Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Potter & Perry (2005) menyatakan model adaptasi didasarkan pada pemahaman bahwa individu
mengalami ansietas dan peningkatan stress ketika mereka tidak siap untuk menghadapi situasi
yang menegangkan. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa stress mengarahkan dewasa
muda terlibat dalam perilaku beresiko seperti minum-minum atau merokok untuk mengelola
stress tersebut (White, et al., 2006, dalam Papalia & Feldman, 2014). Hasil penelitian lainnya
menyebutkan stress yang dialami mahasiswa membuat mereka lebih menyukai makan makanan
siap saji, tidak cukup tidur, dan tidak berolahraga yang cukup (Hudd et al., 2000, dalam Papalia
& Feldman, 2014).
Berdasarkan ciri perkembangan mahasiswa, mahasiswa dalam sistem pembelajaran, dan stress -
adaptasi, Sharma & Kaur (2011) menemukan bahwa stress pada mahasiswa keperawatan
berfokus pada pertumbuhan dan dapat menyebabkan tekanan psikologis, keluhan fisik, masalah
perilaku, dan prestasi akademik yang buruk, dan lebih lanjut Sharma & Kaur (2011)
menyebutkan bahwa akademik, interpersonal, intrapersonal, dan lingkungan, berkontribusi
terhadap terjadinya stress pada mahasiswa keperawatan. Pantel (2008) mendapatkan bahwa pada
mahasiswa program diploma, efikasi diri adalah satu faktor penentu dalam pencapaian
mahasiswa, dan pada mahasiswa S1 pencapaian ditentukan oleh efikasi diri, kecemasan secara
umum, dan strategi manajemen. Selanjutnya, Raman (2010) mendapatkan bahwa pada
mahasiswa keperawatan, dukungan fakultas, efikasi diri, dan komitmen, memainkan peran
penting dalam pengalaman hilangnya dorongan dan dasar-dasar untuk keberhasilan pada
mahasiswa.
Socratous (2013) menemukan 36 kejadian hidup penuh stress yang berhubungan dengan depresi
pada mahasiswa, diantaranya: masalah keuangan, dropping dari perguruan tinggi, gagal pada
satu atau beberapa mata kuliah, kehilangan teman dekat, putus dengan pacar, orangtua
kehilangan pekerjaan, anggota keluarga dekat sakit, membangun hubungan yang baru dengan
partner, keluarga besar tinggal bersama, liburan sendirian, dan sebagainya.
2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian adalah sejauhmana tingkat pengetahuan mahasiswa tentang


manajemen stress di Akademi Keperawatan Islamic Village Tangerang tangerang

3. Tujuan Penelitian
3.1. Tujuan Umum
Teridentifikasi tingkat pengetahuan mahasiswa tentang manajemen stress di Akademi
Keperawatan Islamic Village Tangerang tangerang

3.2. Tujuan Khusus


1). Mengidentifikasi tingkat pengetahuan mahasiswa tentang stress

2). Mengidentifikasi tingkat pengetahuan mahasiswa tentang dampak stress

3). Mengidentifikasi tingkat pengetahuan mahasiswa tentang manajemen stress

4. Manfaat Penelitian
BAB 2
TINJAUAN TEORI

Bab ini menjelaskan beberapa konsep yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan
meliputi konsep stres, konsep manajemen stres, konsep mahasiswa dan kerangka teori penelitian.

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indera
penglihatan, indera pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia didapat melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2010).

2.1.2 Klasifikasi tingkat Pengetahuan


Menurut Notoatmojo (2010) “pengetahuan didalam domain kognitif mempuntai 6 tingkatan”.

2.1.2.1 Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain dengan menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya (Notoatmojo, 2010).

2.1.2.2 Memahami.
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, mnyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari
(Notoatmojo, 2010).
2.1.2.3 Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitunga perhitungan hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah didalam masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan (Notoatmojo, 2010).

2.1.2.4 Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti
dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokan dan sebagainya (Notoatmojo, 2010).
2.1.2.5 Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada (Notoatmojo, 2010).

2.1.2.6 Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria-kriteria
yang telah ada (Notoatmojo, 2010).

