Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua adalah suatu proses alami yang akan dialami oleh semua

manusia. Secara alamiah, tubuh akan mangalami penurunan fungsi yang

diakibatkan oleh proses menua. Perubahan yang diakibatkan oleh penuaan

ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, penurunan pendengaran,

penglihatan memburuk, gerakan lambat, dan kelainan berbagai fungsi organ

vital (Izhar, 2017; Sari & Kamil, 2017). Lansia adalah suatu proses yang

dialami oleh semua manusia secara alami dan suatu saat akan menjadi tua

yang merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Lansia merupakan makhluk

yang rentan terhadap berbagai masalah. (Sunkudon et al, 2015; Isesreni &

Minropa, 2011).

Biasanya lansia sering mengalami masalah-masalah kesehatan yang

disebabkan oleh proses penuaan, ini mengakibatkan masalah meliputi

masalah fisik, psikologi, sosial, dan spiritual. Kebanyak orang yang sudah

menua merupakan salah satu sebutan untuk manusia yang tidak mampu

melakukan pekerjaan berat, sering merasa kelelahan dan sering terjangkit

penyakit. Apabila sudah sakit-sakitan maka akan banyak gejala yang akan

muncul seperti komplikasi pada ginjal, mata, otak dan jantung, sakit kepala

dan lain-lain. Dengan adanya proses menua masalah yang sering dialami oleh

lansia salah satunya adalah penyakit hipertensi. (Astari & Dyah, 2012;

Agustini, 2015).

1
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang berpacu pada

peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang selalu

mengalami peningkatan apabila terlalu beraktivitas yang dirasa memberatkan.

Hipertensi juga merupakan penyakit degeratif yang muncul tanpa tanda dan

gejala, penyakit Hipertensi merupakan penyakit yang disebut dengan The

Sillent Killer (Pembunuh diam-diam). Kenapa dapat dikatakan demikian,

karena sebagian besar penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

Hipertensi. Hipertensi dapat dicegah dan diobati, namun kenyataannya

meskipun sudah diberikan tindakan seperti pengobatan, tetapi masih banyak

lansia yang mengalami peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun

diastolik. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian obat saja tidak akan cukup,

melainkan harus juga untuk diimbangi dengan berolahraga. Meskipun sudah

diberi berolahraga, tetapi harus sesuai dengan aturannya. (Pratiwi, 2016;

Mayuni, 2013).

Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2013

menunjukkan data orang yang mengidap penyakit Hipertensi, yang diderita

oleh orang dewasa mulai berusia 25 tahun itu sekitar 40%. Hipertensi

merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian hampir

7,5 juta sekitar 12,8% dari seluruh kematian. Salah satunya di negara maju

seperti di negara Amerika Serikat sekitar 33,8% diperkirakan bahwa

pendudukannya banyak yang menderita penyakit Hipertensi dengan

perbandingan laki-laki sekitar 34,8% dan perempuan sekitar 32,8% (Agustini,

2015).

2
Berdasarkan data dari Indonesia di Departemen Kesehatan adalah

sekitar 7,2% dari 31,7% penduduk yang mengerti bahwa dirinya memiliki

penyakit Hipertensi dan diperkirakan bahwa hanya 0,4% penderita yang

minum obat (Agustini, 2015). Menurut Dinas Kesehatan provinsi Sumatera

Selatan bahwa kejadian Hipertensi pada tahun 2009 sampai 2011 mengalami

kenaikan dari 35.820 menjadi 37.128 (53,36% menjadi 54,11%). Di kota

Ogan Ilir pada tahun 2013 sampai 2015 juga mengalami kenaikan pesat dari

63.406 sampai 79.192 orang (Pratiwi, 2017).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang didapatkan dari wawancara

singkat pada tanggal 5 Oktober 2018 di Desa Pakisaji Kecamatan Pakisaji

Kabupaten Malang, hasil wawancara dengan perawat Puskesmas Pakisaji

terdapat lansia yang memiliki penyakit Hipertensi sebanyak 84 lansia, ada

beberapa dari para penderita yang sudah diberikan obat untuk Hipertensinya.

Lansia yang mengikuti senam lansia sebanyak 50 orang, hasil survey

terhadap 10 orang yang mengikuti senam lansia didapatkan bahwa 5 orang

menyatakan ada perubahan 5 orang menyatakan seperti biasanya saja setelah

melakukan senam lansia setelah senam lansia.

Upaya untuk menangani Hipertensi adalah dengan cara menerapakan 2

terapi yaitu farmakologi dan non-farmakologi. Terapi farmakologi (terapi

obat) ini dapat berfungsi untuk menurunkan tekanan darah, dilain sisi terapi

obat ini juga dapat menurunkan resiko penyakit seperti jantung iskemik dan

stroke. Sedangkan untuk terapi non-farmakologi (tanpa obat) ini dengan cara

berolahraga secara teratur selama 2-4x/minggu selama 15-45 menit secara

teratur (Sari & Kamil, 2017; Agustini, 2015).

3
Senam lansia merupakan suatu gerakan yang sudah teratur, terarah dan

terencana yang dianjurkan oleh semua lansia yang dapat berpengaruh pada

fisik lansia. Senam ini dibuat oleh Menteri Negara Pemuda, dengan latihan

senam ini, kerja jantung akan bertambah jika melakukan senam secara taratur

maka akan memberikan dampak baik pada lansia dalam tekanan darahnya

senam ini dianjurkan untuk lansia agar dapat meningkatkan ketahanan

jantung, kekuatan dan kelemahan otot (Pratiwi, 2016; Isesreni & Minropa,

2012; Mahanani & Kurnia, 2016).

Senam lansia ini dapat bermanfaat diantaranya adalah untuk

meningkatkan kesegaran jasmani, mencegah pengeroposan tulang,

melancarkan sirkulasi darah, mendorong jantung bekerja secara optimal,

memperkuat otot, membakar kalori, mengurangi stress dan mampu

menurunkan tekanan darah. Senam ini juga merupakan salah satu cara yang

dapat menurunkan tekanan darah 5-10 mmHg baik pada tekanan sistolik

maupun diastolik jika dilakukan secara teratur. Tidak hanya itu senam ini

juga dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen yang

dibutuhkan oleh tubuh (Agustini, 2015; Astari & Dyah, 2012).

Hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Margiyati &

Sukartini (2010) senam lansia dapat memberikan pengaruh pada tekanan

darah dan dapat pula untuk mempengaruhi stabilitas nadi (sistolik dan

diastolik), pernafasan. Hasil penelitian Astari (2013), didapatkan setelah

diberikan senam, rata-rata penderita mengalami penurunan tekanan sistolik

21,67 mmHg dan diastolik 12,50 mmHg (Trisnanto, 2016; Sunkudon et al,

2015). Hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh peneliti Dito

4
(2016), didapatkan saat pemberian senam lansia selama 3x pertemuan

tehadap 16 responden, 14 responden mengalami penurunan pada sistolik

maupun diastolik selama 3x pertemuan, sedangkan 2 responden 1 responden

mengalami sistolik menurun diastolik tetap selama 3x pertemuan dan 1

responden mengalami sistolik tetap dan diastolik menurun selama 3x

pertemuan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Efektivitas Senam Lansia Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut yaitu, “Adakah Senam Lansia Efektif Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di Lapangan Pakisaji

Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang?”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk dapat mengetahui Efektivitas Senam Lansia Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di Lapangan

Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tekanan darah sebelum dilakukan senam lansia.

2. Mengidentifikasi tekanan darah sesudah dilakukan senam lansia.

5
3. Menganalisis Efektivitas Senam Lansia Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pada Lansia di Lapangan Pakisaji Kecamatan

Pakisaji Kabupaten Malang.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dengan melakukan senam lansia diharapkan dapat dimanfaatkan

sebagai refrensi untuk meningkatkan kesehatan tentang hipertensi dan

sekaligus dapat menambah wawasan mengenasi hipertensi agar dapat

diterapkan dikehidupan sehari-hari.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Penelitian ini bisa menjadi salah satu pedoman dan motovasi untuk

klien dalam pengontrolan tekanan darah rutin dan untuk melakukan

senam lansia untuk dapat menurunkan tekanan darah dan

meningkatkan aktivitas responden diwaktu luang.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

pengalaman langsung yang akan dilakukan untuk praktik lahan

nantinya.

c. Bagi Instansi Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi kesehatan

keperawatan dalam meningkatkan pelayanan dana pengelolahan

hipertensi terutama pengetahuan tentang hipertensi dan senam lansia.

6
d. Bagi Lahan Penelitian

Memberikan pengetahuan tentang pelayanan dana pengelolahan

hipertensi dengan cara memberikan simulasi kepada klien.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi untuk peneliti

selanjutnya.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan agar

tercapainya tujuan yang meliputi waktu, tenaga, dan biaya. Dari identifikasi

masalah yang dihasas diatas, terdapat permasalahan yang muncul. Maka

dalam penelitian ini diambil masalah Efektivitas Senam Lansia Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di Lapangan

Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP LANSIA

2.1.1 Pengertian Lansia

Lansia merupakan proses tahap akhir yang akan dialami oleh

semua umat manusia di dunia (Supriadi, 2015). Lansia bukanlah

sebuah penyakit, melainkan suatu proses kehidupan manusia yang

ditandai dengan adanya penurunan fungsi kemampuan tubuh pada

lansia untuk beradaptasi pada lingkungan sekitar (Moniaga et al,

2013). Lansia menurut UU RI No 13 tahun 1998 dalam Indriana dkk

(2010), adalah sekelompok manusia yang sudah mulai memasuki

umur dari 60 tahun samapai keatas (Seke et al, 2016).

Menurut para ahli psikologis, kehidupan manusia dibagi

menurut perkembangan fisik dan psikologis masing-masing. Hal ini

disebutkan oleh ( Chaplin, 1998 dalam Supriadi, 2015) sebagai

berikut :

1. Usia 0-1 tahun disebut masa bayi.

2. Usia 1-12 tahun disebut masa kanak-kanak.

3. Usia 12-21 tahun disebut masa remaja.

4. Usia 21-65 tahun disebut masa dewasa.

5. Usia 65 tahun ke atas disebut lansia (lanjut usia).

Hal di atas merupakan tahap perkembangan suatu proses

yang akan berlangsung kehidupan sepanjang hayat manusia yang

8
dimulai dari awal manusia itu lahir sampai berakhirnya pada masa

lansia (Supriadi, 2015).

Menurut (Wauran, 1981 dalam Supriadi, 2015), secara umum

seseorang dapat dikategorikan lansia apabila terdapat 3 segi, yaitu :

1. Tua berdasarkan umurnya.

2. Tua berdasarkan emosi, perasaan dan tingkah lakunya.

3. Tua berdasarkan pola pikirnya

2.1.2 Batasan Lansia

Menurut (Supriadi, 2015), World Healt Organization (WHO),

telah membagi lansia berdasarkan batasan umur masing-masing

kelompok lansia sebagai berikut :

1. Usia 40-60 tahun disebut usia pertengahan (middle age).

2. Usia 60-75 tahun disebut lanjut usia (elderly).

3. Usia 75-90 tahun disebut lanjut usia tua (old).

4. Usia 90 tahun disebut sangat tua (very old).

2.1.3 Perubahan Lansia

Pada era perkembangan manusia sebelumnya, lansia memiliki

ciri khas sendiri sebagai tanda untuk proses menuanya sendiri. Ciri

khasnya sendiri terdiri dari perubahan yang sering dialami oleh

lansia yang dapat dilihat dari sudut fisik, mental dan keberadaanya di

lingkungan sekitarnya (Supriadi, 2015).

Dengan perubahan yang sering dialami oleh lansia, maka

lansia dapat menjadi golongan yang akan dinomor duakan di

lingkungan sekitarnya. Lebih lanjutnya, Hurlock telah

9
mengelompokkan berdasarkan perubahan-perubahan yang dialami

para lansia (Supriadi, 2015) sebagai berikut :

a. Adanya perubahan pada fisik lansia, hal ini di kelompokkan

dengan beberapa perubahan, antara lain :

1) Perubahan pada penampilan lansia,

Perubahan ini akan dialami oleh semua orang yang

menuju tua, tetapi tidak pada semua lansia sama. Namun

tanda-tanda yang dialami oleh lansia kebanyakan memiliki

kesamaan, seperti pada area kepala, raut wajah, daerah tubuh,

dan otot atau persendian lansia. Perubahan yang dialami lansia

ini menunjukkan bahwa lansia mengalami kemunduruan fisik.

