Anda di halaman 1dari 43

EPIDEMIOLOGI DEKSKRIPTIF 3 PENYAKIT TERBANYAK

DI RUMAH SAKIT INTAN HUSADA GARUT

Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Epidemiologi

OLEH :
Baga erlangga
Intan Purnamasari
Elsa Oktaviani
Fajar

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA


HUSADA GARUT
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Telah diketahui bahwa untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah,

dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlulah disediakan dan

diselenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) yang sebaik-baiknya.

Untuk dapat menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan tersebut, banyak yang

harus diperhatikan. Yang paling penting adalah pelayanan masyarakat yang dimaksud harus sesuai

dengan kebutuhan masyarakat. Namun sekalipun terdapat kesesuaian yang seperti ini telah

menjadi kesepakatan semua pihak, namun dalam praktek sehari-hari tidaklah mudah dalam

menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dimaksud.

Untuk mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhan

kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan dimasyarakat. Dengan kesepakatan

yang seperti ini diupayakanlah menemukan masalah kesehatan yang ada dimasyarakat tersebut.

Demikianlah, berpedoman pada kesepakatan yang seperti ini, dilakukan berbagai upaya untuk

menemukan serta merumuskan masalah kesehatan dimasyarakat. Upaya tersebut dikaitkan dengan

menentukan frekuensi, penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi frekuansi dan

penyebaran disuatu masalah kesehatan dimasyarakat tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus

yang disebut dengan nama Epidemiologi.

Subjek dan objek epidemiologi adalah tentang masalah kesehatan. Ditinjau dari sudut

epidemiologi, pemahaman tentang masalah kesehatan berupa penyakit amatlah penting. Karena

sebenarnya berbagai masalah kesehatan yang bukan penyakit hanya akan mempunyai arti apabila
ada hubungannya dengan soal penyakit. Apabila suatu masalah kesehatan tidak sangkut pautnya

dengan soal penyakit., maka pada lazimnya masalah kesehatan tersebut tidak terlalu

diperioritaskan penanggulangannya.

Demikianlah karena pentingnya soal penyakit ini, maka perlulah dipahami dengan sebaik-baiknya

hal ikhwal yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Kepentingan dalam epidemiologi paling tidak

untuk mengenal ada atau tidaknya suatu penyakit di masyarakat sedemikian rupa sehingga ketika

dilakukan pengukuran tidak ada yang sampai luput atau tercampur dengan penyakit lainnya yang

berbeda.

1. Tujuan

1) Tujuan Umum

Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam epidemiologi

adalah memperoleh data frekuensi, distribusi dan determinan penyakit atau fenomena lain yang

berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Dan dapat membuka wawasan begitu pentingnya

epidemiologi deskriptif untuk memperoleh gambaan yang jelas tentang morbiditas dan

mortalitas sehingga memudahkan dalam penanggulangan, pencegahan, pengobtan dan

rehabiltasi. Selain itu, untuk menggambarkn adanya peningkatan atau penurunan

prevalensi penyakit dan akurasi data.

2) Tujuan Khusus

a. Diharapkan agar mahasiswa dapat memahami pengertian dari epidemiologi.

b. Diharapkan agar mahasiswa dapat memahami kegunaan dan ruang lingkup

epidemiologi.
2. Rumusan Masalah

1. Apakah itu epidemiologi deskriptif

2. Apa macam epidemiologi deskriptif


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Epidemiologi

Jika ditinjau dari asal kata, epidemiologi berarti ilmu yang memepelajari tentang penduduk

(yunani: epi = pada atau tentang, demos = penduduk, logos = ilmu). Pada saat ini epidemiologi

diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan

pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Beberapa pengertian secara umum dan setengah awam, dapat dibaca dalam kamus atau

ensiklopedia umum antara lain sebagai berikut:

 Webster’s New World Dictionary of the American Languange, Epidemiologi adalah cabang ilmu

kedokteran yang menyelidiki penyebab-penyebab dan cara pengendalian wabah-wabah.

 Kamus Besar Bahasa Indonesia terbtan Balai Pustaka, Dep Dik Bud 1990: Epidemiologi adalah

ilmu tentang penyebaran penyakit menular pada manusia dan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi penyebarannya.

 Ensiklopedia Nasional Indonesia terbitan PT Cipta Adi Pustaka , Jakrta 1989 : Epidemiologi

adalah suatu cara untuk meneliti penyebaran penyakit atau kondisi kesehatan penduduk termasuk

faktor – faktor yang menyebabkannya.

B. Penelitian Epidemiologi

Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :

1. Epidemiologi deskriptif adalah bagian yang dilakukan tanpa harus membuat suatu

hipotesa khusus. Kajian ini sering dipakai pada kajian awal kemunculan penyakit baru,
agar kita dapat memperoleh karakter penyakit, menghitung frekuensinya, dan

menentukan bagaimana variasinya terkait dengan tingkat individu, tempat dan waktu

(Ferasyi,2008).

Epidemiologi deskriptif adalah epidemiologi yang mempelajari tentang frequensi dn

penyebaran suatu masalah kesehatan tanpa memandang perlu mencari jawaban terhadap faktor-

faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan tersebut (Effendy, 1998).

Epidemiologi deskriptif juga merupakan studi epidemiologi yang bertujuan

menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit menurut orang, tempat, dan

waktu (Rajab, 2009).

Epidemiologi Deskriptif terutama menganalisis masalah yang ada dalam suatu populasi

tertentu serta menerangkan keadaan dan sifat masalah tersebut, termasuk berbagai faktor yang

erat hubungannya dengan timbulnya masalah. Bentuk kegiatan ini dapat memberikan

gambaran tentang adanya masalah dalam populasi tertentu dengan membandingkan populasi

tersebut terhadap populasi lainnya, atau dengan populasi yang sama pada waktu yang berbeda.

Bentuk ini banyak digunakan dalam mencari keterangan tenteng keadaan derajat kesehatan

maupun masalkah kesehatan dalam suatu populasi tertentu pada waktu dan tempat yang tertentu

pula. Disamping itu, epidemiologi deskriptif dapat pula memberikan gambaran tentang faktor yang

mempengaruhi timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan pada suatu populasi tertentu dengan

menggunakan analisis data epidemiologi dan data informasi lain yang bersumber dari berbagai

disiplin seperti data genetika, biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi, sosial ekonomi dan

sumber keterangan lainnya. Sebagai contoh penggunaan epidemiologi deskriptif antara lain pada

usaha penanggulangan berbagai wabah penyakit menular yang timbul dalam masyarakat. Selain

itu, penggunaan epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis masalah kesehatan,
penyusunan program kesehatan masyarakat dan penilaian hasil usaha dibidang kesehatan

masyarakat, serta bidang lain yang berkaitan erat dengan kesehatan seperti bidang kependudukan,

keluarga dan gizi (Noor,2008).