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang berisi pertanyaan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan yang diukur, pengukuran pengetahuan ada dua kategori yaitu dengan
menggunakan pertanyaan subjektif misalnya pertanyaan jenis essay dan pertanyaan objektif
misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), pertanyaan betul-salah dan pertanyaan
menjodohkan (Notoatmojo (2010); Arikunto (2010)).

Rumus pengukuran pengetahuan P = f / N x 100 % dengan keterangan P adalah


prosentase, f frekwensi jumlah soal benar, dan N jumlah soal (Arikunto, 2010)
Menurut Arikunto (2010) untuk pengkategorian pengetahuan yang umum digunakan yaitu
1. Kriteria baik dengan nilai 76 - 100 %
2. Kriteria cukup dengan nilai 56 - 75 %
3. Kriteria kurang dengan nilai 40 - 55 %
4. Kriteria tidak baik dengan nilai dibawah 40 %

2.2 Konsep stres


2.2.1 Pengertian
Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan seorang individu untuk
berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976).
Menurut Canadian Centre for Occupational Health & Safety [CCOHS] (2006), mengatakan
stres adalah tekanan dari luar yang bisa membuat seseorang merasa tertekan. Tekanan yang
digolongkan dapat membuat orang stres adalah tekanan yang sifatnya mengancam (threaten),
tekanan yang sifatnya menakutkan atau mengerikan (scare), tekanan yang sifatnya
mengkhawatirkan (worry), tekanan yang sifatnya menyakitkan atau yang menusuk (prod). Stress
adalah status permusuhan yang dipicu oleh persepsi bahwa suatu peristiwa mengancam
kemampuan seseorang untuk mengatasinya secara efektif. Stress tidak hanya mencakup berbagai
peristiwa lingkungan atau kejadian dalam kehidupan, tetapi juga reaksi terhadap peristiwa
kehidupan yang menegangkan (Fontaine, 2009). Stress adalah segala situasi dimana tuntutan
non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye,
1976, dalam Potter&Perry, 2005).

2.2.2 Reaksi terhadap stress


Hans selye (1974 dalam Videbeck, 2008) menyampaikan ada tiga tahap reksi pada stress, yaitu:
reaksi alarm, dimana stress merangsang pesan fisologis tubuh dari hipotalamus ke kelenjar dan
organ-organ untuk mempersiapkan kebutuhan stimulus. Tahap resistensi; stress yang terus
berlanjut sistem pencernaan mengurangi kerjanya dengan mengalirkan darah ke area yang
dibutuhkan untuk pertahanan. Apabila individu beradaptasi terhadap stress, tubuh akan berespon
dengan rileks serta respon sistemik menurun. Tahap keleahan; tahap ini terjadi ketika individu
berespon negative terhadap ansietas dan stress sehingga timbul respon fisiologis yang terus
menerus sehingga kapasitas cadangan berkurang dan menjadi sedikit.
Roy (1970, dalam Parker & Smith, 2010) mendeskripsikan manusia sebagai sistem adaptasi
holistik, baik sebagai individu maupun kelompok, melakukan proses pertahanan untuk adaptasi
dan meningkatkan individu dan transformasi lingkungan. Manusia dalam memenuhi
kebutuhannya, selalu dihadapkan dengan berbagai persoalan yang kompleks, sehingga dituntut
untuk melakukan adaptasi. Penggunaan mekanisme pertahanan diri, dalam rangka berespon
melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri dari keadaan
rentang sehat sakit dari keadaan lingkungan sekitar.

Model konsep adaptasi Roy mengemukakan empat elemen penting, yaitu: manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan. Manusia, dipandang sebagai sistem adaptasi kehidupan yang
perilakunya dapat diklasifikasikan menjadi respon yang adaptif atau respon yang inefektif.
Lingkungan, terdiri dari stimuli internal dan eksternal. Kesehatan, adalah proses terintegrasi dan
untuk dapat mencapai tujuan hidup, pertumbuhan, reproduksi, penguasaan. Keperawatan,
memiliki tujuan meningkatkan respon adaptasi yang berhubungan dengan model adaptasi,
menggunakan informasi tentang tingkat adaptasi manusia dan stimulus.

