,
Fasa Cair I
v. Hubungan energi bebas Gibbs ekses dengan fraksi mol bahan dalam masing masing fasa
cair untuk campuran 2 bahan dinyatakan oleh sebuah model Margules berikut
𝑅𝑇 ln 𝛾7 = 𝐴 + 3𝐵 𝑥WW − 4𝐵𝑥WU
𝑅𝑇 ln 𝛾W = 𝐴 − 3𝐵 𝑥7W + 4𝐵𝑥7U Fasa
vi. Maka hubungan untuk kesetimbangan fasa cair I dan fasa cair II untuk bahan i dinyatakan Cair II
untuk campuran 2 bahan berupa bahan 1 dan bahan 2 sebagai berikut
" 6 " 6
95U4 1",x -O41",x 95U4 1",xx -O41",xx
𝑥7,e exp = 𝑥7,ee exp
./ ./
" 6 " 6
9-U4 1!,x 5O41!,x 9-U4 1!,xx 5O41!,xx
𝑥W,e exp ./
= 𝑥W,ee exp ./
8.4.1 Bentuk peta fasa cair-cair terhadap temperatur dan komposisi
campuran dua bahan

Fasa Cair I

Fasa
Cair II
8.4.1 Bentuk peta fasa cair-cair terhadap temperatur dan komposisi
campuran dua bahan

Fasa Cair I

Fasa
Cair II

Figure 11.2-2 The liquid-liquid


phase diagram for methyl ethyl
ketone and water.
8.4.1 Bentuk peta fasa cair-cair terhadap temperatur dan komposisi
campuran dua bahan

Fasa Cair I

Fasa
Cair II
Kasus 8.13
Anda hendak membentuk campuran cair bahan Benzena sebagai bahan 1 dengan bahan Isooktana sebagai bahan 2
pada tekanan 101,33 kPa dan temperatur 200 oC dengan nilai fraksi mol bahan 1 sebagai x1 = 0,25. Besaran energi
Gibbs ekses campuran ini dinyatakan oleh persamaan
𝑔*' = 𝑥" 𝑥# 𝐴 + 𝐵 𝑥" − 𝑥# dimana A=1616 J/mol dan B=-122 J/mol.
Periksa campuran ini apakah berwujud campuran satu fasa cair atau dua fasa cair.

Solusi kasus 8.13.


