KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan
kasus ini disusun dalam rangka mengikuti Program Internship Dokter Indonesia di
RS TNI AD TK IV (DKT) KEDIRI.
Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat:
1. Mayor CKM dr. Eko Lulus Budiyanto, M.Kes selaku Kepala RS DKT Kediri
2. dr. Rita Diahastuti selaku pembimbing internship
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan
bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan
kasus ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1 Definisi......................................................................................................2
2.2 Epidemiologi.............................................................................................2
2.3 Etiologi......................................................................................................2
2.4 Klasifikasi.................................................................................................2
2.5 Patofisiologi..............................................................................................3
2.6 Manifestasi Klinis.....................................................................................5
2.7 Diagnosis...................................................................................................7
2.8 Penatalaksanaan........................................................................................7
2.9 Pencegahan..............................................................................................10
2.10 Prognosis.................................................................................................10
BAB III LAPORAN KASUS...............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri kepala merupakan gejala umum yang pernah dialami hampir semua
orang dan lebih dari 90% populasi pernah mengalami satu jenis sakit kepala. Setidak-
tidaknya secara episodik selama hidupnya. Di Amerika Serikat lebih dari 23 juta
orang mengalami nyeri kepala, dimana 17,6% diderita oleh wanita dan 6% pada laki-
laki.1,2,3
Nyeri kepala dapat merupakan bagian dari gejala sisa (sekuele) akibat
peningkatan tekanan intrakranial, cedera kepala, tumor otak, ketegangan mata,
sinusitis, perubahan atmosfir, alergi makanan, strees emosional, alkohol, makanan,
dan sebagainya. Daftar faktor-faktor etiologi yang mugkin menjadi penyebab nyeri
kepala tidak ada habisnya dan bersifat individual. Ada tiga jenis nyeri kepala,
berdasarkan klasifikasi dari International Headache Society yang terbaru tahun 2004,
terdiri atas migraine, tension type headache (TTH), serta cluster headache dan jenis
nyeri kepala primer lainnya.1,2,4
TTH atau nyeri kepala tipe tegang adalah manifestasi dari reaksi tubuh
terhadap stres, kecemasan, depresi, konflik emosional, kelelahan atau hostilitas yang
tertekan. Respon fisiologis yang terjadi meliputi refleks pelebaran pembuluh darah
ekstrakranial serta kontraksi otot-otot rangka kepala, leher dan wajah.5
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
TTH didefinisikan sebagai rasa berat atau tertekan yang menetap, pada kedua
sisi kepala yang timbul episodik dan berkaitan dengan stres, tetapi dapat berulang
hampir setiap hari tanpa adanya faktor psikologis. Nyeri ini timbul karena kontraksi
terus-menerus otot-otot kepala dan tengkuk yaitu m. splenius kapitis, m. temporalis,
m. maseter, m. sternokleidomastoideus, m. trapezius, m. servikalis posterior, dan m.
levator skapula. Sifat nyerinya biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari ringan-
berat, bilateral, tidak dipicu oleh aktivitas fisik dan gejala penyertanya tidak
menonjol. TTH ini juga dikenal sebagai stress headache, muscle contraction
headache, psychomiogenic headache, ordinary headache, and psychogenic
headache.6,7,8
2.2. Epidemiologi
Pada penelitian di Amerika, TTH merupakan penyakit nyeri kepala primer.
Penyakit ini 88% dijumpai pada wanita dan 66% pada laki-laki dan sekitar 60%
serangan sakit kepala jenis ini terjadi pada usia lebih dari 20 tahun (8).
2.3. Etiologi
Etiologi dari TTH ini belum diketahui secara pasti, namun diduga disebabkan
oleh beberapa faktor pencetus antara lain adalah cahaya yang menyilaukan, stres
psikososial, kecemasan, depresi, stres otot, marah, terkejut, serta penggunaaan obat
untuk TTH yang berlebihan.6
2.4. Klasifikasi
Klasifikasi TTH menurut Ad Hoc Committee of The International Headache
Society adalah sebagai berikut:6,8
2.5. Patofisiologi
Patofisiologi dari TTH sangat kompleks dan banyak faktor yang
mempengaruhinya, baik dari faktor sentral maupun perifer. Pada penderita TTH
didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan yang bertambah pada palpasi jaringan
miofascial perikranial. Impuls nosiseptif dari otot perikranial yang menjalar ke kepala
mengakibatkan timbulnya nyeri kepala dan nyeri yang bertambah pada daerah otot
maupun tendon tempat insersinya.9
TTH adalah kondisi stres mental, nonfisiologikal motor stres, dan miofasial
lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya yang menstimuli
perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi supraspinal pain, kemudian
berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-masing individu mempunyai sifat self
limiting yang berbeda-beda dalam hal intensitas nyeri kepalanya.8,10
4
Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga struktur
fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi oleh serabut
kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan serabut tebal yang
bermyelin (A∞ dan AB) dalam keadaan normal mengantarkan sensasi yang ringan/
tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan inocuous, seperti misalnya
proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator kimiawi terangsang dan timbul
proses sensitisasi serabut Aoc dan serabut C yang berperan menambah rasa nyeri
Dulu dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala dan leher yang dapat
menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan penting dalam TTH sehingga pada
masa itu sering juga disebut muscle contraction headache. Akan tetapi pada akhir-
akhir ini pada beberapa penelitian yang menggunakan EMG (elektromiografi) pada
penderita TTH ternyata hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang
tidak mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas otot maka
akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas otot itupun
trigger point yang berukuran kecil, hanya beberapa milimeter saja (tidak terdapat
pada semua otot). Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin (dilepas dari
platelet), bradikinin( dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin) dan
kalium (yang dilepas dari sel otot), substance P dan Calcitonin Gene Related Peptide
dari aferens otot berperan sebagai stimulan sensitisasi terhadap nosiseptor otot skelet.