2.2.3 Penyebab
Banyak hal yang bisa memicu stres muncul seperti rasa khawatir, perasaan kesal, kecapekan,
frustasi, perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, Pre Menstrual Syndrome
(PMS), terlalu fokus pada suatu hal, perasaan bingung, berduka cita dan juga rasa takut.
Biasanya hal ini dapat diatasi dengan mengadakan konsultasi kepada psikiater atau beristirahat
total. Menurut situs (geocities.com) penyebab stres dibagi menjadi dua (2), yaitu:
2.2.3.1 Lingkungan selalu membuat kita harus memenuhi tuntutan dan tantangan,karenanya
merupakan sumber stres yang potensial. Kita mengalami bencana alam, cuaca buruk,
kemacetan lalu-lintas, dikejar waktu, masalah pekerjaan, rumah tangga, dan
hubungan antar manusia. Juga kita dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan kondisi keuangan, pindah kerja, atau kehilangan orang yang kita cintai.
2.2.3.2 Tuntutan dari tubuh kita untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan faali yang
terjadi. Contohnya: perubahan yang terjadi waktu remaja, perubahan fase kehidupan
akibat fluktuasi hormon dan proses penuaan. Selain itu, datangnya penyakit,
makanan yang tidak sehat, kurang tidur dan olah raga akan mempengaruhi respons
terhadap stres.
2.2.4 Tanda dan gejala
Stres dapat dilihat dari gejala pisik, mental, emosi dan prilaku (Albert Maramis MD. 1999. Tanda
dan Gejala Stres (geocities, 2008)), gejala tersebut dapat berupa gejala fisik merasa lelah,
insomnia, nyeri kepala, otot kaku dan tegang (terutama leher/tengkuk, bahu, dan punggung
bawah), berdebar-debar, nyeri dada, napas pendek, gangguan lambung dan pencernaan, mual,
gemetar, tangan dan kaki merasa dingin, wajah terasa panas, berkeringat, sering flu, dan
menstruasi terganggu.
Karena gejala fisik ini mungkin ada kaitannya dengan penyakit fisik, sebaiknya berkonsultasi
dengan dokter sebelum memutuskan bahwa gejala fisik tersebut disebabkan oleh stress. Gejala
mental berkurangnya konsentrasi dan daya ingat, ragu-ragu, bingung, pikiran penuh atau kosong,
kehilangan rasa humor, gejala emosi cemas (pada berbagai situasi), depresi, putus asa, mudah
marah, ketakutan, frustrasi, tiba-tiba menangis, fobia, rendah diri, merasa tak berdaya, menarik
diri dari pergaulan, dan menghindari kegiatan yang sebelumnya disenangi serta gejala perilaku
mondar-mandir, gelisah, menggigit kuku, menggerak-gerakkan anggota badan atau jari-jari,
perubahan pola makan, merokok, minum minuman keras, menangis, berteriak, mengumpat,
bahkan melempar barang atau memukul.