• 𝑔 = ∑% %
! 𝑥! 𝑔! + 𝑅𝑇 ∑! 𝑥! ln 𝑥! + 𝑔*' ;
𝑔 = 𝑥" 𝑔" + 𝑥# 𝑔# + 𝑅𝑇 𝑥" ln 𝑥" + 𝑥# ln 𝑥# + 𝑥" 𝑥# 𝐴 + 𝐵 𝑥" − 𝑥#
NO
= 𝑔" − 𝑔# + 𝑅𝑇 ln 𝑥" + 1 − 𝑅𝑇 ln 𝑥# + 1 − 2𝐴𝑥" + 2𝐵𝑥" − 3𝐵𝑥"# − 𝐵 + 4𝐵𝑥" − 3𝐵𝑥"#
N'!
N" O " "
= 𝑅𝑇 + − 2𝐴 + 6𝐵 − 12𝐵𝑥"
N'!" 4,1 '! '"
N" O
• Untuk satu fasa cair yang terbentuk, maka N'#"
> 0 sehingga
4,1
" "
𝑅𝑇 + − 2𝐴 + 6𝐵 − 12𝐵𝑥" > 0
'! '"
#P2>89"#8'!
𝑇> ! ! , untuk R= 8.3144 J/(mol K), x1=0,25; x2 =0,75; A=1616 J/mol dan B=-122 J/mol maka
3 9
l! l"
𝑇 > 81,1 K ; Temperatur campuran di atas adalah 200 oC yang lebih besar Tc=81,1, maka campuran hanya
membentuk satu fasa cair.
Kasus 8.14
Tentukan komposisi keseimbangan fasa cair dalam fasa cair I dan fasa cair II untuk campuran 2 bahan berupa
bahan Metil Dietilamina sebagai bahan 1 dan Air sebagai bahan 2 pada temperatur 20 oC dan tekanan 1 Bar.
Hubungan model untuk koefisien aktifitas dinyatakan oleh persamaan
𝑅𝑇 ln 𝛾7 = 𝐴 + 3𝐵 𝑥WW − 4𝐵𝑥WU
𝑅𝑇 ln 𝛾W = 𝐴 − 3𝐵 𝑥7W + 4𝐵𝑥7U
A = 6349 J/mol dan B=-384 J/mol
𝐴 + 3𝐵 = 5197 𝐽/𝑚𝑜𝑙 , 𝐴 − 3𝐵 = 7501 𝐽/𝑚𝑜𝑙 , 4B=-1536 J/mol
Solusi kasus 8.14.
" 6 " 6
95U4 1",x -O41",x 95U4 1",xx -O41",xx
• 𝑥7,e exp = 𝑥7,ee exp ;
./ ./
" 6 " 6
9-U4 1!,x 5O41!,x 9-U4 1!,xx 5O41!,xx
𝑥W,e exp = 𝑥W,ee exp
./ ./
𝑥7,e + 𝑥W,e = 1
𝑥7,ee + 𝑥W,ee = 1
" 6 " 6
P7RQ 7-1!,x 57PUX 7-1!,x P7RQ 7-1!,xx 57PUX 7-1!,xx
• 𝑥7,e exp V,U7OOX 1 WRU
= 𝑥7,ee exp V,U7OOX 1 WRU
;
" 6 " 6
QPN7 7-1",x -7PUX 7-1",x QPN7 7-1",xx -7PUX 7-1",xx
𝑥W,e exp = 𝑥W,ee exp
V,U7OOX 1 WRU V,U7OOX 1 WRU
Kasus 8.14
Tentukan komposisi keseimbangan fasa cair dalam fasa cair I dan fasa cair II untuk campuran 2 bahan berupa bahan Metil Dietilamina sebagai
bahan 1 dan Air sebagai bahan 2 pada temperatur 20 oC dan tekanan 1 Bar. Hubungan model untuk koefisien aktifitas dinyatakan oleh
persamaan
𝑅𝑇 ln 𝛾P = 𝐴 + 3𝐵 𝑥__ − 4𝐵𝑥_`
𝑅𝑇 ln 𝛾_ = 𝐴 − 3𝐵 𝑥P_ + 4𝐵𝑥P`
A = 6349 J/mol dan B=-384 J/mol
𝐴 + 3𝐵 = 5197 𝐽/𝑚𝑜𝑙 , 𝐴 − 3𝐵 = 7501 𝐽/𝑚𝑜𝑙 , 4B=-1536 J/mol
$ % $ %
cPos PVZ!,# RPc`a PVZ!,# cPos PVZ!,## RPc`a PVZ!,##
• 𝑥P,€ exp d,`Pbba Z _o`