5
Jadi pada saat ini yang dianggap lebih berperan adalah nyeri miofascial terhadap
timbulnya TTH.8,9
nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi otot
terhadap timbulnya nyeri pada TTH. Semua nilai ambang pressure pain detection,
thermal & electrical detection stimuli akan menurun di sefalik maupun ekstrasefalik.9
Gejala yang lain dari nyeri kepala ini berupa konsentrasi yang lemah,
perasaan lelah dan iritabel. Kualitas nyeri kepala ini digambar sebagai nyeri yang
tumpul dan menetap. Sering tidak digambarkan sebagai rasa nyeri tetapi sebagai rasa
berat atau rasa tertekan atau juga rasa ketat. Pada 25% penderita serangan nyeri
tumpul dapat kemudian berubah menjadi rasa berat dan kadang-kadang ada kualitas
berdenyut (pulsasi). Nyeri kepala yang tumpul ini bisa berasal dari bangunan yang
terletak dalam di kulit. Pada beberapa keadaan, nyeri dapat dirasakan terlokalisir di
satu tempat misalnya : orang dengan kebiasaan mengerutkan dahi dapat merasakan
nyeri di daerah bitemporal, dan orang dengan kebiasaan leher lurus merasakan nyeri
di oksipital.11
Gambaran intensitas nyeri pada nyeri kepala ini sebagai “seakan-akan kepala
akan pecah, yang menunjukkan karakteristik histerik”. Sedangkan durasi dari nyeri
kepala ini dapat kontinyu menetap sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Penderita dapat melaporkan tak pernah sembuh dari nyeri kepalanya. Namun selama
perjalanan yang panjang itu intensitas nyerinya dapat menyusut dan mengembang
dari jam ke jam. Frekuensi nyeri akan dilaporkan setiap hari, ters menerus dan tak
pernah bebas nyeri kepala, pola temporalnya disebut pola undulasi (bergelombang),
dimana nyeri menetap kontinyu, periodisitasnya tak jelas dan awitannya tidak
paroksismal. Gejala-gejala lainnya yang dapat ditemukan pada nyeri kepala tegang
otot ini adalah sebagai berikut:11
Fotofobia ringan namun konstan, mendorong penderita memakai
kacamata hitam walaupun hari mendung.
Gejala-gejala gastrointestinal: mual, muntah (jarang), sendawa belebihan
dan mengeluarkan flatus.
Hiperventilitas, gangguan konsentrasi, kurang minat dalam bekerja dan
melakukan hobi, Gejala-gejala ini dapat ditafsirkan sebagai sindrom
cemas (ansietas).
7
Rasa nyeri di dada kiri, di punggung dan region koksigeus. Rasa nyeri ini
bersamaan gejala GI dan Gejala psikosomatik lainnya dapat ditafsirkan
sebagai sindrom depresi.