2.2.5 Jenis Stres


Stres dibedakan menjadi dua macam, yaitu stres ringan (good stress) dan stres berat (bad stress).
Stres yang ringan berguna karena dapat memacuseseorang untuk berpikir dan berusaha lebih
tangguh menghadapi tantangan hidup. Sebaliknya, stres yang berat dan berkelanjutan, akan
berbahaya bila tidak ditanggulangi. Tidak hanya berpengaruh pada psikis, tetapi stres juga akan
memengaruhi kesehatan. (Fitri. 2007)
2.2.6 Dampak stres
2.2.6.1 Dampak stress
a. Dampak fisik. Dapat terjadi penyakit terkait stres; sebagai contoh penyakit jantung
dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Di paru dapat terjadi asma dan bronkhitis
(radang saluran napas), hambatan fungsi pencernaan, seperti tukak/ulkus, kolitis
(radang usus besar) dan diare kronik (menahun). Selain itu berperan menghambat
pertumbuhan jaringan dan tulang yang akan menyebabkan dekalsifikasi
(berkurangnya kalsium) dan osteoporosis (tulang keropos) serta tergangunya sistem
kekebalan.
b. Dampak emosional. Karena pelepasan dan kekurangan norepinefrin (noradrenalin)
yang kronis dapat terjadi depresi. Akibatnya timbul perasaan tak berdaya dan
ketakmampuan, merasa gagal dan kepercayaan diri jatuh. Orang yang terkena depresi
cenderung menarik diri dari pergaulan, ansietas, dan menyendiri yang pada gilirnnya
malah menambah depresinya.
c. Dampak pada perilaku. Sering terjadi perubahan perilaku akibat dorongan untuk
mencari pelepasan; bertempur atau lari. Masalahnya, perilaku yang dipilih sering
merugikan, misalnya "perilaku adiktif" (kecanduan) akibat usaha untuk meredakan
atau melarikan diri dari stres yang menyakitkan. Alkohol, obat-obatan, merokok, dan
makan berlebihan sering dijadikan alat untuk membantu menghadapi stres. Perilaku
lainnya yang terlihat adalah menunda-nunda, perencanaan yang buruk, tidur
berlebihan dan menghindari tanggung jawab (Albert Maramis MD. 1999. Stres
(www.geocities.com/alarams/stres. diakses 10 November 2008)).
2.2.7 Pencegahan Stres
Menurut situs (Tirtaamijaya, 2007) pencegahan stres dapat dilakukan dengan cara

2.2.7.1 Energi positif


Keluarkan energi positif di dalam diri kita dengan selalu berpikiran optimis
dalam menghadapi setiap permasalahan. Sadarilah bahwa dalam setiap permasalahan
pasti ada jalan keluarnya. Sebaiknya jangan bersikap terlalu keras pada diri sendiri
karena setiap rencana yang telah kita buat belum tentu dapat tercapai.
Bersikaplah lebih fleksibel sehingga kita dapat lebih menikmati indahnya hidup.
2.2.7.2 Menjaga kesehatan
Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Jagalah kesehatan tubuh kita
dengan olah raga yang teratur, tidur yang cukup, dan konsumsi makanan yang bergizi.
Olah tubuh dapat merangsang keluarnya endorphine, yaitu zat yang membuat tubuh
merasa nyaman, sehingga orang yang berolahraga teratur biasanya tampak sehat dan
bahagia. Olah raga teratur sebaiknya didukung juga dengan pola makan yang sehat dan
istirahat yang baik.
2.2.7.3 Kendalikan emosi
Cara termudah untuk mengendalikan emosi adalah dengan minum air putih yang
banyak saat emosi mulai memuncak. Air putih dapat menenangkan emosi dan
membantu kita untuk berpikir lebih jernih. Emosi yang berlebihan justru dapat
menjadi memicu terjadinya stres. Bersikaplah lebih sabar dan berpikir lebih luas agar
dapat memahami setiap masalah dengan jernih.
2.2.7.4 Istirahat sejenak
Luangkan sedikit waktu untuk beristirahat. Gunakanlah akhir pekan dengan baik,
khususnya untuk memanjakan diri dan keluar dari rutinitas sehari-hari. Berkumpul
bersama keluarga atau teman-teman merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan
energi positif serta semangat baru.
2.2.7.5.Terbuka
Jangan pendam masalah kita sendirian. Seperti ada pepatah yang mengatakan, that’s what
friends are for. Dengan berbagi cerita kepada orang yang kita percaya, maka beban kita
akan terasa lebih ringan dan tidak mengendap di dalam pikiran.
2.2.7.6 Tingkatkan rasa humor
Secara klinis, humor dapat digunakan untuk mengatasi rasa stres. Di Indonesia, sekarang
ini sudah banyak tersedia terapi tertawa yang biasanya dilakukan oleh sekelompok orang
minimal 5 orang, selama 5 sampai 10 menit. Humor memang perlu dilakukan agar syaraf
tidak terlalu tegang dan tubuh dapat berelaksasi.
2.3 Manajemen stress
2.3.1 Pengertian
Manajemen stres adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara efektif untuk
mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena
tanggapan/respon (Wiki. 2008).