= 𝑥P,€€ exp d,`Pbba Z _o`
;
$ % $ %
scrP Z!,# VPc`a Z!,# scrP Z!,## VPc`a Z!,##
1 − 𝑥P,€ exp d,`Pbba Z _o`
= 1 − 𝑥P,€€ exp d,`Pbba Z _o`
_ ` _ `
• 𝑥P,€ exp 2.1333 1 − 𝑥P,€ + 0.63051 1 − 𝑥P,€ = 𝑥P,€€ exp 2.1333 1 − 𝑥P,€€ + 0.6305 1 − 𝑥P,€€ ;
_ ` _ `
1 − 𝑥P,€ exp 3.07906 𝑥P,€ − 0.63051 𝑥P,€ = 1 − 𝑥P,€€ exp 3.07905 𝑥P,€€ − 0.63051 𝑥P,€€
_ `
• 𝑓P 𝑥P,€ = 𝑥P,€€ exp 2.1333 1 − 𝑥P,€€ + 0.6305 1 − 𝑥P,€€
_ `
𝑓P 𝑥P,€ = 𝑥P,€ exp 2.1333 1 − 𝑥P,€ + 0.63051 1 − 𝑥P,€
_ `
𝑓_ 𝑥P,€€ = 𝑥P,€€ exp 2.1333 1 − 𝑥P,€€ + 0.6305 1 − 𝑥P,€€
_ `
𝑓` 𝑥P,€ = 𝑓b 𝑥P,€€ ; 𝑓` 𝑥P,€ = 1 − 𝑥P,€ exp 3.07906 𝑥P,€ − 0.63051 𝑥P,€
_ `
𝑓b 𝑥P,€€ = 1 − 𝑥P,€€ exp 3.07905 𝑥P,€€ − 0.63051 𝑥P,€€
Maka penyelesaian di atas cukup rumit sehigga dengan cara tebakan awal dan trial dan error, hasilnya diperoleh x1,I=0,855, x2,1=0.145,
x1,II=0.101 dan x2,II=0.899
8.4.2 Kesetimbangan cair-cair tiga bahan kimia
i. Fasa cair I berada dalam kesetimbangan dengan fasa cair II dimana masing-masing fasa cair
dibentuk oleh tiga bahan kimia sebagai bahan kimia 1, bahan kimia 2 dan bahan kimia 3
ii. Persamaan kesetimbangan sebagai hubungan fraksi mol dan koefisien aktifitas untuk ketiga
bahan ini adalah Fasa Cair I
𝑥7,e 𝛾7,e = 𝑥7,ee 𝛾7,ee
𝑥W,e 𝛾W,e = 𝑥W,ee 𝛾W,ee
𝑥U,e 𝛾U,e = 𝑥U,ee 𝛾U,ee , Fasa
iii. Hubungan fraksi mol bahan pada masing-masing fasa dinyatakan oleh persamaan Cair II
𝑥7,e + 𝑥W,e + 𝑥U,e = 1
𝑥7,ee + 𝑥W,ee + 𝑥U,ee = 1
8.4.2.1 Diagram terner Kesetimbangan cair-cair Air-Etil Etanoat-Asam
Etanoik
i. Fasa cair I campuran Air (1)-Etil Etanoat (2)-Asam Etanoik (3) berupa fasa cair kaya Air
ii. Fasa cair II campuran Air (1)-Etil Etanoat (2)-Asam Etanoik (3) berupa fasa cair kaya Etil Etanoat
iii. Kesetimbangan fasa cair cair Air (1)-Etil Etanoat (2) -Asam Etanoik (3) ini digambarkan dalam diagram segitiga
terner seperti berikut
v. Komposisi campuran a
dalam fraksi massasebagai
fasa cair I adalah
ω1=0,625; ω2=0,19 dan
ω3=0,185
vi. Komposisi campuran b
Satu fasa dalam fraksi massa sebagai
cair fasa cair II adalah ω1=0,1;
ω2=0,8 dan ω3=0,1

a
I Fas iv. Garis merah putus-putus yang disebut
Cair Dua fasa a Cair b
a II
Fa
s cair sebagai garis tie-line menghubungkan
titik a pada fasa cair I yang setimbang
dengan titik β pada fasa cair II
https://www.redalyc.org/journal/429/42959945004/html/
Kasus 8.15
Diagram terner campuran bahan Air (1)-
Etilen Glikol (2) dan Furfural (3) diberikan
pada gambar sebelah ini.
Tunjukkan dalam gambar ini komposisi
campuran dalm fraksi massa air ω1=0,6
dan fraksi massa Etilen Glikol ω2 = 0,4 dan
fraksi massa furfural ω3=0. Tentukan
wujud fasa cair nya
F
Solusi Kasus 8.15

I
air
aC

Fa
a) Titik campuran dengan fraksi massa

s
Fa

aC
air ω1=0,6 dan fraksi massa Etilen

air
Glikol ω2 = 0,4 dan fraksi massa

II
furfural ω3=0 ditunjukkan sebagai titik
F
b) Fasa cair campuran F adalah fasa cair
satu fasa
Kasus 8.16
Diagram terner campuran bahan Air (1)-Etilen Glikol (2)
dan Furfural (3) diberikan pada gambar sebelah ini.
Campuran cair dengan komposisi campuran dalm fraksi
massa air ω1=0,6 dan fraksi massa Etilen Glikol ω2 = 0,4
dan fraksi massa furfural ω3=0 berjumlah 1 kg.
Furfural murni (3) ditambahkan sebanyak 1 kg ke
campuran di atas. Tentukan komposisi campuran ini dan
tunjukkan posisinya dalam diagram terner. Tentukan juga
wujud fasa nya. Bila campuran berupa dua fasa cair,
tentukan komposisi nya pada kesetimbangan fasa cair I
dan fasa cair II
Solusi Kasus 8.16
a) Campuran F dengan massa 1 kg memiliki m1=0,6 kg F
dan m2=0,4 kg.

I
air
Campuran F dicampurkan dengan

Fas
aCs

a
Fa

Cai
bahan Furfural (3) sebanyak 1 kg

IIr
menghasilkan campuran M. Fraksi
M
massa campuran M adalah
ω1=0,6/(0,6+0,4+1)=0,3
ω2=0,4/(0,6+0,4+1)=0,2
ω3=1/(0,6+0,4+1)=0,5
Kasus 8.16
Solusi Kasus 8.16
b) Campuran M dengan komposisi fraksi massa
ω1==0,3 ; ω2=0,2 dan ω3=0,5 berwujud dua fasa cair
dalam kesetimbangan yang digambar sebagai titik M
pada gambar diagram terner.
c) Gambar kan garis kesetimbangan cair-cair (tie-line)
melalui titik campuran M seperti gambar di sampaikan,
maka titik fasa cair 1 (M1) dan titik fasa cair 2 (M2)
diperoleh.
d) Komposisi fraksi massa fasa cair 1 sebagai campuran M1
diperoleh ω1==0,05 ; ω2=0,08 dan ω3=0,87. F
Komposisi fraksi massa fasa cair 2 sebagai campuran M2 M2

I
air

Fas
aC
diperoleh ω1==0,57 ; ω2=0,33 dan ω3=0,1

a
Fa

Cai
IIr
M
M1
Diagram terner kesetimbangan fasa cair-cair tiga bahan
Diagram terner kesetimbangan fasa cair-cair tiga bahan
Diagram terner kesetimbangan fasa cair-cair tiga bahan

MIBK: Metil isobutil keton


8.5 Kesetimbangan cair-cair-uap bahan kimia banyak
8.6 Kesetimbangan padat-cair bahan kimia banyak
8.7 Kesetimbangan padat-uap bahan kimia banyak
Tugas Pekerjaan 8
Tugas ini dikerjakan dalam waktu 1 minggu. Tugas ini diserahkan setelah 1 minggu
tugas ini diberikan.
Tugas Pekerjaan 8.1
Campuran Benzene dan Toluene dalam fasa cair memiliki kompodisi fraksi mol Benzene
x1=0,33 pada temperatur 100 oC. Tentukan tekanan penguapkan campuran ini. Tentukan
fraksi mol Benzene dalam fasa uap yang diperoleh pada kesetimbangan cair-uap ini.
Pendekatan hukum Raoult dapat diberlakukan.
Tugas Pekerjaan 8.2
Campuran Benzene dan Toluene dalam fasa uap memiliki kompodisi fraksi mol Benzene y1=0,33 pada
temperatur 100 oC. Tentukan tekanan pengembunan campuran ini. Tentukan fraksi mol Benzene dalam fasa
cair yang diperoleh pada kesetimbangan cair-uap ini. Pendekatan hukum Raoult dapat diberlakukan.
Tugas Pekerjaan 8.3
Campuran Benzene dan Toluene dalam fasa cair memiliki kompodisi fraksi mol Benzene x1=0,33
pada tekanan 120 kPa. Tentukan penguapan campuran ini. Tentukan fraksi mol Benzene dalam fasa
uap yang diperoleh pada kesetimbangan cair-uap ini. Pendekatan hukum Raoult dapat diberlakukan.
Tugas Pekerjaan 8.4
Campuran Benzene dan Toluene dalam fasa uap memiliki kompodisi fraksi mol Benzene y1=0,33
pada tekanan 120 kPa. Tentukan tekanan pengembunan campuran ini. Tentukan fraksi mol Benzene
dalam fasa cair yang diperoleh pada kesetimbangan cair-uap ini. Pendekatan hukum Raoult dapat
diberlakukan.
Tugas Pekerjaan 8.5
Campuran Benzene dan Toluene berada pada tekanan 120 kPa dan temperatur 105 oC. Identifikasi wujud
dari campuran ini. Tentukan komposisi fraksi mol Benzene dalam fasa cair dan fasa uap bila campuran ini
berada dalam kondisi kesetimbangan cair-uap. Pendekatan hukum Raoult dapat diberlakukan.
Tugas Pekerjaan 8.6
Konstruksikan diagram fasa cair-uap Pxy untul campuran Benzena dan Etil Benzena pada kondisi
temperatur 90 oC. Pendekatan hukum Raoult dapat diberlakukan.
Tugas Pekerjaan 8.7
Konstruksikan diagram fasa cair-uap Txy untul campuran Benzena dan Etil Benzena pada kondisi tekanan 90
kPa. Pendekatan hukum Raoult dapat diberlakukan.
Tugas Pekerjaan 8.8
Campuran Acetone(1) dan acetonitrile(2) memiliki fraksi mol Acetone sebesar 0,75. Campuran ini berada
pada tekanan P=115 kPa dan temperatur 340 K. Tunjukkan bahwa campuran kondisi ini merupakan
campuran fasa cair dan fasa uap. Tentukan jumlah fasa cair dan fasa uap nya yang terbentuk untuk 1 mol
campuran. Tentukan komposisi bahan pada fasa cair dan pada fasa uap yang dipisahkan dalam kolom
pemisah cair uap. Pendekatan hukum Raoult dapat diberlakukan.
Tugas Pekerjaan 8.9
Campuran ethyl ethanoate(1) dan n-heptane(2) berada pada temperatur 343.15 K. Koefisien aktifitas
bahan 1 dan bahan 2 masing-masing dinyatakan sebagai fungsi fraksi mol bahan sebagai berikut
ln 𝛾7 = 0,95 𝑥WW dan ln 𝛾W = 0,95 𝑥7W
Tekanan kesetimbangan fasa cair uap untuk bahan murni 1 dan 2 adalah 𝑃7,)*+ = 79,8 𝑘𝑃𝑎 dan 𝑃W,)*+ =
40,5 𝑘𝑃𝑎
Perkirakan tekanan didih pada temperatur di atas untuk fraksi mol bahan 1 dalam fasa cair sebesar 0,05.
Tugas Pekerjaan 8.9
Campuran ethyl ethanoate(1) dan n-heptane(2) berada pada temperatur 343.15 K. Koefisien aktifitas
bahan 1 dan bahan 2 masing-masing dinyatakan sebagai fungsi fraksi mol bahan sebagai berikut
ln 𝛾7 = 0,95 𝑥WW dan ln 𝛾W = 0,95 𝑥7W
Tekanan kesetimbangan fasa cair uap untuk bahan murni 1 dan 2 adalah 𝑃7,)*+ = 79,8 𝑘𝑃𝑎 dan 𝑃W,)*+ =
40,5 𝑘𝑃𝑎
Perkirakan tekanan embun pada temperatur di atas untuk fraksi mol bahan 1 dalam fasa uap sebesar 0,05.
Tugas Pekerjaan 8.10
Campuran ethyl ethanoate(1) dan n-heptane(2) berada pada temperatur 343,15 K. Koefisien aktifitas
bahan 1 dan bahan 2 masing-masing dinyatakan sebagai fungsi fraksi mol bahan sebagai berikut
ln 𝛾7 = 0,95 𝑥WW dan ln 𝛾W = 0,95 𝑥7W
Tekanan kesetimbangan fasa cair uap untuk bahan murni 1 dan 2 adalah 𝑃7,)*+ = 79,8 𝑘𝑃𝑎 dan 𝑃W,)*+ =
40,5 𝑘𝑃𝑎
Tentukan komposisi yang memberikan campuran azeotrop untuk temperatur 343,15 K di atas.
Tugas Pekerjaan 8.11
Campuran aseton(1) dan metanol(2) memiliki fraksi mol aseton sebesar 0,25. Campuran ini berada dalam
ruang dengan tekanan 1 Bar. Tentukan temperatur T dalam ruang ini sehingga campuran ini menjadi
campuran dua fasa cair dan uap dimana fraksi mol aseton dalam fasa cair hasil pemisahan dengan fasa
uapnya adalah 0,175. Tentukan juga fraksi mol aseton dalam fasa uapnya. Koefisien aktifitas aseton bahan 1
dan metanol bahan 2 masing-masing dinyatakan sebagai fungsi fraksi mol bahan sebagai berikut
ln 𝛾7 = 0,64 𝑥WW dan ln 𝛾W = 0,64 𝑥7W
Tugas Pekerjaan 8.12
Sebuah campuran cair-cair biner dengan fraksi mol x1 dan x2 mengalami kesetimbangan fasa cair I dan fasa
cair II pada temperatur T dan tekanan P. Energi bebas Gibbs ekses untuk campuran ini memiliki korelasi
dengan fraksi mol bahan dan temperatur T pada persamaan berikut
𝑔f1 = 𝑥7 𝑥W 𝑎 + 𝑏𝑇 dimana a=5000 J/mol dan b=10 J/(mol K)
Energi bebas Gibbs campuran dinyatakan oleh persamaan
𝑔 = 𝑥7 𝑔7 + 𝑥W 𝑔W + 𝑅𝑇 𝑥7 ln 𝑥7 + 𝑥W ln 𝑥W + 𝑔f1
a) Tentukan temperatur kritis Tc dimana T yang lebih besar dari Tc akan membentuk campuran satu fasa
cair dan T<Tc akan membentuk campuran dua fasa cair
b) Tentukan fasa campuran pada temperatur 300 K
c) Tentukan komposisi bahan dalam fasa cair I dan fasa cair II pada temperatur 300 K bilamana campuran
ini merupakan campuran dua fasa cair.
Tugas Pekerjaan 8.13
Air sebanyak 3 kg bercampur dengan hydroxyl methyl
furfural (HMF) sebanyak 2 kg membentuk campuran F.
Campuran F ini ditambahkan dengan n-haxanol sebanyak
5 kg yang membentuk campuran M.
a) Tentukan posisi komposisi campuran F pada diagram
terner Air-HMF-Hexanol
b) Apakah wujud fasa cair campuran F?
c) Tentukan posisi komposisi campuran M pada diagram
terner Air-HMF-Hexanol?
d) Apakah wujud campuran M? Bila wujud campuran
berfasa gabungan fasa cair I dan fasa cair II, tentukan
komposisi ketiga bahan pada fasa cair I dan fasa cair II

Anda mungkin juga menyukai