Anda di halaman 1dari 4

INTERPRETASI KASUS 3 - ANEMIA HEMOLITIK

RPS :
- Air kemih merah kecokelatan setelah diberi antibiotic sejam yg lalu. Kemungkinan bisa saja terjadi ggn
filtrasi ginjal sehingga terdapat darah di urinnya. Ada kemungkinan juga, karena kapasitas absorbsi yg
melebihi batas sehingga banyak darah hasil destruksi/perombakan ataupun hasil metabolism yg lolos ke
urine. Destruksi sel darah merah tersebut juga bisa terjadi akibat malaria.

- Lemah dan pucat


Gangguan proses transportasi oksigen (perfusi jaringan) shg metabolism aerob sangat minim terjadi dan
menyebabkan sedikitnya penghasilan ATP sehingga An. R lemah.

RPD
- Demam, batuk, pilek 7 hari yg lalu
Adanya riwayat demam dalam 7 hari terakhir merupakan salah satu gejala pada malaria.
- Didiagnosis Pneumonia dan diberikan obat ceftriaxone (dosis 1gr/hari), namun tidak ada perbaikan dan
malah memburuk.
Tidak adanya perbaikan memungkinkan alternative penyakit lain yg menjadi penyebab demam, batuk,
pilek. Keadaan yg memburuk memungkinan 2 hal yaitu : kesalahan pemberian terapi atau bisa juga
pemberian terapi yg benar namun terdapat respon imun dari tubuh. Respon imun tersebut bisa juga
karena Dosis An. R yg diberikan yaitu 1gr/hari kemungkinan dosis terlalu tinggi dimana umumnya dosis
ceftriaxone untuk anak itu sekitar 30-50mg/kgBB/hari dan bila dihitung:
kgBB berdasar umur = 2n + 8 = 2(3) + 8 = 14
Dosis = 30-50mg/kgBB/hari x 14 = 420 – 700mg/hari.

RPD :
- Tidak ada alergi obat dan makanan
- Tidak pernah dirawat karena kejang demam  bukan penyakit yg rekuren (kambuh)

RPK :
Bukan dari factor keluarga dan lingkungan sekitar

B. Hipotesis
1. Malaria demam, air kemih merah kecokelatan (blackwater fever)
2. Anemia hemolitik demam, lemah, pucat
3. Gangguan filtrasi ataupun absorbs pada ginjal  air kemih merah kecokelatan

C. Pemeriksaan
1. Fisik
- KU : tampak lemah & pucat  gejala anemia
- Kesadaran : compos mentis (belum mempengaruhi kesadaran)
– BB : 15 kg
- TB : 98 cm
- TD : 100/70 mmHg
- Nadi : 140 x/menit, isi cukup teratur
- RR : 40 x/menit
- Suhu : 36,8 oC (febris/demam 37,8 oC– 40oC)
- Mata :
konjungtiva anemis (anemia),
sklera ikterik (kadar bilirubin meningkat karena hemolysis atau gangguan hepar)
- Mulut : atrofi papilla lidah (-), glossitis (-)
- Wajah leher : tidak teraba limfadenopati (etiologi kemungkinan bukan karena infeksi)
- Jantung : terdengar murmur sistolik derajat II/VI (gangguan pada katup jantung, derajat masih lemah
tapi mudah di dengar )
- Paru : dbn (tidak ada gangguan di paru)
- Abdomen :
nyeri tekan (+)  karena adanya pembengkakan pada limpa
hepatomegaly (-),
splenomegaly dg schuffner II/VIII  limpa membengkak sering pada anemia hemolitik dan juga pada
malaria. Pembesaran limpa bisa terjadi karena proliferasi sel RES yg merupakan mekanisme untuk
membersihkan sel darah merah yg rusak sehingga terjadi penambahan jaringan pada limpa.
- Ekstremitas : edema (-) tidak terjadi inflamasi

2. Penunjang
a) Laboratorium
- Eritrosit, hematocrit, hemoglobin menurun memperkuat hipotesis anemia
- Hitug retikulosit meningkat  retikulosit meningkat memperkuat anemia hemolitik karena destruksi
eritrosit yg meningkat dengan waktu yg relative singkat menyebabkan tubuh harus membentuk banyak
eritrosit shg jumlah retikulosit(eritrosit muda)yang dihasilkan juga meningkat
- Trombosit normal kemerahan bukan terjadi karena gangguan pembekuan darah
-Leukosit normal melemahakan diagnose sebelumnya yaitu pneumonia dan juga hipotesis malaria
- MCV, MCH, MCHC dbn  anemia normositik normokrom
- ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate)/ LED (Laju Endap Darah) meningkat  karena hemolysis
sehingga eritrosit banyak yang lisis.Hematocrit yang menurun menyebabkan kecepatan aliran plasma
naik sehingga agregat sel darah merah turun lebih cepat.
(Bila viskositas darah menurun, LED meningkat)
- CRP (C- Reactive Protein) meningkat protein yg dihasilkan oleh hati karena adanya infeksi / inflamasi
dalam tubuh ataupun adanya reaksi antibodi
- BUN (Blood Ureum Nitrogen) normal  tidak terdapatnya urea dalam darah shg tidak ada gangguan
filtrasi pada ginjal
- Creatininine meningkat tingginya kreatinin menunjukkan jatuhnya laju filtrasi glomerulus dan
sebagai penurunan kemampuan ginjal mengekskresikan limbah namun peningkatan tersebut belum
terlalu bermakna dan sangat mendekati batas normal.
- LDH (Lactate dehydrogenase) meningkat  enzim LDH terdapat pada banyak sel tubuh, salah satunya
sel darah merah, sehingga apabila sel darah merah lisis dapat menyebabkan keluarnya enzim ini.
- Haptoglobin menurun  memperkuat anemia hemolitik yg terjadi secara intravaskular, haptoglobin
berfungsi untuk mengikat hb bebas di plasma, haptoglobin selalu berusaha untuk mengikat semua hb
bebas, sehingga kadar haptoglobin bebas menurun
- Total bilirubin = bilirubin direct + bilirubin indirect (meningkat)  memperkuat hipotesis anemia
hemolitik yg terjadi secara ekstravaskular.
- Direct coomb’s test (+) igG (3+) dan C3d(4+)  menunjukkan adanya reaksi antibody yg kemungkinan
disebabkan dari obat ceftriakson yg membuat kondisi An. R menjadi memburuk.

b) Urinalisa
- Eritrosit (+2), hemogobinuria (+), proteinuria (+1)  terdapatnya sel darah merah, hemoglobin, dan
protein menunjukkan kemungkinan bahwa kapasitas yg mampu untuk mengabsorbsi menjadi berkurang
karena hemolysis intravascular yg terlalu berlebihan.

c) Apus darah tepi


- Gambaran anemia normositik normokrom dengan anisositosis, poikilositosis, dengan sferosit (1-5 /
HPF) polikromasia  gambaran lab pada anemia hemolitik (normositik normokrom)

D. Diagnosis
Anemia Hemolitik Autoimun yang Terinduksi Antibiotic Ceftriaxone.

Anda mungkin juga menyukai