2.3.2 Teknik manajemen stress


Teknik penanganan stress ada tiga (Keliat, 2006); dengan cara fisik: relaksasi tubuh, cara pikiran:
manajemen pikiran, cara lingkungan: ciptakan lingkungan terapeutik yang nyaman.
Beberapa cara penanggulangan stress tersebut:
2.3.2.1 Cara fisik
a. Relaksasi progresif. Gejala yang dialami: lelah, kram otot, nyeri leher dan
punggung, tegang, sulit tidur, cemas
b. Latihan nafas. Gejala yang dialami: cepat marah, cepat tersinggung, tegang, lelah.
2.3.2.2 Cara pikiran
a. Hipnotis lima jari
b. Stop berpikir
2.3.2.3 Cara lingkungan
a. Lingkungan fisik
Rumah yang rapi, bersih, tenang, dan nyaman akan membantu mengatasi situasi
stress; warna-warna yang sejuk dan indah juga dapat memberi ketenangan; musik,
suara, yang lembut akan juga memberi perasaan rileks; pemandangan yang hijau,
bunga-bunga dan indah juga dapat memberi ketenangan
b. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial yang terdekat dengan kita adalah suami/istri, dan anak. Untuk itu
di dalam keluarga perlu saling mengenal satu dengan yang lain. Jika istri melihat
suami sedang stres maka sebaiknya tidak menambah stimulus yang menambah stres
tetapi mendorong untuk menggunakan cara penanggulangan stres. Berperan serta
pada kegiatan lingkungan: ibadah bersama, kebersihan lingkungan, pada
pengungsian ikut membantu kegiatan dapur umum, kegiatan sosial juga. Semua cara
di atas dapat membuat stres teratasi, tetapi sumber masalah mungkin belum selesai.
Oleh karena itu dianjurkan menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah :
1. Identifikasi masalah secara obyektif
2. Identifikasi beberapa alternatif penyelesaian masalah
3. Pilih dan laksanakan satu alternatif
4. Evaluasi,

2.4 Konsep mahasiswa


2.4.1 Pengertian
Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi (UU RI Nomor 12 tahun 2012).
Menurut Sarwono (1978), mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk
mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Kelompok
mahasiswa menurut Fauzi (2004), terdiri dari pemuda dan pemudi dari sekitar usia 18,0 tahun
hingga 30,0 tahun, dengan mayoritas kelompok umur sekitar 18,0 tahun hingga 25,0 tahun .
Masa umur antara 18,0 sampai 25,0 inilah masa usia mahasiswa yang sebenarnya.
Berdasarkan jenjang tingkat pendidikan keperawatan di atas, jenis perawat di Indonesia
berdasarkan pasal 4 UU No. 38 Tahun 2014 terdiri dari perawat profesi dan perawat vokasi.
Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa mahasiswa keperawatan adalah seorang individu yang
sedang mengikuti pendidikan keperawatan di salah satu perguruan tinggi yang berusia sekitar 18
– 30 tahun.
2.4.2 Tahap perkembangan Mahasiswa
Beberapa ahli peneliti perkembangan mengingatkan bahwa masa remaja akhir hingga
pertengahan usia 20 merupakan masa peralihan yang disebut peralihan masa dewasa (Papalia &
Feldman, 2014), dan kebanyakan peralihan dewasa muda saat ini melanjutkan ke perguruan
tinggi, setidaknya 2 hingga 4 tahun di sebuah institusi dan bagi beberapa mahasiswa bekerja
selama kuliah merupakan alternatif pilihan yang dilakukan untuk bisa mencapai apa yang mereka
cita-citakan (Papalia & Feldman, 2014), Selanjutnya, berdasarkan wawancara singkat peneliti
dengan beberapa mahasiswa keperawatan, didapatkan alasan bahwa pilihan untuk melanjutkan
pendidikan adalah karena mereka memiliki keinginan setelah selesai kuliah nanti mendapatkan
karir yang sesuai dengan keinginannya, memperoleh pekerjaan yang layak, mandiri dalam
keuangan, selanjutnya menikah, dan memiliki keluarga yang dapat mereka berikan kehidupan
yang layak. Ada juga yang menyatakan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi merupakan
salah satu cara mereka untuk memperluas jaringan interaksi dan menemukan pasangan hidup
yang cocok.

