OLEH :
Baga erlangga
Intan Purnamasari
Elsa Oktaviani
Fajar
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Telah diketahui bahwa untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah,
dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlulah disediakan dan
Untuk dapat menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan tersebut, banyak yang
harus diperhatikan. Yang paling penting adalah pelayanan masyarakat yang dimaksud harus sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Namun sekalipun terdapat kesesuaian yang seperti ini telah
menjadi kesepakatan semua pihak, namun dalam praktek sehari-hari tidaklah mudah dalam
kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan dimasyarakat. Dengan kesepakatan
yang seperti ini diupayakanlah menemukan masalah kesehatan yang ada dimasyarakat tersebut.
Demikianlah, berpedoman pada kesepakatan yang seperti ini, dilakukan berbagai upaya untuk
menemukan serta merumuskan masalah kesehatan dimasyarakat. Upaya tersebut dikaitkan dengan
penyebaran disuatu masalah kesehatan dimasyarakat tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus
Subjek dan objek epidemiologi adalah tentang masalah kesehatan. Ditinjau dari sudut
epidemiologi, pemahaman tentang masalah kesehatan berupa penyakit amatlah penting. Karena
sebenarnya berbagai masalah kesehatan yang bukan penyakit hanya akan mempunyai arti apabila
ada hubungannya dengan soal penyakit. Apabila suatu masalah kesehatan tidak sangkut pautnya
dengan soal penyakit., maka pada lazimnya masalah kesehatan tersebut tidak terlalu
diperioritaskan penanggulangannya.
Demikianlah karena pentingnya soal penyakit ini, maka perlulah dipahami dengan sebaik-baiknya
hal ikhwal yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Kepentingan dalam epidemiologi paling tidak
untuk mengenal ada atau tidaknya suatu penyakit di masyarakat sedemikian rupa sehingga ketika
dilakukan pengukuran tidak ada yang sampai luput atau tercampur dengan penyakit lainnya yang
berbeda.
1. Tujuan
1) Tujuan Umum
Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam epidemiologi
adalah memperoleh data frekuensi, distribusi dan determinan penyakit atau fenomena lain yang
berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Dan dapat membuka wawasan begitu pentingnya
epidemiologi deskriptif untuk memperoleh gambaan yang jelas tentang morbiditas dan
2) Tujuan Khusus
epidemiologi.
2. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epidemiologi
Jika ditinjau dari asal kata, epidemiologi berarti ilmu yang memepelajari tentang penduduk
(yunani: epi = pada atau tentang, demos = penduduk, logos = ilmu). Pada saat ini epidemiologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan
Beberapa pengertian secara umum dan setengah awam, dapat dibaca dalam kamus atau
Webster’s New World Dictionary of the American Languange, Epidemiologi adalah cabang ilmu
Kamus Besar Bahasa Indonesia terbtan Balai Pustaka, Dep Dik Bud 1990: Epidemiologi adalah
ilmu tentang penyebaran penyakit menular pada manusia dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyebarannya.
Ensiklopedia Nasional Indonesia terbitan PT Cipta Adi Pustaka , Jakrta 1989 : Epidemiologi
adalah suatu cara untuk meneliti penyebaran penyakit atau kondisi kesehatan penduduk termasuk
B. Penelitian Epidemiologi
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :
1. Epidemiologi deskriptif adalah bagian yang dilakukan tanpa harus membuat suatu
hipotesa khusus. Kajian ini sering dipakai pada kajian awal kemunculan penyakit baru,
agar kita dapat memperoleh karakter penyakit, menghitung frekuensinya, dan
menentukan bagaimana variasinya terkait dengan tingkat individu, tempat dan waktu
(Ferasyi,2008).
penyebaran suatu masalah kesehatan tanpa memandang perlu mencari jawaban terhadap faktor-
menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit menurut orang, tempat, dan
Epidemiologi Deskriptif terutama menganalisis masalah yang ada dalam suatu populasi
tertentu serta menerangkan keadaan dan sifat masalah tersebut, termasuk berbagai faktor yang
erat hubungannya dengan timbulnya masalah. Bentuk kegiatan ini dapat memberikan
gambaran tentang adanya masalah dalam populasi tertentu dengan membandingkan populasi
tersebut terhadap populasi lainnya, atau dengan populasi yang sama pada waktu yang berbeda.