Epidemiologi deskriptif mempelajari kejadian dan distribusi penyakit. Kejadian

penyakit dapat dipelajari melalui riwayat alamiah penyakit. Dalam epidemiologi deskriptif,

distribusi penyakitnya menurut variabel variabel orang, waktu dan tempat (Lapau, 2011)

B. MACAM

Di dalam epidemiolgi deskriptif dipelajari bagaimana frequensi penyakit berubah

menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang, tempat dan waktu.

Dalam sebuah penelitian gambaran epidemiologi kasus campak di cirebon tahun 2004-2011,

menyebutkan variabel terkait adalah jumlah kejadian campak, variabel bebasnya terdiri dari

umur, jenis kelamin, vitamin A, status imunisasi, tempat dan waktu (bulan) (Nurani, dkk.,

2012).

1. Variabel orang

Variabel adalah sesuatu yang dapat diamati dan dapat dihitung secara statistik. Variabel

orang dalam epidemiologi adalah karakteristik indvidu yang ada hubungannya dengan

keterpapanan atau kerentanan terhadap suatu penyakit (Rajab, 2009).

Setiap orang pasti mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaan karakteristik

individu secara tidak langsung dapat memberi perbedaan pada sifat keterpaparan maupun derajat

risk dan reaksi individu terhadap keterpaparan. Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh faktor

genetis bersifat tetap, seperti jenis kelamin, ras, dan data kelahiran, faktor biologis yaitu yang

berhubungan erat dengan kehidupan biologis, seperti umur, status gizi, dan kehamilan, dan faktor
perilaku, seperti mobilitas, status perkawinan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal dan

sebagainya.

a. Umur

Umur merupakan variabel yang sangat penting dalam epidemiologi deskriptif karena

cukup banyak penyakit ditemukan dengan berbagai variasi frekuensi yang disebabkan oleh umur

(Noor, 2008).

Umur sangat mempengaruhi kemungkinan seseorang manusia utuk terpapar (contohnnya

anak-anak sekolah yang terpapar pada penyakit yang timbul pada masa kanak-kanak, dan orang

dewasa yang terppar penyakit akibat kerja), status imun, serta kondisi fisik dan mental (Arias,

2009).

Umur berhubungan dengan keadaan, sedangkan keadaan berhubungan dengan variabel lain

seperti, proses umur, perkembangan fisiologis, dan imunitas. Umur dikaitkan dengan,

 Refleksi dari perubahan kebiasaan perilaku dan kebiasaan makan

 Hasil percobaan dari daya tahan tubuh (imunitas)

 Alat diagnostik

 Fenomena kohort (Lapau, 2011).

Hubungan antara frekuensi penyakit dengan umur dinyatakan dalam bentuk age specific

incidence maupun prevalence (angka kejadadian umur khusus), yakni jumlah kejadian suatu

penyakit pada kelompok umur tertentu. Umur mempunyai hubungan yang erat dengan

keterpaparan dan mempunyai hubungan yang dengan besar risiko penyakit dan sifat resistensi

pada berbagai kelompok umur tertentu. Dengan demikian, adanya perbedaan pengalaman

terhadap penyakit menurut umur sangat mempunyai kemaknaan (pengaruh) yang berhubungan

dengan adanya perbedaan tingkat keterpaparan dan kerentanan menurut umur, adanya perbedaan
dalam proses kejadian patogenesis, maupun adanya perbedaan pengalaman terhadap penyakit

tertentu (Noor, 2008).

Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya

interval di dalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola

esakitan atau kematian, dan apakan pengolompokan umur dapat dibandingkan dengan

pengelompokan umur pada penelitian orang lain. Untuk keperluar perbandingan maka WHO

menganjurkan pembagian-pembagian umur sebagai berikut :

a) Menurut tingkat kedewasaan, yaitu :

0 – 14 Tahun : Bayi dan anak-anak

15 – 49 Tahun : Orang muda dan dewasa

50 Tahun ke atas : Orang tua

b) Interval 5 Tahun :

Kurang dari 1 tahun,

1 – 4,

5 – 9,

10 – 14, dan sebagainya.

c) Untuk mempelajari penyakit anak :

0 – 4 Bulan

5 – 10 Bulan

11 – 23 Bulan

2 – 4 Tahun

5 – 9 Tahun

9 – 14 Tahun (Notoatmodjo, 2011).


Insiden campak berdasarkan kelompok umur di Cirebon tahun 2004, 2007, 2008, dan 2010

insiden campak tertinggi terjadi pada kelompok umur < 1 tahun, dan tahun 2005 dan 2006

insiden campak tertinggi pada kelompok umur 1-4 tahun. Sedangakan tahun 2009 dan 2011

insiden campak tertinggi pada kelompok umur 5-9 tahun. Insiden kasus campak terendah tahun

2004 sampai 2011 pada kelompok > 15 tahun ( Dian et al,2012 ).

b. Jenis Kelamin

Perbedaan frekuensi penyakit antara jenis kelamin wanita dan pria tergantung pada

berbagai faktor seperti perbedaan fisiologis, genetik, faktor risiko luar, tekanan emosional,

kebiasaan individu, dan pelayanan medik (Lapau,2011).

Jenis kelamin mempunyai hubungan tersendiri yang cukup erat dengan sifat keterpaparan

dan tingkat kerentanan terhadap penyakit tertentu. Pertama, adanya penyakit yang hanya

dijumpai pada jenis kelamin tertentu terutama yang berhubungan dengan alat reproduksi atau

yang secara genetis berperan dalam perbedaan jenis kelamin, misalnya pada hipertrofi prostat

pada pria atau karsinoma payudara pada wanita. Kedua, penyakit yang mempunyai

kecenderungan hanya pada jenis kelamin tertentu atau lebih sering dijumpai pada jenis kelamin

tertentu seperti hipertiroidisme, batu kandung empedu yang lebih sering pada wanita. Ketiga,

kemungkinan timbulnya perubahan frekuensi penyakit dari jenis kelamin tertentu ke jenis

kelamin lainnya (Noor, 2008).

c. Kelompok Etnik

Kelompok etnik meliputi kelompok homogen berdasarkan kebiasaan hidup maupun

homogenitas biologis/genetis. Dari segi epidemiologi kelompok orang yang tinggal dan hidup

bersama dalam waktu yang cukup lama dan membutuhkan karakteristik tertentu baik secara
biologis maupun dalam hal mekanisme sosial merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan

(Noor, 2008).

1) Ras

Ada tiga ras utama yang dikenal di dunia yakni ras Kaukasia (kulit putih), Neroid (kulit

hitam) dan Mongoloid (kulit cokelat). Cukup banyak studi epidemiologi yang telah dilakukan

tentang perbandingan kejadian penyakit menurut ras tersebut (Noor, 2008).

Misalnya ras Negro yang secara genetik mempunyai sel darah merah yang berbentuk oval

sehingga ras Negro tersebut menderita “sickle cell anemia”. Ras Negro secara sosio-ekonomis

termasuk golongan berpendapatan rendah sehingga mereka rentan untuk menderita penyakit

infeksi, misalnya penyakit TBC (Lapau, 2011).

Dalam menganalisis penyakit yang berkaitan dengan ras penduduk, harus diperhatikan

beberapa yang mungkin berpengaruh antara lain :

a) Adanya penyakit tertentu yang secara genetis berhubungan erat dengan ras, seperti anemia

sickle sel ;

b) Adanya penyakit tertentu yang tampaknya mempunyai perbedaan frekuensi terhadap ras, tetapi

lebih dipengaruhi oleh lingkungan dan kebiasaan hidup ;

c) Adanya suku terasing dengan pengalaman penyakit tertentu seperti penyakit kuru pada

penduduk asli di Irian Jaya, begitu pula adanya kelompok penduduk dengan ras tertentu yang

memiliki sosial ekonomi serta kehidupan kultural yang ketat dan dapat mempengaruhi frekuensi

penyakit tertentu (Noor, 2008).

2) Kelompok Etnik

Kelompok etnik lebih didasarkan pada perbedaan adat, kebiaaan hidup, keadaan sosial

ekonomi dan lingkungan hidup, jenis pekerjaan utama, dan lainnya. Dengan demikian, maka
tingginya angka risiko dan timbulnya perbedaan frekuensi kejadian penyakit dan kematian erat

hubungannya dengan perbedaan sifat – sifat tertentu (Noor, 2008).

d. Agama

Agama dapat memberikan keterangan tentang pengalaman dan keadaan penyakit tertentu.

Hal ini disebabkan karena adanya berbagai faktor yang erat hubungannya dengan agama,

misalnya perbedaan makanan yang dinyatakan terlarang oleh agama atau ritual khusus

keagamaan akan menghindarkan mereka dari penyakit tertentu dan tingkat risiko terhadap

penyakit tertentu. Selain itu kemungkinan adanya isolasi sosial terhadap agama tertentu,

terutama agama minoritas di wilayah tertentu dapat mempengaruhi proses timbulnya penyakit

infeksi dan manifestasi setempat (Noor, 2008).

Mereka yang beragama non–Islam biasanya memakan babi sehingga ada kemungkinan

terserang trichiniasis, yaitu penyakit pada seseorang yang terinfeksi trichinella spiralis. Wanita

yang suaminya non–Yahudi dan non–Islam bisanya tidak disunat sehingga berhubungan seksual

yang non–higienis dapat menimbulkan kanker leher rahim (Lapau, 2011).

e. Struktur Keluarga

Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (penyakit menular dan

gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya

tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan di dalam rumah yang luasnya

terbatas. Sehingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggotanya. Keluarga

yang besar, juga mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi atau tidak

dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya (Notoatmodjo, 2011)

f. Jenis Pekerjaan

Peran dalam menimbulkan penyakit melalui beberapa faktor, yakni :


a) Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan seperti bahan-

bahan kimia, gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan, dan

sebagainya.

b) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor yang berperan

pada timbulnya hipertensi, dan ulkus lambung).

c) Ada tidaknya aktivitas fisik di dalam pekerjaan.

d) Karena berkerumuh dalam satu tempat yang relatif sempit maka terjadi proses penularan

penyakit antar para pekera.

e) Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait pekerjaan di tambang.

Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di

indonesia terutama pola penyakit kronis, misalnya penyakit jantung koroner, tekanan

darahtinggi, dan kanker (Notoatmodjo, 2011).

g. Status Perkawinan

Status perkawinan mempunyai peranan yang cukup penting, terhadap derajat keterpaparan

maupun dalam hal besarnya risiko dan pada derajat kerentanan. Dalam hal ini keterangan tentang

kawin/tidak kawin, cerai/janda/duda merupakan variabel dalam penentuan status perkawinan.

Variabel status perkawinan tersebut erat hubungannya dengan lingkungan sosisal, kebiasaan

hidup dan ketentuan hukum yang berlaku, yang berhubungan dengan status perkawinan, seperti

boleh tidaknya berpoligami, mudah tidaknya terjadi perceraian serta kebiasaan dan pandangan

masyarakat terhadap hidup sendiri (single) bagi laki-laki maupun bagi wanita. Dalam hal ini,

faktor agama dan faktor adat kebiasaan sangat erat hubungannya dengan variabel status

perkawinan, termasuk usia perkawinan. Variabel status perkawinan sangat erat hubungannya

dengan tingkat fertilitas dan dengan sifat reproduksi (Noor, 2008).


h. Status Sosial Ekonomi

Kelas sosial adalah variabel yang sering dilihat hubungannya dengan kesakitan atau

kematian, variabel ini menggambarkan tigkat kehidupan seseorang (Notoatmodjo, 2011).

Status sosial ekonomi sangat erat hubungannya dengan pekerjaan dan jenis pekerjaan serta

tempat tinggal, kebiasaan hidup keluarga termasuk kebiasaan makan, dan sebagainya. Selain itu,

erat pula hubungannya pada faktor psikologi individu dan keluarga dalam masyarakat (Noor,

2008).

Menurut penelitian di Uni Eropa, menunjukkan bahwa faktor tunawisma adalah interaksi

antara faktor individu dan struktural. Individu termasuk kemiskinan, masalah keluarga,

kesehatan dan penyalahgunaan masalah mental. Ketersediaan perumahan murah dianggap

struktur yang paling penting bagi tunawisma (Fazel, 2014)

i. Pendidikan

Tingkat pendidikan dengan penyebaran penyakit dan kematian. Kelompok masyarakat

dengan pendidikan yang berpendidikan tinggi cenderung lebih mengetahui cara-caramencegah

penyakit (Notoatmodjo, 2011).

j. Penghasilan

Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena

tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transpor, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2011).

2. Variabel Tempat
Keterangan tempat dapat bersifat : (1) keadaaan geografi umpamanya daerah

pegunungan, pantai, serta dataran rendah; (2) batas adminitratif/ politik umpamanya batas

negara,provinsi,kabupaten,kecamatan (Noor,2008).