2.5 Kerangka Konsep Penelitian


BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFINISI OPERASIONAL

Bab ini akan menjelaskan kerangka konsep, hipotesis penelitian dan definisi operasional yang
mengarahkan pelaksanaan penelitian dan tujuan umum penelitian.

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep merupakan uraian atau kaitan antara konsep yang digunakan oleh peneliti
dengan variabel dari masalah yang akan diteliti (Notoatmojo, 2010). Variabel yang akan
dikaitkan dengan konsep yang digunakan oleh peneliti, dijabarkan pada variabel dalam skema
3.1.

Manajemen Stres Tingkat Pengetahuan Mahasiswa


tentang Manajemen Stress

Skema 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis Penelitian


Sesuai dengan kerangka konsep yang diuraikan diatas, maka peneliti
mengambil suatu hipotesis sebagai berikut:
3.2.1 Ada perbedaan tingkat pengetahuan Mahasiswa tentang manajemen stress
3.2.2 Ada pengaruh karakteristik mahasiswa (usia, tingkatan kelas/semester)
terhadap tingkat pengertahuan Mahasiswa tentang manajemen stres

3.3 Definisi Operasional


Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi operasional Cara ukur/alat Hasil ukur Skala
ukur
Data demografi responden
1 Usia Umur mahasiswa sejak Kuesioner A Dalam tahun Rasio
dilahirkan sampai Format demografi
dengan ulsng tshun
terskhirtahun (sesuai
kriteria inklusi)
2 Pendidikan Tingkat pendidikan Kuesioner A 1. Tingkat 1 Ordinal
mahasiswa Format demografi 2. Tingkat 2
sesuai jawaban 3. Tingkat 3
yang sudah tersedia
3 Jenis Kelamin Gambaran karakteristik Kuesioner A 1= Laki-laki Nominal
seksual dari responden Format demografi 2= Perempuan
sesuai jawaban
yang sudah tersedia
No Variabel Definisi operasional Cara ukur/alat Hasil ukur Skala
ukur
5 Pengetahuan Penegtahuan Kuesioner B terdiri 1. Baik (jika Interval
Tentang Stress mahasiswa dalam dari 8 item prosentase
menjawab dengan pertanyaan jawaban 76-
benar tentang stress 100%)
2. Cukup (jika
prosentase
jawaban 56-
75%)
3. Kurang (jika
prosentase
jawaban 76-
100%)
4. Tidak baik (jika
prosentase
jawaban 40%)
Variabel Dependen

6. Pengetahuan Penegtahuan Kuesioner terdiri 1. Baik (jika Interval


Tentang mahasiswa dalam dari 8 item prosentase
Manajemen menjawab dengan pertanyaan jawaban 76-
Stress benar tentang 100%)
manajemen stress 2. Cukup (jika
prosentase
jawaban 56-
75%)
3. Kurang (jika
prosentase
jawaban 76-
100%)
4. Tidak baik (jika
prosentase
jawaban 40%)
BAB 4
METODE PENELITIAN

Bab 4 ini menguraikan tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian, yang
terdiri dari desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, tempat penelitian, waktu penelitian,
etika penelitian, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data serta analisa data dalam
penelitian tingkat pengetahuan mahasiswa tentang manajemen stress di Akademi Keperawatan
Islamic Village Tangerang tangerang
4.1 Desain Penelitian

Tabel.4.1
Analisis Deskriptif Keluarga yang mempunyai ank dengan autis
Variabel penelitian Data metode Analisis
Karakteistik keluarga yang
mempunyai anak autis
1 Usia Rasio Tendensi sentral
2 Pendidikan Ordinal Distribusi frekuensi
3 Jenis kelamin Nominal Distribusi frekuensi
4 Pekerjaan Nominal Distribusi frekuensi
5 Penghasilan Rasio Tendensi sentral
6 Tipe autisme Ordinal Distribusi frekuensi
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai