Dokumen - Tips - Persiapan Pembedahan Pasien Hiv
Dokumen - Tips - Persiapan Pembedahan Pasien Hiv
PASIEN HIV/AIDS
Disusun oleh :
Pembimbing :
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yaitu penyakit
yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia.Virus
penyebab AIDS disebut HIV (Human Immunideficiency Virus). Sehingga manusia dapat
meninggal bukan karena semata-mata oleh virus HIV nya tetapi oleh penyakit lain
yang sebenarnya bisa ditolak seandainya tahan tubuhnya tidak rusak.
Cara penularan AIDS tidak semudah penularan virus influenza. HIV hanya bersarang
pada sel darah putih tertentu yang disebut T4. Karena sel T4 ini terdapat pada
cairan-cairan tubuh, maka HIV dapat ditemukan dalam cairan tubuh, yaitu: darah, air
mani, cairan vagina. Penularan AIDS terutama berlangsung melalui hubungan seks
dengan pengidap HIV, transfusi darah dimana darahnya mengandung HIV, alat suntik,
ibu hamil terhadap janinnya.
Jumlah pengidap HIV di DIY hingga Desember 2009 mencapai 899 orang dan hingga April
2010 terdata pengidap HIV/AIDS 1183orang (AIDS 443). Selama kurang lebih 4 bulan
terdapat kenaikan 32%. Pengidam HIV/AIDS disominasi usia produktif antara 20-29
tahun dan 30-39 tahun. dari jumlah tersebut didapatkan 57,6% laki-laki dan 32,9%
perempuan. Data kemenkes hingga Juni 2010 menyebutkan angka kumulatif HIV/AIDS dari
33 provinsi di Indonesia mencapai 21770 kasus AIDS dan 60600 kasus HIV. Hampir
kebanyakan dari penderita HIV juga memerlukan tindakan operatif. Saat ini masih
perlu pengelolaan khusus tindakan operatif pada pasien HIV.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mencegah penularan HIV terhadap petugas kesehatan di tempat kerja, CDC
menawarkan rekomendasi berikut:
Strategi pencegahan : petugas harus mengasumsikan bahwa darah dan cairan tubuh lain
dari semua pasien berpotensi menular. Oleh karena itu mereka harus mengikuti
pencegahan dan pengendalian infeksi pada setiap saat
Secara rutin menggunakan pelindung ketika mengantisipasi kontak dengan darah atau
cairan tubuh
Segera mencuci tangan dan permukaan kulit lainnya setelah kontak dengan darah atau
cairan tubuh lainnya
Hati-hati menangani dan membuang instrumen tajam selama dan setelah digunakan
Penggunaan alat pelindung seperti sarung tangan, baju, celemek, masker, kacamata
untuk yang kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh
Pengumpulan dan pembuangan jarum dan benda tajam aman, dengan menggunakan box anti
tusukan dan berisi cairan yang merupakan bukti yang dibutuhkan dalam setiap area
peraawatan pasien
Menggunakan sistem pengelolaan dan pembuangan limbah yang aman bagi kesehatan
Pengertian
Merupakan tata cara pengelolaan pasien dengan infeksi HIV/AIDS disemua unit
pelayanan medis tindakan operasi maupun diagnostik
Tujuan
Kebijakan
Petugas kamar operasi menyediakan alat penampung/wadah khusus untuk benda tajam
seperti jarum, pisau, dll. Wadah ini dipilih yang tidak tembus dan telah diberi
desinfektan (klorin 0,5%)
Petugas juga menyediakan pelindung untuk petugas pembersih seperti: sarung tangan
rumah tangga, sepatu karet, jubah plastik dan masker
Petugas yang dalam melakukan tindakan beresiko terkena percikan cairan tubuh
penderita harus memakai kacamata dan masker (operator, asisten operator,
instrumentator)
Untuk menghindari luka tusuk saat instrumentator memberikan instruumen tajam kepada
operator atau sebaliknya, maka dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan
tempat khusus
Antisipasi kerusakan sarung tangan dengan cara penggunaan 2 lapis sarung tangan
oleh operator, dan mengganti sarung tangan beberaa kali bila tindakan yang
dilaksanakan membutuhkan waktu lama
Operator harus hati-hati menjangkau daerah tindakan yang sukar dilihat untuk
menghindari luka tusuk bila ada benda tajam
Cairan tubuh yang melekat dibadan penderita harus segera dibersihkan agar tidak
mengenai orang lain
Alat yang sudah tidak dipergunakan harus dimasukan dalam wadah khusus yang telah
diberi desifektan
Kain kasa atau kapas yang telah tercemar cairan tubuh penderita harus dimasukan ke
dalam wadah plastik khusu yang sudah disediakan
Persiapan
Persiapan meliputi:
Persiapan Tim
Persiapan APD
Kenakan topi
Kenakan masker
Kenakan kacamata
Sepatu boot
Gaun, apron
Masker
Persiapan alat:
Plastik transparan/mika
Plester/isolasi
Gunting
Mengalasi meja operasi, brankard, meja obat anestesi, lamp operasi, meja mayo, meja
instrumen, mesin diartemi, tiang infus, lantai dan alin-lain dengan plastik
transparan (sesuai kebutuhan)
Persiapan Pasien
Persiapan lain-lain
Tim Operasi memakai alat pelindung tubuh dan sarung tangan rangkap
Tim Operasi dilarang keluar dari kamar operasi sebelum melepas alat pelindung tubuh
Memasukan kassa, alat tenun yang sudah tercemar kedalam kantong plastik yang
disediakan
Memasukan alat-alat benda tajam yang sudah dipakai ke wadah yang sudah disediakan
Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak di diagnosis atau tidak terlihat
seperti beresiko
Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien
Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan untuk mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksius yang lain.
Pengelolaan linen
Jika semua pasien diperlakukan seperti mereka memiliki virus yang menyebar melalui
darah
Jika perlindungan ekstra hanya diperlukan ketika pasien diketahui atau diduga
terinfeksi oleh virus atau menyebar melalui droplet, udara, atau rute kontak
transmisi.
Setiap orang (pasien atau petugas kesehatan) sangat berpotensi meningkatkan infeksi
Cuci tangan
Pakai sarung tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang terluka, mukosa,
darah , bagian tubuh lain, instrument yang kotor, sampah yang terkontaminasi, dan
sebelum melakukan prosedur invasive
Gunakan alat pelindung diri (kacamata pelindung, masker muka dan celemek) untuk
mencegah kemungkinan percikan dari tubuh (sekresi dan ekskresi) yang muncrat dan
tumpah (misalnya saat membersihkan instrumens dan benda lainnya)
Pada akhirnya, untuk semua alat yang terkontaminasi dilakukan dekontaminasi dan
dibersihkan secara menyeluruh, kemudian disterilkan atau didesinfeksi tingkat
tinggi (DTT) dengan menggunakan prosedur yang ada.
Mencuci Tangan
Mencuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan walaupun mamakai sarung tangan dan alat pelindung yang lain. Tindakan
ini penting untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan
sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi dan lingkungan kerja terjaga dari
infeksi.
Cuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah memakai sarung tangan
Cuci tangan higienis atau rutin, dilakukan untuk mengurangi kotoran dan flora yang
ada ditangan dengan menggunakan sabun tau detergen
Cuci tangan aseptic, dilakukan sebelum melakukan tindakan aseptic pada pasien
dengan menggunakan cairan antiseptic
Cuci tangan bedah, dilakukan sebelum melakukan tindakan bedah dengan cara aseptic
dengan menggunakan cairan aseptic dan sikat steril.
Indikasi mencuci tangan: cuci tangan harus dilakukan pada saat yang di antisipasi
akan terjadi perpindahan kuman melalui tangan yaitu:
Sebelum melakukan tindakan, misalnya memulai pekerjaan (baru tiba dikantor), saat
akan memeriksa (kontak langsung dengan klien),saat akan memakai sarung tangan
steril atau sarung tangan yang telah didesinfeksi tingkt tinggi (DTT) untuk
melakukan suatu tindakan, saat akan memakai peralatan yang telah di DTT, saat akan
melakukan injeksi dan pemasangan infuse, dan saat hendak pulang kerumah.
Mencuci tangan
Untuk mencuci tangan harus selalu diusahakan tersedia sabun antiseptic dan air
mengalir. Melepaskan benda disekitar tangan (jam tangan, cincin, gelang, dan lain-
lain)
Gunakan tissue untuk membuka keran air untuk untuk menghindari tangan yang kotor
mengkontaminasi keran.