Kejadian penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya mempunyai kecenderungan

ditemukan pada tempat-tempat tertentu. Umpamanya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

lebih sering ditemukan di daerah perkotaan yang berpenduduk padat, dan hal ini erat

hubungannya dengan sifat vektor dan lingkungan. Sedangkan penyakit leptospirosis lebih

sering terjadi di daerah pertanian terutama daerah pertanian campur peternakan. Dalam analisis

epidemiologi maka adanya perbedaan keadaan atau frekuensi penyakit dalam masyarakat

berdasarkan tempat dapat timbul karena berbagai hal tertentu (Noor,2008).

a. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan letak geografis,administrasi maupun

keadaan urban terhadab rural (Noor,2008).

b. Perbedaan tersebut timbul karena unit ruang lingkup di mana variabel internak akan bertambah

pada ruang lingkup yang lebih luas (Noor,2008).

c. Perbedaan dan standar diagnosis yang digunakan maupun perbedaan sistem pelaporan yang

berlaku setempat, serta perbedaan situasi geografis dan demografis pada pembagian administratif

di berbagai tingkatan (Noor,2008).

Faktor tempat dan pengaruh lingkungan yang ada di dalamnya meliputi lingkungan

biologis,kimiawi,fisik dan sosial sangat penting artinya dalam analisis faktor tempat

(Noor,2008).

a. Lingkungan biologis

Gambaram tempat sebagai penyebab penyakit yang paling mudah dimengerti adalah ciri iklim

dan ekologi yang menentukan jenis flora dan fauna yang terdapat di tempat tersebut. Ciri
tersebut dapat mempengaruhi pola penyakit dengan melalui suhu,kelembaban dan kondisi lain

yang sesuai untuk hidupnya parasit penyebab penyakit yang hidup di luar tubuh manusia.

Contohnya pada kasus penyakit flu burung, selain cuaca kejadian kasus pada hewan atau unggas

tersebut juga dipengaruhi oleh migrasi burung-burung liar. Virus H5N1 dengan patogenitas yang

tinggi (HPAI) dapat bertahan lama pada lingkungan dengan suhu udara yang rendah. Terlihat

bahwa daerah yang rata-rata suhu udaranya rendah berisiko lebih besar terserang penyakit Avian

Influenza/flu burung. Kabupaten Bandung, Bogor dan kabupaten Magelang dengan suhu udara

rata-rata-nya 23,5o, 24oC dan Kabupaten Magelang yang dikelilingi pegunungan dan beriklim

sejuk yang cocok untuk budidaya unggas ( Djuwita et al, 2006).

b. Lingkungan kimiawi dan lingkungan fisik

Sebagai lingkungan kimiawi terdapat dua jenis bahan kimia utama yaitu air dan udara. Air

merupakan faktor yang dapat mempngaruhi terjadinya penyakit seperti kandungan mineralnya (

yodium,fluor,tembaga dan seng). Kekurangan zat yodium dalam air minum dapat menimbulkan

penyakit gondok endemis. Lingkungan fisik yang berpengaruh terutama pada suhu udara di

ketinggian suatu tempat mempengaruhi tekanan oksigen setempat.

c. Lingkungan sosial

Kemajuan kehidupan sosial di suatu lingkungan sosial merupakan faktor penentu utama terhadap

lingkungan biologis, kimiawi, fisik, yang menimbulkan pemaparan terhadap penduduk.

Lingkungan sosial merupakan penentu sifat dan jumlah fauna dan flora yang ada di lingkungan

tersebut, adanya reservoir serta vektor yang menyebarkan penyakit, adanya pencemaran serta

jenis dan tingkat pencemaran fisik dan kimiawi pada udara dan air. Dengan demikian, sifat

kehidupan sosial masyarakat pada suatu daerah tertentu dapat mempengaruhi berbagai aspek

kehidupan yang berhubungan dengan status kesehatan dan pola penyakit setempat.
3. Variabel waktu

Perubahan berbagai faktor dari waktu ke waktu seperti perubahan jumlah dan komposisi

umur penduduk,perubahan lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis dan sosial, perubahan

kriteria penyakit dan alat diagnosis yang semakin canggih dan kemajuan cara pengobatan

maupun berbagai teknologi kedokteran (Noor,2008).

1. Perubahan dalam waktu singkat

Keadaan epidemi dapat bersifat singkat yang biasanya disebut common source atau point

epidemic yakni keadaan timbulnya wabah secara mendadak ynag terfokus pada limit waktu

sesuai masa tunas terpanjang penyakittersebut, dengan titik awal pada saat penyebab timbul atau

mulainya keterpaparan. Hal tersebut biasanya ditemukan pada gangguan kesehatan yang

berkaitan dengan pemaparan organisme biologis atau unsur kimiawi melalui udara, makanan, air

atau kontak kulit.

2. Perubahan yang terjadi secara periodik

Perubahan secara periodik yang biasanya merupakan variasi siklis pada frekuensi penyakit

sangat penting dalam analisis epidemiologi. Fluktuasi penyakit menurut musim erat

hubungannya dengan keadaan musimann flora dan fauna di lingungan sekitar, dan mempunyzi

pengaruh dan efek yang cukup besar pada penyakit tertentu. Hal ini telah banyak diamati dan

diteliti dalam upaya menerangkan adanya perubahan secara periodik dari rate berbagai penyakit

tersebut.seperti halnya pada penyakit demam berdarah dengue yang berkaitan dengan populasi

nyamuk pada perubahan musim serta penyakit asma yang mengalami perubahan pada musim

tertentu.
3. Perubahan secara sekular

Perubahan sekular adalah perubahan yang terjadi sedikit demi sedikit dalam jangka waktu lama

yang biasanya terjadi setelah sekian tahun ( 5-10 tahun atau lebih) yang menampakkan

perubahan keadaan penyakit kematian yang cukup berarti, dalam interaksi atantara

pejamu/orang, penyebab/agent, dan lingkungan. Perubahan semacam ini dapat timbul karena

berbagai sebab seperti variasi cara diagnosis karena kemajuan ilmu dan perkembangan

alatdiagnosisi,perubahan sistem pengobatan dan perawatan yang lebih maju sesusi dengan

kemajuan perkembangan ilmu kedokteran, perubahan sifat penyakit (perubahan keganasan)

maupun perubaan kriteria penyakit/klasifikasi penyakit serta perubahan cara pencatatan dan

pelaporan yang lebih lengkap dengan alat yang lebih canggih.

Beberapa kegunaan dari karakteristik waktu anatara lain (Noor,2008) :

1. Dapat digunakan dalam menentukan masa tunas penyakit menular tertentudan masa penularan

rata-rata penyakit tersebut (period of communicability).

2. Dapat memeberikan gambaran tentang waktu kejadian dan waktu keterpaparan serta peristiwa

yang mempengaruhi tingakat kerentanan khusus suatu penyakit tertentu, umpamanya kegiatan

tonsilektomi yang erat hubungannya dengan terjadinya wabah polio dalam masyarakat.

3. Efek dari koho kelahiran dalam masa yang relatif singkat yang mempengaruhi keadaan penyakit

dalam masyarakat (umpamanya pengaruh imunisasi terhadap perubahan pola penyakit polio)

2. Epidemiologi analitik terdiri dari :

1. Non eksperimental :

1. Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartikan sebagai

sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).


2. Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor penyebab

penyakit.

3. Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk penyelidikan secara

empiris fakto resiko atau karakteristik yang berada dalam keadaan konstan di masyarakat.

Misalnya, polusi udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar.

2. Eksperimental. Dimana penelitian dapat melakukan manipulasi/mengontrol faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk

menentukan cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi, kontrol,

terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya. Studi eksperimen

dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :

1) Clinical Trial. Contoh :

 Pemberian obat hipertensi pada orang dengan tekanan darah tinggi untuk mencegah terjadinya

stroke.

 Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk menurunkan frekuensi Tetanus Neonatorum.

3) Community Trial. Contoh : Studi Pemberian zat flourida pada air minum.

C. Batasan Epidemiologi

Pada saat ini epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekwensi dan

penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok menusia serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Dari batasan yang seperti ini, segera terlihat bahwa dalam pengertian

epidemiologi terdapat tiga hal yang bersifat pokok yakni:

a) Frekuensi masalah kesehatan


Frekuensi masalah kesehatan dini dimaksudkan untuk menunjuk kepada besarnya masalah

kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia. Untuk dapat mengetahui frekuensi suatu

masalah kesehatan dengan tepat ada dua hal pokok yang harus dilakukan yakni menemukan

masalah kesehatan yang dimaksud untuk kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengukuran

atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut.

b) Penyebaran masalah kesehatan

Yang dimaksud dengan penyebaran masalah kesehatan disini ialah menunujuk kepada

pengelompokkan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan tertentu yang

dimaksudkan banyak macamnya, yang dalam epidemiologi dibedakan atas tiga macam yakni

menurut ciri-ciri manusia (man), menurut tempat (place), dan menurut waktu (time)

c) Faktor-faktor yang memepengaruhi

Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang mempengaruhi disini ialah menunujuk kepada faktor

penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang menerangkan frekuensi, penyebaran dan

ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Untuk itu ada tiga

langkah pokok yang lazim dilakukan yakni merumuskan hipotesa tentang penyebab yang

dimaksud, melakukan pengujian terhadap rumusan hipotesa yang telah disusun dan setelah itu

menarik kesimpulan terhadapnya. Dengan diketahuinya penybab suatu masalah kesehatan,

dapatlah disusun langkah-langkah penanggulangan selanjutnya dari masalah kesehatan tersebut.

D. Ruang Lingkup Epidemiologi


Seperti berbagai cabang ilmu lainnya, epidemiologi juga mempunyai ruang lingkup kegiatan

tersendiri. Ruang lingkup yang dimaksud secara sederhana dapat dibedakan atas tiga macam yakni:

1. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi

Epidemiologi tidak hanya sekedar mempelajari masalah-masalah penyakit-penyakit saja, tetapi

juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya

masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan,

pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi

berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.

2. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia

Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari hasil

pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit, keluarga

berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya dilakukan

upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.

3. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan dalam merumuskan

penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan.

Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan

penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran

masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan

memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan

penyebab timbulnya masalah kesehatan.


E. Manfaat Epidemiologi

dari batasan dan ruang lingkup pengertiannya , maka epidemiologi sebagai kumpulan metoda

pengamatan yang mencakup berbagai bidang ilmu juga mempunyai manfaat yang cukup luas,

terutama dalam ilmu kesehatan masyarakat maupun ilmu kedokteran pada umumnya. Meskipun

demikian manfaat utama epidemiologi pada hakekatnya secara garis besarnya dapat epidemiologi

pada hakekatnya secara garis besarnya dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut:

1) Untuk mengenali dan memahami penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Sesuai dengan

batasannya ,maka epidemiologi bermanfaat untuk dapat menguraikan dan memahami proses

terjadinya dan penyebarannya penyakit dan masalah kesehatan, serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

2) Untuk melengkapi ‘body of knowledge’ dan ‘riwayat ilmiah penyakit’. Suatu pengamatan

epidemiologis hendaknya selalu merupakan upaya ‘penelitian’ yang hasilnya diharapkan akan

dapat lebih melengkapi ‘ riwayat alamiah penyakit’ yang sekaligus juga merupakan ‘body of

knowledge’ dari penyakit atau masalah kesehatan yang bersangkutan.

3) Untuk dapat diaplikasikan dalam upaya pengendalian dan penanggulangan penyakit atau

maslah kesehatan. Segala upaya untuk selalu lebih melengkapi pemahaman kita tentang ‘riwayat

alamiah penyakit’ tidak lain maksudnya adalah agar kita dapat menemukan jalan keluar dalam

upaya menanggulangi masalah penyakit tadi.

F. Peranannya dalam pemecahan masalah kesehatan di masyarakat

Meninjau dari penjelasan tentang pengertian epidemiologi, serta ruang lingkupnya, seorang ahli

epidemiologi atau epidemiolog memiliki peran-peran penting dalam kesehatan masyarakat. Ada

beberapa peranan epidemiolog dalam kesehatan masyarakat, diantaranya adalah:


1. Mencari / mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan atau

penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha mencari data untuk penanggulangan serta

cara pencegahannya.

2. Menyiapkan data / informasi untuk keperluan program kesehatan dengan menilai status kesehatan

dalam masyarakat serta memberikan gambaran tentang kelompok penduduk yang terancam.

3. Membantu menilai beberapa hasil program kesehatan.

4. Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta cara mengatasinya, baik penyakit

perorangan ( tetapi dianalisis dalam kelompok ) maupun kejadian luar biasa ( KLB ) / wabah dalam

masyarakat.