Banyak penderita yang mengalami nyeri kepala tegang otot walaupun tak ada
stress emosional yang berat. Pada nyeri kepala yang sudah berlangsung lama, faktor
pencetus bisa juga berlaku sebagai faktor yang memperberat sehingga akan
menambah intensitas nyerinya. Gerakan-gerakan pada jurusan tertentu dapat
memperberat nyerinya.11
Pada TTH biasanya tidak ditemukan kelainan organik, anemia sedang dan
tekanan darah sistemik yang sedikit tinggi atau rendah tidak relevan bagi TTH, yang
menonjol adalah unsur fobia berupa sakit kepala kalau melihat orang banyak, sakit
kepala kalau berada ditempat yang tinggi atau sakit kepala kalau naik lift, jenis fobia
yang diproyeksikan dalam keluhan adalah agorafia (fobia terhadap tempat yang luas
dan ramai), akrofobia (fobia terhadap kecuraman), klustrofobia (fobia terhadap ruang
yang sempit). TTH yang diwarnai dengan unsur histerik adalah klavus histerik yaitu
sakit kepala yang terpusat pada kalvarium. Sakit kepala semacam ini hampir selalu
disertai gejala globus histerikus yaitu perasaan seolah-olah tenggorokan dicekik atau
kerongkongan tersumbat.12
Nyeri kepala TTH bisa berupa suatu aktivitas yang dapat menyebabkan
kepala berada pada 1 posisi dalam jangka waktu lama tanpa bergerak, sehingga
menyebabkan sakit kepala, aktivitas tersebut meliputi pengetikan atau penggunaan
computer, pekerjaan halus dengan tangan dan penggunaan mikroskop. Tidur di dalam
suatu ruangan yang dingin atau tidur dengan posisi leher yang salah dapat
mencetuskan sakit kepala jenis ini.13
2.7. Diagnosis
Tidak ada tes khusus untuk menegakkan diagnosis TTH. Penderita yang
mempunyai riwayat pengobatan dan melakukan pemeriksaan fisik termasuk evaluasi
8
2.8. Penatalaksanaan
Pada nyeri kepala TTH penatalaksanaan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:6,7,8,13,14,15
1. Terapi psikofisiologis
Terapi ini dapat berupa terapi relaksasi, program untuk mengatasi stres, serta
tehnik ayap balik hayati (biofeedback). Dengan modalitas terapi tersebut, frekuensi
TTH serta beratnya penyakit dapat berkurang. Strategi pengelolaan stress mungkin
sangat menolong pada TTH. Perubahan cara hidup mungkin diperlukan untuk nyeri
kepala TTH kronik. Cara tersebut meliputi istirahat yang cukup dan latihan,
perubahan dalam pekerjaan atau kebiasaan relaksasi ataupun perubahan yang lain.
2. Fisioterapi
Terapi ini berupa latihan pengendoran otot-otot, misalnya latihan relaksasi,
yoga, semedi, diatermi, kompres hangat, TENS (Transcutaneus electrical nerve
stimulation) ataupun terapi akupuntur. Terapi fisik dan teknik relaksasi ini dapat
memberikan keuntungan pada kasus-kasus khusus.
3. Farmakoterapi
Terdiri atas terapi abortif yang bertujuan untuk menghentikan atau
mengurangi serangan penyakit pada TTH tipe episodik, serta terapi
pencegahan/preventif untuk terapi jangka panjang yang bermanfaat pada TTH kronik,
namun dapat juga digunakan pada TTH tipe episodik. Obata-obatan yang dapat
digunakan pada pengobatan TTH yaitu :
9
2.9. Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan pada nyeri kepala TTH ini dapat berupa teknik
relaksasi pencegahan dan penghindaran situasi stress. Pada beberapa orang, suatu
pengobatan sehari dapat membantu, secara khas dapat digunakan Trisiklik
antidepresan, bahkan untuk orang-orang tanpa depresi.5
Pencegahan lain meliputi penggunaan bantal yang berbeda atau mengubah
posisi tidur, posisi saat membaca harus benar, saat bekerja atau melakukan aktivitas
lain yang dapat menyebabkan sakit kepala. Latihan leher dan bahu harus sering
terutama saat mengetik, menggunakan komputer atau pekerjaan lain. Selain itu juga
harus cukup tidur dan istirahat atau pemijitan otot dapat mengurangi sakit kepala.
Mandi atau berendam air panas/dingin dapat membebaskan sakit kepala untuk
sebagian orang.13
11
2.10. Prognosis
Prognosis dari TTH umumnya memberikan respon yang baik terhadap
pengobatan tanpa pengaruh efek sisa.11
12
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
1) Keluhan Utama
Nyeri Kepala
4) Riwayat Alergi
Alergi obat maupun makanan disangkal pasien.
7) Riwayat Sosial
Pasien merupakan karyawan swasta yang sehari-harinya bekerja di depan
komputer. Pasien mengaku kalau ia tidak merokok maupun mengonsumsi
alkohol.
Status General
Kepala : normocephali, rambut warna hitam tidak beruban
Mata : anemis -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+, isokor
THT : tonsil T1/T1, faring hiperemi (-)
Thorak : Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pul : ves +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : distensi (-), BU (+) normal
Ekstremitas : edema (-/-), hangat (+/+)
3.4 Diagnosis
Tension Type Headache
3.5 Penatalaksanaan
- Paracetamol 3 x 500 mg PO
14
- Caviplex 1 x 1 tab
3.6 KIE
Istirahat yang cukup. Tidur yang cukup 6-8 jam/ hari,
Menghindari stressor psikis kalau memungkinkan,
Mandi menggunakan air hangat untuk melemaskan otot leher yang kaku,
Datang kontrol apabila keluhan menetap atau bertambah buruk.
3.7 Prognosis
Ad Vitam : ad Bonam
Ad Functionam : ad Bonam
Ad Sanationam : ad Bonam
15
DAFTAR PUSTAKA
14. Sinta, Meta, Tony Handoko, Sardjono, Freddy W, FD Suyatna, Udin S et al.
Farmakologi dan Terapi Edisi 4. FKUI. Jakarta; 2001.h.109-270
15. Dodick, David W. Chronic Daily Headache. NEJM 2006:354:2:158-165
16. Hardjasaputra, P.S.I. Data Obat di Indonesia (DOI) Edisi 10. Grafidian
Medipress, Jakarta; 2002