Bentuk ini banyak digunakan dalam mencari keterangan tenteng keadaan derajat kesehatan
maupun masalkah kesehatan dalam suatu populasi tertentu pada waktu dan tempat yang tertentu
pula. Disamping itu, epidemiologi deskriptif dapat pula memberikan gambaran tentang faktor yang
mempengaruhi timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan pada suatu populasi tertentu dengan
menggunakan analisis data epidemiologi dan data informasi lain yang bersumber dari berbagai
disiplin seperti data genetika, biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi, sosial ekonomi dan
sumber keterangan lainnya. Sebagai contoh penggunaan epidemiologi deskriptif antara lain pada
usaha penanggulangan berbagai wabah penyakit menular yang timbul dalam masyarakat. Selain
itu, penggunaan epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis masalah kesehatan,
penyusunan program kesehatan masyarakat dan penilaian hasil usaha dibidang kesehatan
masyarakat, serta bidang lain yang berkaitan erat dengan kesehatan seperti bidang kependudukan,
penyakit dapat dipelajari melalui riwayat alamiah penyakit. Dalam epidemiologi deskriptif,
distribusi penyakitnya menurut variabel variabel orang, waktu dan tempat (Lapau, 2011)
B. MACAM
menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang, tempat dan waktu.
Dalam sebuah penelitian gambaran epidemiologi kasus campak di cirebon tahun 2004-2011,
menyebutkan variabel terkait adalah jumlah kejadian campak, variabel bebasnya terdiri dari
umur, jenis kelamin, vitamin A, status imunisasi, tempat dan waktu (bulan) (Nurani, dkk.,
2012).
1. Variabel orang
Variabel adalah sesuatu yang dapat diamati dan dapat dihitung secara statistik. Variabel
orang dalam epidemiologi adalah karakteristik indvidu yang ada hubungannya dengan
individu secara tidak langsung dapat memberi perbedaan pada sifat keterpaparan maupun derajat
risk dan reaksi individu terhadap keterpaparan. Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh faktor
genetis bersifat tetap, seperti jenis kelamin, ras, dan data kelahiran, faktor biologis yaitu yang
berhubungan erat dengan kehidupan biologis, seperti umur, status gizi, dan kehamilan, dan faktor
perilaku, seperti mobilitas, status perkawinan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal dan
sebagainya.
a. Umur
Umur merupakan variabel yang sangat penting dalam epidemiologi deskriptif karena
cukup banyak penyakit ditemukan dengan berbagai variasi frekuensi yang disebabkan oleh umur
(Noor, 2008).
anak-anak sekolah yang terpapar pada penyakit yang timbul pada masa kanak-kanak, dan orang
dewasa yang terppar penyakit akibat kerja), status imun, serta kondisi fisik dan mental (Arias,
2009).
Umur berhubungan dengan keadaan, sedangkan keadaan berhubungan dengan variabel lain
seperti, proses umur, perkembangan fisiologis, dan imunitas. Umur dikaitkan dengan,
Alat diagnostik
Hubungan antara frekuensi penyakit dengan umur dinyatakan dalam bentuk age specific
incidence maupun prevalence (angka kejadadian umur khusus), yakni jumlah kejadian suatu
penyakit pada kelompok umur tertentu. Umur mempunyai hubungan yang erat dengan
keterpaparan dan mempunyai hubungan yang dengan besar risiko penyakit dan sifat resistensi
pada berbagai kelompok umur tertentu. Dengan demikian, adanya perbedaan pengalaman
terhadap penyakit menurut umur sangat mempunyai kemaknaan (pengaruh) yang berhubungan
dengan adanya perbedaan tingkat keterpaparan dan kerentanan menurut umur, adanya perbedaan
dalam proses kejadian patogenesis, maupun adanya perbedaan pengalaman terhadap penyakit
Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya
interval di dalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola
esakitan atau kematian, dan apakan pengolompokan umur dapat dibandingkan dengan
pengelompokan umur pada penelitian orang lain. Untuk keperluar perbandingan maka WHO
b) Interval 5 Tahun :
1 – 4,
5 – 9,
0 – 4 Bulan
5 – 10 Bulan
11 – 23 Bulan
2 – 4 Tahun
5 – 9 Tahun
insiden campak tertinggi terjadi pada kelompok umur < 1 tahun, dan tahun 2005 dan 2006
insiden campak tertinggi pada kelompok umur 1-4 tahun. Sedangakan tahun 2009 dan 2011
insiden campak tertinggi pada kelompok umur 5-9 tahun. Insiden kasus campak terendah tahun
b. Jenis Kelamin
Perbedaan frekuensi penyakit antara jenis kelamin wanita dan pria tergantung pada
berbagai faktor seperti perbedaan fisiologis, genetik, faktor risiko luar, tekanan emosional,
Jenis kelamin mempunyai hubungan tersendiri yang cukup erat dengan sifat keterpaparan
dan tingkat kerentanan terhadap penyakit tertentu. Pertama, adanya penyakit yang hanya
dijumpai pada jenis kelamin tertentu terutama yang berhubungan dengan alat reproduksi atau
yang secara genetis berperan dalam perbedaan jenis kelamin, misalnya pada hipertrofi prostat
pada pria atau karsinoma payudara pada wanita. Kedua, penyakit yang mempunyai
kecenderungan hanya pada jenis kelamin tertentu atau lebih sering dijumpai pada jenis kelamin
tertentu seperti hipertiroidisme, batu kandung empedu yang lebih sering pada wanita. Ketiga,
kemungkinan timbulnya perubahan frekuensi penyakit dari jenis kelamin tertentu ke jenis
c. Kelompok Etnik
homogenitas biologis/genetis. Dari segi epidemiologi kelompok orang yang tinggal dan hidup
bersama dalam waktu yang cukup lama dan membutuhkan karakteristik tertentu baik secara
biologis maupun dalam hal mekanisme sosial merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan
(Noor, 2008).
1) Ras
Ada tiga ras utama yang dikenal di dunia yakni ras Kaukasia (kulit putih), Neroid (kulit
hitam) dan Mongoloid (kulit cokelat). Cukup banyak studi epidemiologi yang telah dilakukan
Misalnya ras Negro yang secara genetik mempunyai sel darah merah yang berbentuk oval
sehingga ras Negro tersebut menderita “sickle cell anemia”. Ras Negro secara sosio-ekonomis
termasuk golongan berpendapatan rendah sehingga mereka rentan untuk menderita penyakit
Dalam menganalisis penyakit yang berkaitan dengan ras penduduk, harus diperhatikan
a) Adanya penyakit tertentu yang secara genetis berhubungan erat dengan ras, seperti anemia
sickle sel ;
b) Adanya penyakit tertentu yang tampaknya mempunyai perbedaan frekuensi terhadap ras, tetapi
c) Adanya suku terasing dengan pengalaman penyakit tertentu seperti penyakit kuru pada
penduduk asli di Irian Jaya, begitu pula adanya kelompok penduduk dengan ras tertentu yang
memiliki sosial ekonomi serta kehidupan kultural yang ketat dan dapat mempengaruhi frekuensi
2) Kelompok Etnik
Kelompok etnik lebih didasarkan pada perbedaan adat, kebiaaan hidup, keadaan sosial
ekonomi dan lingkungan hidup, jenis pekerjaan utama, dan lainnya. Dengan demikian, maka
tingginya angka risiko dan timbulnya perbedaan frekuensi kejadian penyakit dan kematian erat
d. Agama
Agama dapat memberikan keterangan tentang pengalaman dan keadaan penyakit tertentu.
Hal ini disebabkan karena adanya berbagai faktor yang erat hubungannya dengan agama,
misalnya perbedaan makanan yang dinyatakan terlarang oleh agama atau ritual khusus
keagamaan akan menghindarkan mereka dari penyakit tertentu dan tingkat risiko terhadap
penyakit tertentu. Selain itu kemungkinan adanya isolasi sosial terhadap agama tertentu,
terutama agama minoritas di wilayah tertentu dapat mempengaruhi proses timbulnya penyakit
Mereka yang beragama non–Islam biasanya memakan babi sehingga ada kemungkinan
terserang trichiniasis, yaitu penyakit pada seseorang yang terinfeksi trichinella spiralis. Wanita
yang suaminya non–Yahudi dan non–Islam bisanya tidak disunat sehingga berhubungan seksual
e. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (penyakit menular dan
gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya
tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan di dalam rumah yang luasnya
yang besar, juga mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi atau tidak
dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya (Notoatmodjo, 2011)
f. Jenis Pekerjaan
bahan kimia, gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan, dan
sebagainya.
b) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor yang berperan
d) Karena berkerumuh dalam satu tempat yang relatif sempit maka terjadi proses penularan
e) Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait pekerjaan di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di
indonesia terutama pola penyakit kronis, misalnya penyakit jantung koroner, tekanan
g. Status Perkawinan
Status perkawinan mempunyai peranan yang cukup penting, terhadap derajat keterpaparan
maupun dalam hal besarnya risiko dan pada derajat kerentanan. Dalam hal ini keterangan tentang
Variabel status perkawinan tersebut erat hubungannya dengan lingkungan sosisal, kebiasaan
hidup dan ketentuan hukum yang berlaku, yang berhubungan dengan status perkawinan, seperti
boleh tidaknya berpoligami, mudah tidaknya terjadi perceraian serta kebiasaan dan pandangan
masyarakat terhadap hidup sendiri (single) bagi laki-laki maupun bagi wanita. Dalam hal ini,
faktor agama dan faktor adat kebiasaan sangat erat hubungannya dengan variabel status
perkawinan, termasuk usia perkawinan. Variabel status perkawinan sangat erat hubungannya
Kelas sosial adalah variabel yang sering dilihat hubungannya dengan kesakitan atau
Status sosial ekonomi sangat erat hubungannya dengan pekerjaan dan jenis pekerjaan serta
tempat tinggal, kebiasaan hidup keluarga termasuk kebiasaan makan, dan sebagainya. Selain itu,
erat pula hubungannya pada faktor psikologi individu dan keluarga dalam masyarakat (Noor,
2008).
Menurut penelitian di Uni Eropa, menunjukkan bahwa faktor tunawisma adalah interaksi
antara faktor individu dan struktural. Individu termasuk kemiskinan, masalah keluarga,
i. Pendidikan
j. Penghasilan
Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena
tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transpor, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2011).
2. Variabel Tempat
Keterangan tempat dapat bersifat : (1) keadaaan geografi umpamanya daerah
pegunungan, pantai, serta dataran rendah; (2) batas adminitratif/ politik umpamanya batas
negara,provinsi,kabupaten,kecamatan (Noor,2008).
ditemukan pada tempat-tempat tertentu. Umpamanya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
lebih sering ditemukan di daerah perkotaan yang berpenduduk padat, dan hal ini erat
hubungannya dengan sifat vektor dan lingkungan. Sedangkan penyakit leptospirosis lebih
sering terjadi di daerah pertanian terutama daerah pertanian campur peternakan. Dalam analisis
epidemiologi maka adanya perbedaan keadaan atau frekuensi penyakit dalam masyarakat
b. Perbedaan tersebut timbul karena unit ruang lingkup di mana variabel internak akan bertambah
c. Perbedaan dan standar diagnosis yang digunakan maupun perbedaan sistem pelaporan yang
berlaku setempat, serta perbedaan situasi geografis dan demografis pada pembagian administratif
Faktor tempat dan pengaruh lingkungan yang ada di dalamnya meliputi lingkungan
biologis,kimiawi,fisik dan sosial sangat penting artinya dalam analisis faktor tempat
(Noor,2008).
a. Lingkungan biologis
Gambaram tempat sebagai penyebab penyakit yang paling mudah dimengerti adalah ciri iklim
dan ekologi yang menentukan jenis flora dan fauna yang terdapat di tempat tersebut. Ciri
tersebut dapat mempengaruhi pola penyakit dengan melalui suhu,kelembaban dan kondisi lain
yang sesuai untuk hidupnya parasit penyebab penyakit yang hidup di luar tubuh manusia.
Contohnya pada kasus penyakit flu burung, selain cuaca kejadian kasus pada hewan atau unggas
tersebut juga dipengaruhi oleh migrasi burung-burung liar. Virus H5N1 dengan patogenitas yang
tinggi (HPAI) dapat bertahan lama pada lingkungan dengan suhu udara yang rendah. Terlihat
bahwa daerah yang rata-rata suhu udaranya rendah berisiko lebih besar terserang penyakit Avian
Influenza/flu burung. Kabupaten Bandung, Bogor dan kabupaten Magelang dengan suhu udara
rata-rata-nya 23,5o, 24oC dan Kabupaten Magelang yang dikelilingi pegunungan dan beriklim
Sebagai lingkungan kimiawi terdapat dua jenis bahan kimia utama yaitu air dan udara. Air
merupakan faktor yang dapat mempngaruhi terjadinya penyakit seperti kandungan mineralnya (
yodium,fluor,tembaga dan seng). Kekurangan zat yodium dalam air minum dapat menimbulkan
penyakit gondok endemis. Lingkungan fisik yang berpengaruh terutama pada suhu udara di
c. Lingkungan sosial
Kemajuan kehidupan sosial di suatu lingkungan sosial merupakan faktor penentu utama terhadap
Lingkungan sosial merupakan penentu sifat dan jumlah fauna dan flora yang ada di lingkungan
tersebut, adanya reservoir serta vektor yang menyebarkan penyakit, adanya pencemaran serta
jenis dan tingkat pencemaran fisik dan kimiawi pada udara dan air. Dengan demikian, sifat
kehidupan sosial masyarakat pada suatu daerah tertentu dapat mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan yang berhubungan dengan status kesehatan dan pola penyakit setempat.
3. Variabel waktu
Perubahan berbagai faktor dari waktu ke waktu seperti perubahan jumlah dan komposisi
umur penduduk,perubahan lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis dan sosial, perubahan
kriteria penyakit dan alat diagnosis yang semakin canggih dan kemajuan cara pengobatan
Keadaan epidemi dapat bersifat singkat yang biasanya disebut common source atau point
epidemic yakni keadaan timbulnya wabah secara mendadak ynag terfokus pada limit waktu
sesuai masa tunas terpanjang penyakittersebut, dengan titik awal pada saat penyebab timbul atau
mulainya keterpaparan. Hal tersebut biasanya ditemukan pada gangguan kesehatan yang
berkaitan dengan pemaparan organisme biologis atau unsur kimiawi melalui udara, makanan, air
Perubahan secara periodik yang biasanya merupakan variasi siklis pada frekuensi penyakit
sangat penting dalam analisis epidemiologi. Fluktuasi penyakit menurut musim erat
hubungannya dengan keadaan musimann flora dan fauna di lingungan sekitar, dan mempunyzi
pengaruh dan efek yang cukup besar pada penyakit tertentu. Hal ini telah banyak diamati dan
diteliti dalam upaya menerangkan adanya perubahan secara periodik dari rate berbagai penyakit
tersebut.seperti halnya pada penyakit demam berdarah dengue yang berkaitan dengan populasi
nyamuk pada perubahan musim serta penyakit asma yang mengalami perubahan pada musim
tertentu.
3. Perubahan secara sekular
Perubahan sekular adalah perubahan yang terjadi sedikit demi sedikit dalam jangka waktu lama
yang biasanya terjadi setelah sekian tahun ( 5-10 tahun atau lebih) yang menampakkan
perubahan keadaan penyakit kematian yang cukup berarti, dalam interaksi atantara
pejamu/orang, penyebab/agent, dan lingkungan. Perubahan semacam ini dapat timbul karena
berbagai sebab seperti variasi cara diagnosis karena kemajuan ilmu dan perkembangan
alatdiagnosisi,perubahan sistem pengobatan dan perawatan yang lebih maju sesusi dengan
maupun perubaan kriteria penyakit/klasifikasi penyakit serta perubahan cara pencatatan dan
1. Dapat digunakan dalam menentukan masa tunas penyakit menular tertentudan masa penularan
2. Dapat memeberikan gambaran tentang waktu kejadian dan waktu keterpaparan serta peristiwa
yang mempengaruhi tingakat kerentanan khusus suatu penyakit tertentu, umpamanya kegiatan
tonsilektomi yang erat hubungannya dengan terjadinya wabah polio dalam masyarakat.
3. Efek dari koho kelahiran dalam masa yang relatif singkat yang mempengaruhi keadaan penyakit
dalam masyarakat (umpamanya pengaruh imunisasi terhadap perubahan pola penyakit polio)
1. Non eksperimental :
1. Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartikan sebagai
penyakit.
3. Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk penyelidikan secara
empiris fakto resiko atau karakteristik yang berada dalam keadaan konstan di masyarakat.
Misalnya, polusi udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar.
dapat mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk
menentukan cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi, kontrol,
terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya. Studi eksperimen
Pemberian obat hipertensi pada orang dengan tekanan darah tinggi untuk mencegah terjadinya
stroke.
Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk menurunkan frekuensi Tetanus Neonatorum.
3) Community Trial. Contoh : Studi Pemberian zat flourida pada air minum.
C. Batasan Epidemiologi
Pada saat ini epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekwensi dan
mempengaruhinya. Dari batasan yang seperti ini, segera terlihat bahwa dalam pengertian
kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia. Untuk dapat mengetahui frekuensi suatu
masalah kesehatan dengan tepat ada dua hal pokok yang harus dilakukan yakni menemukan
masalah kesehatan yang dimaksud untuk kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengukuran
Yang dimaksud dengan penyebaran masalah kesehatan disini ialah menunujuk kepada
pengelompokkan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan tertentu yang
dimaksudkan banyak macamnya, yang dalam epidemiologi dibedakan atas tiga macam yakni
menurut ciri-ciri manusia (man), menurut tempat (place), dan menurut waktu (time)
Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang mempengaruhi disini ialah menunujuk kepada faktor
penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang menerangkan frekuensi, penyebaran dan
ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Untuk itu ada tiga
langkah pokok yang lazim dilakukan yakni merumuskan hipotesa tentang penyebab yang
dimaksud, melakukan pengujian terhadap rumusan hipotesa yang telah disusun dan setelah itu
tersendiri. Ruang lingkup yang dimaksud secara sederhana dapat dibedakan atas tiga macam yakni:
juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya
pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi
Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari hasil
pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit, keluarga
berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya dilakukan
3. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan dalam merumuskan
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan
penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran
masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan
memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan
dari batasan dan ruang lingkup pengertiannya , maka epidemiologi sebagai kumpulan metoda
pengamatan yang mencakup berbagai bidang ilmu juga mempunyai manfaat yang cukup luas,
terutama dalam ilmu kesehatan masyarakat maupun ilmu kedokteran pada umumnya. Meskipun
demikian manfaat utama epidemiologi pada hakekatnya secara garis besarnya dapat epidemiologi
pada hakekatnya secara garis besarnya dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut:
1) Untuk mengenali dan memahami penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Sesuai dengan
batasannya ,maka epidemiologi bermanfaat untuk dapat menguraikan dan memahami proses
terjadinya dan penyebarannya penyakit dan masalah kesehatan, serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
2) Untuk melengkapi ‘body of knowledge’ dan ‘riwayat ilmiah penyakit’. Suatu pengamatan
epidemiologis hendaknya selalu merupakan upaya ‘penelitian’ yang hasilnya diharapkan akan
dapat lebih melengkapi ‘ riwayat alamiah penyakit’ yang sekaligus juga merupakan ‘body of
3) Untuk dapat diaplikasikan dalam upaya pengendalian dan penanggulangan penyakit atau
maslah kesehatan. Segala upaya untuk selalu lebih melengkapi pemahaman kita tentang ‘riwayat
alamiah penyakit’ tidak lain maksudnya adalah agar kita dapat menemukan jalan keluar dalam
Meninjau dari penjelasan tentang pengertian epidemiologi, serta ruang lingkupnya, seorang ahli
epidemiologi atau epidemiolog memiliki peran-peran penting dalam kesehatan masyarakat. Ada
penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha mencari data untuk penanggulangan serta
cara pencegahannya.
2. Menyiapkan data / informasi untuk keperluan program kesehatan dengan menilai status kesehatan
dalam masyarakat serta memberikan gambaran tentang kelompok penduduk yang terancam.
4. Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta cara mengatasinya, baik penyakit
perorangan ( tetapi dianalisis dalam kelompok ) maupun kejadian luar biasa ( KLB ) / wabah dalam
masyarakat.
Epidemiologi juga memiliki manfaat penting dalam menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat
yaitu memberikan gambaran (deskripsi) tentang penyebaran (distribusi), besar dan luasnya
masalah kesehatan dan lainnya ,menjelaskan interaksi faktor-faktor agent, host and environment
,menguraikan kelompok Penduduk yang dalam risiko dan risiko tinggi terhadap kelompok
Penduduk yang tidak mempunyai Risiko ,mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta keberhasilan
suatu penyakit, Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan yaitu: Epidemi, Pandemi,
1. Variabel Orang
Tabel 3.1
P L
1. 10-16 thn 0 0 - -
2. 17-25 thn 0 0 - -
3. 26-35 thn 0 0 - -
6. 56-65 thn 1 8 - SD
7. >66 thn 0 0 - -
Tabel 3.2
Deskriptif Penyakit GEA Di RS Intan Husada Garut Bulan Agustus Tahun 2018
P L
1. 0-1 thn 3 2 - -
2. 1-4 thn 1 2 - -
Sarjana
Tabel 3.3
Deskriptif Penyakit Syndrom Dyspepsia Di RS Intan Husada Bulan Agustus Tahun 2018
P L
Wiraswasta
2. Variabel Tempat
1. Cikajang 7
2. Kadungora 3
3. Cibatu 3
4. Bayongbong 2
5. Leles 2
6. Garut Kota 2
7. Singajaya 1
8. Pasirwangi 1
9. Cilawu 1
10. Tarogong 1
1. Tarogong 5
2. Garut kota 4
3. Banyuresmi 2
4. Karangpawitan 2
5. Wanaraja 1
1. Garut kota 4
2. Tarogong 1
3. Banyuresmi 1
4. Cilawu 1
5. Bayongbong 1
6. Limbangan 1
7. Leles 1
8. Samarang 1
3. Variabel Waktu
1. Januari 12
2. Februari 14
3. Maret 11
4. April 17
5. Mei 10
6. Juni 7
7. Juli 5
8. Agustus 11
9. September 19
10. Oktober 15
11. November 14
12. Desember 16
Kasus : GEA
1. Januari 6
2. Februari 9
3. Maret 3
4. April 12
5. Mei 10
6. Juni 7
7. Juli 15
8. Agustus 13
9. September 5
10. Oktober 8
11. November 6
12. Desember 9
Kasus : Syndrom dispepsia
1. Januari 10
2. Februari 12
3. Maret 9
4. April 15
5. Mei 8
6. Juni 16
7. Juli 11
8. Agustus 13
9. September 7
10. Oktober 5
11. November 10
12. Desember 4
ANALISA EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF PENYAKIT STROKE
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun global akut dengan gejala
dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan, dan yang dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian akibat gangguan aliran darah ke otak
karena pendarahan ataupun non pendarahan. Stroke juga dapat dikatakan sebagai penyakit otak
paling destruktif dengan konsekuensi berat, termasuk beban psikologis, fisik dan keuangan yang
besar pada pasien, keluarga mereka dan masyarakat. Stroke juga merupakan suatu penyakit deficit
neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara
mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu.
Hingga saat ini patofisiologi stroke merupakan studi yang sebagian besar didasarkan pada
serangkaian penelitian, terhadap berbagai proses yang saling terkait, meliputi kegagalan energi,
hilangnya homeostasis ion sel, asidosis, peningkatan kadar Ca2+ sitosolik, eksitotoksisitas,
toksisitas dengan radikal bebas, produksi asam arakidonat, sitotoksisitas dengan sitokina, aktivasi
sistem komplemen, disrupsi sawar darah otak, aktivasi sel glial dan infiltrasi leukosit.
Dalam manusia tanpa faktor risiko stroke dengan umur di bawah 65 tahun, risiko terjadinya
serangan stroke dalam 1 tahun berkisar pada angka 1%. Setelah terjadinya serangan stroke ringan
atau TIA, penggunaan senyawa anti-koagulan seperti warfarin, salah satu obat yang digunakan
untuk penderita fibrilasi atrial, akan menurunkan risiko serangan stroke dari 12% menjadi 4%
dalam satu tahun. Sedangkan penggunaan senyawa anti-keping darah seperti aspirin, umumnya
pada dosis harian sekitar 30 mg atau lebih, hanya akan memberikan perlindungan dengan
orang-orang yang berisiko tinggi dan mengendalikan faktor risiko stroke sebanyak mungkin,
seperti kebiasaan merokok, hipertensi, dan stenosis di pembuluh karotid, mengatur pola makan
yang sehat dan menghindari makanan yang mengandung kolesterol jahat (LDL), serta olaraga
secara teratur. Stenosis merupakan efek vasodilasi endotelium yang umumnya disebabkan oleh
turunnya sekresi NO oleh sel endotelial, dapat diredam asam askorbat yang meningkatkan sekresi
NO oleh sel endotelial melalui lintasan NO sintase atau siklase guanilat, mereduksi nitrita menjadi
Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, termasuk burung dan artropoda,
yang menjadi tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit. Faktor penjamu yang
berkaitan dengan kejadian penyakit dapat berupa: umur, jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh,
c. Jenis kelamin (gender): ditemukan penyakit yang terjadi lebih banyak atau hanya mungkin
pada wanita.
d. Suku/ras/warna kulit: dapat ditemukan perbedaan antara ras kulit putih (white) dengan orang
e. Keadaan fisiologi tubuh: kelelahan, kehamilan, pubertas, stress, atau keadaan gizi.
g. Tingkah laku (behavior): gaya hidup (life style), personal hygiene, hubungan antar pribadi, dan
rekreasi.
Dalam upaya pencegahannya maka diperlukan identifikasi epidemiologiknya, bila dilihat dari
faktor penjamu itu sendiri yang dapat merupakan sebagai faktor resiko stroke. Faktor resiko ini
a. Genetik
Stroke juga terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang sangat berperan antara lain adalah
tekanan darah tinggi, penyakit jantung diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh darah. gaya dan
b. Umur
Semakin bertambah usia, semakin tinggi risiko untuk mendapatkan serangan stroke.
c. Jenis kelamin
Pria lebih berisiko terkena stroke dari pada wanita. Tetapi penelitian menyimpulkan bahwa lebih
d. Suku/Ras/Warna Kulit
Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih besar untuk
terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam. Tingkat kejadian stroke di seluruh dunia
tertinggi dialami oleh orang Jepang dan Cina, menurut Broderick dkk. Melaporkan orang negro
Amerika cenderung beresiko 1,4 kali lebih besar mengalami perdarahan intraserebral (dalam otak)
dibandingakn kulit putihnya. Orang Jepang dan Afrika-Amerika cendrung mengalami stroke
perdarahan intracranial, sedang cendrung terkena stroke iskemik, akibat sumbatan ekstrakranial
lebih banyak.
Keadaan gizi yang berlebih pada tubuh seseorang juga bisa menjadi pencetus terjadinya penyakit
stroke. Misalnya, kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan menyebabkan terjadinya
Hubungan tingkah laku dengan terjadinya penyakit stroke adalah tentang bagaimana gaya hidup
(life style). Pola gaya hidup yang salah dengan mengkonsumsi makanan dan minuman tidak sehat,
alkohol, rokok, dan jarang melakukan aktivitas olahraga tentu akan lebih mempercepat resiko
2. Faktor Agent
Agent (faktor penyebab) adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infektif yang
dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Pada beberapa penyakit agent ini adalah sendiri
(single), misalnya pada penyakit-penyakit infeksi, sedangkan yang lain bisa terdiri dari beberapa
agent yang bekerja sama, misalnya pada penyakit kanker. Agent dapat berupa unsur biologis, unsur
lain, dapat sedikit meningkatkan resiko timbulnya stroke dengan meningkatkan kemampuan darah
untuk membeku.
b) Unsur nutrisi, kelebihan zat gizi seperti tingginya kadar kolesterol, kadar gula, dan lemak
dalam tubuh juga bisa menimbulkan stroke. Hal ini terkait dengan timbulnya beberapa penyakit
c) Unsur kimiawi, zat-zat karsinogenik yang terus menerus terakumulasi dalam tubuh juga
merupakan salah satu faktor penyebab penyakit stroke. Selain itu penggunaan alkohol, rokok, obat-
obatan terlarang yang mengandung berbagai bahan kimia berbahaya bagi tubuh, juga akan semakin
mempercepat seseorang terkena penyakit stroke. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut
d) Unsur fisik, misalnya trauma mekanik. Trauma mekanik yang terkait dengan terjadiya
penyakit stroke ini adalah seseorang terjatuh dan menghantam benda keras, kemudian
menyebabkan pembuluh darah dalam otak menjadi pecah sehingga orang tersebut terkena stroke.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa lingkungan
b) Lingkungan biologis: misalnya kepadatan penduduk, flora (sebagai sumber bahan makanan) dan
masyarakat desa ke kota. Masyarakat desa yang tadinya memiliki gaya hidup sederhana dengan
mengkonsumsi makanan yang sehat, tentu saja akan berubah mengikuti gaya hidup orang kota
setelah mereka pindah dan bertempat tinggal di kota. Kebiasaan hidup masyarakat kota yang lebih
mewah dan serba instan akan berbanding terbalik dengan masyarakat desa yang lebih alami,
sehingga urbanisasi juga akan berpengaruh terhadap timbulnya penyakit stroke tersebut.
Dari lingkungan fisik, seperti suhu akan mempengaruhi juga terhadap penyakit stroke. Suhu
tinggi merupakan penyebab utama terjadinya heat stroke. Suhu lingkungan yang tinggi akan sering
membuat dehidrasi. Jika terjadi dehidrasi dan penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang
cukup untuk mendinginkan tubuhnya, maka suhu tubuh bisa meningkat sampai pada tingkat yang
berbahaya, sehingga terjadi heat stroke. Lingkungan yang mempunyai kelembaban tinggi dapat
menyebabkan berkurangnya efek pendingin oleh keringat sehingga jika seseorang berada pada
lingkungan dengan suhu tinggi dan kelembaban yang tinggi pula maka risiko mengalami heat
Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus-menerus dalam keadaan berinteraksi satu
sama lain. Jika interaksinya seimbang terciptalah keadaan sehat. Begitu terjadi gangguan
1. Karakteristik Penjamu
bisa berupa:
a. resistensi: kemampuan dari penjamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap suatu infeksi
b. Imunitas: kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis, dapat secara alamiah
maupun perolehan (non alamiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu penyakit tertentu. Selain
mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat
c. Infektifnes (infectiousness): potensi penjamu yang terinfeksi untuk menularkan panykit kepada
orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada dalam tubuh manusia dapat
2. Karakteristik Agent
a. Infektivitas: kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan dari
penjamu untuk mampu tinggal dan berkembang biak (multiply) dalam jaringan penjamu.
Umumnya diperlukan jumlah tertentu dari suatu mikroorganisme untuk mampu menimbulkan
infeksi terhadap penjamunya. Dosis infektivitas minimum (minimum infectious dose) adalah
jumlah minimal organisme yang dibutuhkan untuk menyebabkan infeksi. Jumlah ini berbeda
patologis setelah terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan perkataan lain, jumlah
penderita dibagi dengan jumlah orang yang terinfeksi. Hampir semua orang yang terinfeksi dengan
virus smallpox menderita penyakit (high pathogenicity), sedangkan orang yang terinfeksi
c. Virulensi: kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis yang berat yang
penyakit.
d. Toksisitas: kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dari substansi
kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk menyebabkan penyakit berbagai
e. Invasitas: kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki
jaringan.
Beberapa organisme mempunyai antigenisitas lebih kuat dibanding yang lain. Jika mene\yerang
pada aliran darah akan lebih merangsang immunoresponse dari yang hanya menyerang permukaan
membran.
3. Karakteristik Lingkungan
a. topografi: situasi lokasi tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia yang mungkin
b. Geografis: keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dari bumi yang berhubungan
Pada dasarnya dalam konsep segitiga epidemiologi ini, ketiga unsur di dalamnya seperti
host, agent, dan enviromental dapat menentukkan tingkat kesehatan atau status kesehatan
seseorang. Karena berkaitan denan terjadinya atau timbulnya penyakit pada individu tersebut.
sebagai penumpu sedangkan host dan agent diposisikan sebagai penyeimbang yang berada pada
setiap sisi atau ujungnya. Dalam konsep ini bila ketiga unsur trias epidemiologi, yaitu host, agent,
dan enviromental dalam keadaan seimbang, maka terciptalah keadaan sehat pada individu tersebut
BAB IV
PENUTUP
A. kesimpulan
Epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :
1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi atau
survei.
Non eksperimental
Eksperimental.
Pada saat ini epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekwensi dan
mempengaruhinya. Dari batasan yang seperti ini, segera terlihat bahwa dalam pengertian
penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha mencari data untuk penanggulangan serta
cara pencegahannya.
2. Menyiapkan data / informasi untuk keperluan program kesehatan dengan menilai status kesehatan
dalam masyarakat serta memberikan gambaran tentang kelompok penduduk yang terancam.
4. Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta cara mengatasinya, baik penyakit
perorangan ( tetapi dianalisis dalam kelompok ) maupun kejadian luar biasa ( KLB ) / wabah dalam
masyarakat.
Epidemiologi juga memiliki manfaat penting dalam menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat
yaitu:
1. memberikan gambaran (deskripsi) tentang penyebaran (distribusi), besar dan luasnya masalah
3. menguraikan kelompok Penduduk yang dalam risiko dan risiko tinggi terhadap kelompok
penanggulangannya.
Sporadik.
DAFTAR PUSTAKA