Epidemiologi juga memiliki manfaat penting dalam menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat

yaitu memberikan gambaran (deskripsi) tentang penyebaran (distribusi), besar dan luasnya

masalah kesehatan dan lainnya ,menjelaskan interaksi faktor-faktor agent, host and environment

,menguraikan kelompok Penduduk yang dalam risiko dan risiko tinggi terhadap kelompok

Penduduk yang tidak mempunyai Risiko ,mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta keberhasilan

kegiatan , membantu pekerjaan administratif kesehatan yaitu planning (perencanaan) ,monitoring

(pengamatan) ,dan evaluation (evaluasi) , menerangkan penyebab masalah kesehatan sehingga

dapat disusun langkah-langkah penanggulangannya, Dapat menerangkan perkembangan alamiah

suatu penyakit, Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan yaitu: Epidemi, Pandemi,

Endemi, dan Sporadik.


BAB III

EPIDEMIOLOGI DEKSKRIPTIF 3 PENYAKIT TERBANYAK

DI RUMAH SAKIT INTAN HUSADA

1. Variabel Orang

Tabel 3.1

Deskriptif Penyakit STROKE ec INFARK Bulan Agustus Tahun 2018

No Usia Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan

P L

1. 10-16 thn 0 0 - -

2. 17-25 thn 0 0 - -

3. 26-35 thn 0 0 - -

4. 36-45 thn 0 6 Wiraswasta Sarjana

5. 46-55 thn 1 7 Petani SMA

6. 56-65 thn 1 8 - SD

7. >66 thn 0 0 - -
Tabel 3.2

Deskriptif Penyakit GEA Di RS Intan Husada Garut Bulan Agustus Tahun 2018

No Usia Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan

P L

1. 0-1 thn 3 2 - -

2. 1-4 thn 1 2 - -

3. 5-14 thn 0 3 Pelajar SD-SMP

4. 15-44 thn 0 1 Wiraswasta Diploma-

Sarjana

5. 45->45 thn 1 1 PNS Sarajana

Tabel 3.3

Deskriptif Penyakit Syndrom Dyspepsia Di RS Intan Husada Bulan Agustus Tahun 2018

No Usia Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan

P L

1. 5-14 thn 1 0 Pelajar SMP

2. 15-44 thn 1 1 Wiraswasta SMA-Diploma

3. 45->45 4 4 Petani- SD- Sarajana

Wiraswasta
2. Variabel Tempat

Kasus : Stroke Infark Bulan Agustus

No Alamat Jumlah Kasus

1. Cikajang 7

2. Kadungora 3

3. Cibatu 3

4. Bayongbong 2

5. Leles 2

6. Garut Kota 2

7. Singajaya 1

8. Pasirwangi 1

9. Cilawu 1

10. Tarogong 1

Kasus : GEA Bulan Agustus

No Alamat Jumlah Kasus

1. Tarogong 5
2. Garut kota 4

3. Banyuresmi 2

4. Karangpawitan 2

5. Wanaraja 1

Kasus :Syndrom Dyspepsia Bulan Agustus

No Alamat Jumlah Kasus

1. Garut kota 4

2. Tarogong 1

3. Banyuresmi 1

4. Cilawu 1

5. Bayongbong 1

6. Limbangan 1

7. Leles 1

8. Samarang 1
3. Variabel Waktu

Kasus : stroke infark

Tempat : RS Intan Husada Garut Tahun 2017

No Waktu Jumlah Kasus

1. Januari 12

2. Februari 14

3. Maret 11

4. April 17

5. Mei 10

6. Juni 7

7. Juli 5

8. Agustus 11

9. September 19

10. Oktober 15

11. November 14

12. Desember 16
Kasus : GEA

Tempat : RS Intan Husada Garut Tahun 2017

No Waktu Jumlah Kasus

1. Januari 6

2. Februari 9

3. Maret 3

4. April 12

5. Mei 10

6. Juni 7

7. Juli 15

8. Agustus 13

9. September 5

10. Oktober 8

11. November 6

12. Desember 9
Kasus : Syndrom dispepsia

Tempat : RS Intan Husada Garut Tahun 2017

No Waktu Jumlah Kasus

1. Januari 10

2. Februari 12

3. Maret 9

4. April 15

5. Mei 8

6. Juni 16

7. Juli 11

8. Agustus 13

9. September 7

10. Oktober 5

11. November 10

12. Desember 4
ANALISA EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF PENYAKIT STROKE

Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun global akut dengan gejala

dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan, dan yang dapat

sembuh sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian akibat gangguan aliran darah ke otak

karena pendarahan ataupun non pendarahan. Stroke juga dapat dikatakan sebagai penyakit otak

paling destruktif dengan konsekuensi berat, termasuk beban psikologis, fisik dan keuangan yang

besar pada pasien, keluarga mereka dan masyarakat. Stroke juga merupakan suatu penyakit deficit

neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara

mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu.

Hingga saat ini patofisiologi stroke merupakan studi yang sebagian besar didasarkan pada

serangkaian penelitian, terhadap berbagai proses yang saling terkait, meliputi kegagalan energi,

hilangnya homeostasis ion sel, asidosis, peningkatan kadar Ca2+ sitosolik, eksitotoksisitas,

toksisitas dengan radikal bebas, produksi asam arakidonat, sitotoksisitas dengan sitokina, aktivasi

sistem komplemen, disrupsi sawar darah otak, aktivasi sel glial dan infiltrasi leukosit.

Dalam manusia tanpa faktor risiko stroke dengan umur di bawah 65 tahun, risiko terjadinya

serangan stroke dalam 1 tahun berkisar pada angka 1%. Setelah terjadinya serangan stroke ringan

atau TIA, penggunaan senyawa anti-koagulan seperti warfarin, salah satu obat yang digunakan

untuk penderita fibrilasi atrial, akan menurunkan risiko serangan stroke dari 12% menjadi 4%

dalam satu tahun. Sedangkan penggunaan senyawa anti-keping darah seperti aspirin, umumnya

pada dosis harian sekitar 30 mg atau lebih, hanya akan memberikan perlindungan dengan

penurunan risiko menjadi 10,4%. Kombinasi aspirin dengan dipyridamole memberikan

perlindungan lebih jauh dengan penurunan risiko tahunan menjadi 9,3%.


Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya stroke adalah dengan mengidentifikasi

orang-orang yang berisiko tinggi dan mengendalikan faktor risiko stroke sebanyak mungkin,

seperti kebiasaan merokok, hipertensi, dan stenosis di pembuluh karotid, mengatur pola makan

yang sehat dan menghindari makanan yang mengandung kolesterol jahat (LDL), serta olaraga

secara teratur. Stenosis merupakan efek vasodilasi endotelium yang umumnya disebabkan oleh

turunnya sekresi NO oleh sel endotelial, dapat diredam asam askorbat yang meningkatkan sekresi

NO oleh sel endotelial melalui lintasan NO sintase atau siklase guanilat, mereduksi nitrita menjadi

NO dan menghambat oksidasi LDL di lintasan aterosklerosis.

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

1. Faktor Penjamu (Host)

Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, termasuk burung dan artropoda,

yang menjadi tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit. Faktor penjamu yang

berkaitan dengan kejadian penyakit dapat berupa: umur, jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh,

dan status gizi. Yang termasuk dalam faktor pejamu adalah:

a. Genetik; misalnya sickle cell disease.

b. Umur: ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu.

c. Jenis kelamin (gender): ditemukan penyakit yang terjadi lebih banyak atau hanya mungkin

pada wanita.
d. Suku/ras/warna kulit: dapat ditemukan perbedaan antara ras kulit putih (white) dengan orang

kulit hitam (black) di Amerika.

e. Keadaan fisiologi tubuh: kelelahan, kehamilan, pubertas, stress, atau keadaan gizi.

f. Keadaan imunologis: kekebalan yang diperoleh karena adanya infeksi sebelumnya,

memperoleh antibodi dari ibu, atau pemberian kekebalan buatan (vaksinasi).

g. Tingkah laku (behavior): gaya hidup (life style), personal hygiene, hubungan antar pribadi, dan

rekreasi.

Dalam upaya pencegahannya maka diperlukan identifikasi epidemiologiknya, bila dilihat dari

faktor penjamu itu sendiri yang dapat merupakan sebagai faktor resiko stroke. Faktor resiko ini

menyebabkan orang menjadi lebih rentan atau mudah mengalami stroke.

a. Genetik

Stroke juga terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang sangat berperan antara lain adalah

tekanan darah tinggi, penyakit jantung diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh darah. gaya dan

pola hidup keluarga dapat mendukung risiko stroke.

b. Umur

Semakin bertambah usia, semakin tinggi risiko untuk mendapatkan serangan stroke.

c. Jenis kelamin

Pria lebih berisiko terkena stroke dari pada wanita. Tetapi penelitian menyimpulkan bahwa lebih

banyak wanita yang meninggal karena stroke.

d. Suku/Ras/Warna Kulit

Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih besar untuk

terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam. Tingkat kejadian stroke di seluruh dunia
tertinggi dialami oleh orang Jepang dan Cina, menurut Broderick dkk. Melaporkan orang negro

Amerika cenderung beresiko 1,4 kali lebih besar mengalami perdarahan intraserebral (dalam otak)

dibandingakn kulit putihnya. Orang Jepang dan Afrika-Amerika cendrung mengalami stroke

perdarahan intracranial, sedang cendrung terkena stroke iskemik, akibat sumbatan ekstrakranial

lebih banyak.

e. Keadaan Fisiologi Tubuh

Keadaan gizi yang berlebih pada tubuh seseorang juga bisa menjadi pencetus terjadinya penyakit

stroke. Misalnya, kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan menyebabkan terjadinya

penyempitan pembuluh darah otak yang bisa mengarah ke stroke.

f. Tingkah Laku (Behavior)

Hubungan tingkah laku dengan terjadinya penyakit stroke adalah tentang bagaimana gaya hidup

(life style). Pola gaya hidup yang salah dengan mengkonsumsi makanan dan minuman tidak sehat,

alkohol, rokok, dan jarang melakukan aktivitas olahraga tentu akan lebih mempercepat resiko

seseorang terjangkit penyakit stroke.

2. Faktor Agent

Agent (faktor penyebab) adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infektif yang

dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Pada beberapa penyakit agent ini adalah sendiri

(single), misalnya pada penyakit-penyakit infeksi, sedangkan yang lain bisa terdiri dari beberapa

agent yang bekerja sama, misalnya pada penyakit kanker. Agent dapat berupa unsur biologis, unsur

nutrisi, unsur kimiawi, dan unsur fisik.


a) Unsur biologis, terdapat bukti bahwa infeksi virus dan bakteri, bersama dengan faktor resiko

lain, dapat sedikit meningkatkan resiko timbulnya stroke dengan meningkatkan kemampuan darah

untuk membeku.

b) Unsur nutrisi, kelebihan zat gizi seperti tingginya kadar kolesterol, kadar gula, dan lemak

dalam tubuh juga bisa menimbulkan stroke. Hal ini terkait dengan timbulnya beberapa penyakit

pencetus stroke, seperti DM, hipertensi, obesitas, dan penyakit jantung.

c) Unsur kimiawi, zat-zat karsinogenik yang terus menerus terakumulasi dalam tubuh juga

merupakan salah satu faktor penyebab penyakit stroke. Selain itu penggunaan alkohol, rokok, obat-

obatan terlarang yang mengandung berbagai bahan kimia berbahaya bagi tubuh, juga akan semakin

mempercepat seseorang terkena penyakit stroke. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut

cenderung akan meningkatkan suhu tubuh dan beresiko terjadi stroke.

d) Unsur fisik, misalnya trauma mekanik. Trauma mekanik yang terkait dengan terjadiya

penyakit stroke ini adalah seseorang terjatuh dan menghantam benda keras, kemudian

menyebabkan pembuluh darah dalam otak menjadi pecah sehingga orang tersebut terkena stroke.

3. Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa lingkungan

fisik, biologis, dan sosial. Yang tergolong faktor lingkungan meliputi:

a) Lingkungan fisik: geologi, iklim, geografik.

b) Lingkungan biologis: misalnya kepadatan penduduk, flora (sebagai sumber bahan makanan) dan

fauna (sebagai sumber protein).

c) Lingkungan sosial: berupa migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, keadaan perumahan, keadaan

sosial masyarakat (kekacauan, bencana alam, perang dan banjir).


Misalnya saja dilihat dari lingkungan sosial seperti urbanisasi, yaitu perpindahan

masyarakat desa ke kota. Masyarakat desa yang tadinya memiliki gaya hidup sederhana dengan

mengkonsumsi makanan yang sehat, tentu saja akan berubah mengikuti gaya hidup orang kota

setelah mereka pindah dan bertempat tinggal di kota. Kebiasaan hidup masyarakat kota yang lebih

mewah dan serba instan akan berbanding terbalik dengan masyarakat desa yang lebih alami,

sehingga urbanisasi juga akan berpengaruh terhadap timbulnya penyakit stroke tersebut.

Dari lingkungan fisik, seperti suhu akan mempengaruhi juga terhadap penyakit stroke. Suhu

tinggi merupakan penyebab utama terjadinya heat stroke. Suhu lingkungan yang tinggi akan sering

membuat dehidrasi. Jika terjadi dehidrasi dan penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang

cukup untuk mendinginkan tubuhnya, maka suhu tubuh bisa meningkat sampai pada tingkat yang

berbahaya, sehingga terjadi heat stroke. Lingkungan yang mempunyai kelembaban tinggi dapat

menyebabkan berkurangnya efek pendingin oleh keringat sehingga jika seseorang berada pada

lingkungan dengan suhu tinggi dan kelembaban yang tinggi pula maka risiko mengalami heat

stroke-nya akan tinggi.

B. Hubungan Penyakit Stroke dengan Segitiga Epidemiologi

1. Karakteristik Segitiga Utama

Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus-menerus dalam keadaan berinteraksi satu

sama lain. Jika interaksinya seimbang terciptalah keadaan sehat. Begitu terjadi gangguan

keseimbangan, muncul penyakit. Terjadninya gangguan keseimbanganbermula dari perubahan


unsur-unsur trias itu. Perubahan unsur trias yang potensial menyebabkan kesakitan tergantung

pada karakteristik dari ketiganya dan interaksi antara ketiganya.

1. Karakteristik Penjamu

Manusia mempunyai karakteritik tersendiri dalam mengahadapi ancaman penyakit, yang

bisa berupa:

a. resistensi: kemampuan dari penjamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap suatu infeksi

kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalam menghadapinya.

b. Imunitas: kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis, dapat secara alamiah

maupun perolehan (non alamiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu penyakit tertentu. Selain

mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat

menciptakan kekebalan tersendiri.

c. Infektifnes (infectiousness): potensi penjamu yang terinfeksi untuk menularkan panykit kepada

orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada dalam tubuh manusia dapat

berpindah kepada manusia dan sekitarnya

2. Karakteristik Agent

a. Infektivitas: kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan dari

penjamu untuk mampu tinggal dan berkembang biak (multiply) dalam jaringan penjamu.

Umumnya diperlukan jumlah tertentu dari suatu mikroorganisme untuk mampu menimbulkan

infeksi terhadap penjamunya. Dosis infektivitas minimum (minimum infectious dose) adalah

jumlah minimal organisme yang dibutuhkan untuk menyebabkan infeksi. Jumlah ini berbeda

antara berbagai spesies mikroba dan antara individu.


b. Patogenesis: kesanggupan mikroorgasnime untuk menimbulkan suatu reaksi klilnik khusus yang

patologis setelah terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan perkataan lain, jumlah

penderita dibagi dengan jumlah orang yang terinfeksi. Hampir semua orang yang terinfeksi dengan

virus smallpox menderita penyakit (high pathogenicity), sedangkan orang yang terinfeksi

poliovirus tidak semua jatuh sakit (low pathogenicity).

c. Virulensi: kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis yang berat yang

selanjutnya mungkin menyebabkan kenatian. Virulensi kuman menunjukkan beratnya (severity)

penyakit.

d. Toksisitas: kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dari substansi

kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk menyebabkan penyakit berbagai

kuman mengeluarkan zat toksis.

e. Invasitas: kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki

jaringan.

f. Antigenisitas: kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi imunologis dalam penjamu.

Beberapa organisme mempunyai antigenisitas lebih kuat dibanding yang lain. Jika mene\yerang

pada aliran darah akan lebih merangsang immunoresponse dari yang hanya menyerang permukaan

membran.

3. Karakteristik Lingkungan

a. topografi: situasi lokasi tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia yang mungkin

mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.

b. Geografis: keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dari bumi yang berhubungan

dengan kejadian penyakit.


C. Penyakit Stroke dan segitiga epidemiologi

Pada dasarnya dalam konsep segitiga epidemiologi ini, ketiga unsur di dalamnya seperti

host, agent, dan enviromental dapat menentukkan tingkat kesehatan atau status kesehatan

seseorang. Karena berkaitan denan terjadinya atau timbulnya penyakit pada individu tersebut.

Hubungan ketiganya dapat diilustrasikan seperti timbangan. Di mana enviromental diposisikan

sebagai penumpu sedangkan host dan agent diposisikan sebagai penyeimbang yang berada pada

setiap sisi atau ujungnya. Dalam konsep ini bila ketiga unsur trias epidemiologi, yaitu host, agent,

dan enviromental dalam keadaan seimbang, maka terciptalah keadaan sehat pada individu tersebut
BAB IV

PENUTUP

A. kesimpulan

Epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran

masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :

1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi atau

survei.

2. Epidemiologi analitik terdiri dari :

 Non eksperimental

 Eksperimental.

Pada saat ini epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekwensi dan

penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok menusia serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Dari batasan yang seperti ini, segera terlihat bahwa dalam pengertian

epidemiologi terdapat tiga hal yang bersifat pokok yakni:

a) Frekuensi masalah kesehatan

b) Penyebaran masalah kesehatan

c) Faktor-faktor yang memepengaruhi

Ada beberapa peranan epidemiolog dalam kesehatan masyarakat, diantaranya adalah:


1. Mencari / mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan atau

penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha mencari data untuk penanggulangan serta

cara pencegahannya.

2. Menyiapkan data / informasi untuk keperluan program kesehatan dengan menilai status kesehatan

dalam masyarakat serta memberikan gambaran tentang kelompok penduduk yang terancam.

3. Membantu menilai beberapa hasil program kesehatan.

4. Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta cara mengatasinya, baik penyakit

perorangan ( tetapi dianalisis dalam kelompok ) maupun kejadian luar biasa ( KLB ) / wabah dalam

masyarakat.

Epidemiologi juga memiliki manfaat penting dalam menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat

yaitu:

1. memberikan gambaran (deskripsi) tentang penyebaran (distribusi), besar dan luasnya masalah

kesehatan dan lainnya.

2. menjelaskan interaksi faktor-faktor agent, host and environment.

3. menguraikan kelompok Penduduk yang dalam risiko dan risiko tinggi terhadap kelompok

Penduduk yang tidak mempunyai Risiko.

4. mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta keberhasilan kegiatan.

5. membantu pekerjaan administratif kesehatan yaitu planning (perencanaan) ,monitoring

(pengamatan) ,dan evaluation (evaluasi).

6. menerangkan penyebab masalah kesehatan sehingga dapat disusun langkah-langkah

penanggulangannya.

7. Dapat menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit.


8. Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan yaitu: Epidemi, Pandemi, Endemi, dan

Sporadik.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, asrul.dr.m.ph.1988. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT. Binarupa Aksara

Sutrisna, Bambang.dr.M.H.Sc.1986.Pengantar Metoda Epidemiologi. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Modul Materi Dasar Epidemiologi FKM UNDIP 2010.

Budioro.B.2007.Pengantar Epidemiologi Edisi II. .Semarang : Badan Penerbit Undip

Anda mungkin juga menyukai