2) Perubahan pada bagian badan.

Perubahan ini pada bagian ini dapat dilihat dari

perubahan sistem pada bagian otak, hal ini dapat dikatakan

bahwa perubahan sistem cerebral dapat menurunkan

kemampuan atau kecepatan belajar yang intelektual.

3) Perubahan pada fungsi organ tubuh.

Pada dasarnya perubahan ini dapat memberikan efek

pada lansia seperti dapat meningkatkan denyut nadi dan

tekanan darah dan dapat mengurangi jumlah waktu tidur dan

kandungan kreatin. Dari beberapa efek diatas dapat dikatakn

bahwa lansia telah mengalami perubahan pada segi fisiknya.

10
4) Perubahan pada panca indra.

Pada perubahan ini, seluruh fungsi organ pada alat

pengindraan akan mengalami kemunduran, seperti daya

kepekaan akan berkurang dan bekerja tidak efisien. Tidak

hanya itu, lansia yang mengalami perubahan panca indra yang

dimiliki akan menurun seperti kemampuan penglihatan,

pendengaran, perasa, perabaan, dan penciuman akan mulai

menurun.

5) Perubahan seksual.

Pada perubahan ini, umumnya lansia akan mengalami

perubahan konsep reproduksinya, pada wanita saat sudah

mengalami masa menopouse dan pria mengalami masa

klimaterik.

6) Perubahan suasana hati.

Timbulnya perubahan ini dipengaruhi oleh beberapa

aspek sikap lansia sendiri. Hal ini dapat dilihat dari sikap atau

perilaku yang dilakukan lansia secara tiba-tiba seperti marah-

marah, ingin sendiri dan lain-lain. Sikap itu memang sudah

sewajarnya untuk para lansia, tetapi penyebab dari sikap

tersebut adalah karena kurang dukungan atau perhatian yang

harus diberikan kepada para lansia.

b. Perubahan kemampuan motorik pada lansia.

Perubahan pada hal ini diakibatkan oleh adanya perubahan

fisik dan fisiologis, sehinggan dari akibat tersebut dapat

11
menyebabkan menurunnya kekuatan dan tenaga, dan dari segi

psikologis dapat merasa rendah diri, kurang motivasi dan lain-

lain. Perubahan ini memiliki efek besar pada penyesuaian diri dan

sosial pada lansia.

c. Perubahan kemampuan mental pada lansia.

Pada perubahan ini dapat menimbulkan kemunduran

kemampuan mental pada masing-masing landia, hal ini dapat

disebabkan bila ada perasaan negatif yang dirasakan. Lansia

memiliki perbedaan pola dan intelektualnya yang pernah

dialaminya. Meskipun lansia memiliki intelektual yang lebih

tinggi dari yang lain, secara relatif penurunan efisien mental lebih

rendah dari pada mereka yang mempunyai pengalaman

intelektual meskipun rendah, ini diakibatkan karena tingkat

penurunan mental berbeda-beda setiap orang.

d. Perubahan minat pada lansia.

Perubahan ini memiliki ciri khas untuk memasuki lansia,

sebab perubahan ini mempunyai hubungan dengan keberhasilan

penyesuai lansisa tersebut. Penyesuaian ini juga dipengaruhi oleh

perubahan minat dan keinginan agar mendapatkan kebahagiaan

tersendiri.

2.1.4 Permasalahan Lansia

Secara umum, lansia cenderung banyak mengalami masalah,

terutama masalah pada kesehatannya. Masalah kesehatan yang

sering dialami lansia tersebut diakibatkan dengan adanya penurunan

12
fungsi tubuh sehingga mengakibatkan proses penuaan. Beberapa

masalah kesehatan yang tersering dialami oleh para lansia ialah

masalah pada sistem kardiovaskuler seperti jantung dan pembuluh

darah. Menurut (Martono & Pranaka, 2009) oleh karena itu, apabila

lansia sudah mengalami masalah kesehatan terutama pada sistem

kardiovaskuler, lansia harus direkomendasikan untuk selalu

melakukan pemeriksaan secara rutin agar dapat meminimalisir

masalah pada sistem kardiovaskuler khususnya pada lansia yang

mengalami atau menderita penyakit Hipertensi (Astari & Dyah,

2012).

Permasalahan-permasalahan yang dialami lansia tidak hanya

masalah penyakit saja, melainkan dapat disebabkan karena adanya

perubahan-perubahan pada manusia yang akan mengalami proses

penuaan. Menurut pandangan (Supriadi, 2015) beberapa masalah

yang dialami lansia selain permasalahan penyakit adalah sebagai

berikut :

a. Permasalahan pekerjaan.

Dengan perubahan yang dialami oleh lansia, pada

permasalahan pekerjaan ini tugas yang akan dilakukan oleh lansia

akan dipindahkan ke generasi muda yang ada, hal ini disebabkan

karena ketika seseorang sudah memasuki lansia maka aktivitgas

fisik nya akan berkurang dapat dikatakan bahwa lansia cenderung

lebih lamban, akibatnya lansia merasa bahwa dirinya sudah tidak

berguna dalam segala hal terutama dalam hal pekerja.

13
b. Permasalahan minat.

Dalam permasalahan ini, minat lansia untuk segala hal

mengalami penurunan terutama dalam penyesuaian diri di dalam

lingkungan sekitarnya, hal ini disebabkan karena adanya

penurunan kemampuan fisik, mental dan sosial maka, lansia

merasa bahwa dirinya sudah tidak pantas untuk melakukan apa-

apa ataupun mencoba hal-hal baru.

c. Isolasi dan kesepian.

Permasalahan ini membuat lansia merasa bahwa dirinya

seperti terisolasi di lingkungannya. Akibatnya lansia akan sulit

melakukan penyesuaian diri dengan cara apapun seperti cara

berpikir dan gaya baru dari generasi muda. Jarak antar keluarga

dan lansia dapat menjadi salah satu faktor yang membuat lansia

hidup seperti sebatang kara.

d. Disinhibisi.

Semakin tua maka kemampuan yang dimiliki oleh lansia

akan berkurang dalam mempertahankan diri dalam segala hal,

sehingga suatu masalah yang seharusnya sudah tidak perlu

dipermasalahkan harus menjadi masalah yang tidak bisa

terlupakan oleh lansia, hal ini dikarenakan lansia bereaksi dengan

emosinya.

14
e. Peranan iman.

Berkurangnya kemampuan fisik atau mental yang dialami

oleh lansia, mereka tidak akan membenci dan merasa takut akan

hari akhir yang akan datang, ini merupakan satu komponen

dimana lansia harus meningkatkan keagamaan yang dipercaya.

Tidak semua lansia ketika mendengar tahap akhir kehidupan

merasa tentram dalam menghadapi dan menyongsong kehidupan

didunia. Permasalahan ini datang apabila keimanan lansia sendiri

sudah lemah dalam menyongsongnya, maka lansia akan merasa

takut dan khawatir karena keimanan mereka tidak.

2.2 KONSEP HIPERTENSI

2.2.1 Definisi Hipertensi

Menurut (Udjianti, 2011), Hipertensi ialah salah satu penyakit

yang dapat mengakibatkan peningkatan abnormal tekanan darah dan

pembuluh arteri yang secara terus-menerus dalam suatu frekuensi

waktu. Akhirnya Hipertensi dapat menambah kerja jantung dan

arteri, apabila hal ini berkelanjutan maka akan dapat menimbulkan

kerusakan pada jantung dan pembuluh darahnya (Pratiwi, 2017).

Hipertensi merupakan penyakit degeneratif, dapat dikatakan

degeneratif karena Hipertensi muncul tanpa gejala atau komplikasi,

Hipertensi juga dikenal dengan The Silent Killer atau dengan kata

lain adalah pembunuh diam-diam, karena kebanyak orang atau

penderitanya tidak mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit

Hipertensi (Trisnanto, 2016; Pratiwi, 2017).

15
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Penyakit Hipertensi ini dibagi menjadi 2 berdasarkan

penyebabnya dan bentuk menurut (Willy, 2018), yaitu :

Berdasarkan Penyebab :

a. Hipertensi Primer / Hipertensi Esensial adalah Hipertensi yang

masih tidak diketahui asal ataupun usul penyebabnya.

b. Hipertensi Sekunder / Hipertensi Non-Esensial merupakan

Hipertensi ada penyebabnya dari bermacam kondisi yang dialami

meliputi : (Penyakit ginjal, Kehamilan, Penyakit kelenjar tiroid,

Tumor kelenjar adrenal, Kelainan bawaan pada pembuluh darah,

Kecanduan alkohol, Penyalahgunaan NAPZA, Gangguan

pernapasan yang terjadi saat tidur (Sleep Apnea), Konsumsi obat-

obatan tertentu, seperti obat (penurun panas, pereda rasa sakit,

obat batuk pilek, atau pil KB).

Berdasarkan Bentuk, menurut (Infodatin Hipertensi, 2014) sebagai

berikut :

a. Hipertensi diastolik (Diastolik Hypertension).

b. Hipertensi campuran (sistol dan diastolik yang meninggi).

c. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension).

16
2.2.3 Klasifikasi Tekanan Darah

a. Tabel : (2.2.3:4) Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Joint

National Comitte (JNC) VIII

Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Pra Hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Stadium 1 140-159 90-99

Hipertensi Stadium 2 > 160 > 100

Jadi, menurut JNC 8 – Joint National Comittee 8, tekanan

darah normal ialah kurang dari 120/80 mmHg. (Nerslicious, 2018).

2.2.4 Jenis-Jenis Hipertensi

Menurut (InfoDatin Hipertensi, 2014; Sardjito, 2018) jenis

Hipertensi terbagi menjadi 2, yaitu :

a. Hipertensi Pulmonal.

Hipertensi pulmonal adalah salah satu penyakit yang dapat

ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah pada

pembuluh darah arteri di paru-paru, sehingga dapat menyebabkan

dada teras sesak (sesak nafas), pusing dan ada yang sampai

pingsan pada saat melakukan aktivitas. Hipertensi Pulmonal ini

akan menjadi hipertensi berat apabila dilihat dari penyebabnya.

Hal ini ditandai dengan adanya penurunan toleransi saat

beraktivitas dan dapat menyebabkan gagal jantung bagian kanan

(Infodatin Hipertensi, 2014).

17
Hipertensi ini sering dijumpai pada mayoritas usia muda

dan pertengahan, dan sering juga ditemukan pada mayoritas

wanita dengan perbandingan 2:1. Kejadian penyakit Hipertensi ini

setiap tahunnya dapat menduduki hingga sekitar 2-3 kasus setiap

1 juta penduduk. Karakteristik pada hipertensi ini ialah, apabila

tekanan darah pada sistolik arteri lebih dari 35 mmHg atau arteri

lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada

saat beraktivitas atau tidak ada kelainan katup pada jantung kiri,

penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak ada

kelainan paru-paru (Sardjito, 2018).

b. Hipertensi pada Kehamilan

Hipertensi pada jenis ini mempunyai 4 jenis hipertensi yang

lazim ada pada orang hamil menurut (Infodatin Hipertensi, 2014)

adalah sebagai berikut :

1. Pre-Eklampsia-Eklampsia atau nama lain dari hipertensi yang

disebabkan oleh adanya kehamilan/kehamilan yang biasanya

ditandai dengan adanya tekanan darah yang meninggi dan ada

kelainan pada air kensing ibu hamil. Pre-Eklampsi ini timbul

dengan adanya tanda dari hipertensi, edema dan proteinuria

yang timbul karena adanya kehamilan.

2. Hipertensi kronik ialah hipertensi yang diderita ketika sebelum

sang ibu mengandung.

3. Pre-Eklampsia pada hipertensi kronik adalah gabungan pre-

eklampsia dengan hipertensi kronik.

18
4. Hipertensi gestasional atau hipertensi sesaat.

Kehamilan dengan hipertensi sebenarnya masih belum jelas

sebab dan akibatnya. Beberapa orang mengemukakan bahwa

hipertensi saat mengandung disebabkan karena adanya kelainan

pembuluh darah, faktor diet, faktor keturunan dan lain sebagainya

(Infodati Hipertensi, 2014).

2.2.5 Etiologi Hipertensi

Hipertensi ialah salah satu penyakit yang diakibatkan oleh

gaya hidup setiap penderita, tetapi hipertensi bukanlah penyakit yang

menular (non-infeksi) (Roza, 2016). Sebenarnya gaya hidup adalah

faktor paling penting dalam kehidupan, tetapi gaya hidup yang tidak

sehat ialah faktor yang dapat menyebab terjadinya Hipertensi,

meliputi : pada makanan, aktivitas fisik, stress, merokok (Suoth et

al, 2014).

Selain beberapa penyebab diatas, dibawah ini akan

menjelaskan tentang beberapa faktor yang dapat meningkatkan

resiko seseorang akan menyandang penyakit Hipertensi, (Willy,

2018) antara lain :

1. Usia.

Merupakan salah satu penyebab Hipertensi yang ditandai dengan

adanya pertambahan usia. Semakin usia bertambah, maka resiko

terkena penyakit Hipertensi akan semakin besar. Pada pria

umumnya terkena penyakit Hipertensi adalah ketika umur sudah

19
memasuki usia 45 tahun dan pada wanita ketika memasuki usia

65 tahun.

2. Keturunan.

Hipertensi lebih banyak dialami oleh keturunan dari keluarga

yang pernah memilik riwayat penyakit Hipertensi.

3. Obesitas.

Dengan mengalami peningkatan berat badan, maka dapat

mengakibatkan asupan nutrisi dan oksigen yang mengalirkan sel

melewati pembuluh darah akan meningkatkan. Hal ini dapat

menyebabkan tekanan di pembuluh darah dan jantung akan

mengalami peningkatan.

4. Konsumsi Tinggi Garam dan Rendah Kalium.

Konsumsi asupan makan yang tidak seimbang, maka dapat

menyebabkan tingginya natrium dalam darah, sehingga cairan

tertahan dan meningkatkan tekanan pembuluh darah.

5. Kurang Aktivitas dan Olahraga.

Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung,

ketika denyut jantung mengalami peningkatan, maka beban kerja

jantung semakin besar untuk memompa darah. Kurangnya

aktivitas dan olahraga ini dapat menyebabkan terjadinya obesitas

yang juga merupakan risiko terkenan penyakit Hipertensi.

6. Merokok.

Rokok mengandung bahan zat kimia, yang mana ketika terlalu

banyak mengkonsumsi rokok bisa membuat pembuluh darah akan

20
menyempit, hal ini dapat berefek meningkatkan tekanan darah

dan jantung.

2.2.6 Komplikasi Hipertensi

Menurut (Willy, 2014), Hipertensi bila tidak segera ditindak

lanjuti, ini bisa merusak pembuluh darah dan organ tubuh lainnya

dan bila tidak segera diobati, maka penyakit hipertensi ini dapat

mangkibatkan penyakit-penyakit serius menurut antara lain :

a. Aterosklerosis.

Hipertensi dapat memicu pengerasan pada pembuluh darah arteri,

lalu dapat menyebabkan penumpukan lemak pada dinding

pembuluh darah. Aterosklerosis ini dapat menyebabkan serangan

jantung, stroke, dan penyakit arteri perifer (Willy, 2014).

b. Kehilangan penglihatan (Buta)

Pada keadaan ini disebabkan karena adanya suatu penebalan dan

penyempitan pembuluh darah pada area mata.

c. Gagal ginjal

Hipertensi dapat memicu terjadinya penyempitan pembuluh darah

di ginjal

d. Gagal jantung

Hipertensi dapat memicu kerja jantung secara berlebih untuk

memompa darah ke seluruh tubuh.

e. Demensi Vaskuler

Hipertensi dapat mengakibatkan gangguan pada aliran ke otak.

f. Terbentuknya Aneurisma.

21
Peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah

menjadi melemah dan melebar. Bila keadaan ini tidak segera

ditangani, maka pembuluh darah akan pecah dan dapat

mengakibatkan pada kematian.

2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Hipertensi dapat disebut dengan penyakit multifaktorial,

karena penyakit ini muncul dengan beberapa faktor. Salah satu cara

yang dapat mencegah dan mengontrol penyakit ini ialah dengan cara

berolahraga secara teratur. Tetapi, beberapa peneliti mengemukakan

bahwa dengan cara mengkolaborasikan antara terapi farmakologi

dan non-farmakologi akan sangat membantu dalam penurunan

tekanan darah, pengkolaborasian antara kedua terapi ini juga dapat

untuk menurunkan resiko terjadinya stroke dan jantung iskemik.

Pada terapi farmakologi ini juga dapat diberikan obat anti hipertensi,

dan untuk terapi non-farmakologi dapat diberikan olahraga, olahraga

yang diberikan dapat berupa senam lansia secara teratur (Sari &

Kamil, 2017).

Beberapa cara pencegahan pada terapi non-farmakologis diatas

yang paling sering dianjurkan untuk para penderita hipertensi

terutama pada para lansia adalah melakukan aktivitas fisik / senam.

Olahraga merupakan upaya yang paling baik yang dapat dilakukan

oleh penderita hipertensi terutama pada lansia, karena dengan

dilakukannya olahraga bertujuan agar aliran darah yang mengalir

didalam tubuh menjadi lancar. Pada lansia, hal ini dapat membantu

22
kekuatan pompa jantung agar bertambah sehingga aliran darah dapat

mengalir secara lancar (Izar, 2017).

Olahraga dan latihan gerak ini dianjurkan untuk dilakukan

secara teratur 2-4x/minggu lamanya kurang lebih 15-45 menit.

Olahrag ini dapat berfungsi mencegah masalah yang dapat

menyebabkan perubahan fungsi tubuh, dan olahraga ini juga sangat

penting untuk penanggulangan hipertensi selain dengan

mengkonsumsi obatnya (Agustini, 2015).

Adapun makanan yang harus dihindari untuk menanggulangi

penyakit hipertensi ini menurut (Infodatin Hipertensi, 2014) adalah

sebagai berikut :

1. Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh yang tinggi,

meliputi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, dan gajih) makanan

yang dapat menghasilkan minyak didalam tubuh secara

berlebihan.

2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium,

seperti (biskuit, crackers, keripik dan makanan kering yang asin).

3. Makanan dan minuman kaleng, seperti (sarden, sosis, korned, soft

drink) makanan yang seperti siap saji.

4. Makanan yang diawetkan, seperti (dendeng, abon, ikan asin

(klotok), udang kering, telur asin, selai).

5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonaise, serta

sumber protein mengandung kolesterol tinggi, seperti daging

merah (kambing/sapi), kuning telur, kulit ayam.

23
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, saus tomat, saus sambal,

tauco serta bumbu penyedap lain yang mengandung garam

natrium (penyedap).

7. Makanan yang mengandung alkohol, seperti durian dan tape.

Menjalani gaya hidup sehat dengan mengkonsumsi obat anti

hipertensi bagi penderita hipertensi, bisa menjadi salah satu langkah

yang efektif untuk mencegah hipertensi. Penyakit hipertensi ini dapat

memberikan resiko komplikasi kepada penderita, seperti serangan

jantung dan stroke, hal ini akan menentukan obat yang akan

dikonsumsi. Prinsip pengobatan hipertensi yang dapat dilakukan ada

2, menurut (Willy, 2018), yaitu :

1. Perubahan Pola Hidup.

Dengan mengubah pola hidup dari tidak sehat menjadi

sehat, dapat juga untuk menurunkan tekanan darah dalam waktu

yang bertahap, pola hidup yang meliputi :

a. Mengadopsi pola diet DASH (Dietary Approaches to Stop

Hypertension), yaitu banyak konsumsi makanan seperti buah,

sayur, susu rendah lemak, gandum, kacang-kacangan.

b. Kurangi konsumsi garam menjadi kurang dari 1 sendok teh

setiap harinya.

c. Perbanyak aktivitas fisik dan olahraga.

d. Menurunkan berat badan (dari obesitas sampai menjadi berat

badan yang ideal).

e. Kurang merokok (berhenti merokok).

24
f. Kurangi konsumsi makanan dan minuman yang banyak

mengandung alkohol dan tinggi kafein seperti kopi, teh dan

minuman yang mengandung soda.

g. Melakukan terapi relaksasi, seperti senam seperti yoga, lansia

terutama pada lansia yang menderita hipertensi tersebut.

Hal diatas, bisa dilakukan tanpa dengan memperbanyak

konsumsi obat anti hipertensi, karena dengan mengubah pola

hidup sehat tersebut dapat berfungsi untuk menjaga kesehatan

tubuh serta menurunkan tekanan darah.

2. Penggunaan Obat-Obatan.

Tertapi ada beberapa kasus yang mengemukakan bahwa

penyakit hipertensi harus diimbangi dengan mengkonsumsi obat.

Tetapi, obat bisa diturunkan dosisnya apabila tekanan darah

penderita sudah mendekati normal dengan cara mengubah gaya

hidupnya. Sebenarnya obat anti hipertensi penting dikonsumsi

bagi penderita dan memberitahu kepada dokter apabila terdapat

efek samping ketika mengkonsumsi. Dibawah ini akan dijelaskan

tentang obat-obatan yang dipakai untuk menangani hipertensi,

dengan melakukan terapi relaksasi sepeti terapi relaksasi atau

meditasi untu mencegah stress.

a. Diuretik.

Obat ini berfungsi untuk membuang konsumsi garam berlebih

didalam tubuh dan cairan tubuh melewati urine (obat

hydrochlorothiazide).

25
Obat diuretik ini terbagi menjadi 2, yaitu :

1) Diuretik Tiazid, obat ini dianjurkan untuk hipertensi ringan

sampai sedang, obat ini biasanya diberikan secara

bersamaan dengan obat anti-hipertensi.

2) Diuretik Non-Tiazid

Obat anti-hipertensi ini bila diberikan dengan dosis rendah

(2,5 mg/hari) berguna untuk mengobati hipertensi esensial,

obat ini berfungsi untuk mengurangi sympathetic outflow

dari syaraf autonom.

b. Antagonis Kalsium.

Obat ini biasa diberikan untuk angina pektoris dan hipertensi.

berfungsi untuk memblokir input ion kalsium kedalam sel,

sehingga mengakibatkan terjadinya dilatasi koroner dan

penurun tahan perifer dan koroner dan dapat juga berfungsi

sebagai penurunan tekanan darah dengan cara pelebaran

pembuluh darah di dalam tubuh (obat amlodipine dan

nifedipine).

c. Beta Blocker.

Obat ini juga sama berfungsi seperti Antagonis Kalsium, sama-

sama dengan cara melebarkan pembuluh darah, dan obat ini

juga berfungsi untuk memperlambat detak jantung (obat

atenolol dan bisoprolol).

26
d. ACE Inhibitor.

Obat ini berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dengan

cara membuat dinding pembuluh darah menjadi lebih rileks

(obat captopril dan ramipril).

e. Angiotensin-2 Receptor Blocker (ARB).

Obat ini mempunyai fungsi yang sama dengan ACE Inhibitor,

yaitu membuat pembuluh darah menjadi rileks, namun kedua

obat ini tidak boleh diberikan secara bersamaan antar obat

ACE Inhibitor dan Angiotensi-2 Receptor (ARB) (obat

losartan dan valsartan).

f. Penghambat Renin.

obat ini berfungsi sebagai penghambat kerja renin, ialah enzim

dari hasil ginjal hal ini befungsi untuk menaikkan tekanan

darah (obat aliskiren).

2.3 KONSEP SENAM LANSIA

2.3.1 Definisi Senam Lansia

Senam lansia adalah suatu gerakan yang bernada yang sudah

teratur, terarah dan terencana yang biasanya diberikan kepada para

lansia yang tidak memberatkan bagi mereka, senam ini berupa

latihan fisik yang bisa dilakukan secara individu atau pun kelompok,

senam ini dapat berefek terhadap kemampuan fungsional raga dan

fisik setiap lansia. Senam yang diperuntukkan untuk para lansia ini

berguna untuk semua otot dan persendian bagi para lansia yang

27
kurang aktivitas fisiknya (Pratiwi, 2017; Trisnanto, 2016; Sari &

Kamil, 2017).

Senam lansia ini merupakan aktivitas fisik yang sangat mudah

untuk dilakukan dan tidak memberatkan bagi lansia. Senam lansia

ini sangat berguna sekali untuk para lansia yang berfungsi untuk

menjaga kesehatan tubuh mereka dan menjaga kestabilan tekanan

darah mereka agar tetap didalam batas normal, apabila dilakukan

secara rutin. Senamlansia ini dapat membantu tubuh agar tetap bugar

dan segar, karena senam ini dapat melatih semua tulang agar kuat

dan dapat menghilangkan radikal bebas yang berada di dalam tubuh

para lansia. (Setiawan et al, 2014; Astari & Dyah, 2012; Mahanani &

Kurnia, 2016; Pratiwi, 2017)

Senam ini dibuat oleh Mentri Negara Pemuda, hal ini

merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan lansia dengan

jumlah yang terus mengalami pertambahan setiap tahunnya, maka

senam ini harus dilakukan secara benar, teratur dan terukur.

Olahraga atau senam ini sangat dianjurkan bagi lansia untuk

mencegah terkenannya penyakit kronis seperti hipertensi jika

dilakukan secara rutin. Senam ini sebaiknya dilakukan atau diberikan

kurang lebih tiga kali seminggu dengan frekuensi waktu secara

bergantian (Isesreni & Minropa, 2012; Trisnanto, 2016; Sunkudon et

al, 2015; Mayuni, 2013).

28
2.3.2 Manfaat Senam Lansia

Senam ini mempunyai beberapa manfaat bagi lansia terutama

lansia yang menderita penyakit hipertensi, antara lain mampu

mendorong jantung bekerja secara optimal tanpa ada beban yang

berlebihan, meningkatkan metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen

yang diperlukan untuk tubuh, meningkatkan kesegaran jasmani dan

kesehatan menjadi lebih baik. Senam ini juga dapat berfungsi untuk

menurunkan rasa cemas, stres, dan tingkat depresi, penurunan ini

akan menstimulasi kerja sistem saraf perifer terutama parasimpatis

yang menyebabkan vasodilatasi penampang pembuluh darah yang

berakibat terjadinya penurunan tekanan darah sistolik ataupun

diastolik (Agustini, 2015; Astari & Dyah, 2012; Mahanani & Kurnia,

2016; Moniaga et al, 2013).

Senam lansia ini dapat berfungsi untuk menurunkan tekanan

darah sistolik dan tekanan darah diastolik, dengan cara membedakan

sebelum dan sesudah senam.

1. Tekanan darah sistolik dari 149,17 (sebelum) mmHg menjadi

127,50mmHg (sesudah) selisih sebesar 21,67. Sedangkan

tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah dilakukan senam

lansia dari 91,25mmHg (sebelum) menjadi 78,75mmHg (setelah)

selisih sebesar 12,50mmHg. Maka dari itu, kesimpulan yang

didapat adalah bahwa diantara tekanan darah sistolik maupun

tekanan darah diastolik, tekanan darah yang mengalami

29
penurunan terbanyak adalah tekanan darah sistolik (21,67 : 12,50)

(Astari & Dyah, 2012).

2. Tekanan darah sistolik dari 147,86mmHg (sebelum) menjadi

142,86mmHg (setelah) selisih sebesar 5mmHg. sedangkan

tekanan darah diastolik dari 91,43mmHg menjadi 85,71mmHg

(setelah) selisih sebesar 5,72mmHg. Kesimpulan yang didapat

adalah antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik

ini, yang mengalami penurunan terbanyak adalah tekanan darah

diastolik (5 : 5,72) mmHg (Sundari et al, 2014).

Maka dapat disimpulkan secara keseluruhan adalah bahwa

senam lansia dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun

tekanan darah diastolik apabila dilihat dari kesimpulan diatas.

30
2.3.3 Teknik Senam Lansia

Tabel : 2.3.3 SOP Senam Lansia

PROSEDUR SENAM LANSIA

LANGKAH KETERANGAN

Pengertian Senam lansia adalah grakan latihan fisik yang dapat


memberikan pengaruh baik terhadap tingkat
kemampuan fisik manusia bila dilakukan secara rutin
Tujuan Untuk menjaga kesehatan tubuh agar dalam keadaan
sehat dan aktif untuk meningkatkan kesehatan dan
kebugaran jasmani maupun rohani.
Prinsip a. Sehat jasmani, apabila ada hambatan tertentu
telah berkonsultasi dengan dokter.
b. Tidak melelahkan maupun memberatkan.
c. Tidak menimbulkan cedera.
Teknik dan 1. Pemanasan (Warming Up).
Bertujuan sebagai pengurang cedera dan
Cara Berlatih mempersiapkan sel-sel tubuh agar mampu
meningkatkan metabolisme di dalam tubuh
dilakukan 3-5 menit.
2. Gerak Inti.
a. Dilakukan secara berurutan.
b. Biasanya yang dilatih adalah :
1. Daya tahan tubuh.
2. Kardio-pulmonal dengan latihan yang
bersifat aerobik.
3. Fleksibilitas dengan peregangan.
4. Kekuatan otot (dapat dilakukan dengan
beban)
5. Komposisi tubuh (dengan aerobik, latihan
beban, dan kekuatan)
3. Pendinginan.
a. Dilakukan dengan gerakan umum yang ringan
dan mudah sampai suhu tubuh kembali normal
yang ditandai dengan pulihnya denyut nadi
dan keringat berhenti keluar.
b. Dilakukan selama 8-10 menit.
Prosedur 1. Gerakan leher
a. Berdiri tegak dengan kepala lurus ke depan
tanpa menengadahkan kepala.
b. Tundukan kepala pelan-pelan, kemudian
kembali ke posisi semula.
c. Palingkan leher pelan-pelan ke kiri, tengah,
kemudian ke kanan.
d. Palingkan leher ke kiri, tengah, dan ke kanan

31
di bawah.
2. Gerakan bahu dan tangan
a. Putar pangkal lengan ke belakang, kemudian
ke depan (dapat dilakukan dengan atau tanpa
beban).
b. Lengan rileks di depan badan, gerakan ke
dalam dan
kesamping, kemudian kembali ke posisi
semula.
c. Posisi lengan ditekuk sejajar dengan bahu,
gerakan ke depan dada, tarik ke belakang,
lakukan secara bergantian dengan tangan kiri
di atas dan tangan kanan di bawah.
3. Gerakan kaki
a. Jalan tegap ditempat dengan kaki diangkat ke
belakang.
b. Langkah silang kaki ke kanan dan ke kiri
diikuti dengan ayunan tangan.
c. Angkat paha dan kaki ke depan dengan
gerakan tangan ke atas.
d. Gerakan kaki kanan menyilang di depan,
sentuh ujung kaki kanan yang diangkat dengan
tangan kiri, lakukan sebaliknya.
e. Gerakan menjinjit dengan jari kaki.
f. Gerakan telapak kaki ke atas dengan tumpuan
tumit, kemudian lakukan lagi dengan ujung
jari kaki.
g. Gerakan menekuk ujung jari ke atas.
Semua gerakan ini dilakukan delapan kali
hitungan.
Sumber : http://www.lenterakasih.com/prosedur-senam-lansia. 2017

(Online 16:48, 31-10-2018).

32
2.4 KERANGKA KONSEPTUAL

LANSIA Dipengaruhi ada 2 HIPERTENSI


faktor Mengakibatkan
Komplikasi sebagai
Faktor dapat diubah
berikut :
:
1. Aterosklerosis
1. Pola Hidup 2. Kebutaan
2. Pola Makan 3. Gagal ginjal
3. Aktivitas 4. Gagal jantung
4. Obesitas
5. Otak (Demensia
(kegemukan)
5. Merokok Vaskular)
Faktor tidak dapat 6. Terbentuknya
diubah: Aneurisma
Penanganan dengan 2
1. Usia 7. Stroke
2. Keturunan cara:
3. Jenis Kelamin 1. Farmakologi
a. Obat-obatan.
2. Non-Farmakologi
a. Merubah gaya
hidup dan
aktivitas sehari-
hari.
b. Olahraga.
c. SENAM
LANSIA

Tekanan Darah Tekanan Darah Tekanan Darah


Menurun Tetap Meningkat

KETERANGAN :
DITELITI TIDAK
DITELITI

33
2.5 KETERANGAN KERANGKA KONSEP

Keadaan menjadi lansia ini dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor

yang dapat diubah dan faktor yang memang sudah tidak dapat diubah.

Faktor yang dapat diubah adalah obesitas (kegemukan), pola makan,

aktivitas sehari-hari, dan merokok, sedangkat faktor yang tidak dapat

diubah adalah usia, keturunan, dan jenis kelamin. Dari faktor-faktor

tersebut dapat mengakibatkan penyakit, salah satunya adalah penyakit

hipertensi yang memang sudah rentang sering dialami oleh manusia

terutama pada lansia.

Apabila penyakit hipertensi ini tidak segera ditangani maka akan

mengakibatkan banyak komplikasi, meliputi aterosklerosi (penumpukan

lemak di dinding pembuluh darah), kebutaan, gagal ginjal, gagal

jantung, otak (demensia vaskular), terbentuknya aneurisma akibat

adanya peningkatan tekanan darah sehingga pembuluh darah

menjadi melemah dan melebar, stroke.

Maka dari itu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan

memberikan terapi farmakologi (obat) dan non-farmakologi (non-obat).

Untuk farmakologi diberikan terapi obat oral seperti obat anti-hipertensi

obat lain yang dapat digunakan meliputi obat diuretik, antagonis

kalsium, beta blocker, ACE inhibitor, angiotensin-2 reseptor blocker

(ARB), aliskiren. Sedangkan untuk terapi non-farmakologi dapat

melakukan hal-hal seperti merubah gaya hidup atau pola hidup dan

34
merubah aktivitas fisik sehari-hari, olahraga atau senam lansia, tetapi yang

paling sering dilakukan adalah dengan melakukan senam lansia.

Senam lansia ini dapat disimpulkan dengan menarik perbandingan,

yaitu perbandingan sebelum dan setelah dilakukan senam lansia dengan

kesimpulan apakah ada perubahan, yang terpenting adalah setelah

melakukan senam lansia apakah tekanan darah mengalami perubahan atau

tidak.

2.6 HIPOTESIS

Ha : Ada perubahan tekanan darah setelah dilakukan senam lansia pada

lansia dengan hipertensi.

35
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian secara eksperimental yang

menggunakan desain Quasi Eksperimental dengan menggunakan 2 kelompok

yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan (intervensi)

merupakan kelompok yang diberikan perlakuan (senam lansia) dengan

kesimpulan setelah diberikan senam lansia lalu diukur tekanan darahnya,

apakah setelah diberikan perlakuan (senam lansia) ada perubahan tekanan

darah sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia, hal ini dilakukan selama

8 kali pertemuan dalam 1 bulan dengan periode 1 minggu dilakukan 2x

senam yaitu pada hari rabu dan sabtu. Untuk kelompok kontrol diberikan

perlakuan (senam lansia) tetapi hanya diberikan selama 1 kali, setelah itu lalu

diukur tekanan darahnya. Kesimpulannya adalah perbandingan antara

kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari selama 1 bulan 8

kali pertemuan pada hari Rabu dan Sabtu pukul 06.00 WIB.

3.2.2 Tempat Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan di Desa (Lapangan) Pakisaji Desa

Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.

36
3.3 Kerangka Kerja
Kerangka kerja pada efektifitas senam lansia terhadap penurunan
tekanan darah yang tertuju pada lansia yang menderita Hipertensi.
POPULASI
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta senam lansia berjumlah 60 orang

SAMPEL
Sampel pada penelitian ini berjumlah 36 orang dari semua populasi

DESAIN PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental
dengan 2 kelompok (Perlakuan dan Kontrol)

TEKNIK SAMPLING
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Teknik Purposive
Sampling

KELOMPOK

PERLAKUAN 8X PERLAKUAN KONTROL 1X PERLAKUAN

30 m3enit dilakukan pengukuran 30 menit dilakukan pengukuran


tekanan darah sebelum dilakukan tekanan darah sebelum
senam lansia dilakukansenam lansia

Pemberian senam lansia Pemberian senam lansia

30 menit dilakuan pengukuran 30 menit dilakuan pengukuran


tekanan darah setelah dilakukan tekanan darah setelah dilakukan
senam lansia senam lansia

UJI STATISTIK
Uji Wilcoxon dan Mann Witney

KESIMPULAN
Jika P Value ≤0,05 maka, Ha diterima

37
3.4 Desain Sampling

3.4.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan responden dalam tempat yang

akan diteliti. Populasi pada penelitian sejumlah 60 responden yaitu

lansia yang terdaftar sebagai penderita Hipertensi dan anggota senam

lansia di Lapangan Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.

3.4.2 Sampel

Sample merupakan sebagian responden, jadi populasi yang

terpilih dengan menggunakan prosedur sehingga peneliti berharap

responden yang terpilih dapat mewakili populasinya. Menurut

Nursalam (2016) pengambilan sample didapatkan hasil perhitungan

dengan rumus yaitu :

𝑵
RUMUS : n = 𝟏+𝑵(𝑫𝟐 )

Keterangan : n = jumlah sample

N = jumlah populasi

D2 = Ketetapan relative yang ditetapkan oleh

peneliti (0,052).

𝟔𝟎 𝟔𝟎
n = 𝟏+𝟔𝟎(𝟎,𝟎𝟓𝟐 ) = 𝟏,𝟏𝟐𝟓 = 53,3 (52 sample).

a. Besar Sample

Besar sample merupakan sample yang dapat mewakili populasi

yang ada. Berdasarkan perhitungan rumus diatas sample berjumlah

52 responden dari 60 orang lansia penderita Hipertensi yang

mengikuti Senam Lansia di Lapangan Pakisaji Kecamatan Pakisaji

Kabupaten Malang. Maka dari 52 responden tersebut akan dibagi

38
menjadi 2 kelompok, dimana 1 kelompok perlakuan berjumlah 26

responden dan 1 kelompok kontrol berjumlah 26 responden di

Lapangan Pakisaji. Tetapi pada saat penelitian responden yang

datang tidak sesuai dengan jumlah sampel yang telah dirumuskan

oleh peneliti. Pada kelompok intervensi responden yang datang

selama penelitian berlangsung hanya 21 dari 26 orang, dan pada

kelompok kontrol responden yang datang hanya 15 dari 26 orang.

Maka peneliti hanya mendapat 36 responden dalam penelitian ini.

b. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi merupakan subjek yang memenuhi syarat atau

karakteristik pada penelitian ini adalah :

1) Lansia yang hadir pada penelitian mulai awal sampai akhir

penelitian.

2) Lansia yang menderita Hipertensi.

c. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi merupakan subjek yang tidak memenuhi

syarat atau karakteristik menurut peneliti adalah :

1) Lansia yang tidak bersedia menjadi responden.

3.4.3 Sampling

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan

teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel sesuai keinginan

peneliti dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah ditetapkan oleh

peneliti untuk dijadikan responden.

39
3.5 Identifikasi Variabel

3.5.1 Variabel Dependen

Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau nilainya

ditentukan variabel lain. Dalam penelitian ini variabel dependen yaitu

Tekanan Darah.

3.5.2 Variabel Independen

Variabel Independen adalam variabel yang mempengaruhi nilai dan

menentukan variabel lain. Dalam penelitian ini variabel independen

yaitu Senam Lansia.

40
3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.6 Definisi operasional adalah pengukuran variabel dan pengumpulan data yang sesuai antara responden satu dengan

yang lainnya, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi dan pengukuran secara cermat

No Identifikasi Definisi Indikator Cara Ukur Skala Skoring


Variabel Operasional Ukur
1. Tekanan Tekanan yang 1. Tekan darah diukur dengan Tekanan darah Ordinal 1. Tekanan Darah
Darah diberikan oleh darah tensimeter akan diukur Turun
pada dinding 2. Tekanan darah diukur menggunakan 2. Tekanan Darah
pembuluh sebelum dilakukan senam tensimeter, hasil Tetap
darah.Senam lansia lansia. ukur : 3. Tekanan Darah
adalah olahraga 3. Tekanan darah diukur 1. Tekanan darah Meningkat
ringan dan mudah sesudah dilakukan senam sistolik dalam
dilakukan, tidak lansia satuan mmHg.
memberatkan, yang 2. Tekanan darah
diterapkan pada diastolik dalam
lansia. satuan mmHg.
2. Senam Senam lansia adalah 1. Gerakan Leher - -
Lansia olahraga ringan dan 2. Gerakan bahu dan tangan
mudah dilakukan, 3. Gerakan kaki
tidak memberatkan, 4. Untuk kelompok
yang diterapkan perlakuan dilakukan 8x
pada lansia. pertemuan dalam 1 bulan
5. Untuk kelompok kontrol
dilakukan 1x pertemuan
dalam 1 bulan

41
3.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data

3.7.1 Pengumpulan Data

a. Tahap Persiapan

Sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti harus meminta surat

izin penelitian terlebih dahulu kepada ke Ketua STIKes Kepanjen,

kemudian surat izin diberikan ke Ketua Senam Lansia di Desa

Pakisaji. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan

perkenalan terlebih dahulu kepada calon responden, yaitu dengan

cara memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan

peneliti. Setelah menjelaskan kepada calon responden lalu ditanya

apakah para calon responden bersedia untuk bekerja sama menjadi

responden dalam penelitian yang akan dilakukan dengan

memberikan lembar inform consent.

b. Tahap Perencanaan

Dalam penelitian ini, tahap perencanaan yang akan di lakukan adalah

penyusunan draft (proposal) penelitian, termasuk menyusun

instrumen, berkolaborasi dengan ketua dan instruktur senam tentang

tahapan pelaksanaan senam lansia yang akan diintervensikan kepada

responden di lapangan obyek. Sebelum di lakukan penelitian,

peneliti mengatakan kepada ketua dan instruktur, bahwa pemberian

senam diberikan 2x seminggu selama 1 bulan yaitu pada hari rabu

dan sabtu, serta melakukan pengukuran tekanan darah 30 menit

sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia.

42
c. Tahap Pelaksanaan

Untuk tahap pelaksanaan yaitu, pemberian senam lansia terhadap

responden dengan di instrukturi oleh instruktur langsung di lapangan

obyek selama 8x senam selama 1 bulan. Pengukuran tekanan darah

diukur dengan menggunakan spygmanometer dan tensimeter dan

hasil tekanan darah ditulis dilembar observasi yang telah disediakan

oleh peneliti. Setelah itu, hasil pengukuran darah sebelum dilakukan

senam pada pertemuan yang pertama dan pengukuran tekanan darah

setelah dilakukan senam pada pertemuan yang terakhir dihitung hasil

rata-rata pre-post senam lansia tersebut lalu akan di laporkan sebagai

hasil riset penelitian.

3.7.2 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data merupakan cara mengolah data agar dapat

disimpulkan atau diinterpretasikan menjadi informasi. Langkah-langkah

dalam pengolahan data menggunakan komputer sebagai berikut :

a) Editing

Pemeriksa data yang telah diperoleh dari hasil penelitian,

apakah ada kekeliruan atau tidak. Pada saat dilakukan inform

consent responden diminta untuk mengisi lembar persetujuan untuk

menjadi responden penelitian, lembar persetujuan diisi secara jelas.

b) Coding

Pemberian kode agar peneliti mudah dalam mengolah data

yang didapat sebagai berikut :

1) Kode untuk jenis kelamin :

43
1. Laki-laki :L

2. Perempuan :P

2) Kode untuk usia :

1. 40-50 tahun 3. 71-80 tahun

2. 61-70 tahun 4. 81-90 tahun

3) Kode untuk agama :

1. Islam 3. Hindu

2. Kristen 4. Budha

4) Kode untuk aktivitas sehari-hari :

1. Aktivitas secara mandiri

2. Tidak aktivitas secara mandiri

c) Tabulating

Membuat data dalam bentuk angka yang dibuat dalam kolom

dan baris bertujuan untuk memperlihatkan frekuensi kejadian dengan

kategori yang tidak sama. Pada penelitian ini data yang diberi kode

dimasukkan ke dalam tabel, kemudian dimasukkan ke dalam

kompulan lalu dianalisis secara statistik. Untuk pengujian hipotesis

atau mengetahui efektivitas senam lansia terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.

3.7.3 Analisa Data

Analisa data adalah proses dalam merinci data yang ditulis pada

penyajian data. Hal ini dilakukan dengan menemukan makna setiap

data sehingga data memberikan tafsiran yang dapat diterima akal sehat

dalam konteks masalahnya secara keseluruhan.

44
a) Analisa Univariate (Analisa Deskriptif)

Analisa univariate digunakan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian, yaitu untuk

mendekripsikan tentang senam lansia dan Tekanan Darah.

b) Analisa Bivariate

Analisa bevariate digunakan untuk menganalisis dari kedua

variabel tersebut, analisa ini dilakukan untuk mengetahui, yaitu

efektivitas senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada

lansia dengan hipertensi. Dalam penelitian ini analisa data yang

digunakan adalah Uji Wilcoxon dan Mann Whitney.

3.7.4 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah berupa alat

observasi (spygnomanometer dan stetoskop) dan lembar obeservasi

untuk mencatat perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah

dilakukan tindakan senam lansia.

3.8 Etika Penelitian

3.8.1 Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan oleh peneliti dan

responden dengan memberikan persetujuan melalui informed consent.

Dengan memberikan surat persetujuan dari pihak Institusi kepada Ketua

Senam Lansia sebelum penelitian dilaksanakan. Tujuan dari lembar

persetujuan ini sebagai bukti penyelenggaraan penelitian yang akan

dilakukan, dan agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian

45
dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati

keputusan responden.

3.8.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Anonimity dalam penelitian ini merupakan bagian dari etika

penelitian keperawatan, dimana tidak menuliskan atau mencantumkan

nama responden dalam lembar observasi dan hanya menggunakan huruf

nama inisialnya saja atau kode tertentu yang tidak menggangu privasi

responden.

3.8.3 Confidentially (Keberhasilan)

Semua informasi yang telah diperoleh peneliti dari responden

dijamin keberhasilannya, dan hanya beberapa data kelompok tertentu

yang dilaporkan pada hasil riset.

46
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada sub bab ini dibagi menjadi dua bagian meliputi data umum dan data

khusus. Data umum yang berisi tentang beberapa karakteristik responden, yaitu

berdasarkan usia, jenis kelamin, penyakit penyerta, pekerjaan, dan konsumsi obat

anti hipertensi. Sedangkan data khusus berisi tentang hasil pembahasan sebelum

(pre) dan sesudah (post) dilakukan senam lansia. Pengambilan data dilakukan

dilakukan 30 menit sebelum dilakukan senam lansia dan 30 menit setelah

dilakukan senam lansia setiap kali dilakukan kegiatan senam lansia. Tujuan

pengambilan data dalam penelitian ini untuk mengetahui efektifitas senam lansia

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi dengan

menggunakan Uji Wilcoxon dan Mann Whitney.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan mengajukan surat

ijin penelitian dari STIKes Kepanjen yang ditujukan kepada Badan

Kesehatan Bangsa dan Politik. Lalu mengajukan ijin penelitian ke

Dinas Kesehatan, kemudian menyetorkan surat ijin penelitian ke

Puskesma Pakisaji. Setelah itu, dilanjutkan menyerahkan surat ke Ketua

Senam Lansia di tempat.

Penelitian ini dilakukan selama 2 kali seminggu selama 1 bulan

setiap hari rabu dan sabtu jam 6 pagi, pada waktu sebelum dilakukan

penelitian, peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden,

setelah memberikan penjelasan terkait dengan tujuan penelitian yang

47
dilakukan mulai dari maksud dan tujuan, manfaat, dan langkah-langkah

penelitian.

Senam lansia dilakukan di Lapangan Pakisaji pada tanggal 6, 9

13, 16, 20, 23, 27 Februari dan 2 Maret 2019. Ketika melakukan senam

lansia, peneliti dibantu oleh instruktur dan ketua senam yang bertugas

dalam memberikan arahan atau gerakan senam. Senam lansia dilakukan

selama kurang lebih 30-45 menit. 30 menit sebelum senam dilakukan

pengukuran tekanan darah, kemudian 30 menit setelah senam dilakukan

pengukuran tekanan darah. Pada saat dilakukan pengukuran tekanan

darah (tensi), peneliti dibantu oleh 2-3 fasilitator untuk pengambilan

data.

4.1.2 Gambaran Lokasi Penelitian

Lapangan Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang

terletak di Jalan Raya Pakisaji No.39, Jatirejo, Pakisaji, Malang, Jawa

Timur 65147 belakang kantor polisi. Lapangan Pakisaji ini tidak hanya

digunakan untuk senam lansia saja melainkan juga sering digunakan

untuk kegiatan lainnya seperti untuk kelas olahraga anak SD dan untuk

lomba antar SD dan SMP dari berbagai sekolah mana saja. Lapangan

Pakisaji merupakan tempat yang cocok untuk sebagai tempat senamnya

para lansia, sebab para lansia juga butuh sinar matahari di pagi hari.

Maka dari itu ketua lansia memilih tempat ini untuk dilakukannya

rutinitas senam lansia. Hal ini juga menunjukkan dengan banyaknya

warga yang berpartisipasi dalam senam lansia di Lapangan Pakisaji.

48
Namun, ketika cuacanya bruruk (hujan), maka aktivitas senam lansia

untuk sementara diliburkan.

49
4.1.3 Data Umum

Data umum dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin,

penyakit penyerta, pekerjaan, dan konsumsi obat anti hipertensi.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.


Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Lansia
dengan Hipertensi di Desa (lapangan) Pakisaji Kecamatan
Pakisaji Kabupaten Malang Tahun 2019.

No Usia (Tahun) N % No Usia N %


(Intervensi) (Tahun)
(Kontrol)
1 50-60 tahun 2 9,6% 1 50-60 tahun 4 27%
2 61-70 tahun 17 81% 2 61-70 tahun 8 53%
3 71-80 tahun 1 4,7% 3 71-80 tahun 3 20%
4 81-90 tahun - 4 81-90 tahun -
5 91-100 tahun 1 4,7% 5 91-100 tahun -
Total 21 100% Total 15 100%
(Sumber data : Lembar Observasi, 6 Februari – 2 Maret 2019)

Berdasarkan data dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa,

berdasarkan usianya responden penelitian pada kelompok intervensi

didominasi responden usia 61-70 tahun sejumlah 17 orang (81%).

Sedangkan pada kelompok kontrol didominasi responden usia 61-70

tahun sejumlah 8 orang (53%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin Lansia Dengan Hipertensi di Desa (lapangan)
Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang Tahun
2019.

Jenis Jenis
No Kelamin N % No Kelamin N %
(Intervensi) (Kontrol)
1 Laki-laki 2 9,6% 1 Laki-laki 3 20%
2 Perempuan 19 90,4% 2 Perempuan 12 80%
Total 21 100% Total 15 100%
(Sumber data : Lembar Observasi, 6 Februari – 2 Maret 2019)

50
Berdasarkan data dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa,

berdasarkan jenis kelaminnya responden penelitian pada kelompok

intervensi didominasi responden perempuan 19 orang sejumlah

(90,4%). Sedangkan pada kelompok kontrol didominasi responden

perempuan 12 orang sejumlah (80%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Penyakit Penyerta.

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Penyakit


Penyerta Lansia Dengan Hipertensi di Desa (lapangan)
Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang Tahun
2019.

Penyakit Penyakit
No Penyerta N % No Penyerta N %
(Intervens) (Kontrol)
1 Diabetes 4 19% 1 Diabetes 3 20%
Mellitus Mellitus
2 Asam Urat 8 38% 2 Asam Urat 2 13%
3 Kolesterol 9 43% 3 Kolesterol 7 47%
4 Reumatik - - 4 Reumatik 3 20%
Total 21 100% Total 15 100%
(Sumber data : Lembar Observasi, 6 Februari – 2 Maret 2019)

Berdasarkan data dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa, berdasarkan

penyakit penyerta responden penelitian pada kelompok intervensi

didominasi responden dengan penyakit kolesterol sebanyak 9 orang

sejumlah (43%). Sedangkan pada kelompok kontrol didominasi

responden pada kelompok kontrol dengan penyakit kolesterol sebanyak

7 orang sejumlah (47%).

51
4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan.

Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan


Lansia Dengan Hipertensi di Desa (lapangan) Pakisaji
Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang Tahun 2019.

No Pekerjaan N % No Pekerjaan N %
(Intervensi) (Kontrol)
1 Wiraswasta 13 62% 1 Wiraswasta 8 53%
2 Swasta 8 38% 2 Swasta 7 47%
Total 21 100% Total 15 100
(Sumber data : Lembar Observasi, 6 Februari – 2 Maret 2019)

Berdasarkan data dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa, berdasarkan

pekerjaan responden penelitian pada kelompok intervensi didominasi

responden dengan pekerjaan wiraswasta sebanyak 13 orang sejumlah 62%.

Sedangkan pada kelompok kontrol didominasi responden dengan pekerjaan

wiraswasta sebanyak 13 orang sejumlah 62% sebanyak 8 orang sejumlah

(53%).

5. Karakteristik responden berdasarkan konsumsi obat anti hipertensi.

Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan konsumsi obat


anti hipertensi Lansia Dengan Hipertensi di Desa (lapangan)
Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang Tahun 2019.

No Obat Anti HT N % No Obat Anti HT N %


(Intervensi) (Kontrol)
1 Konsumsi obat 9 43% 1 Konsumsi obat 6 40%
2 Tidak konsumsi 12 57% 2 Tidak 9 60%
obat konsumsi obat
Total 21 100% Total 15 100%
(Sumber data : Lembar Observasi, 6 Februari – 2 Maret 2019)

Berdasarkan data dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa, berdasarkan

konsumsi obat responden penelitian pada kelompok intervensi didominasi

responden yang tidak konsumsi obat anti hipertensi sebanyak 13 orang

sejumlah 57%. Sedangkan pada kelompok kontrol didominasi dengan

konsumsi obat anti hipertensi sebanyak 9 orang sejumlah (60%).

52
4.1.4 Data Khusus

Penelitian dilaksanakan di Desa Pakisaji Kecamatan Pakisaji

Kabupaten Malang tepatnya di Lapangan Pakisaji.

1. Klasifikasi Data Khusus Responden Berdasarkan Sistol Sebelum

Melakukan Senam Lansia.

Tabel 4.6 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sistol-Pre


Senam Lansia Pada Lansia Dengan Hipertensi Hari Pertama
Sebelum Melakukan Senam Lansia di Desa (lapangan)
Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang Tahun 2019.

Tabel 4.6.1 Tekanan Darah Sistol-Pre Senam Lansia Pada Kelompok


Intervensi
No TD Klasifikasi N %
Sistol-Pre (Intervensi)
1 120-139 mmHg Pre-Hipertensi - -
2 140-159 mmHg Stadium 1 19 90%
3 ≥160 mmHg Stadium 2 2 10%
Total 21 100%

Tabel 4.6.2 Tekanan Darah Sistol-Pre Senam Lansia Pada Kelompok


Kontrol
No TD Klasifikasi N %
Sistol-Pre (Kontrol)
1 120-139 mmHg Pre-Hipertensi - -
2 140-159 mmHg Stadium 1 14 93%
3 ≥160 mmHg Stadium 2 1 7%
Total 15 100%

(Sumber data : Lembar Observasi, 6 Februari – 2 Maret 2019)

Berdasarkan data dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa, berdasarkan data

yang didapat responden penelitian sebelum melakukan senam lansia

kelompok intervensi memiliki tekanan darah sistol 140-159 mmHg

sebanyak 19 orang sejumlah (90%) yang masuk dalam klasifikasi stadium 1.

Sedangkan pada kelompok kontrol didominasi memiliki tekanan darah sistol

140-159 mmHg sebanyak 14 orang sejumlah (93%) yang masuk dalam

klasifikasi stadium 1.

53
2. Klasifikasi Data Khusus Responden Berdasarkan Sistol Sesudah

Melakukan Senam Lansia.

Tabel 4.7 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sistol-Post


Senam Lansia Pada Lansia Dengan Hipertensi Setelah
Melakukan Senam Lansia di Desa (lapangan) Pakisaji
Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang Tahun 2019.

Tabel 4.7.1 Tekanan Darah Sistol-Post Senam Lansia Pada Kelompok


Intervensi
No TD Klasi N %
Sistol-Post (Intervensi) fikasi
1. 120-139 mmHg Pre-Hipertensi 16 76%
2 140-159 mmHg Stadium 1 5 24%
3. ≥160 mmHg Stadium 2 - -
Total 21 100%

Tabel 4.7.2 Tekanan Darah Sistol-Post Senam Lansia Pada Kelompok


Kontrol
No TD KlasiFikasi N %
Sistol-Post (Kontrol)
1. 120-139 mmHg Pre-Hipertensi 1 7%
2 140-159 mmHg Stadium 1 14 93%
3. ≥160 mmHg Satdium 2 - -
Total 15 100%
(Sumber data : Lembar Observasi, 6 Februari – 2 Maret 2019)

Berdasarkan data dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa, berdasarkan data

yang didapat responden penelitian setelah melakukan senam lansia

kelompok intervensi memiliki tekanan darah sistol 120-139 mmHg

sebanyak 16 orang sejumlah 76% yang masuk dalam klasifikasi Pre-

Hipertensi. Sedangkan pada kelompok kontrol didominasi memiliki tekanan

darah sistol 140-159 mmHg sebanyak 14 orang sejumlah (93%) yang masuk

dalam klasifikasi stadium 1.

54
3. Klasifikasi Data Khusus Responden Berdasarkan Diastol Sebelum

Melakukan Senam Lansia.

Tabel 4.8 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Diastol-Pre


Senam Lansia Pada Lansia Dengan Hipertensi Sebelum
Melakukan Senam Lansia di Desa (lapangan) Pakisaji
Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang Tahun 2019.

Tabel 4.8.1 Tekanan Darah Diastol-Pre Senam Lansia Pada Kelompok


Intervensi
No TD Klasifikasi N %
Diastol-Pre (Intervensi)
1 80-89 mmHg Pre-Hipertensi - -
2 90-99 mmHg Stadium 1 10 48%
3 >100 mmHg Stadium 2 11 52%
Total 21 100%

Tabel 4.8.2 Tekanan Darah Diastol-Pre Senam Lansia Pada


Kelompok Kontrol
No TD KlasiFikasi N %
Diastol-Pre (Kontrol)
1 80-89 mmHg Pre-Hipertensi - -
2 90-99 mmHg Stadium 1 7 47%
3 >100 mmHg Stadium 2 8 53%
Total 15 100%
(Sumber data : Lembar Observasi, 6 Februari – 2 Maret 2019)

Berdasarkan data dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa, berdasarkan data

yang didapat responden penelitian sebelum melakukan senam lansia

kelompok intervensi memiliki tekanan darah diastol >100 mmHg sebanyak

11 orang sejumlah 52% yang masuk dalam klasifikasi stadium 2. Sedangkan

pada kelompok kontrol didominasi memiliki tekanan darah sistol >100

mmHg sebanyak 8 orang sejumlah (53%) yang masuk dalam klasifikasi

stadium 1.

55
4. Klasifikasi Data Khusus Responden Berdasarkan Diastol Sebelum

Melakukan Senam Lansia.

Tabel 4.9 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Diastol-Post


Senam Lansia Pada Lansia Dengan Hipertensi Setelah
Melakukan Senam Lansia di Desa (lapangan) Pakisaji
Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang Tahun 2019.

Tabel 4.9.1 Tekanan Darah Diastol-Post Senam Lansia Pada Kelompok


Intervensi
No TD Klasifikasi N %
Diastol-Post (Intervensi)
1 80-89 mmHg Pre-Hipertensi 3 14%
2 90-99 mmHg Stadium 1 18 86%
3 >100 mmHg Stadium 2 - -
Total 21 100%

Tabel 4.9.2 Tekanan Darah Diastol-Post Senam Lansia Pada Kelompok


Kontrol
No TD KlasiFikasi N %
Diastol-Post (Kontrol)
1 80-89 mmHg Pre-Hipertensi 6 40%
2 90-99 mmHg Stadium 1 9 60%
3 >100 mmHg Stadium 2 - -
Total 15 100%
(Sumber data : Lembar Observasi, 6 Februari – 2 Maret 2019)

Berdasarkan data dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa, berdasarkan data

yang didapat responden penelitian setelah melakukan senam lansia

kelompok intervensi memiliki tekanan darah diastol 90-99 mmHg sebanyak

18 orang sejumlah (86%) yang masuk dalam klasifikasi stadium 1.

Sedangkan pada kelompok kontrol didominasi memiliki tekanan darah sistol

90-99 mmHg sebanyak 7 orang sejumlah (46%) yang masuk dalam

klasifikasi stadium 1.

56
4.1.5 Hasil Analisis Efektivitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pada Lansia dengan Hipertensi di Desa (lapangan) Pakisaji

Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.

Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji Wilcoxon pada responden dengan Penurunan
Tekanan Darah Sistolik di Desa (lapangan) Pakisaji
Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.

Tabel 4.10.1 Tekanan Darah Sistol Pada Kelompok Intervensi


Tekanan Darah Sistol Rerata Selisih Nilai-p
(Intervensi) (s.d)
Sistol Sebelum Senam 148,10
14,762 0,001
Sistol Setelah Senam 133,33

Tabel 4.10.2 Tekanan Darah Sistol Pada Kelompok Kontrol


Tekanan Darah Sistol Rerata
(Kontrol) (s.d) Selisih Nilai-p
Sistol Sebelum Senam 146,00
3,333 0,059
Sistol Setelah Senam 142,67

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Uji Wilcoxon, pada

kelompok intervensi didapatkan ada perbedaan yang signifikan antara

tekanan darah sistol sebelum dan sesudah dengan hasil nilai p-value sebesar

0,001 yang berarti <0,05, dengan rata-rata penurunan 14,762 mmHg.

Sedangkan pada kelompok kontrol idak didapatkan perbedaan yang

signifikan antara tekanan darah sistol sebelum dan sesudah dengan hasil

nilai p-value sebesar 0,059 yang berarti >0,05, dengan penurunan 3,333

pada lansia dengan Hipertensi di Desa (lapangan) Pakisaji.

57
Tabel 4.11 Hasil Analisis Uji Wilcoxon pada responden dengan Penurunan
Tekanan Darah Diastolik di Desa (lapangan) Pakisaji
Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.

Tabel 4.11.1 Tekanan Darah Diastol Pada Kelompok Intervensi


Tekanan Darah Diastol Rerata Selisih Nilai-p
(Intervensi) (s.d)
Diastol Sebelum Senam 95,23
6,18 0,001
Diastol Setelah Senam 89,05

Tabel 4.11.2 Tekanan Darah Diastol Pada Kelompok Kontrol


Tekanan Darah Diastol Rerata Selisih Nilai-p
(Kontrol) (s.d)
Diastol Sebelum Senam 95,33
9,33 0,001
Diastol Setelah Senam 86

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Uji Wilcoxon, pada

kelompok intervensi didapatkan ada perbedaan yang signifikan antara

tekanan darah diastol sebelum dan sesudah dengan hasil nilai p-value

sebesar 0,029 yang berarti <0,05, dengan rata-rata penurunan 4,286 mmHg.

Sedangkan pada kelompok kontrol tidak didapatkan perbedaan yang

signifikan antara tekanan darah diastol sebelum dan sesudah dengan hasil

nilai p-value sebesar 0,033 yang berarti <0,05, dengan penurunan 5,33 pada

lansia dengan Hipertensi di Desa (lapangan) Pakisaji.

58
4.1.6 Hasil Analisis Rata-Rata Tekanan Darah Pada Lansia dengan

Hipertensi di Desa (lapangan) Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten

Malang.

Tabel 4.12 Rata-Rata Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Perlakuan


Senam Lansia Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol.
No Kelompok Sebelum Sesudah
1 Intervensi 148,10/93,33 mmHg 133,33/89,05 mmHg
2 Kontrol 146/95,33 mmHg 142,67/86 mmHg

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa rata-rata tekanan darah

sebelum perlakuan pada kelompok intervensi pengukuran hari pertama

adalah 148,10/93,33 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah kelompok

kontrol pada pengukuran pertama adalah 146/95,33 mmHg.

Berdasarkan rata-rata tekanan darah sesudah perlakuan pada

kelompok intervensi pada pengukuran hari terakhir adalah 133,33/89,05

mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah kelompok kontrol pada

pengukuran terakhir adalah 142,67/86 mmHg.

4.1.7 Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Antara Kelompok Intervensi

dan Kelompok Kontrol.

Tabel 4.13 Hasil Analisis Uji Mann-Whitney Rata-rata Tekanan Darah


Setelah Perlakuan Senam Lansia
Rata-rata perbedaan TD
TD antara kelompok P value
Intervensi dan kelompok
Kontrol
Sistolik -9,34 mmHg 0,001
Diastolik 3 mmHg 0,033

Berdasarkan tabel 4.15 diketahui rata-rata perbedaan tekanan

darah antara kelompok kontrol adalah -9,34/3 mmHg. Hasil uji statistik

59
didapat p value pada tekanan darah sistolik sebesar 0,001 dan pada

tekanan darah diastolik sebesar 0,033. Pada alpha 0,05, didapat

p<alpha, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat efektvitas senam

lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi

di desa (lapangan ) Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.

60
4.2 PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan diuraikan pembahasan hasil penelitian mengenai

Efektivitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia

Dengan Hipertensi di desa (lapangan) Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten

Malang.

4.2.1 Tekanan Darah Sebelum Diberikan Perlakuan Senam Lansia Pada

Lansia Dengan Hipertensi

Hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan 30 menit

sebelum diberikan perlakuan senam lansia menggunakan

Spigmanometer dan Stetoskop yang telah dilakukan di desa (lapangan)

Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang sebagian besar pada

TD sistolik mengalami Hipertensi Stadium 1, pada kelompok

intervensi sejumlah 19 dari 21 orang (90%) dan kelompok kontrol

sejumlah 14 dari 15 orang (93%). Pada TD diastolik mengalami

hipertensi stadium 2, pada kelompok intervensi sejumlah 11 dari 26

orang (52%) dan pada kelompok kontrol sejumlah 8 dari 15 orang

(53%). Hal ini menunjukkan bahwa di desa (lapangan) Pakisaji

Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang masih banyak lansia yang

menderita hipertensi.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit

dimana tekanan darah batas atas (sistol) lebih dari 140 mmHg dan

tekanan darah bawah (diastol) lebih dari 90 mmHg (Isesreni &

Minropa, 2012). Hipertensi ialah salah satu penyakit yang diakibatkan

oleh gaya hidup setiap penderita, tetapi hipertensi bukanlah penyakit

61
yang menular (non-infeksi) (Roza, 2016). Sebenarnya gaya hidup

adalah faktor paling penting dalam kehidupan, tetapi gaya hidup yang

tidak sehat ialah faktor yang dapat menyebab terjadinya Hipertensi,

meliputi : pada makanan, aktivitas fisik, stress, merokok (Suoth et al,

2014).

Hasil dari penelitian mengindikasikan bahwa masih banyak

lansia yang menderita hipertensi. Hal ini dikarenakan oleh berbagai

faktor, yaitu faktor penyakit, faktor genetik, faktor usia, faktor gender,

kurang gerak, asupan garam, obesitas, kurang tidur, makanan

berlemak, kalori dan kadar gula, gaya hidup yang tidak sehat, dan

stres (Agustini, 2015).

Tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, umur,

perubahan sikap, kondisi kesehatan seperti kelebihan berat badan

(obesitas), olahraga, merokok dan alkohol, kondisi psikis, dan jenis

kelamin. Sedangkan faktor yang mempengaruhi hipertensi yaitu usis,

jenis kelamin, kurang olahraga, pola makan kurang baik, kebiasaan

merokok (Laili, 2018).Maka upaya yang dapat dilakukan penderita

hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dapat dilakukan dengan 2

jenis cara yaitu secara farmakologis dan non-farmakologi.

Terapi farmakologis dapat dilakukan dengan menggunakan obat

anti hipertensi, sedangkan terapi non-farmakologis dapat dilakukan

dengan berbagai upaya yaitu dengan cara mengatasi obesitas dengan

menurunkan berat badan berlebih, pemberian kalium dalam bentuk

makanan dengan konsumsi buah dan sayur, mengurangi asupan garam

62
dan lemak jenuh, berhenti merokok, mengurangi konsumsi alkohol,

menciptakan keadaan rileks dan latihan fisik (olahraga) salah satunya

dengan melakukan senam lansia secara teratur (Aji et al, 2015).

4.2.2 Tekanan Darah Sesudah Diberikan Intervensi Senam Lansia Pada

Lansia Dengan Hipertensi

Hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan 30 menit

setelah diberikan perlakuan senam lansia menggunakan

spigmanometer dan tensimeter yang telah dilakukan di desa

(lapangan) Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang sebagian

besar pada TD sistolik mengalami Pre-Hipertensi pada kelompok

intervensi sejumlah 16 dari 21 orang (76%) dan Hipertensi Stadium 1

pada kelompok kontrol sejumlah 14 dari 15 orang (93%). Pada TD

diastolik mengalami hipertensi stadium 1, pada kelompok intervensi

sejumlah 18 dari 26 orang (86%) dan pada kelompok kontrol sejumlah

9 dari 15 orang (60%). Rata-rata penurunan TD sistol dan diastol pada

kelompok intervensi sebesar 14,7/7 mmHg, sedangkan rata-rata

penurunan TD sistol dan diastol pada kelompok kontrol sebesar

3,4/9,3 mmHg.

Senam lansia merupakan olahraga ringan dan mudah dilakukan,

tidak memberatkan, yang diterapkan pada lansia. Aktivitas olahraga

senam lansia membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena

melatih tulang agar tetap kuat, mendorong jantung bekerja secara

optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berlebihan

didalam tubuh (Setiawan et al, 2015).

63
Melakukan olahraga seperti senam lansia mampu mendorong

jantung bekerja secara optimal, dimana olahraga untuk jantung

mampu meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan dan organ

tubuh, dimana akibat peningkatan tersebut akan meningkatkan

aktivitas pernafasan dan otot rangka, dari peningkatan aktivitas

pernafasan akan meningkatkan aliran balik vena sehingga

menyebabkan peningkatan volume sekuncup yang akan langsung

meningkatkan curah jantung (Agustini, 2015).

Sehingga dapat menyebabkan tekanan darah arteri meningkat

sedang, setelah tekanan darah arteri meningkat akan terjadi fase

istirahat terlebih dahulu, akibat dari fase ini mampu menurunkan

aktivitas pernafasan dan otot rangka dan menyebabkan aktivitas saraf

simpatis dan epinefrin menurun, namun aktivitas saraf simpatis

meningkat, setelah itu akan menyebabkan denyut jantung menurun,

volume sekuncup menurun, vasodilatasi arteriol vena, karena

penurunan ini mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan

resistensi perifer total, sehingga terjadinya penurunan tekanan darah

(Agustini, 2015).

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa ada penurunan tekanan

darah pada lansia dengan hipertensi setelah diberikan perlakukan

senam lansia. Hal ini disebabkan karena responden rutin melakukan

senam lansia 1 minggu 2x dalam 1 bulan pada kelompok intervensi

dan pada kelompok kontrol dapat disimpulkan turun juga meskipun

64
tidak sebanyak kelompok intervensi karena pada kelompok kontrol

hanya diberikan senam lansia sebanyak 1x.

Senam lansia mampu mendorong jantung bekerja secara optimal

tanpa ada beban yang berlebih, meningkatkan metabolisme tubuh dan

kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk tubuh, meningkatkan

kesegaran jasmani dan kesehatan menjadi lebih baik. Menurut

(Moniaga et al, 2013), senam ini juga dapat berfungsi untuk

menurunkan rasa cemas, stres, dan tingkat depresi, penurunan ini akan

menstimulasi kerja sistem saraf perifer terutama parasimpatis yang

menyebabkan vasodilatasi penampang pembuluh darah yang berakibat

terjadinya penurunan tekanan darah sistolik maupun diastolik.

4.2.3 Efektivitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Pada Lansia Dengan Hipertensi.

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.10 dengan

menggunakan uji Wilcoxon dengan menggunakan SPSS 16.0 for

windows didapatkan taraf signifikan (nilai p value) tekanan darah

sistolik sebelum dan sesudah senam lansia pada kelompok intervensi

didapat p value 0,001, karena nilai p value lebih kecil dari 0,05, maka

disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima, sedangkan pada kelompok

kontrol didapat p value 0,059, karena nilai p value lebih besar dari

0,05, maka disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak.

Pada tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah senam lansia

pada kelompok intervensi didapat p value 0,001, karena nilai p value

lebih kecil dari 0,05, maka disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima,

65
sedangkan pada kelompok kontrol didapat p value 0,001, karena nilai

p value lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Hasil diatas menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan

senam lansia, tekanan darah lansia penderita dengan hipertensi pada

kelompok intervensi mengalami penurunan baik sistolik maupun

diastolik, sedangkan pada kelompok kontrol tidak mengalami

penurunan pada tekanan darah sistolik namun pada tekanan darah

diastolik mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan pemeriksaan

tekanan darah sebelum diberikan perlakuan senam lansia

menggunakan spygmanometer, stetoskop dan lembar observasi.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa rata-rata tekanan

darah sebelum perlakuan pada kelompok intervensi pengukuran

pertama didapatkan hasil 148,10/93,33 mmHg dengan tekanan darah

terendah 140/90 mmHg dan tekanan darah tertinggi 160/90 mmHg.

Sedangkan pada kelompok kontrol pengukuran pertama didapatkan

hasil 146/95,33 mmHg dengan tekanan darah terendah 140/90 mmHg

dan tekanan darah tertinggi 160/100 mmHg.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa rata-rata tekanan

darah sesudah perlakuan pada kelompok intervensi pengukuran hari

terakhir didapatkan hasil 133,33/89,04 mmHg dengan tekanan darah

terendah 130/80 mmHg dan tekanan darah tertinggi 150/90 mmHg.

sedangkan pada kelompok kontrol pengukuran terakhir didapatkan

hasil 146,67/86 mmHg dengan tekanan darah terendah 140/80 mmHg

dan tekanan darah tertinggi 150/90 mmHg.

66
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui rata-rata perbedaan

penurunan tekanan darah antara kelompok intervensi dengan

kelompok kontrol adalah sebesar -9,34/3,00 mmHg. Hasil uji statistik

didapat nilai probabiliti pada tekanan darah sistolikk sebesar 0,001,

pada tekanan darah diastolik sebesar 0,033, pada alpha 0,05 didapat p

< alpha, maka dapat disimpulkan terdapat efektivitas senam lansia

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di

desa (lapangan) Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.

Senam lansia merupakan olahraga ringan dan mudah dilakukan,

tidak memberatkan, yang diterapkan pada lansia. Aktivitas olahraga

senam lansia membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena

melatih tulang agar tetap kuat, mendorong jantung bekerja secara

optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berlebihan

didalam tubuh (Setiawan et al, 2015). Melakukan olahraga seperti

senam lansia bertujuan untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan,

koordinasi tubuh, memelihara kesehatan. Selain itu senam lansia juga

dapat menunda perubahan fisiologis yang biasanya terjadi pada proses

penuaan muskuloskeletal, penurunan kekuatan dan fleksibilitas,

peningkatan kerentanan terhadapa cidera, penurunan kelenturan

struktur sendi, serta melindungi lansia dar jatuh (Aji et al, 2015).

Pada penelitian sebelumnya perbedaan perubahan tekanan darah

sistolik sebelum dan setelah diberikan senam lansia terdapat

penurunan rata-rata tekanan darah dari sebelum perlakuan 149,17

mmHg menjadi 127,50 mmHg sesudah perlakuan dengan selisih

67
sebanyak 21,67 mmHg dengan nilai p value = 0,000. Hal ini

mengindikasikan bahwa terjadi penurunan nilai rata-rata tekanan

darah sistolik setelah dilakukan senam lansia. Sedangkan pada

tekanan darah diastolik sebelum perlakuan 91,25 mmHg menjadi

78,75 mmHg sesudah perlakuan dengan selisih sebanyak 12,50 mmHg

dengan nilai p value = 0,000. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi

penurunan nilai rata-rata tekanan darah diastolik setelah dilakuan

senam lansia. Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa pemberian

senam lansia berpengaruh secara signifikan terhadap tekanan darah

sistolik dan diastolik karena nilai p value sama-sama 0,000 < 0,05

(Astari & Dyah, 2012).

Tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, umur,

perubahan sikap, kondisi kesehatan seperti kelebihan berat badan

(obesitas), olahraga, merokok dan alkohol, kondisi psikis, dan jenis

kelamin. Sedangkan faktor yang mempengaruhi hipertensi yaitu usis,

jenis kelamin, kurang olahraga, pola makan kurang baik, kebiasaan

merokok (Laili, 2018).

Menurut (Hemuhilli dalam Sari dkk, 2017) menjelaskan bahwa

senam lansia yang terdiri dari latihan pemanasan, latihan inti, dan

latihan pendinginan yang mana gerakan-gerakan didalamnya

bertujuan untuk menurunkan kecemasan, stres, dan menurunkan

tingkat depresi. Penurunan tersebut akan menstimulasi kerja sistem

saraf perifer (autonom nervous system) terutama parasimpatis yang

menyebabkan vasodilatasi penampang pembuluh darah akan

68
mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah baik sistolik

maupun diastolik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan

tekanan darah lebih besar pada kelompok intervensi dari pada

kelompok kontrol. Karena pada kelompok intervensi diberikan

perlakukan sebanyak 8x dalam 1 bulan selama 2x seminggu,

sedangkan pada kelompok kontrol hanya diberikan 1x perlakuan

selama penelitian. Pada responden penelitian ini diketahui bahwa

tidak semua lansia yang menderita hipertensi menggunakan terapi

farmakologi baik kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Penelitian ini hanya membuktikan apakah senam lansia dapat

membantu menurunkan tekanan darah dengan cepat atau tidak.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian tentang efektivitas senama lansia terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia dengan hipertensi memilik beberapa keterbatasan

yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, responden yang mengikuti senam

lansia kurang dari yang diharapkan, sehingga hasil tidak maksimal

dikarenakan jumlah responden pada kelompok intervensi yang seharusnya

berjumlah 26 orang tetapi yang hadir mulai awal penelitian sampai akhir

hanya berjumlah 21 orang dikarenakan ada beberapa orang yang berhalangan

untuk ikut serta dalam penelitian ini sehingga data pada kelompok intervensi

kurang maksimal. Sedangkan pada kelompok kontrol jumlah responden yang

seharusnya sebanyak 26 orang tetapi yang hadir hanya 15 orang dikarenakan

beberapa orang ada yang berhalangan disaat proses penelitian.

69
Tidak hanya itu peneliti menggunakan tensi yang berbeda-beda pada

penelitian ini, dan sebelum penelitian tidak dilakukan uji Kappa terlebih

dahulu dengan petugas pengumpul data lainnya.

70
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

5.1.1 Nilai rata-rata Tekanan darah sistol pada kelompok intervensi sebelum

diberikan perlakuan senam lansia adalah sebesar 148 mmHg dan

sesudah senam sebesar 133,3 mmHg dengan selisih 14,7 mmHg. Nilai

rata-rata pada tekanan darah diastolik sebelum diberikan senam lansia

adalah sebesar 93 mmHg dan sesudah senam sebesar 89mmHg

dengan selisih 4 mmHg.

5.1.2 Nilai rata-rata Tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol sebelum

diberikan perlakuan senam lansia adalah sebesar 146 mmHg dan

sesudah senam sebesar 142,6 mmHg dengan selisih 3,4 mmHg. nilai

rata-rata pada tekanan darah diastolik sebelum diberikan senam

sebesar 95,3 mmHg dan sesudah senam sebesar 86 mmHg dengan

selisih 9,3 mmHg.

5.1.3 Pada tekanan darah Sistol nilai Pvalue sebesar 0,001 yang berarti

<0,05, dan pada tekanan darah diastol nilai P Value sebesar 0,033

yang berarti <0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

efektivitas senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia

dengan hipertensi di Desa (Lapangan) Pakisaji Kecamatan Pakisaji

Kabupaten Malang.

71
5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadikan hasil penelitian ini sabagai salah satu referensi

dalam pendidikan kesehatan khususnya tentangan efektivitas senam

lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan

hipertensi.

5.2.2 Bagi pelayanan kesehatan

Tenaga kesehatan perlu melakukan sosialisasi dan pelatihan

keterampilan pelaksanaan senam lansia sehingga dapat melaksanakan

pengelolahan lansia yang mengalami hipertensi dengan cara

penatalaksanaan non-farmakologi untuk mengontrol tekanan darah

pada penderita hipertensi.

5.2.3 Bagi Masyarakat

Membantu masyarakat agar dapat melakukan senam lansia secara

mandiri.

5.2.4 Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan onformasi, serta

keterbatasan penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian

selanjutnya agar lebih baik lagi. Diharapkan untuk penelitian

selanjutnya senam lansia dapat dilakukan minimal 3-4x dalam 1

minggu agar efektif lagi dalam menurunkan tekanan darah pada lansia

yang menderita hipertensi, agar hipertensi menjadi lebih optimal

dengan cara pemberian senam selama 30-45 menit.

72
5.2.5 Bagi peneliti

Penelitian dapat menambah wawasan penelitian dan dapat

mengembangkan pengetahuan tentang efektivitas senam lansia

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertenis.

73
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, I., D, 2015, “Pengaruh Senam Bugar Lansia Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Tinggi Ibu Lansia”, Mojokerto.
Aji, P., W.; Isnaeni, Y; Sugiyanto, 2015. “Pengaruh Senam Lansia Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi, Yogyakarta.
Astari & Dyah, P, 2012, “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Lansia Dengan Hipertensi Pada Kelompok Senam Lansia”,
Denpasar
InfoDatin Hipertensi, 2014. “Mencegah dan Mengontrol Hipertensi Agar
Terhindar Dari Kerusakan Organ Jantung, Otak dan Ginjal”, Jakarta
Selatan : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Isesreni & Minropa, A., 2012, “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi”, Padang
Izhar, D., M., 2017, “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah”, Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi vol.17 no.1
Laili, N., 2018 “Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Senam Lansia Awal Hipertens”, Malang.
Mahanani, S & Kurnia, E, 2016, “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan
Darah Lansia”, Jurnal STIKES vol.9 no.2
Mayuni, O., A., G., I., 2013, “Senam Lansia Menurunkan Tekanan Darah
Lansia”, Denpasar
Moniaga, V., ; Pangemanan, C., H., D., ; Rampengan, V., J., J., 2013, “Pengaruh
Senam Bugar Lansia Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi”,
Jurnal E-Biomedik vol.1 no.2
Nerslicious, 2018. https://www.nerslicious.com/2018/03/tekanan-darah-
normal.html. Diakses 27 Oktober 2018. Jam 14.28 WIB
Pratiwi, A., 2017, “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia Dengan Hipertensi”, vol.5 no.1
Roza, A, 2016, “Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi”, Jurnal
kesehatan STIKES Prima Nusantara Buikttinggi vol 7 no.1
Sardjito, 2018. http://sardjito.co.id/2018/07/09/pencegahan-penyakit-hipertensi-
dengan-gaya-hidup-sehat-dan-peningkatan-pengetahuan-tentang-
hipertensi/. Diakses 27 Oktober 2018. Jam 19.07 WIB
Sari, P., R., ; Kamil, N., E., 2017, “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Hipertensi”, Jurnal Ilmiah Kesehatan vol.12 no.12

74
Seke, A., P., ; Bidjuni, J., H ; Lolong, J, 2016, “Hubungan Kejadian Stres Dengan
Penyakit Hipertensi”, E-journal Keperawatan vol.4 no.2
Setiawan, A., W., I., ; Yunani ; Kusyanti., E, 2014, “Hubungan Frekuensi Senam
Lansia Terhadap Tekanan Darah dan Nadi Pada Lansia Hipertensi”,
Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah 2014.
Sundari, J., M., ; Suhadi ; Maryati, 2014, “Pengaruh Senam Lansia Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia”, Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan
Sunkudon, C., M., ; Palandeng, H., ; Kallo, V., 2015, “Pengaruh Senam Lansis
Terhadap Stabilitas Tekanan Darah Pada Kelompok Lansia GMIM
Anugerah”, Ejournal Keperawatan vol.3 no.1
Suoth, M ; Bidjuni, H ; Malara, T., R, 2014, “Hubungan Gaya Hidup Dengan
Kejadian Hipertensi”, Ejournal keperawatan vol.2 no.1
Supriadi, 2015, “Lanjut Usia dan Permasalahannya”, Jurnal PPKn & Hukum
vol.10 no.2
Trisnanto, 2016, “Pengaruh Senam Lansua Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Lansia Dengan Hipertensi Grade I-II”, Nganjuk
Willi, T. 2018. https://www.alodokter.com/hipertensi/penyebab. Diakses 27
Oktober 2018. jam 19.12 WIB
Willy, T. 2018. https://www.alodokter.com/hipertensi/komplikasi. Diakses 27
Oktober 2018. jam 19.14 WIB
Willy, T. 2018. https://www.alodokter.com/hipertensi/pengobatan. Diakses 27
Oktober 2018. jam 19.18 WIB

75

Anda mungkin juga menyukai