Basahi tangan dan pergelangan tangan, kemudian tuangkan lebih 5 cc sabun cair
ditelapak tangan
Menggosok dengan busa sabun semua permukaan secara mekanik selama 15-30 detik dan
dilanjutkan dengan membilas pada air yang mengalir
Sarung tangan, untuk mencegah perpindahan mikroorganisme yang terdapat pada tangan
petugas kesehatan kepada pasien, dan mencegah kontak antara tangan petugas dengan
darah atau cairan tubuh pasien, selaput lendir, luka, alat kesehatan, atau
permukaan yang terkontaminasi.
Pelindung wajah (masker, kacamata,helm): untuk mencegah kontak antara droplet dari
mulut dan hidung petugas yang mengandung mikroorganisme ke pasien, dan mencegah
kontak droplet/darah/cairan tubuh pasien kepada petugas
Penutup kepala: untuk mencegah kontak dengan percikan darah atau cairan tubuh
pasien
Gaun pelindung (baju kerja atau celemek) : mencegah kontak mikroorganisme dari
pasien atau sebaliknya
Sepatu pelindung: mencegah perlukaan kaki oleh benda tajam yang terkontaminasi,
juga terhadap darah dan cairan tubuh lainnya.
Dekontaminasi
Pencucian
Penyimpanan
Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan sarung
tangan yang tercemar. Hal penting yang harus dilakukan sebelum membersihkan alat
adalah mendekontaminasi alat dan benda lain yang mungkin terkena darah dan cairan
tubuh. Segera setalah digunakan, alat harus direndam dilarutan klorin 0,5 % selama
10 menit. Langkah ini bertujuan mencegah penyebaran infeksi alat kesehatan atau
suatu permukaan benda, menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV serta dapat mengamankan
petugas yang membersihkan alat tersebut dari risiko penularan.
Produk-Produk Dekontaminasi
Larutan klorin dan natrium hipoklorit yang umumnya tidak mahal dan merupakan
produk dengan reaksi yang paling cepat dan efektif pada proses dekontaminasi,
tetapi ada juga bahan lainnya yang biasa digunakan seperti 70% etil atau isopropil
alcohol dan 0,5%-3% bahan fenolik atau karbol. Apabila tidak tersedia desinfektan
untuk proses dekontaminasi, maka perlu kewaspadaan yang tinggi saat menangani dan
membersihkan benda tajam tercemar (misalnya jarum jahit, gunting, dan pisau bedah).
Cara membuat larutan klorin untuk dekontaminasi dan DTT alat adalah dengan cara
mencampurkan satu bagian (cangkir atau gelas) cairan pemutih pekat ditambah
sejumlah x (kali) bagian air (misalnya jika ingin membuat larutan 0,5% campur 1
cangkir pemutih + 6 cangkir air sehingga seluruhnya menjadi 7 cangkir). Gunakan air
matang saat membuat larutan klorin 0,1% karena air ledeng mengandung bahan
mikroskopis yang dapat menonaktifkan klorin.
Sebelum melepas sarung tangan kotor, masukkan tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam kontainer yang berisi larutan klorin 0,5%.
Lepaskan sarung tangan dengan cara membalikkannya sehingga bagian luar menjadi
bagian dalam kemudian rendam sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
Cuci sarung tangan dengan larutan sabun. Bersihkan bagian dalam dan luar.
Bilas sarung tangan dengan air bersih sampai dengan tidak ada detergen atau sabun
Keringkan dengan hati-hati bagian dalam dan luar sarung tangan sebelum melakukan
sterilisasi atau desinfeksi.
Rendam semua peralatan yang telah dipakai kedalam container plastic yang berisi
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
Sikat peralatan di bawah permukaan air sabun, gunakan sikat yang lembut (pastikan
bagian-bagian yang bergerigi seperti engsel dan sekrup telah disikat sampai bersih)
Bilas dengan air bersih sampai tidak ada sabun atau detergen
Pada akhir tindakan, dengan menggunakan sarung tangan, ambil linen/kain penutup
lapangan operasi, masukkan dengan hati-hati ke dalam container atau kantung
plastic.
Bila kain/linen tercemar, beri larutan klorin 0,5% pada 5 bagian yang terpapar
darah/cairan plastic, diikat, diberi label bahan menular, kirim ke tempat
pencucian.
Pencucian Alat
Pada alat kesehatan yang tidak terkontaminasi dengan darah, misalnya dengan kursi
roda, tensimeter, infuse pump, dan lain-lain cukup dilap dengan larutan detergen,
air dan sikat. Pencucian harus dilakukan dengan teliti sehingga darah atau cairan
tubuh lain, jaringan, bahan organic, dan kotoran betul-betul hilang dari permukaan
alat tersebut.
Cuci dengan detergen netral dan air, gunakan sarung tangan, pencucian yang hanya
menggunakan air tidak dapat menghilangkan protein, minyak, dan partikel-partikel.
Detergen digunakan dengan cara mencampurkannya dengan air dan digunakan untuk
membersihkan partikel dan minyak serta kotoran lain.
Tidak dianjurkan untuk menggunakan sabun cuci bias untuk membersihkan peralatan,
karena sabun yang bereaksi dengan air akan meninggalkan residu yang sulit
dihilangkan, hindarkan juga penggunaan abu gosok karena bekas goresan alat akan
menjadi tempat bersembunyi mkroorganisme.
Untuk pencucian linen, pegang linen sedikit mungkin, gunakan sarung tangan jika
harus memegang linen, kumpulkan dalam kantung.
Macam desinfeksi antara lain desinfeksi kimiawi dan desinfeksi cara lainnya.
Berikut adalah penjelasan mengenai kedua jenis desinfeksi tersebut:
Desinfeksi kimiawi:
Alkohol
Klorin membunuh bakteri diduga dengan cara menghambat reaksi enzimatik yan esensial
dalam sel, denaturasi protein, dan inaktivasi asam nukleat.
Formaldehyd
Digunakan sebagai desinfektan dan sterilisasi baik dalam bentuk cair maupun gas.
Dipasar formaldehyde dijual dalam bentuk cair yang dikenal dengan formalin
(formaldehyde 37% dari beratnya), formaldehyde berfungsi sebagai bakterisidal,
tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal, serta sporisidal tetapi bersifat
karsinogenik sehingga jarang digunakan lagi. Cara kerja formaldehyde adalah melalui
alkilasi asam amino atau protein.
Glutaraldehyde
H2O2
Asam parasetat
Fenol
Nama lainnya adalah lisol atau karbol. Fenol konsentrasi tinggi bekerja
sebagai zat racun yang menembus protoplasma, merusak dinding sel dan menggumpalkan
protein sel. Pada konsentrasi rendah, turunan fenol membunuh kuman dengan
menghambat kerja enzim dan menyebabkan kebocoran hasil metabolisme sel melalui
dinding sel.kombinasi turunan fenol dengan detergen digunakan untuk dekontaminasi
lingkungan rumah sakit, termasuk permukaan meja, lantai laboratorium, dan alat
kesehatan resiko rendah. Pemakaian di kamar bayi tidak dianjurkan karena bisa
menyebabkan hiperbilirubin pada bayi. Fenol tidak digunakan untuk alat kesehatan
resiko tinggi dan sedang karena meninggalkan residu.
Desinfeksi fisik:
Pasteurisasi
Mesin pencuci yang dirancang untuk bekerja otomatis dan tertutup untuk
membersihkan pispot, Waskom, alat kesehatan bedah, dan pipa anestesi. Mesin ini
menggunakan air panas kira-kira 90 0C.
Steamer.
Sterilisasi fisik
Pemanasan basah: koagulasi dan denaturasi protein: pada suhu 121 0C, selama 20-30
menit.
Pemanasan kering: oven, pembakar, sinar intramerah: pada suhu 150-170 0C, selama
>30 menit. Untuk membunuh spora, pemanasan juga bisa dilakukan pada suhu 180 0C
selama 2 jam.
Radiasi sinar gamma, sangat mahal dan hanya digunakan untuk industry besar misalnya
jarum suntik, spuit sekali pakai, dan alat-alat infus.
Gas etilin oksida (ETO) adalah gas beracun. Dipakai untuk alat yang tidak tahan
panas (karet, plastic, elektronik, kabel, alat optic, dan lain-lain).
ETO pada kelembaban 20-40%, kepekatan 540-900 mg/liter, dipakai pada suhu 16 jam.